Anda di halaman 1dari 35

EFEKTIFITAS PERAWATAN PAYUDARA DENGAN TEKNIK

MASSAGE ROLLING PADA IBU HAMIL TRIMESTER III TERHADAP


KELANCARAN PENGELUARAN ASI POSTPARTUM DIWILAYAH
KERJA PUSKESMAS 1 ULU PALEMBANG TAHUN 2020

Prahardian Putri S.Kp.M.Kes


NIP. 196310281987032003
Ratna Ningsih, Skep.Ns.SPmat
NIP. 196108231982012001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI


JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN 2020

1
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi asi
biasanya belum keluar,karena masih dihambat oleh kadar ekstrogen yang
tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinana kadar ekstrogen dan
progesteron turun drastis sehingga, pengaruh hormon prolaktin lebih
dominan pada saat inilah terjadi sekresi ASI.

ASI merupakan nutrisi yang paling baik bagi bayi baru lahir hingga usia 6
bulan. ASI eksklusif sebagai bahan tunggal akan cukup memenuhi tumbuh
bayi normal sampai usia 6 bulan . dan ketika diberikan makanana padat
dapat diteruskan sampai usia 2 tahun

Pada awal laktasi sering muncul masalah menyusui diantaranya, tidak


lancarnya pengeluaran ASI, Pada menyusui pertama kelahiran banyak ibu
yang merasa bahwa asi belum keluar pada hari pertama sehingga, bayi
dianggap perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang lahir cukup
bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat
mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari disamping itu
pemberian minum sebelum ASI keluar akan menghambat pengeluaran ASI
karena bayi menjadi kenyang dan malas menyusui ( Elisabeth,2017 ).
Tidak semua ibu post partum dapat mengeluarkan ASI karena pengeluaran
ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsang
mekanik, saraf dan bermaam-macam hormon yang berpengaruh terhadap
pengeluaran ositoksin.

Proses produksi dan pengeluaran ASI diregulasi terutama oleh dua hormon
yakni prolaktin dan ositoksin.

Hormon prolaktin berperan dalam proses produksi dan sekresi ASI oleh
Sel-sel dialvioli (kelenjar Susu) level prolaktin dalam darah menignkat
saat hamil dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan parankim

2
Poltekkes Kemenkes Palembang
payudara Namun, selama hamil tersebut ASI tidak lantas di sekresikan
dari payudara karena da hormon ekstrogen dan progesteron yang
menghambat aksi hormon prolaktin setelah persalinan kadar ekstrogen dan
progesteron dalam darah turun dengan cepat sehingga tidak ada lagi yang
menghambat hormon prolaktin terjadila sekresi ASI.

Saat bayi menyusu kadar prolaktin dalam darah meningkat dan


menstimulasi produksi ASI oleh alveolus. Pada minggu-minggu awal
menyusui semakin sering bayi menyusui dan merangsan puting payudara
maka akan semakin banyak juga hormon prolaktin yang di produksi.
Sehingga banyak ASI yang dihasilkan .

Peraturan pemerintah (PP) nomor 33 tentang pemberian ASI


eklusif dan telah diikuti dengan terbitna dua peraturan menteri kesehatan
yaitu : Pemenkes Nomor 15 tahu 2013 tentang cara peneydaan fasilias
khusus meyususi atau memerah air susu ibu dan pemenkes nomor 139
tahub 2013 tentang susu formula dan proPduk lainnya (Depkes RI,2013).

Target Sustainable Development Goals (SDG’S) 2015-2019


kurang dari enam bulan yaitu sebesar 50%. Berdasarkan data profil
kesehatan RI selama tiga tahun berturut-turut yaitu pada tahun
2014,2015,2016 ,capaian ASI ekslusif diindonesia pada tahun 2014 berada
pada angka 52,3%,kemudian pada tahun 2015 mengalami peningkatan
menjadi 55,7% sedangakn pda tahun 2016 capaian ASI d Indonesia
mengalami penurunaan menjadi 54%.

Cakupan pemberian ASI Eksklusif yang terhimpun menurut


laporan ASIE di dinkes provinsi sumatera selatan tahun 2014 mengalami
penurunana 63,44% dibandingkan tahun 2013 sebesar 63,77%, Anamnun,
demikian belum mencapi target RPJMN 2014 sebesar 80%
(www.depkes.go.id).

Penurunan produksi ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan


dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan

3
Poltekkes Kemenkes Palembang
oksitoksin yang dapat berperan dalam kelancara produksi ASI penelitian
yang dilakukan oleh blair(2003) menunjukan bahwa pada 95 ibu post
partum yang menyusi bayinya ditemukan produksi ASI-nya menurun jika
rangsangan hisapan bayi menurun atau berkurang. Demikian pula
penelitian yang dilakukan oleh pace (2001) menunjukan bahwa
penurunana hisapan bayi juga menurunkan stimulasi hormon prolaktin dan
oksitosin.

Ada beberapa faktot yang mempengaruhi keberhasilan laktasi baik


faktor internal maupun faktor eksternal. Pada hakikatnya semua wanita
dapat menyususi, jarang ada wanita yang tidak dapat menyusui karena
kelainan patofisiologis (WHO,2003). Menurut WHO dioerkirakan 97%
wanita subur memepunyai kemampuan untuk menyusui (Iglesias,2011).

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena


timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi.
Masalah pada iobu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak
sebelum persalinan (periode antenatal), pada masa pasca-persalinana dini,
dan masa pasca pesalinan lanjut. Masalah menyusui dapat pula
diakibatkan karena keadaan khusus. Ibu mengeluhkan bayinya sering
menangis atau menolak menyusu yang kemduian diartikan bahwa ASI-nya
tidak cukup atau tidak baik sehinggga menyebabkan diambilnya keputusan
untuk menghentikan menyusi (Widiasih,2008).

Teknik acupressure points for lactation merupakan salah satu solusi


untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI (Anamed, 2012). Tindakan
tersebut dapat membantu memaksimalkan reseptor prolaktin dan oksitosin
serta meminimalkan efek samping dari tertundanya proses menyusui oleh
bayi (Evariny, 2008). Acupressure points for lactation juga dapat
meningkatkan perasaan rileks pada ibu postpartum. Acupressure points for
lactation melalui titik meridian sesuai dengan organ yang akan dituju dapat
membantu mengurangi rasa ketidaknyamanan. Akupresur akan

4
Poltekkes Kemenkes Palembang
meningkatkan kadar endorfi n dalam darah maupun sistemik. Stimulasi
akupresur dapat membawa hubungan subtansi untuk pelepasan zat yang
mampu menghambat sinyal rasa sakit ke otak. Efek rangsangan titik
akupresur dapat melalui saraf dan dapat melalui transmiter humoral yang
belum dapat diterangkan dengan jelas (Garret et al. 2003, dalam Apriany,
2010;Saputra, 2000). Teori neurotransmitter yang menghasilkan endorfi n
yaitu dengan mempengaruhi area otak, menstimulasi sekresi beta-
endorphin dan enkepalin pada otak dan spinal cord. Pelepasan
neurotransmitter mempengaruhi sistem imun dan sistem antinoceptive.
(Saputra, 2000). Endorfi n merupakan opiat tubuh secara alami dihasilkan
oleh kelenjar pituitary yang berguna untuk mengurangi nyeri,
mempengaruhi memori dan mood yang kemudian akan memberikan
perasaan rileks (Tuner, 2010 dalam Apriany, 2010).

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang


(vertebrae) sampai tulang costae kelima - keenam dan merupakan usaha
untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan
(Biancuzzo, 2003; Yohmi & Roesli, 2009). Pijatan ini berfungsi untuk
meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga
ASI pun otomatis keluar.

Peningkatan rasa nyaman merupakan salah satu tujuan dari comfort


theory yang dikembangkan oleh Kolcaba. Kolcaba menyatakan bahwa
perawatan untuk meningkatkan kenyamanan memerlukan sekurangnya
tiga tipe intervensi comfort yaitu: teknis pengukuran kenyamanan,
coaching (mengajarkan) dan comfort food for the soul (Kolcaba, 2011).
Pada penelitian ini, intervensi yang digunakan oleh penelti adalah comfort
food for the soul, terapi untuk kenyamanan pasien yang meliputi
pemijatan. Dalam hal ini peneliti mengaplikasikan teknik acupressure
point for lactation dan pijat oksitosin untuk memberikan stimulasi
kutaneus yang diharapkan akan meningkatkan kenyamanan pasien,

5
Poltekkes Kemenkes Palembang
merangsang keluarnya oksitosin, sehingga terjadi peningkatan produksi
ASI.

Berdasarkan fenomenan diatas maka, Peneliti ingin meneliti


dengan judul “Efektifitas Perawatan Payudara Dengan Teknik Massage
Rolling Pada Ibu Hamil Trimester III Terhadap Kelancaran Pengeluaran
ASI Postpartum Di wilayah Kerja Puskesmas I Ulu Palembang Tahun
2020”
B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Efektifitas Perawatan Payudara Dengan Teknik Massage
Rolling Pada Ibu Hamil Trimester III Terhadap Kelancaran
Pengeluaran ASI Postpartum Di wilayah Kerja Puskesmas I Ulu
Palembang Tahun 2020

2. Tujuan Khusus
a. Diketahui karakteristik responden meliputi : Usia, Pendidikan,
Pekerjaan.
b. Diketahui intensitas nyeri punggung bawah sebelum dilakukan
intervensi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di
wilayah kerja Puskesmas I Ulu Palembang Tahun 2020.
c. Diketahui intensitas nyeri punggung bawah sesudah dilakukan
intervensi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di
wilayah kerja Puskesmas I Ulu Kampus Palembang Tahun 2020.
d. Diketahui Efektifitas Perawatan Payudara Dengan Teknik
Massage Rolling Pada Ibu Hamil Trimester III Terhadap
Kelancaran Pengeluaran ASI Postpartum Di wilayah Kerja
Puskesmas I Ulu Palembang Tahun 2020
D. Ruang Lingkup Penelitian

6
Poltekkes Kemenkes Palembang
Penelitian ini meneliti Efektifitas Perawatan Payudara Dengan Teknik
Massage Rolling Pada Ibu Hamil Trimester III Terhadap Kelancaran
Pengeluaran ASI Postpartum Di wilayah Kerja Puskesmas I Ulu
Palembang Tahun 2020. Alat ukur yang digunakan adalah SOP terapi
akupresur dan Visual Analog Scale (VAS). Metode penelitian ini adalah
quasi experiment dengan rancangan non equivalent control group.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III yang
berkunjung kepuskesmas antenatal sedangkan untuk melihat kelancaran
ASI pada saat ibu tersebut telah melahirkan (postpartum) pada ahri kedua
dan ketiga . Adapun Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah non
propability sampling yaitu purposive sampling.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi perawat puskesmas
Hasil dari penelitian ini dapat diaplikasikan oleh petugas kesehatan dan
dapat memberikan pelatihan secara rutin agar dapat mengatasi
ketidaknyamanan ibu yang hamil pada trimester III.
2. Manfaat bagi Institusi

Menjadi bahan masukan untuk mengembangkan keilmuan dan


keterampilan dalam

bidang keperawatan khususnya mata ajaran maternitas dan keluarga,


sebagai bahan

acuan penelitian selanjutnya.

a. Bagi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas I Ulu Palembang


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan ibu hamil serta keluarga di Wilayah Kerja
Puskesmas I Ulu Palembang sehingga dapat meningkatkan
kesehatan ibu ibu hamil dan Anak.
b. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

7
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Post Partum (Nifas)

1. Pengertian

Masa post partum atau masa nifas sering dikenal juga dengan puerperium

yang berasal dari kata puer yang berarti seorang anak dan parere berarti

kembali ke semuala yaitu masa enam minggu setelah persalinan ketika organ

reproduksi kembali keadaan tidak hamil. (Nurbaeti, dkk)

Masa Nifas (Puerperium) adalah masa setelah kelahiran plasenta sampai

alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas

berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010 dalam

Elisabeth 2017)

2. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas terbagi menjadi tiga tahap (Nurjanah et al, 2013), yaitu:

a. Puerperium dini (immediate postpartum), yaitu pemulihan di mana ibu

telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam

postpartum). Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh

bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium intermedial (early puerperium), suatu masa dimana

pemulihan dari organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama

kurang lebih 6-8 minggu.

8
Poltekkes Kemenkes Palembang
c. Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk

pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara

bertahap terutama jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu

mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu,

bulan bahkan tahun.

3. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas

Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang

proses kelahiran maupun setelah persalian. Pada periode tersebut, kecemasan

seorang wanita dapat bertambah.Pengalaman yang unik dialami oleh ibu

setelah persalinan.Perubahan peran seorang ibu memerlukan

adaptasi.Tanggung jawab ibu mulai bertambah.

Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah

sebagai berikut:

a. Fungsi menjadi orang tua.

b. Respon dan dukungan dari keluarga.

c. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta perslinan.

d. Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan.

Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:

1) Fase taking in

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlansgung dari

hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.Ibu terfokus pada

dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap

9
Poltekkes Kemenkes Palembang
lingkungannya.Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules,

nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan.Hal yang perlu

diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang

baik dan asupan nutrisi.

Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:

a. Kekecewaan pada bayinya.

b. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.

c. Rasa bersalah karena belum bias menyusui bayinya.

d. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.

2) Fase taking hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa

khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam

perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitive sehingga mudah

tersinggung.Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang

baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan

tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan anatra lain:

mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara

perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi,

istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.

3) Fase letting go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.Ibu sudah

mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

10
Poltekkes Kemenkes Palembang
Terjadi peningkatanakan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa

percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi

kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat

membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan

ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.

Hal-hal dipenuhi yang harus selama nifas adalah sebagai berikut:

a. Fisik. Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih.

b. Psikologi. Dukungan dari keluarga sangat diperlukan.

c. Social. Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan

menemani saat ibu merasa kesepian.

B. Manajemen Laktasi

1. Pengertian

Laktasi atau menysusui mempunyai dua pengertian, yaitu prosuksi ASI

(prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin).

a. Produksi ASI (prolaktin)

Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu,

dan berakhir ketika mulai menstruasi.Hormone yang berperan adalah

hormon estrogen dan progesterone yang membantu maturasi

alveoli.Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi

ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi.

Kadar estrogen dan progesterone akan menurun pada saat hari kedua dan

11
Poltekkes Kemenkes Palembang
ketiga pasca persalinan, yaitu reflek prolaktin dan reflek aliran yang

timbul akibat perangsang puting susu dikarenakan isapan bayi.

1) Reflek prolaktin

Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk

membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas

dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan

progesteron yang masih tinggi.Pasca persalinan, yaitu saat

lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka

estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan

merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung

saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.

Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla

spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor

penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang

pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Factor pemacu

sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga

keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang

berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu

menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan

sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akanada

peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran

air susu tetap berlangsung.

12
Poltekkes Kemenkes Palembang
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi

normal pada minggu ke 2-3. Sedangkan pada ibu menyusui

prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau

pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan putting susu.

2) Reflek aliran (let down reflex)

Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,

rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise

posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan

oksitosin.Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus

sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan

memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari elveoli dan

masuk ke system duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus

lactiferus masuk ke mulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,

mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk

menyusui bayi. Faktor-faktor yang menghambat reflek let down

adalah stress, seperti keadaan bingung/pikiran kacau, takut dan

cemas.

b. Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan

menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria

posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel

miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk

13
Poltekkes Kemenkes Palembang
dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh

isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus.Bila duktus

melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

[ CITATION Yan14 \l 1033 ]

2. Manfaat Pemberiian ASI

Manfaat ASI untuk ibu dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu:

a. Aspek kesehatan ibu

Hisapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin yang

membantu involusi uteri dan menvcegah terjadinya perdarahan pasca

persalinan, mengurangi prevalensi anemia dan mengurangi terjadinya

karsinoma indung telur dan mamae, mengurangi angka kejadian

osteoporosis dan patah tulang panggul setelah menoupause, serta

menurunkan kejadian obesitas karena kehamilan.

b. Aspek keluarga berencana

Menyusu secara eklusif dapat menjarangkan kehamilan.Hormone

yang mempertahankan laktasi menekan ovulasi sehingga dapat

digunakan sebagai kontrasepsi alamiah yang sering disebut metode

amenorea laktasi (MAL).

c. Aspek psikologis

Perasaan bangga dan dibutuhkan sehingga tercptanya hubungan atau

ikatan batin antara ibu dan bayi.

14
Poltekkes Kemenkes Palembang
Manfaat pemberian ASI untuk bayiASI adalah makanan yang terbaik

untuk bayi.ASI tidak hanya memberikan manfaat untuk bayi saja,

melainkan ibu, keluarga, dan Negara.

Manfaat ASI untuk bayi:

a. Nutrien (Zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.

Zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain: lemak, karbonhidrat,

protein, garam dan mineral, serta vitamin. ASI memberikan seluruh

kebutuhan nutrisi dan energy selama 1 bulan pertama, separuh atau

lebih nutrisi selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3

nutrisi atau lebih selam tahun kedua.

b. ASI mengandung zat protektif.

Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI, maka bayi

jarang mengalami sakit. Zat-zat protektif tersebut antara lain:

1) Laktobasilus bifidus(mengubah laktosa menjadi asam laktat dan

asam asetat, yang membantu memberikan keasaman pada

pencernaan sehingga menghambat pertumbuha mikroorganisme)

2) Laktoferin, mengikat zat besi sehingga membantu menghambat

pertumbuhan kuman.

3) Lisozim, merupakan enzim yang memecah dinding bakteri dan

anti inflamatori bekerjasama dengan peroksida dan askorbat

untuk menyerang E-coli dan salmonela.

4) Komponen C3 dan C4.

15
Poltekkes Kemenkes Palembang
5) Faktor antisteptokukus, melindungi bayi dari kuman steptokukus.

6) Antibodi.

7) Imunitas selluler, ASI mengandung sel-sel yang berfungsi

membunuh dan memfagositosis, membentuk C3 dan C4, lisozim

dan laktoferin.

8) Tidak menimbulkan alergi.

c. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi.

Pada saat bayi kontak kulit dengan ibunya, maka akan timbul rasa

aman dan nyaman bagi bayi.perasaan ini sangat penting untuk

menimbulkan rasa percaya (basic sense of trust).

d. Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik.

Bayi yang mendapatkan ASI akan memiliki tumbuh kembang yang

baik. Hal ini dapat dinilai dari kenaikan berat badan bayi dan

kecerdasan otak baik.

e. Mengurangi kejadian karies dentis.

f. Insiden karies dentis pada bayi yang mendspat susu formula jauh

leboh tinggi dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI.

Kebiasaan menyusu dengan botol atau dot akan menyebabkan gigi

lebih lama kontak dengan susu formula sehingga gigi menjadi lebih

asam.

g. Mengurangi kejadian maloklusi.

Penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong

ke depan akibat menyusui dengan botol dan dot.

16
Poltekkes Kemenkes Palembang
3. Kandungan ASI

Komponen ASI berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, yang

memainkan peran utama dalam perlawanan terhadap penyakit, dan komponen

ASI sangatlah rumit.Dari 100.000 komponen ASI belum sepenuhnya diteliti

atau belum ditemukan, namun ASI tetap saja merupakan nutrisi bagi bayi

yang paling utama dan paling segalanya buat bayi.Komponen-komponen ASI

yang telah diketahui diantaranya adalah Kolostrum, Protein, Lemak, Laktosa,

Vitamin A, Zat besi, Taurin, Lactobacillus, Laktoferin, Lisozim (Widuri,

2013).

a. Kolostrum

Warnanya kekuningan yang dihasilkan sel alveoli payudara ibu,

cairannya lebih kental.Jumlahnya tidak terlalu banyak. Kolostrum akan

disekresi setiap hari selama sekitar 4-5 hari pertama menyusui berkisar

10-100cc, dengan rata-rata 30cc. Berat jenis kolostrum antara 1.040

sampai 1.060, sedangkan berat jenis ASI adalah 1.030. Hal ini disebabkan

karena kandungan zat-zat gizi dan kekebalan dalam kolostrum lebih tinggi

daripada ASI.

Kolostrum kaya akan gizi seperti karbohidrat, protein, antibodi, dan

mengandung karoten dan vitamin A yang sangat tinggi. Kandungan lain

yang terdapat dalam kolostrum adalah IgA dan sel darah putih. Namun

dalam kolostrum mengandung sedikit lemak, karena bayi baru lahir

memang belum mampu mencerna lemak dengan mudah.

17
Poltekkes Kemenkes Palembang
Satu sendok kolostrum memiliki nilai gizi hampir sama dengan

kurang lebih 30 cc susu formula. Manfaat kolostrum selain untuk

memberikan komponen yang dibutuhkan bayi, juga untuk membersihkan

alat percernaan bayi.Cara membersihkan dan menyiapkan pencernaan

bayi adalah dengan mempercepat pengeluaran feses tinja hitam bayi

(mekonium).

Mekonium bayi yang mengkonsumsi kolostrum akan banyak dan

secepatnya mengeluarkan mekonium daripada bayi yang tidak diberi

kolostrum. Setelah alat pencernaan bayi bersih dari mekonium, kolostrum

mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk segera menerima ASI.

Kolostrum bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan air susu ibu

matur tidak menggumpal.

Komposisi kolostrum diantaranya adalah:

1) Kadar proteinnya lebih tinggi daripada ASI sedangkan lemak

dan kadar karbohidratnya lebih rendah.

2) Kadar mineralnya juga tinggi. Selain mengandung kalsium dan

fosfor, juga mengandung magnesium, kalium, natrium, dan klor.

Kalium sangat berguna untuk gerakan peristaltik usus bayi.

3) Kadar vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K juga

lebih tinggi daripada yang terdapat di ASI. Sifatnya sebagai anti

diare, anti virus, anti jamur, dan anti racun.

18
Poltekkes Kemenkes Palembang
4) Kandungan zat kekebalan atau antibodi dalam kolostrum sangat

tinggi yang terdiri atas immunoglobulin (IgG, IgM, IgE),

laktoferin, lysozyme dan lain-lainnya.

b. Protein

Casein (protein yang sulit dicerna) dan whey (protein yang mudah

dicerna)banyak terkandung dalam ASI, terutama whey. Tegasnya dalam

ASI lebih banyak mengandung whey daripada casein.Whey ini sebaiknya

diberikan selama 6 bulan pertama kelahiran alias ASI Ekslusif. Semua

whey protein dalam berbagai susu berbeda. ASI mengandung alfa-

laktalbumin dan susu sapi mengandung beta-laktoglubulin.

c. Lemak

Kalori (energi) dari ASI lebih mudah dicerna karena sudah

dalambentuk emulsi. Hasil penelitian OSBORN membuktikan, bahwa

bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih banyak menderita penyakit

jantung koroner di usia muda.

d. Laktosa

Laktosa adalah karbohidrat utama pada ASI, yang berfungsi sebagai

sumber energi, meningkatkan absorbsi kalsium dan merangsang

pertumbuhan lactobacillus bifidus.

e. Vitamin A

Dalam ASI mengandung vitamin A sekitar 200 IU/dl.

19
Poltekkes Kemenkes Palembang
f. Zat besi

Walaupun dalam ASI hanya terdapat sedikit zat besi sekitar 0,5-1,0

mg/liter, bayi yang diberi ASI jarang mengalami kekurangan zat besi

(anemia), dan zat besinya lebih mudah diserap.

g. Taurin

Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neurotransmitter,

berperan penting dalam kematangan otak bayi.

h. Lactobacillus

Lactobacillus ini sangat bermanfaat dalam menghambat

pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E. Coli yang sering

menyebabkan terjadinya diare pada bayi.

i. Laktoferin

Fungsi yang terkandung dalam laktoferin ini memungkinkan bakteri

sehat tertentu untuk berkembang. Memiliki efek langsung pada antibiotik

berpotensi berbahaya seperti Staphylococci dan E. Coli. Laktoferin ini

ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada kolostrum. Walau laktoferin

banyak pada kolostrum, namun pada bayi yang mengkonsumsi kolostrum

akan merasakan manfaatnya sepanjang seluruh tahun pertama dalam

menghambat bakteri staphylococcus dan jamur candida. Laktoferin

mengikat zat besi dan mencegah pertumbuhan bakteri yang memerlukan

zat besi, serta antibodi seperti immunoglobulin terutama Ig A.

20
Poltekkes Kemenkes Palembang
j. Lisozim

Lisozim berfungsi menghancurkan bakteri berbahaya dan

keseimbangan bakteri dalam usus.

4. Stadium Laktasi

Perubahan kolostrum menjadi air susu yang matur berlangsung bertahap

selama 14 hari pertama kehidupan bayi. Keadaan tersebut bervariasi karena

berkaitan dengan berbagai faktor, pengaktifan jaringan glandula mammae,

keefektifan bayi belajar menghisap.ASI adalah suatu emulsi lemak dalam

larutan protein, lactose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua

belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan tambahan utama bagi bayi.

Bahkan ASI yang telah matur juga memiliki variasi komposisi dan nilai kalori

dari air susu bergantung pada masing-masing individu. Dalam pemberian ASI

tidak dibatasi jumlah takaran. Berikut ini ASI menurut stadium laktasi

(Badriah, 2010 di dalam Nurjanah et al, 2013):

a. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali keluar disekresi oleh

kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual material

yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara

sebelum dan setelah masa puerperium.Disekresi oleh kelenjar

payudara dari hari 1-4.Komposisi dari kolostrum dari hari ke hari

selalu berubah. Kolostrum merupakan cairan vicous yang kental

21
Poltekkes Kemenkes Palembang
dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding dengan

susu yang matur.

b. Air Susu Transisi/Peralihan

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang

matur yang disekresi pada hari keempat sampai hari kesepuluh masa

laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI matur baru

timbul minggu ketiga sampai minggu kelima. Kadar protein semakin

merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meniggi dan

volume akan makin meningkat.

c. Air Susu Matur

Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10, dan seterusnya,

komposisi relatif konstan (ada pula yang menyatakan bahwa

komposisi ASI relatif konstan baru mulai minggu ke-3 sampai minggu

ke-5).Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI ini

merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk

bayi sampai 6 bulan.Merupakan suatu cairan berwarna putih

kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari garam Ca-caseinat,

riboflavin dan karoten yang terdapat di dalamnya.

22
Poltekkes Kemenkes Palembang
5. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI

a. Faktor langsung

1) Prilaku menyusui

a) Waktu Inisiasi

Inisiasi dapat dilakukan segera pada jam-jam pertama

kelahiran dengan melakukan inisiasi menyusui dini (IMD)

akan meningkatkan produksi ASI.

b) Frekuensi dan Lamanya menyusui

Bayi sebaiknya disusui secara on demand karena bayi akan

menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat

mengosongkan payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam

lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.

c) Menyusu malam hari

Meyusui pada malam hari dianjurkan untuk lebih sering

dilakukan karena akan memacu produksi ASI, hal ini karena

prolaktin lebih banyak disekresi pada malam hari.

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis ibu yang mempengaruhi kurangnya produksi

ASI antara lain adala ibu yang berada dalam keadaan steres,

kacau, marah dan sedih, kurang percaya diri, terlalu lelah, ibu

tidak suka menyusui, serta kurangnya dukungan dan perhatian

keluarga dan pasangan kepada ibu.

23
Poltekkes Kemenkes Palembang
3) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis ibu meliputi status kesehatan ibu, nutrisi, intake

cairan, pengobatan, dan merokok.Selama menyusui seorang ibu

membutuhkan kalori, protein, mineral dan vitamin yang sangat

tinggi.Ibu yang menyusui membutuhkan tambahan 800 kalori per

hari selama menyusui. Selain kebutuhan makanan, ibu menyuui

juga memerlukan minum yag cukup karena kebutuhan tubuh akan

cairan pada ibu menyusui meningkat. Asupan cairan yang cukup

2000 cc perhari dapat menjaga produksi ASI ibu. (Suyoprajogo,

2009)

4) Faktor stimulus

a) Teknik Mamet

Teknik ini merupakan kombinasi antara cara memerah ASI

dan memijat payudara sehingga reflex keluarnya ASI dapat

optimal. Teknik memerah ASI dengan cara marmet ini pada

prinsipnya bertujuan untuk mengosongkan ASI pada dari

sinus laktiferusyang terletak dibawah aerola sehingga

diharapkan dengan pengosongan ASI pada daerah sinus

laktiferusini akan merangsang pengeluaranhormon prolaktin.

Pengeluaran hormon prolaktin ini selanjutnya akan

merangsang mammary alveoli untuk memproduksi ASI

dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara maka akan

semakin banyak ASI akan diproduksi.

24
Poltekkes Kemenkes Palembang
b) Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin

atau reflek let down. Pijat oksitosin ini dilakukan dengan cara

memijat pada daerah punggung sepanjang dilakukan kedua

sisi tulang belakang sehingga diharapkan dengan dilakukan

penijatan ini, ibu akan merasa rileks dan tidak kelelahan

dapat membantu merangsang pengeluaran hormone oksitosin.

C. Akupresur Rolling Massage


perawatan payudara dengan teknik massage rolling merupakan cara
menstimulasi refleks oksitosin pada awal laktasi. Hormon oksitosin dihasilkan
jika ujung saraf disekitar payudara distimulasi oleh hisapan bayi. Oksitosin
akan dialirkan melalui darah menuju payudara yang akan menstimulasi otot
sekitar alveoli, dan memeras ASI keluar dari alveolus menuju sinus laktiferus.
ASI yang terdapat dalam sinus dapat dikeluarkan ibu atau bayi. Pijatan
oksitosin ini berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat
menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar. 12 Metode massage
rolling merupakan salah satu cara baru dalam menstimulasi pengeluaran ASI.
Dengan membuat ibu lebih nyaman diharapkan reflek oksitosin dapat
meningkat. Pemijatan yang dilakukan secara rutin juga dapat mempengaruhi
kelancaran produksi ASI, semakin sering ibu melakukan pemijatan, semakin
meningkat pula hormon oksitosin dalam tubuh sehingga produksi ASI
bertambah lancar.12 Teknik pemijatan pada titik tertentu dapat menghilangkan
sumbatan dalam darah sehingga aliran darah dan energi didalam tubuh akan
kembali lancar. Punggung adalah daerah dimana wanita paling sering
mengalami ketegangan. Punggung merupakan titik akupresur untuk
memperlancar proses laktasi. Selain itu syaraf pada payudara dipersyarafi oleh
syaraf punggung atau dorsal yang menyebar disepanjang tulang belakang.13
Setelah dilakukannya intervensi setiap hari yaitu pagi dan sore selama 2-3
minggu sebelum melahirkan pada kelompok intervensi, hasil post test

25
Poltekkes Kemenkes Palembang
menyatakan bahwa kelancaran pengeluaran ASI sebanyak 14 orang dari
jumlah responden 16 orang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa intervensi
perawatan payudara dengan teknik massage rolling memiliki efek terhadap
kelancaran pengeluaran ASI. Hal ini dikarenakan pemijatan pada punggung
(massage rolling) dapat menstimulus otot-otot payudara yang akan
mempengaruhi hypofise untuk mengeluarkan hormon progesteron, estrogen,
dan oksitosin untuk mengeluarkan ASI terutama apabila dilakukan secara
rutin selama kehamilan hingga persalinan.1 Penelitian yang dilakukan
Mawwadah (2015) menyatakan bahwa oksitosin dikeluarkan ketika ibu
merasa nyaman, mendapatkan cukup sentuhan, cukup temperatur dan tidak
stresss atau ibu dalam kondisi rileks. Pemijatan punggung ibu bertujuan untuk
memberi rangsangan kepada kelenjar air susu ibu agar dapat memproduksi
susu dan memicu hormon oksitosin atau reflek let down serta memberikan
kenyamanan dan menciptakan rasa rileks pada ibu melalui hormon endorphin
yang disekresi karena rasa nyaman dan rileks tersebut yang dialami ibu selama
pemijatan.Penelitian Desmawati (2013) menunjukkan bahwa ada perbedaan
yang bermakna antara waktu pengeluaran ASI ibu postpartum antara
kelompok yang diberikan intervensi areola massage dan massage rolling
dengan kelompok yang tidak diberikan intervensi. Kemudian penelitian yang
dilakukan oleh Muliani (2011) menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan
rata-rata produksi ASI ibu postpartum sesudah dilakukan massage rolling pada
kelompok kontrok dan intervensi. Jadi dapat disimpulkan teknik massage
rolling berpengaruh terhdap kelancaran pengeluaran ASI.

26
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu pengaruh Efektifitas akupresur

Rolling Massage

, sedangkan variabel dependen adalah produksi ASI ibu post partum yang sebelum

dilakukan perlakuan dan produksi ASI ibu post partum setelah dilakukan

perlakuan.

Pre Intervensi Post


Intervensi

Ibu Hamil trimester III

1. Hamil 36 minggu
2. Puting susu menonjol
Produksi ASI Ibu
3. Memeriksa kehamilan
Postpartum setelah
diwilayah kerja di Perlakuan:
dilakukan perlakuan
Puskesmas I Ulu. Akupresur
4. Tidak menggunakan Rolling Massage
alat kontrasepsi yang
mengandung ekstrogen

3.1 Skema Kerangka Konsep

27
Poltekkes Kemenkes Palembang
B. Definisi Kerangka Operasional

B. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian adalah batasan ruang lingkup atau

pengertian variabel-variabel yang diamati/diteliti.Definisi operasional ini juga

bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap

variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur).

[ CITATION Soe10 \l 1033 ]

Tabel 1 Definisi Operasional

Definisi
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1. Akupresur Teknik menekan - SOP - -
Rolling titik tubuh Akupresur
Masssage dengan Rolling
(Punggung) menggunakan Massage
jari sehingga
diharapkan
produksi ASI
pada ibu post
partum lancar.
2. Produksi ASI Jumlah ASI Mengukur Gelas ukur Rata-rata 16,87 Rasio
ml
sebelum dalam ml pada jumlah ASI
dilakukan ibu post partum dalam ml
perlakuan sebelum
akupresur

28
Poltekkes Kemenkes Palembang
Rolling Massage
3 Produksi ASI Jumlah ASI Mengukur Gelas ukur Rata-rata Rasio
setelah dalam ml pada jumlah ASI 52,43ml
dilakukan ibu post partum dalam ml
perlakuan setelah
(variabel akupresur
Dependen) Rolling Massage
4 Usia Rentang Wawancara kuesioner 1. Umur Ordinal
ideal : 20-
kehidupan ibu
35 tahun
yang diukur 2. Umur tidak
ideal : <20
dengan bulan
tahun &>35
terakhir ulang tahun
tahun.
5 Pendidikan Jenjang Wawancara kuesioner 1. Rendah Ordinal
(SD-SMP)
pendidikan
2. Menengah
terakhir yang (SMA)
3. Tinggi
ditempuh oleh
(lebih dari
ibu. SMA)
6 Paritas Banyak anak Wawancara kuesioner 1. Primipara Ordinal
2. Multipara
yang dilahirkan
setelah gestasi
24 minggu
tetapi bukan
aborsi, tanpa
memperhatikan
bayi hidup atau
mati.

C. Hipotesis

Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

29
Poltekkes Kemenkes Palembang
Ada pengaruh Efektifitas Perawatan Payudara Dengan Teknik Massage
Rolling Pada Ibu Hamil Trimester Iii Terhadap Kelancaran Pengeluaran Asi
Postpartum Diwilayah Kerja Puskesmas 1 Ulu Palembang Tahun 2020
.

D. Populasi

Populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteritas

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh ibu postpartum yang ada di Puskesmas I Ulu Kota Palembang yang

berjumlah 30 orang.

E. Sampel

a. Besar Sampel

Besar sampel minimal pada penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus (Lameshow Stanley, dkk, 1997 dalam Nursalam, 2016) :

N . z2 . p . q
Rumus: n = 2 2
d ( N −1 )+ z . p . q

Keterangan:

n = perkiraan besar sampel

N = perkiraan besar populasi (30)

z = nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)

p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

q = 1 – p (100%-p)

d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)

30 x (1,96)2 x 50 % x (1−0,50)
= (0,05)2 (30−1 ) +(1,96)2 x 50 % (1−0,50)

30
Poltekkes Kemenkes Palembang
30 x 3,8416 x 0,50 x 0,50
= 0,0025 x 29+3,8416 x 0,50 x 0,50

= 28 Sampel

Dari hasil perhitungan sampel diperoleh jumlah sampel sebanyak

30sampel.

F. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas I Ulu kota palembang. Dimulai pada

Bulan Febuari 2020.

31
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB PENELITIAN HIBAH TERAPAN UNGGULAN

Nama Ketua Penelitian : Prahardian Putri S.Kp.M.Kes


NIP. 196310281987032003
Ratna Ningsih, Skep.Ns.SPmat
NIP. 196108231982012001

NIP :

Pangkat/Golongan :

Jabatan Fungsional :

Jurusan/prodi :

Total Biaya :

Judul Penelitian :

Material Justifikasi/pemakaian Kuantitas Harga Satuan(Rp) Harga peralatan


penunjang (Rp)

32
Poltekkes Kemenkes Palembang
Rolling Massage Punggung

ProsedurTetap NO DOKUMEN NO Halaman


REVISI

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH

Perawatan payudara adalah perawatan yang


Dilakukan pada payudara agar Dapat menyusui
1. PENGERTIAN dengan lancar dan mencegah masalah-masalah yang
sering timbul pada saat menyusui.

2. TUJUAN 1. Mengurangi ketegangan otot


2. Meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis
3. Mengkaji kondisikulit
4. Meningkatkan sirkulasi/peredaran darah pada
area yang dimassase

3. KEBIJAKAN Ibu post partum dengan ASI yang belum lancar

WAKTU Dilakukan pada hari ke 1-3 setelah melahirkan, setiap


PELAKSANAAN pagi dan sore
4.

5. PERALATAN Handwash Handuk Baby oil

6. CARA KERJA a. SIKAP DAN PERILAKU

1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri

2. Menjelaskantujuantindakan

3. Menjelaskan langkah prosedur

33
Poltekkes Kemenkes Palembang
4. Menanyakan kesiapan

5. Mengawali kegiatan dengan tasmiah dan mengakhiri


dengan tahmid

b. ISI/CONTENT

1. Mencucitangan.

34
Poltekkes Kemenkes Palembang
2. Menjaga privasi.
3. Menyiapkanalat (handukdanbahan).
4. Melepaskanpakaianatasklien.
5. Mempersilahkan pasien untuk duduk.
6. Mengoleksi keduatangan dengan baby oil.
7.Melakukan pemijatan melingkar menggunakan
kedua telapak tangandari area punggung pada tulang
(costae5-6 sampai scapula dengan gerakan memutar)
selama 15menit.Lakukan masase dengan
menggunakan telapaktangan dengan tekanan halus.
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
9. Catat tindakan dan respon pasien terhadap
tindakan.
10. Keringkan punggung dengan handuk kering.
11. Merapikan pasien dan alat.
TEKNIK
Tindakan sistematis dan berurutan
Tanggap terhadap reaksi pasien dan melakukan kontak
mata dengan pasien
Percayadiridantidakragu-ragu
Sabardanteliti
TERMINASI
Evaluasidantindakan

35
Poltekkes Kemenkes Palembang

Anda mungkin juga menyukai