sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 32 per
1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita telah mencapai Target Pembangunan
Berkelanjutan (TPB/SDGs) 2030 yaitu sebesar 25/1.000 kelahiran hidup dan diharapkan AKN
Tingginya AKB dan masalah gizi pada bayi dapat ditangani sejak awal dengan cara
pemberian Air Susu Ibu (ASI). Menurut penelitian yang dilakukan oleh UNICEF, risiko angka
kematian bayi (AKB) bisa berkurang sebanyak 22% dengan pemberian ASI ekslusif, khusus
untuk kematian neonatus dapat ditekan hingga 55% - 87% jika setiap bayi lahir dilakukan IMD
dan diberikan ASI eksklusif. WHO merekomendasikan semua bayi perlu mendapat ASI untuk
mengatasi masalah gizi dan mencegah penyakit infeksi. Melalui pemberian ASI eksklusif selama
6 bulan dapat menjamin kecukupan gizi bayi serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit infeksi.
Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-satunya makanan yang
terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. ASI ekslusif mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. ASI
ekslusif juga berperan terhadap status gizi bayi sehingga mengurangi AKB di Indonesia.
Pengeluaran ASI kurang akan mempengaruhi kepercayaan diri ibu untuk menyusui sehingga
akan menyebabkan terjadinya ketidak cukupan ASI serta akan mempengaruhi pengeluaran
hormon prolaktin yang akan mengakibatkan produksi ASI semakin berkurang (Sugiarti, 2015).
Penurunan produksi ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh
kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran
produksi ASI. Prolaktin adalah hormon esensial untuk penyempurnaan lobules-alveolus dalam
kehamilan dan memulai sekresi air susu melalui reseptor pada dinding sel alveolus. Faktor
Oksitosin merangsang pengeluaran susu dari payudara melalui kontraksi sel-sel miopitel di
alveoli dan duktus, apabila rangsangan produksi oksitosin dari hipofisis berkurang, pengeluaran
ASI juga akan terhambat. Beberapa keadaan seperti stress maternal, keadaan bingung, takut dan
cemas pada ibu dapat menghambat reflek let down (Sutanto, 2018).
Pijat oksitosin adalah pemijatan tulang belakang pada costae (tulang rusuk) ke lima hingga
keenam sampai ke scapula (tulang belikat) yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis,
saraf yang berpangkal pada medulla oblongata dan pada daerah daerah sacrum dari medulla
kontraksi sel-sel otot polos yang melingkari duktus laktiferus kelenjar mamae yang
Hasil penelitian Isnaini & Rama (2015) menjelaskan bahwa dari 15 responden yang
dilakukan pijat oksitosin sebanyak 9 ibu nifas (60%) yang pengeluaran ASI cepat, 5 ibu nifas
(33%) yang pengeluaran ASI normal dan ibu yang mengalami pengeluaran ASI lambat sebesar 1
ibu nifas (7%) dan kelompok yang tidak dilakukan pijat oksitosin 15 responden sebanyak 12 ibu
nifas (80%).
Solusi lain bagi ibu yang mengalami ASI tidak keluar atau tidak lancar dianjurkan untuk
melakukan metode teknik marmet. Teknik marmet merupakan kombinasi cara memerah ASI
dan memijat payudara sehingga refleks keluarnya ASI dapat optimal. Pengeluaran hormone
prolaktin diharapkan akan merangsang mammary alveoli untuk memproduksi ASI. Teknik
marmet dapat dilihat setelah 20-30 menit, dan dilakukan 3 kali dalam 2-3 menit sehingga ASI
dapat lancar kembali. Semakin banyak ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara akan
Menurut data dari kementrian kesehatan tahun 2018 di Indonesia jumlah capaian inisiasi
menyusui dasar (IMD) sekitar 71,17% sedangkan capaian ASI ekslusif hanya 68,74% dari
target renstra 47% dari target nasional. Data dari Profil Kementrian Kesehatan Indonesia Tahun
2018 Provinsi Sulawesi Utara merupakan 3 provinsi terendah yang belum mencapai target
renstra IMD, sedangkan capaian ASI ekslusif Provinsi Sulawesi Utara termasuk dalam 6
Berdasarkan hasil studi dokumentasi 5 jurnal yang telah ditelaa di dapatkan penelitian yang
menunjukan hasil bahwa pijat metode teknik marmet dan pijat oksitosin efektif untuk
Dari masalah yang di temukan upaya yang dilakukan oleh bidan yaitu dengan melakukan
penyuluhan tentang perawatan payudara di Posyandu, pada saat kunjungan rumah, dan saat
pemeriksaan antenatal care di Puskesmas pada ibu hamil trimester III. Namun upaya yang
dilakukan bidan di Puskesmas kurang efektif untuk menangani masalah yang ada. Berdasarkan
uraian masalah sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian literatur review tentang
pijat oksitosin dengan teknik marmet terhadap produksi ASI pada ibu nifas .