Anda di halaman 1dari 3

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017 menunjukkan AKN

sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 32 per

1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita telah mencapai Target Pembangunan

Berkelanjutan (TPB/SDGs) 2030 yaitu sebesar 25/1.000 kelahiran hidup dan diharapkan AKN

juga dapat mencapai target yaitu 12/1.000 kelahiran hidup.

Tingginya AKB dan masalah gizi pada bayi dapat ditangani sejak awal dengan cara

pemberian Air Susu Ibu (ASI). Menurut penelitian yang dilakukan oleh UNICEF, risiko angka

kematian bayi (AKB) bisa berkurang sebanyak 22% dengan pemberian ASI ekslusif, khusus

untuk kematian neonatus dapat ditekan hingga 55% - 87% jika setiap bayi lahir dilakukan IMD

dan diberikan ASI eksklusif. WHO merekomendasikan semua bayi perlu mendapat ASI untuk

mengatasi masalah gizi dan mencegah penyakit infeksi. Melalui pemberian ASI eksklusif selama

6 bulan dapat menjamin kecukupan gizi bayi serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

penyakit infeksi.

Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-satunya makanan yang

terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi. ASI ekslusif mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. ASI

ekslusif juga berperan terhadap status gizi bayi sehingga mengurangi AKB di Indonesia.

Pengeluaran ASI kurang akan mempengaruhi kepercayaan diri ibu untuk menyusui sehingga

akan menyebabkan terjadinya ketidak cukupan ASI serta akan mempengaruhi pengeluaran

hormon prolaktin yang akan mengakibatkan produksi ASI semakin berkurang (Sugiarti, 2015).

Penurunan produksi ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh

kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran

produksi ASI. Prolaktin adalah hormon esensial untuk penyempurnaan lobules-alveolus dalam
kehamilan dan memulai sekresi air susu melalui reseptor pada dinding sel alveolus. Faktor

inhibisi-prolaktin (prolactin-inhibiting factor, PHF) dari hiopotalamus secara negative

mengendalikan polaktin yang disekresikan oleh hipofisis (Varney, 2008).

Oksitosin merangsang pengeluaran susu dari payudara melalui kontraksi sel-sel miopitel di

alveoli dan duktus, apabila rangsangan produksi oksitosin dari hipofisis berkurang, pengeluaran

ASI juga akan terhambat. Beberapa keadaan seperti stress maternal, keadaan bingung, takut dan

cemas pada ibu dapat menghambat reflek let down (Sutanto, 2018).

Pijat oksitosin adalah pemijatan tulang belakang pada costae (tulang rusuk) ke lima hingga

keenam sampai ke scapula (tulang belikat) yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis,

saraf yang berpangkal pada medulla oblongata dan pada daerah daerah sacrum dari medulla

spinalis, merangsang hipofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin, oksitosin menstimulasi

kontraksi sel-sel otot polos yang melingkari duktus laktiferus kelenjar mamae yang

menyebabkan kontraktilitas mioepitel payudara sehingga dapat meningkatkan pelancaran ASI

dari kelenjar mamae (Suryani dan Astuti, 2013).

Hasil penelitian Isnaini & Rama (2015) menjelaskan bahwa dari 15 responden yang

dilakukan pijat oksitosin sebanyak 9 ibu nifas (60%) yang pengeluaran ASI cepat, 5 ibu nifas

(33%) yang pengeluaran ASI normal dan ibu yang mengalami pengeluaran ASI lambat sebesar 1

ibu nifas (7%) dan kelompok yang tidak dilakukan pijat oksitosin 15 responden sebanyak 12 ibu

nifas (80%).

Solusi lain bagi ibu yang mengalami ASI tidak keluar atau tidak lancar dianjurkan untuk

melakukan metode teknik marmet. Teknik marmet merupakan kombinasi cara memerah ASI

dan memijat payudara sehingga refleks keluarnya ASI dapat optimal. Pengeluaran hormone

prolaktin diharapkan akan merangsang mammary alveoli untuk memproduksi ASI. Teknik
marmet dapat dilihat setelah 20-30 menit, dan dilakukan 3 kali dalam 2-3 menit sehingga ASI

dapat lancar kembali. Semakin banyak ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara akan

semakin baik produksi ASI (Marmi, 2012).

Menurut data dari kementrian kesehatan tahun 2018 di Indonesia jumlah capaian inisiasi

menyusui dasar (IMD) sekitar 71,17% sedangkan capaian ASI ekslusif hanya 68,74% dari

target renstra 47% dari target nasional. Data dari Profil Kementrian Kesehatan Indonesia Tahun

2018 Provinsi Sulawesi Utara merupakan 3 provinsi terendah yang belum mencapai target

renstra IMD, sedangkan capaian ASI ekslusif Provinsi Sulawesi Utara termasuk dalam 6

provinsi yang belum mencapai target renstra 47% di tahun 2018.

Berdasarkan hasil studi dokumentasi 5 jurnal yang telah ditelaa di dapatkan penelitian yang

menunjukan hasil bahwa pijat metode teknik marmet dan pijat oksitosin efektif untuk

meningkatkan produksi ASI pada ibu post partum.

Dari masalah yang di temukan upaya yang dilakukan oleh bidan yaitu dengan melakukan

penyuluhan tentang perawatan payudara di Posyandu, pada saat kunjungan rumah, dan saat

pemeriksaan antenatal care di Puskesmas pada ibu hamil trimester III. Namun upaya yang

dilakukan bidan di Puskesmas kurang efektif untuk menangani masalah yang ada. Berdasarkan

uraian masalah sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian literatur review tentang

pijat oksitosin dengan teknik marmet terhadap produksi ASI pada ibu nifas .

Anda mungkin juga menyukai