KRITISI JURNAL
Oleh:
KELOMPOK 2B
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Departemen Maternitas dengan judul “PENGARUH PERAWATAN
PAYUDARA DENGAN TEKNIK MASSAGE ROLLING PADA IBU HAMIL TRIMESTER III
TERHADAP KELANCARAN PENGELUARAN ASI POSTPARTUM DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PERUMNAS II PONTIANAK BARAT“. Ketertarikan penulis akan topik ini
didasari pada masih rendahnya pencapaian cakupan pemberian ASI eksklusif pada ibu
menyusui. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang pertama, utama, dan terbaik bagi
bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu
disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai
pentingnya ASI bagi bayi. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) atau menyusui bayi dilakukan
di berbagai lapisan masyarakat diseluruh dunia, karena banyak manfaat yang diperoleh
dari ASI Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif
merupakan cara pemberian makanan yang sangat tepat dan kesempatan terbaik bagi
kelangsungan hidup bayi di usia 6 bulan, dan melanjutkan pemberian ASI sampai umur
2 tahun (Harnowo, 2012).
Menurut WHO, setiap tahun terdapat 1 – 1,5 juta bayi di dunia meninggal karena
tidak diberi ASI secara Eksklusif kepada sang buah hati. Sayangnya, masih banyak ibu
yang kurang memahami manfaat pentingnya pemberian ASI utuk sang buah hati, ASI
eksklusif sangat penting sekali bagi bayi usia 0-6 bulan karena semua kandungan gizi
ada pada ASI yang sangat berguna. Kurangnya pengetahuan ibu menyebabkan pada
akhirnya ibu memberikan susu formula yang berbahaya bagi kesehatan bayi.
Secara nasional cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 0–6 bulan di
Indonesia berfluktuasi dalam tiga tahun terakhir, menurun dari 62,2% tahun 2007
menjadi 56,2% pada tahun 2008 dan sedikit meningkat pada tahun 2009 menjadi
61,3%.
Demikian juga cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai 6 bulan menurun
dari 28,6% tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 34,3%
pada tahun 2009 (Susenas,2007 – 2009).
Tidak semua ibu postpartum langsung mengeluarkan ASI karena pengeluaran ASI
merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan
bermacam-macam hormon yang berpengaruh terhadap pengeluaran oksitosin.
Pengeluaran hormon oksitosin selain dipengaruh oleh isapan bayi juga dipengaruhi oleh
reseptor yang terletak pada sistem duktus, bila duktus melebar atau menjadi lunak
maka secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk
memeras air susu dari alveoli, oleh karena itu perlu adanya upaya mengeluarkan ASI
untuk beberapa ibu postpartum (Soetjiningsih, 2012).
Faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran produksi dan pengeluaran ASI yaitu
perawatan payudara, frekuensi menyusui, paritas, stres, penyakit atau kesehatan ibu,
konsumsi rokok atau alkohol, sebaiknya dilakukan segera pil kontasepsi, asupan nutrisi.
Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan harus dilakukan ibu secara rutin,
dengan pemberian rangsangan pada otot-otot payudara akan membantu merangsang
hormon prolaktin untuk membantu produksi air susu ibu, (Saleha, 2014)
Salah satu perawatan yang dapat dilakukan secara mandiri adalah massage rolling
(punggung) dengan merangsang reflek oksitosin atau reflek let down. Teknik ini sering
disebut dengan pijat oksitosin. Dengan melakukan pijat ini di harapkan ibu post partum
dapat meningkatkan produksi ASI sehingga proses menyusui lancar. Untuk itu kami
mengangkat masalah ini untuk dilakukan mini riset pada ibu post partum di Puskesmas
Kepanjen.
B. Pengelompokan ASI
ASI dikelompokan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1) ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum adalah cairan yang pertama
disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. Kolostrum
sangat baik untuk mengeluarkan “meconium” yaitu air ketuban dan cairan
lain yang tertelan masuk perut bayi saat proses persalinan. Jumlah (volume)
kolostrum berkisar 150-300 cc per hari.
2) ASI Stadium II adalah ASI peralihan yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum menjadi ASI yang matang. ASI ini diproduksi pada hari ke-4
sampai hari ke-10.
3) ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai
seterusnya.
7) Konsumsi Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat
ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun
disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat
penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8
gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal,
dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal
(Matheson, 1989).
8) Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin
berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan
Lonerdal, 1986 dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya
mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO
Task Force on Oral Contraceptives, 1988 dalam ACC/SCN, 1991).
Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui
yang menggunakan pil kontrasepsi.
E. Komposisi ASI
Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen ASI sangat
rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, berikut komposisi ASI:
a) Kolostrum
Cairan susu kental berwarna kuning, Kolostrum mengandung karoten dan
vitamin A yang tinggi yang berfungsi menjaga kekebalan tubuh bagi bayi.
b) Protein
Protein dalan ASI berupa casein (protein yang sulit di cerna) dan whey(protein
yang mudah di cerna). ASI lebih banyk mengandum whey di bandingkan
dengan casein.
c) Lemak
Lemak ASI adalah penghasil kalori (energy) utama dan merupakan komponen
yang gizi yang sangat berfariasi.penelitian OSBORN membuktikan, bayi yang
tidak mendapatkan ASI lebih banyak menderita penyakit koroner usia muda.
d) Laktosa
Merupakan karbihidrat terutama pada ASI,fungsinya sebagai sumber energi
meninggkatkan absorbs kalsium dan merang sang pertumbuhan lactobacillus
bifidus.
e) Zat Besi
Meskipun ASI mengandum sedikit zat besi, namun bayi yang menyusui jarang
kekurangan zat besi.
f) Taurin
Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neuororansmitter, berperan penting
dalam maturasi otak bayi.
g) Laktobacilus
Berfungsi menghambat pertumbuhan microorganisme seperti becteri ecoli yang
sering menyebabkan diare pada bayi.
h) Laktoferin.
Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk bakteri dalam
intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk berkembang.
i) Lizozim
Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens,
caries,dentis,dan maloklusi atau kebiasaan lidah yang mendorong kedepan
akibat menyusu dengan botol dan dot.
F. Manfaat ASI
Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga,
masyarakat, dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI
mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim pencernaan. Beberapa
manfaat ASI sebagai berikut :
1) Untuk Bayi
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi,
karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi, ASI memang terbaik untuk
bayi manusia sebagaimana susu sapi yang terbaik untuk bayi sapi, ASI
merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi, pemberian ASI dapat
mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta alergi, bayi yang
diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit dari pada bayi yang tidak
mendapatkan ASI, bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek
penyakit kuning, pemberian ASI dapat semakin mendekatkan hubungan ibu
dengan bayinya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di
masa depan, apabila bayi sakit, ASI merupakan makanan yang tepat bagi bayi
karena mudah dicerna dan dapat mempercepat penyembuhan, pada bayi
prematur, ASI dapat menaikkan berat badan secara cepat dan mempercepat
pertumbuhan sel otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-9
poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 ).
2) Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk
kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan, lemak
yang ditimbun di sekitar panggul dan paha pada masa kehamilan akan
berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali, resiko
terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang menyusui bayi lebih
rendah dari pada ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih menghemat
waktu, karena ibu tidak perlu menyiapkan botol dan mensterilkannya, ASI lebih
praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan lain, ASI
lebih murah dari pada susu formula, ASI selalu steril dan bebas kuman
sehingga aman untuk ibu dan bayinya, ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan
emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).
3) Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula, botol
susu, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan
lebih sedikit biaya guna perawatan kesehatan, penjarangan kelahiran lantaran
efek kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika bayi sehat berarti menghemat waktu
keluarga, menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu tersedia setiap saat,
keluarga tidak perlu repot membawa berbagai peralatan susu ketika bepergian
( Roesli, 2005 ).
4. HASIL JURNAL
Dari 32 sampel ibu hamil yang terlibat dalam penelitian, dilakukan analisa sehingga
didapatkan hasil penelitian bahwa kelancaran ASI terbanyak yaitu pada kelompok intervensi
yaitu 14 responden (87,5%) sedangkan pada kelompok kontrol yang terbanyak yaitu tidak
lancar 11 responden (68,8%).
Tabel 1.1. Kelancaran Pengeluaran ASI Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (n=32)
Tabel 1.2. Analisis Perbedaan Skor Kelancaran ASI Post Test Antara Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
6. SARAN
Diharapkan dapat meneliti faktorfaktor lain yang belum diteliti oleh peneliti
berkaitan dengan kelancaran pengeluaran ASI seperti makanan dan gizi ibu, kondisi psikis,
faktor istirahat, faktor isapan anak sehingga dapat lebih terbukti intervensi yang telah
dilakukaN ini. Waktu yang dapat digunakan peneliti harus ditetapkan seperti 2 minggu
perlakuan karena rata-rata ibu melahirkan pada usia kehamilan 39 minggu.
7. IMPLEMENTASI JURNAL
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, jurnal ini dapat di implementasikan jika
diterapkan di area kerja puskesmas Kepanjen. Teknik massage rolling ini adalah teknik
pemijatan yang sederhana dan membuat ibu merasa nyaman, walaupun ibu tidak dapat
melakukan dengan sendiri tetapi dapat dibantu dengan kerabat terdekat, terutama suami.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi perawatan payudara dengan teknik massage
rolling memiliki efek terhadap kelancaran pengeluaran ASI. Hal ini dikarenakan pemijatan
pada punggung (massage rolling) dapat menstimulus otot-otot payudara yang akan
mempengaruhi hypofise untuk mengeluarkan hormon progesteron, estrogen, dan oksitosin
untuk mengeluarkan ASI terutama apabila dilakukan secara rutin selama kehamilan hingga
persalinan. Teknik yang dilakukan mudah dan bisa dilakukan jika ingin di implementasikan
kembali.
REFERENSI
Bobak IM, Lowdermilk DL, Jensen MD. 1995. Buku Ajar Keperawatan Maternitas
(Maternity Nursing) Edisi 4, Maria A Wijayarti dan Peter Anugerah (penterjemah).
2005. Jakarta: EGC
Cuningham. 2006. Obsietri Williams. Edisi 21.Volume 1. Jakarta: EGC.
Suhermi, Dkk. 2008 . Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta: Fitramaya.
Pillitery. 2003. Maternal and Child Health Nursing. Buku I. Fourth Edition. Philadelphia:
Lippincott
Hamranani, S. 2010, Pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post
partum yang mengalami persalinan lama di rumah sakit wilayah Kabupaten Klaten.
Tesis UI: tidak dipublikasikan.
Perinasia. Manajemen Laktasi Jakarta: Perinasia Jakarta; 2004.
Riset Kesehatan Dasar. Laporan ASI Eksklusif. 2013
Saleha S. Asuhan Kebidanan 3. Yogyakarta: Rhineka Cipta; 2014. 2. Perinasia.
Manajemen Laktasi Jakarta: Perinasia Jakarta; 2004.
Survey Demografi Kesehatan Indonesia. ASI Eksklusif. Jakarta2007.
Survey Demografi Kesehatan Indonesia. Cakupan ASI Eksklusif. 2013.