Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting utama

pada bulan-bulan pertama kehidupan. ASI merupakan sumber gizi dengan

komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan pada

bayi. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh

kembang bayi normal sampai usia 4-6 bulan (Saputri et al., 2019).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), pada tahun 207

pemberian ASI eksklusif di dunia masih jauh dibawah rata- rata yaitu sebesar

38%. Tahun 2018 rata-rata angka pemberian ASI eksklusif di dunia

meningkat menjadi 45% dan World Health Organization (WHO)

menargetkan bahwa pada tahun 2025, angka pemberian ASI eksklusif pada

enam bulan pertama kelahiran meningkat setidaknya 50% (WHO & UNICEF,

2018).

Cakupan ASI eksklusif di Indonesia yang tercatat dalam Profil

Kesehatan Indonesia (2018), pada tahun 2017 adalah sebesar 46,74% dengan

capaian ASI eksklusif sampai umur 6 bulan yaitu 35,73% (Profil kesehatan

Indonesia, 2018). Rendahnya cakupan ASI eksklusif tersebut tentunya dimulai

dari rendahnya pencapaian program ASI eksklusif pada setiap provinsi dan

wilayah kabupaten dan kota di Indonesia, presentase tertinggi terdapat pada

1
provinsi DI Yogyakarta (61,45%) dan terendah pada provinsi Sumatera Utara

(10,73%), Gorontalo (12,70%), Sulawesi Tenggara (20,79%), Papua Barat

(21,40%), Aceh (22,99%), dan Sumatera Barat (36,02%). Berdasarkan

presentase data tersebut, dalam kenyataannya cakupan ASI di negara

Indonesia belum sesuai dengan target yang diharapkan yaitu sebesar 80%

(Kemenkes RI, 2018). Cakupan ASI di Sumatera Barat tahun 2018 adalah

sebesar 49,84%. Sedangkan cakupan ASI eksklusif sampai umur enam bulan

di Sumatera Barat tahun 2018 sebesar 36,02% (Kemenkes RI, 2019).

Data Kementerian Kesehatan mencatat, ada kenaikan pada angka

pemberian ASI eksklusif, dari 29,5% pada tahun 2016 menjadi 35,7% pada

2017. Angka cakupan tersebut sangat rendah mengingat pentingnya peran ASI

bagi kehidupan anak. Target minimal pemberian ASI eksklusif di Indonesia

yaitu minimal 50% sesuai target WHO (Puput, 2019). Menurut data Survey

Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2015 ibu nifas yang mengalami

bendungan ASI sebanyak 77.231 atau 37,12% ibu nifas (SDKI, 2015).

Kementrian Kesehatan menargetkan peningkatan target pemberian ASI

eksklusif hingga 80%. Namun pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada

kenyataannya masih rendah hanya 74,5% (Balitbangkes, 2019). Data profil

kesehatan Indonesia, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2018

sebesar 68,74% (Kemenkes RI, 2019).

Data Dinas Kesehatan Sumatera Barat, cakupan pemberian ASI

eksklusif di Provinsi Sumatera Barat tiga tahun terakhir cenderung mengalami

peningkatan, dimana pada tahun 2019 cakupan pemberian ASI eksklusif

2
adalah 67,4% dengan target 75.0 %, tahun 2020 cakupannya adalah 72,5%

dengan target 80.0%, dan cakupan ASI eksklusif tahun 2021 adalah 75,1%

dengan target 83,0%. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera Barat

belum mencapai target program nasional.

Faktor –faktor lain yang mempengaruhi lancarnya pengeluaran

ASI yaitu makanan yang ibu konsumsi, psikologis ibu, obat-obatan dan

perawatan payudara sejak kehamilan dan setelah melahirkan. Selain

itu faktor lain yang penghambat produksi ASI yang kurang dan lambat keluar

dapat menyebabkan ibu tidak memberikan ASI pada bayinya dengan cukup.

Selain hormon prolaktin, proses laktasi juga bergantung pada hormon

oksitosin, yang dilepas dari hipofise posterior sebagai reaksi terhadap

penghisapan puting. Oksitosin mempengaruhi sel-sel mioepitel yang

mengelilingi alveoli mammae sehingga alveoli berkontraksi dan

mengeluarkan air susu yang sudah disekresikan oleh kelenjar Mammae,

refleks oksitosin ini dipengaruhi oleh jiwa ibu. Jika ada rasa cemas, stress dan

ragu yang terjadi, maka pengeluaran ASI bisa terhambat (Mas´adah, Rusmini,

2015).

Dampak jika bayi tidak mendapatkan ASI adalah bertambahnya

kerentan terhadap penyakit (baik anak maupun ibu), biaya pengobatan

bertambah, kerugian kognitif hilangnya pendapatan bagi individual (Andi

Arniyati, 2020).

Rahmi, et al. pada tahun 2020 dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa perawatan payudara mampu memperlancar ASI sekaligus menurunkan

3
tingkat kecemasan pada ibu nifas. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Soleha, et al. pada tahun 2019 yang menyebutkan intervensi yang diberikan

untuk memperlancar ASI yaitu dengan memberikan perawatan payudara agar

memperlancar peredaran darah, mencegah penghambatan saluran susu,

sehingga pengeluaran ASI menjadi lancar. Intervensi yang dapat dilakukan

untuk memperlancar ASI yaitu dengan melakukan perawatan payudara juga

bisa dengan cara pijat laktasi. Pijat laktasi diantaranya yaitu pijat oksitosin,

pijat prolaktin, pijat marmet, dan pijat oketani.

Prolaktin menyebabkan susu diproduksi dan Oxytocin

menyebabkan serat otot yang mengelilingi kelenjar Alveoli mengerut

seperti pada otot rahim. Saat serat otot disekeliling kelenjar alveoli

berkerut menyebabkan air susu keluar yang disebut aliran. Salah satu

cara meningkatkan produksi ASI melalui salah satu faktor yangmem

pengaruhinya yaitu perawatan payudara dan faktor fisiologis dapat

dilakukan intervensi berupa breast care dan perawatan payudara. Breast

Caredisebut juga dengan perawatan payudara adalah upaya dengan

perawatan khusus lewat pemberian rangsangan terhadap otot-otot buah

dada ibu, dengan cara pengurutan atau masase diharapkan dapat memberi

rangsangan kepada kelenjar air susu ibu agar dapat memproduksi susu

tersebut. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

ketidaklancaran produksi ASI (Nurliza, 2019)

Berdasarkan data diatas, upaya yang dilaksanakan untuk

memperlancar produksi air susu ibu (ASI) adalah dengan melakukan pijat

4
oksitosin. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang

(vertebrae) sampai tulang costae kelima - keenam dan merupakan usaha

untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah. Pijatan ini

berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan

ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar. (Siregar YR, 2018).

Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau

refleks let down. Dengan dilakukannya pemijatan ini ibu akan merasa rileks,

kelelahan setalah melahirkan akan hilang, sehingga dengan begitu hormon

oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar. Selain itu untuk merangsang reflek

let down manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu,

mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi terjadinya sumbatan ASI,

merangsang pelepasan hormon oksitosin, memepertahankan produksi ASI

saat ibu dan bayi sakit (Siregar YR, 2018).

Keadaan emosi ibu yang berkaitan dengan reflex oksitison ibu dapat

mempengaruhi produksi ASI sekitar 80% sampai 90%. Kondisi emosional ibu

dalam keadaan baik, nyaman dan tanpa tekanan maka dapat meningkatkan

dan memperlancar produksi ASI. Untuk mengatasi hal ini dilakukan pijat

oksitosin yang berfungsi untuk refleks let down dan memberikan kenyamanan

pada ibu, mengurangi bengkak pada payudara (engorgement), mengurangi

sumbatan ASI, merangsang pengeluaran hormon oksitosin, dan

mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Rahayu dan

Yunarsih, 2018).

5
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Kartini et al., 2020)

tentang Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post

Partum di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar

diperoleh terdapat pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu

post partum nilai asymp sig (0,000)< (0,05) dan penelitian (Husniyah, 2017)

tentang Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas Di

Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta diperoleh ada pengaruh pijat oksitosin

terhadap produksi ASI pada ibu nifas dibuktikan dengan p value = 0,000 (p

value < 0,05).

Penelitian yang dilakukan oleh (Saputri et al., 2019) tentang Pengaruh

Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Postpartum diperoleh rerata

produksi ASI sebelum dilakukan pijat oksitosin adalah 9,90. Rerata produksi

ASI sesudah dilakukan pijat oksitosin adalah 13,50 dan ada pengaruh yang

signifikan terhadap produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan pijat

oksitosin pada Ibu Postpartum di Klinik Pratama Nining Pelawati Tahun 2019

dengan nilai p-value = 0,008 (p ≤ 0,05).

Penelitian (Yanti, 2019) tentang Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap

Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Di Bpm Meli R. Palembang diperoleh

distribusi frekuensi produksi ASI ibu sebelum dilakukan pijat oksitosin

sebagian besar pada kategori kurang sebanyak 9 responden (60%) dan setelah

dilakukan pijat oksitosin sebagian besar pada kategori baik sebanyak 13

responden (86,7%). Ada pengaruh yang signifikan pijat oksitosin terhadap

6
produksi ASI ibu post partum di BPM Meli Rosita Palembang Tahun 2018

dengan nilai p value = 0,004 < 0,05.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh (Prima et al., 2019) tentang

Pengaruh pijat oksitosin terhadap peningkatan produksi ASI ibu postpartum

didapatkan kesimpulan bahwa rata-rata produksi ASI 13 responden sebelum

(pre test ) kelompok dilakukan yaitu sebesar 12,2 ml, setelah dilakukan (post

test) adalah 24,0 ml. Rata - rata produksi ASI sebelum (pre test) pada

kelompok tidak dilakukan dari 13 responden produksi ASInya adalah 11,3 ml

dan setelah (post test) rata-rata produksi ASInya 11,7 ml. Hasil analisis uji

paired t-test p value = 0,000 < α (0,005) terdapat pengaruh pijat oksitosin

terhadap peningkatan produksi ASI ibu postpartum.

Berdasarkan hasil wawancara pada ibu yang siap melahirkan di

ruangan kebidanan RSI Ibnu Sina Padang dengan 7 orang ibu dianataranya 4

orang ibu mengatakan ASI ibu tidak keluar sehingga anak tidak mendapatkan

kolostorum, 2 orang ibu mengatakan ASI keluar hanya sedikit kemudian

tidak adalagi keluar, 1 orang ibu mengatakan ASI keluar dengan

menggunakan alat bantu pumping baru ASi ibu keluar sekitar 5 ml. Dari 7

orang ibu yang ASi belum keluar dilakukan pengambilan sampel 1 orang ibu

yang ASI tidak keluar dengan melakukan intervensi pijat oksitosin didapatkan

sebelum dilakukan intervensi ASi yang di dapatkan sebanyak 15 ml dan

setelah dilakukan intervensi didapatkan ASI sebanyak 45 ml.

Berdasarkan data diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Poduksi Air Susu

7
Ibu (ASI) Pada Ibu Postpartum melalui di ruangan rawat inap kebidanan RSI

Ibnu Sina Padang Tahun 2022.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan masalah yang ada, peneliti tertarik untuk mengetahui

apakah ada Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Poduksi Air Susu Ibu (ASI)

Pada Ibu Postpartum di ruangan rawat inap kebidanan RSI Ibnu Sina Padang

Tahun 2022?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Poduksi Air

Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Postpartum di ruangan rawat inap kebidanan RSI

Ibnu Sina Padang Tahun 2022

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden (umur, parita, pekerjaan dan

pendidikan) di ruangan rawat inap kebidanan RSI Ibnu Sina Padang

Tahun 2022.

8
b. Mengetahui gambaran produksi ASI ibu post partum sebelum

dilakukan pijat oksitosi di ruangan rawat inap kebidanan RSI Ibnu

Sina Padang Tahun 2022.

c. Mengetahui gambaran produksi ASI ibu post partum sesudah

dilakukan pijat oksitosi di ruangan rawat inap kebidanan RSI Ibnu

Sina Padang Tahun 2022.

d. Mengetahui pengaruh pijat oksitosin terhadap poduksi ASI Pada Ibu

Postpartum di ruangan rawat inap kebidanan RSI Ibnu Sina Padang

Tahun 2022.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat:

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut

dan dapat menambah literatur di perpustakaan Universitas Mohammad

Natsir Yarsi Sumbar Bukittinggi.

2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, sumber

pengetahuan atau informasi kepada tenaga kesehatan dalam

pengembangan ilmu keperawatan khususnya dalam proses promotif

kesehatan berupa pendidikan kesehatan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

9
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi untuk

mengembangkan lagi penelitian khususnya di bidang keperawatan

maternitas.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

desain penelitian corss sectional dengan variabel dependen poduksi ASI pada

pasien Postpartum dan independen nya yaitu pijat oksitosin. Penelitian ini

dilakukan di ruangan rawat inap kebidanan RSI Ibnu Sina Padang Tahun

2022.

10

Anda mungkin juga menyukai