1
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi asi
biasanya belum keluar,karena masih dihambat oleh kadar ekstrogen yang
tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinana kadar ekstrogen dan
progesteron turun drastis sehingga, pengaruh hormon prolaktin lebih
dominan pada saat inilah terjadi sekresi ASI.
ASI merupakan nutrisi yang paling baik bagi bayi baru lahir hingga usia 6
bulan. ASI eksklusif sebagai bahan tunggal akan cukup memenuhi tumbuh
bayi normal sampai usia 6 bulan . dan ketika diberikan makanana padat
dapat diteruskan sampai usia 2 tahun
Proses produksi dan pengeluaran ASI diregulasi terutama oleh dua hormon
yakni prolaktin dan ositoksin.
Hormon prolaktin berperan dalam proses produksi dan sekresi ASI oleh
Sel-sel dialvioli (kelenjar Susu) level prolaktin dalam darah menignkat
saat hamil dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan parankim
2
Poltekkes Kemenkes Palembang
payudara Namun, selama hamil tersebut ASI tidak lantas di sekresikan
dari payudara karena da hormon ekstrogen dan progesteron yang
menghambat aksi hormon prolaktin setelah persalinan kadar ekstrogen dan
progesteron dalam darah turun dengan cepat sehingga tidak ada lagi yang
menghambat hormon prolaktin terjadila sekresi ASI.
3
Poltekkes Kemenkes Palembang
oksitoksin yang dapat berperan dalam kelancara produksi ASI penelitian
yang dilakukan oleh blair(2003) menunjukan bahwa pada 95 ibu post
partum yang menyusi bayinya ditemukan produksi ASI-nya menurun jika
rangsangan hisapan bayi menurun atau berkurang. Demikian pula
penelitian yang dilakukan oleh pace (2001) menunjukan bahwa
penurunana hisapan bayi juga menurunkan stimulasi hormon prolaktin dan
oksitosin.
4
Poltekkes Kemenkes Palembang
meningkatkan kadar endorfi n dalam darah maupun sistemik. Stimulasi
akupresur dapat membawa hubungan subtansi untuk pelepasan zat yang
mampu menghambat sinyal rasa sakit ke otak. Efek rangsangan titik
akupresur dapat melalui saraf dan dapat melalui transmiter humoral yang
belum dapat diterangkan dengan jelas (Garret et al. 2003, dalam Apriany,
2010;Saputra, 2000). Teori neurotransmitter yang menghasilkan endorfi n
yaitu dengan mempengaruhi area otak, menstimulasi sekresi beta-
endorphin dan enkepalin pada otak dan spinal cord. Pelepasan
neurotransmitter mempengaruhi sistem imun dan sistem antinoceptive.
(Saputra, 2000). Endorfi n merupakan opiat tubuh secara alami dihasilkan
oleh kelenjar pituitary yang berguna untuk mengurangi nyeri,
mempengaruhi memori dan mood yang kemudian akan memberikan
perasaan rileks (Tuner, 2010 dalam Apriany, 2010).
5
Poltekkes Kemenkes Palembang
merangsang keluarnya oksitosin, sehingga terjadi peningkatan produksi
ASI.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Efektifitas Perawatan Payudara Dengan Teknik Massage
Rolling Pada Ibu Hamil Trimester III Terhadap Kelancaran
Pengeluaran ASI Postpartum Di wilayah Kerja Puskesmas I Ulu
Palembang Tahun 2020
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui karakteristik responden meliputi : Usia, Pendidikan,
Pekerjaan.
b. Diketahui intensitas nyeri punggung bawah sebelum dilakukan
intervensi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di
wilayah kerja Puskesmas I Ulu Palembang Tahun 2020.
c. Diketahui intensitas nyeri punggung bawah sesudah dilakukan
intervensi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di
wilayah kerja Puskesmas I Ulu Kampus Palembang Tahun 2020.
d. Diketahui Efektifitas Perawatan Payudara Dengan Teknik
Massage Rolling Pada Ibu Hamil Trimester III Terhadap
Kelancaran Pengeluaran ASI Postpartum Di wilayah Kerja
Puskesmas I Ulu Palembang Tahun 2020
D. Ruang Lingkup Penelitian
6
Poltekkes Kemenkes Palembang
Penelitian ini meneliti Efektifitas Perawatan Payudara Dengan Teknik
Massage Rolling Pada Ibu Hamil Trimester III Terhadap Kelancaran
Pengeluaran ASI Postpartum Di wilayah Kerja Puskesmas I Ulu
Palembang Tahun 2020. Alat ukur yang digunakan adalah SOP terapi
akupresur dan Visual Analog Scale (VAS). Metode penelitian ini adalah
quasi experiment dengan rancangan non equivalent control group.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III yang
berkunjung kepuskesmas antenatal sedangkan untuk melihat kelancaran
ASI pada saat ibu tersebut telah melahirkan (postpartum) pada ahri kedua
dan ketiga . Adapun Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah non
propability sampling yaitu purposive sampling.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi perawat puskesmas
Hasil dari penelitian ini dapat diaplikasikan oleh petugas kesehatan dan
dapat memberikan pelatihan secara rutin agar dapat mengatasi
ketidaknyamanan ibu yang hamil pada trimester III.
2. Manfaat bagi Institusi
7
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Masa post partum atau masa nifas sering dikenal juga dengan puerperium
yang berasal dari kata puer yang berarti seorang anak dan parere berarti
kembali ke semuala yaitu masa enam minggu setelah persalinan ketika organ
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
Elisabeth 2017)
Masa nifas terbagi menjadi tiga tahap (Nurjanah et al, 2013), yaitu:
8
Poltekkes Kemenkes Palembang
c. Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah
sebagai berikut:
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
1) Fase taking in
9
Poltekkes Kemenkes Palembang
lingkungannya.Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules,
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
3) Fase letting go
10
Poltekkes Kemenkes Palembang
Terjadi peningkatanakan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa
c. Social. Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan
B. Manajemen Laktasi
1. Pengertian
ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi.
Kadar estrogen dan progesterone akan menurun pada saat hari kedua dan
11
Poltekkes Kemenkes Palembang
ketiga pasca persalinan, yaitu reflek prolaktin dan reflek aliran yang
1) Reflek prolaktin
12
Poltekkes Kemenkes Palembang
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi
memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari elveoli dan
cemas.
13
Poltekkes Kemenkes Palembang
dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh
isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus.Bila duktus
Manfaat ASI untuk ibu dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu:
c. Aspek psikologis
14
Poltekkes Kemenkes Palembang
Manfaat pemberian ASI untuk bayiASI adalah makanan yang terbaik
Zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain: lemak, karbonhidrat,
lebih nutrisi selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3
Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI, maka bayi
pertumbuhan kuman.
15
Poltekkes Kemenkes Palembang
5) Faktor antisteptokukus, melindungi bayi dari kuman steptokukus.
6) Antibodi.
dan laktoferin.
Pada saat bayi kontak kulit dengan ibunya, maka akan timbul rasa
baik. Hal ini dapat dinilai dari kenaikan berat badan bayi dan
f. Insiden karies dentis pada bayi yang mendspat susu formula jauh
lebih lama kontak dengan susu formula sehingga gigi menjadi lebih
asam.
16
Poltekkes Kemenkes Palembang
3. Kandungan ASI
Komponen ASI berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, yang
atau belum ditemukan, namun ASI tetap saja merupakan nutrisi bagi bayi
2013).
a. Kolostrum
disekresi setiap hari selama sekitar 4-5 hari pertama menyusui berkisar
sampai 1.060, sedangkan berat jenis ASI adalah 1.030. Hal ini disebabkan
karena kandungan zat-zat gizi dan kekebalan dalam kolostrum lebih tinggi
daripada ASI.
yang terdapat dalam kolostrum adalah IgA dan sel darah putih. Namun
17
Poltekkes Kemenkes Palembang
Satu sendok kolostrum memiliki nilai gizi hampir sama dengan
(mekonium).
18
Poltekkes Kemenkes Palembang
4) Kandungan zat kekebalan atau antibodi dalam kolostrum sangat
b. Protein
Casein (protein yang sulit dicerna) dan whey (protein yang mudah
c. Lemak
d. Laktosa
e. Vitamin A
19
Poltekkes Kemenkes Palembang
f. Zat besi
Walaupun dalam ASI hanya terdapat sedikit zat besi sekitar 0,5-1,0
mg/liter, bayi yang diberi ASI jarang mengalami kekurangan zat besi
g. Taurin
h. Lactobacillus
i. Laktoferin
20
Poltekkes Kemenkes Palembang
j. Lisozim
4. Stadium Laktasi
larutan protein, lactose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua
belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan tambahan utama bagi bayi.
Bahkan ASI yang telah matur juga memiliki variasi komposisi dan nilai kalori
dari air susu bergantung pada masing-masing individu. Dalam pemberian ASI
tidak dibatasi jumlah takaran. Berikut ini ASI menurut stadium laktasi
a. Kolostrum
21
Poltekkes Kemenkes Palembang
dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding dengan
matur yang disekresi pada hari keempat sampai hari kesepuluh masa
laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI matur baru
komposisi ASI relatif konstan baru mulai minggu ke-3 sampai minggu
ke-5).Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI ini
22
Poltekkes Kemenkes Palembang
5. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI
a. Faktor langsung
1) Prilaku menyusui
a) Waktu Inisiasi
2) Faktor Psikologis
ASI antara lain adala ibu yang berada dalam keadaan steres,
kacau, marah dan sedih, kurang percaya diri, terlalu lelah, ibu
23
Poltekkes Kemenkes Palembang
3) Faktor Fisiologis
2009)
4) Faktor stimulus
a) Teknik Mamet
24
Poltekkes Kemenkes Palembang
b) Pijat Oksitosin
atau reflek let down. Pijat oksitosin ini dilakukan dengan cara
25
Poltekkes Kemenkes Palembang
menyatakan bahwa kelancaran pengeluaran ASI sebanyak 14 orang dari
jumlah responden 16 orang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa intervensi
perawatan payudara dengan teknik massage rolling memiliki efek terhadap
kelancaran pengeluaran ASI. Hal ini dikarenakan pemijatan pada punggung
(massage rolling) dapat menstimulus otot-otot payudara yang akan
mempengaruhi hypofise untuk mengeluarkan hormon progesteron, estrogen,
dan oksitosin untuk mengeluarkan ASI terutama apabila dilakukan secara
rutin selama kehamilan hingga persalinan.1 Penelitian yang dilakukan
Mawwadah (2015) menyatakan bahwa oksitosin dikeluarkan ketika ibu
merasa nyaman, mendapatkan cukup sentuhan, cukup temperatur dan tidak
stresss atau ibu dalam kondisi rileks. Pemijatan punggung ibu bertujuan untuk
memberi rangsangan kepada kelenjar air susu ibu agar dapat memproduksi
susu dan memicu hormon oksitosin atau reflek let down serta memberikan
kenyamanan dan menciptakan rasa rileks pada ibu melalui hormon endorphin
yang disekresi karena rasa nyaman dan rileks tersebut yang dialami ibu selama
pemijatan.Penelitian Desmawati (2013) menunjukkan bahwa ada perbedaan
yang bermakna antara waktu pengeluaran ASI ibu postpartum antara
kelompok yang diberikan intervensi areola massage dan massage rolling
dengan kelompok yang tidak diberikan intervensi. Kemudian penelitian yang
dilakukan oleh Muliani (2011) menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan
rata-rata produksi ASI ibu postpartum sesudah dilakukan massage rolling pada
kelompok kontrok dan intervensi. Jadi dapat disimpulkan teknik massage
rolling berpengaruh terhdap kelancaran pengeluaran ASI.
26
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB III
A. Kerangka Konsep
Rolling Massage
, sedangkan variabel dependen adalah produksi ASI ibu post partum yang sebelum
dilakukan perlakuan dan produksi ASI ibu post partum setelah dilakukan
perlakuan.
1. Hamil 36 minggu
2. Puting susu menonjol
Produksi ASI Ibu
3. Memeriksa kehamilan
Postpartum setelah
diwilayah kerja di Perlakuan:
dilakukan perlakuan
Puskesmas I Ulu. Akupresur
4. Tidak menggunakan Rolling Massage
alat kontrasepsi yang
mengandung ekstrogen
27
Poltekkes Kemenkes Palembang
B. Definisi Kerangka Operasional
B. Definisi Operasional
Definisi
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1. Akupresur Teknik menekan - SOP - -
Rolling titik tubuh Akupresur
Masssage dengan Rolling
(Punggung) menggunakan Massage
jari sehingga
diharapkan
produksi ASI
pada ibu post
partum lancar.
2. Produksi ASI Jumlah ASI Mengukur Gelas ukur Rata-rata 16,87 Rasio
ml
sebelum dalam ml pada jumlah ASI
dilakukan ibu post partum dalam ml
perlakuan sebelum
akupresur
28
Poltekkes Kemenkes Palembang
Rolling Massage
3 Produksi ASI Jumlah ASI Mengukur Gelas ukur Rata-rata Rasio
setelah dalam ml pada jumlah ASI 52,43ml
dilakukan ibu post partum dalam ml
perlakuan setelah
(variabel akupresur
Dependen) Rolling Massage
4 Usia Rentang Wawancara kuesioner 1. Umur Ordinal
ideal : 20-
kehidupan ibu
35 tahun
yang diukur 2. Umur tidak
ideal : <20
dengan bulan
tahun &>35
terakhir ulang tahun
tahun.
5 Pendidikan Jenjang Wawancara kuesioner 1. Rendah Ordinal
(SD-SMP)
pendidikan
2. Menengah
terakhir yang (SMA)
3. Tinggi
ditempuh oleh
(lebih dari
ibu. SMA)
6 Paritas Banyak anak Wawancara kuesioner 1. Primipara Ordinal
2. Multipara
yang dilahirkan
setelah gestasi
24 minggu
tetapi bukan
aborsi, tanpa
memperhatikan
bayi hidup atau
mati.
C. Hipotesis
29
Poltekkes Kemenkes Palembang
Ada pengaruh Efektifitas Perawatan Payudara Dengan Teknik Massage
Rolling Pada Ibu Hamil Trimester Iii Terhadap Kelancaran Pengeluaran Asi
Postpartum Diwilayah Kerja Puskesmas 1 Ulu Palembang Tahun 2020
.
D. Populasi
seluruh ibu postpartum yang ada di Puskesmas I Ulu Kota Palembang yang
berjumlah 30 orang.
E. Sampel
a. Besar Sampel
N . z2 . p . q
Rumus: n = 2 2
d ( N −1 )+ z . p . q
Keterangan:
q = 1 – p (100%-p)
30 x (1,96)2 x 50 % x (1−0,50)
= (0,05)2 (30−1 ) +(1,96)2 x 50 % (1−0,50)
30
Poltekkes Kemenkes Palembang
30 x 3,8416 x 0,50 x 0,50
= 0,0025 x 29+3,8416 x 0,50 x 0,50
= 28 Sampel
30sampel.
31
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB PENELITIAN HIBAH TERAPAN UNGGULAN
NIP :
Pangkat/Golongan :
Jabatan Fungsional :
Jurusan/prodi :
Total Biaya :
Judul Penelitian :
32
Poltekkes Kemenkes Palembang
Rolling Massage Punggung
2. Menjelaskantujuantindakan
33
Poltekkes Kemenkes Palembang
4. Menanyakan kesiapan
b. ISI/CONTENT
1. Mencucitangan.
34
Poltekkes Kemenkes Palembang
2. Menjaga privasi.
3. Menyiapkanalat (handukdanbahan).
4. Melepaskanpakaianatasklien.
5. Mempersilahkan pasien untuk duduk.
6. Mengoleksi keduatangan dengan baby oil.
7.Melakukan pemijatan melingkar menggunakan
kedua telapak tangandari area punggung pada tulang
(costae5-6 sampai scapula dengan gerakan memutar)
selama 15menit.Lakukan masase dengan
menggunakan telapaktangan dengan tekanan halus.
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
9. Catat tindakan dan respon pasien terhadap
tindakan.
10. Keringkan punggung dengan handuk kering.
11. Merapikan pasien dan alat.
TEKNIK
Tindakan sistematis dan berurutan
Tanggap terhadap reaksi pasien dan melakukan kontak
mata dengan pasien
Percayadiridantidakragu-ragu
Sabardanteliti
TERMINASI
Evaluasidantindakan
35
Poltekkes Kemenkes Palembang