PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting utama
bayi. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang bayi normal sampai usia 4-6 bulan (Saputri et al., 2019).
pemberian ASI eksklusif di dunia masih jauh dibawah rata- rata yaitu sebesar
menargetkan bahwa pada tahun 2025, angka pemberian ASI eksklusif pada
enam bulan pertama kelahiran meningkat setidaknya 50% (WHO & UNICEF,
2018).
Kesehatan Indonesia (2018), pada tahun 2017 adalah sebesar 46,74% dengan
capaian ASI eksklusif sampai umur 6 bulan yaitu 35,73% (Profil kesehatan
dari rendahnya pencapaian program ASI eksklusif pada setiap provinsi dan
1
provinsi DI Yogyakarta (61,45%) dan terendah pada provinsi Sumatera Utara
Indonesia belum sesuai dengan target yang diharapkan yaitu sebesar 80%
(Kemenkes RI, 2018). Cakupan ASI di Sumatera Barat tahun 2018 adalah
sebesar 49,84%. Sedangkan cakupan ASI eksklusif sampai umur enam bulan
pemberian ASI eksklusif, dari 29,5% pada tahun 2016 menjadi 35,7% pada
2017. Angka cakupan tersebut sangat rendah mengingat pentingnya peran ASI
yaitu minimal 50% sesuai target WHO (Puput, 2019). Menurut data Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2015 ibu nifas yang mengalami
bendungan ASI sebanyak 77.231 atau 37,12% ibu nifas (SDKI, 2015).
2
adalah 67,4% dengan target 75.0 %, tahun 2020 cakupannya adalah 72,5%
dengan target 80.0%, dan cakupan ASI eksklusif tahun 2021 adalah 75,1%
dengan target 83,0%. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera Barat
ASI yaitu makanan yang ibu konsumsi, psikologis ibu, obat-obatan dan
itu faktor lain yang penghambat produksi ASI yang kurang dan lambat keluar
dapat menyebabkan ibu tidak memberikan ASI pada bayinya dengan cukup.
refleks oksitosin ini dipengaruhi oleh jiwa ibu. Jika ada rasa cemas, stress dan
ragu yang terjadi, maka pengeluaran ASI bisa terhambat (Mas´adah, Rusmini,
2015).
Arniyati, 2020).
3
tingkat kecemasan pada ibu nifas. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Soleha, et al. pada tahun 2019 yang menyebutkan intervensi yang diberikan
bisa dengan cara pijat laktasi. Pijat laktasi diantaranya yaitu pijat oksitosin,
seperti pada otot rahim. Saat serat otot disekeliling kelenjar alveoli
berkerut menyebabkan air susu keluar yang disebut aliran. Salah satu
dada ibu, dengan cara pengurutan atau masase diharapkan dapat memberi
rangsangan kepada kelenjar air susu ibu agar dapat memproduksi susu
memperlancar produksi air susu ibu (ASI) adalah dengan melakukan pijat
4
oksitosin. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang
refleks let down. Dengan dilakukannya pemijatan ini ibu akan merasa rileks,
oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar. Selain itu untuk merangsang reflek
let down manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu,
Keadaan emosi ibu yang berkaitan dengan reflex oksitison ibu dapat
mempengaruhi produksi ASI sekitar 80% sampai 90%. Kondisi emosional ibu
dalam keadaan baik, nyaman dan tanpa tekanan maka dapat meningkatkan
dan memperlancar produksi ASI. Untuk mengatasi hal ini dilakukan pijat
oksitosin yang berfungsi untuk refleks let down dan memberikan kenyamanan
mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Rahayu dan
Yunarsih, 2018).
5
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Kartini et al., 2020)
tentang Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post
Partum di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar
diperoleh terdapat pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu
post partum nilai asymp sig (0,000)< (0,05) dan penelitian (Husniyah, 2017)
tentang Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas Di
terhadap produksi ASI pada ibu nifas dibuktikan dengan p value = 0,000 (p
Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Postpartum diperoleh rerata
produksi ASI sebelum dilakukan pijat oksitosin adalah 9,90. Rerata produksi
ASI sesudah dilakukan pijat oksitosin adalah 13,50 dan ada pengaruh yang
oksitosin pada Ibu Postpartum di Klinik Pratama Nining Pelawati Tahun 2019
Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Di Bpm Meli R. Palembang diperoleh
sebagian besar pada kategori kurang sebanyak 9 responden (60%) dan setelah
6
produksi ASI ibu post partum di BPM Meli Rosita Palembang Tahun 2018
(pre test ) kelompok dilakukan yaitu sebesar 12,2 ml, setelah dilakukan (post
test) adalah 24,0 ml. Rata - rata produksi ASI sebelum (pre test) pada
dan setelah (post test) rata-rata produksi ASInya 11,7 ml. Hasil analisis uji
paired t-test p value = 0,000 < α (0,005) terdapat pengaruh pijat oksitosin
ruangan kebidanan RSI Ibnu Sina Padang dengan 7 orang ibu dianataranya 4
orang ibu mengatakan ASI ibu tidak keluar sehingga anak tidak mendapatkan
menggunakan alat bantu pumping baru ASi ibu keluar sekitar 5 ml. Dari 7
orang ibu yang ASi belum keluar dilakukan pengambilan sampel 1 orang ibu
yang ASI tidak keluar dengan melakukan intervensi pijat oksitosin didapatkan
7
Ibu (ASI) Pada Ibu Postpartum melalui di ruangan rawat inap kebidanan RSI
B. RUMUSAN MASALAH
apakah ada Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Poduksi Air Susu Ibu (ASI)
Pada Ibu Postpartum di ruangan rawat inap kebidanan RSI Ibnu Sina Padang
Tahun 2022?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Postpartum di ruangan rawat inap kebidanan RSI
2. Tujuan Khusus
Tahun 2022.
8
b. Mengetahui gambaran produksi ASI ibu post partum sebelum
Tahun 2022.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut
9
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi untuk
maternitas.
desain penelitian corss sectional dengan variabel dependen poduksi ASI pada
pasien Postpartum dan independen nya yaitu pijat oksitosin. Penelitian ini
dilakukan di ruangan rawat inap kebidanan RSI Ibnu Sina Padang Tahun
2022.
10