Anda di halaman 1dari 20

SEMINAR MATERNITAS

KRITISI JURNAL

PENGARUH PERAWATAN PAYUDARA DENGAN TEKNIK MASSAGE ROLLING PADA


IBU HAMIL TRIMESTER III TERHADAP KELANCARAN PENGELUARAN ASI
POSTPARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS II PONTIANAK BARAT

Oleh:

KELOMPOK 2B

RAFIKA AJENG WAHYUNI 1800703001110042

KRIS WIDYAWATI 1800703001110051

FIRDAUSY RATNA W 1800703001110017

ELZA ALDILLAH 1800703001110016

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Departemen Maternitas dengan judul “PENGARUH PERAWATAN
PAYUDARA DENGAN TEKNIK MASSAGE ROLLING PADA IBU HAMIL TRIMESTER III
TERHADAP KELANCARAN PENGELUARAN ASI POSTPARTUM DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PERUMNAS II PONTIANAK BARAT“. Ketertarikan penulis akan topik ini
didasari pada masih rendahnya pencapaian cakupan pemberian ASI eksklusif pada ibu
menyusui. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tri Wayati, Amd.Keb, selaku Clinical Instructur departemen Maternitas di Puskesmas


Kepanjen, Kabupaten Malang
2. Ayut, M.Kep, Sp.Mat, selaku dosen pembimbing Departemen Maternitas Jurusan
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
3. Pihak-pihak yang secara tidak langsung membantu proses penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan Departemen Maternitas ini masih
kurang sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang
membangun bagi penulis, sehingga dapat bermanfaat untuk penulis khususnya dan
masyarakat secara umum.
Malang, 18 September 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang pertama, utama, dan terbaik bagi
bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu
disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai
pentingnya ASI bagi bayi. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) atau menyusui bayi dilakukan
di berbagai lapisan masyarakat diseluruh dunia, karena banyak manfaat yang diperoleh
dari ASI Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif
merupakan cara pemberian makanan yang sangat tepat dan kesempatan terbaik bagi
kelangsungan hidup bayi di usia 6 bulan, dan melanjutkan pemberian ASI sampai umur
2 tahun (Harnowo, 2012).
Menurut WHO, setiap tahun terdapat 1 – 1,5 juta bayi di dunia meninggal karena
tidak diberi ASI secara Eksklusif kepada sang buah hati. Sayangnya, masih banyak ibu
yang kurang memahami manfaat pentingnya pemberian ASI utuk sang buah hati, ASI
eksklusif sangat penting sekali bagi bayi usia 0-6 bulan karena semua kandungan gizi
ada pada ASI yang sangat berguna. Kurangnya pengetahuan ibu menyebabkan pada
akhirnya ibu memberikan susu formula yang berbahaya bagi kesehatan bayi.
Secara nasional cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 0–6 bulan di
Indonesia berfluktuasi dalam tiga tahun terakhir, menurun dari 62,2% tahun 2007
menjadi 56,2% pada tahun 2008 dan sedikit meningkat pada tahun 2009 menjadi
61,3%.
Demikian juga cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai 6 bulan menurun
dari 28,6% tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 34,3%
pada tahun 2009 (Susenas,2007 – 2009).
Tidak semua ibu postpartum langsung mengeluarkan ASI karena pengeluaran ASI
merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan
bermacam-macam hormon yang berpengaruh terhadap pengeluaran oksitosin.
Pengeluaran hormon oksitosin selain dipengaruh oleh isapan bayi juga dipengaruhi oleh
reseptor yang terletak pada sistem duktus, bila duktus melebar atau menjadi lunak
maka secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk
memeras air susu dari alveoli, oleh karena itu perlu adanya upaya mengeluarkan ASI
untuk beberapa ibu postpartum (Soetjiningsih, 2012).
Faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran produksi dan pengeluaran ASI yaitu
perawatan payudara, frekuensi menyusui, paritas, stres, penyakit atau kesehatan ibu,
konsumsi rokok atau alkohol, sebaiknya dilakukan segera pil kontasepsi, asupan nutrisi.
Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan harus dilakukan ibu secara rutin,
dengan pemberian rangsangan pada otot-otot payudara akan membantu merangsang
hormon prolaktin untuk membantu produksi air susu ibu, (Saleha, 2014)
Salah satu perawatan yang dapat dilakukan secara mandiri adalah massage rolling
(punggung) dengan merangsang reflek oksitosin atau reflek let down. Teknik ini sering
disebut dengan pijat oksitosin. Dengan melakukan pijat ini di harapkan ibu post partum
dapat meningkatkan produksi ASI sehingga proses menyusui lancar. Untuk itu kami
mengangkat masalah ini untuk dilakukan mini riset pada ibu post partum di Puskesmas
Kepanjen.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran produksi ASI pada ibu menyusui yang sebelum dilakukan
pijak dengan teknik rolling massage.
2. Bagaimana gambaran produksi ASI pada ibu menyusui yang telah dilakukan pijat
dengan teknik rolling massage.

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui keefektifan pijat dengan teknik rolling massage terhadap
produksi ASI
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui produksi ASI pada ibu menyusui sebelum mengkonsumsi
jantung pisang batu
2. Untuk mengetahui produksi ASI pada ibu menyusui yang mengkonsumsi
jantung pisang batu

1.4. Manfaat Penulisan


1. Bagi Akademis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan
tentang manfaat rolling massage secara mandiri terhadap peningkatan produksi ASI.
2. Bagi Praktisi
Penulisan ini diharapkan dapat membantu praktisi dalam menerapkan terapi pada
ibu menyusui agar tejadi peningkatan produksi ASI.
BAB II
TINIJAUN PUSTAKA
2.1. Konsep Air Susu Ibu (ASI)
A. Definisi
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan
bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi,
hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi
dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004).
ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi
dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.
Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air
susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada
saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang
mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf
(Yahya, 2007). ASI Eksklusif adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi
bayi, yang bersifat alamiah. ASI Eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI
saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun
makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur 6
bulan.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan
lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa
tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan
nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000). Selain itu,
pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI
kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali
sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan
pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih
(Prasetyono, 2005).

B. Pengelompokan ASI
ASI dikelompokan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1) ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum adalah cairan yang pertama
disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. Kolostrum
sangat baik untuk mengeluarkan “meconium” yaitu air ketuban dan cairan
lain yang tertelan masuk perut bayi saat proses persalinan. Jumlah (volume)
kolostrum berkisar 150-300 cc per hari.
2) ASI Stadium II adalah ASI peralihan yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum menjadi ASI yang matang. ASI ini diproduksi pada hari ke-4
sampai hari ke-10.
3) ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai
seterusnya.

C. Faktor yang Mempengauhi Produksi ASI


Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada
kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi ASI antara lain :
1) Frekuensi Penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi
ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari
selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena
bayi prematur belum dapat menyusu (Hopkinson et al, 1988 dalam
ACC/SCN, 1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan
menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu
pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup
(de Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal
ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode
awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan
kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
2) Berat Lahir
Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal
ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama
penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan
usia 1 bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang
mengakibatkan perbedaan intik yang besar dibanding bayi yang mendapat
formula. De Carvalho (1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi
dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir
bayi. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI
yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500
gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan
lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang
akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam
memproduksi ASI.
3) Umur Kehamilan saat Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini
disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu)
sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi
ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya
kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan
yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
4) Umur dan Paritas
Umur dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan produksi
ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI. Lipsman et al (1985) dalam
ACC/SCN (1991) menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja
dengan gizi baik, intik ASI mencukupi berdasarkan pengukuran pertumbuhan
22 bayi dari 25 bayi. Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi
ASI pada hari keempat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang
melahirkan pertama kali (Zuppa et al, 1989 dalam ACC/SCN, 1991), meskipun
oleh Butte et al (1984) dan Dewey et al (1986) dalam ACC/SCN, (1991)
secara statistik tidak terdapat hubungan nyata antara paritas dengan intik ASI
oleh bayi pada ibu yang gizi baik.
5) Stres dan Penyakit Akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga
mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI.
Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan
nyaman. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji dampak dari berbagai
tipe stres ibu khususnya kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi
ASI. Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses
laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI.
6) Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu
hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan
menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat
pelepasan oksitosin. Studi Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan
adanya hubungan antara merokok dan penyapihan dini meskipun volume ASI
tidak diukur secara langsung. Meskipun demikian pada studi ini dilaporkan
bahwa prevalensi ibu perokok yang masih menyusui 6 – 12 minggu setelah
melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial
ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang
lebih tinggi. Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa ibu yang merokok
lebih dari 15 batang rokok/hari mempunyai prolaktin 30-50% lebih rendah
pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding dengan yang
tidak merokok.

7) Konsumsi Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat
ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun
disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat
penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8
gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal,
dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal
(Matheson, 1989).
8) Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin
berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan
Lonerdal, 1986 dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya
mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO
Task Force on Oral Contraceptives, 1988 dalam ACC/SCN, 1991).
Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui
yang menggunakan pil kontrasepsi.

D. Fisiologi Pengeluaran ASI


Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara
rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu
dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan
yang lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian
yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks Let
Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama
kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara,
yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel
kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara.
Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan plasenta,
yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron. Pada
akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung puting
susu keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh
hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun,
jumlah kolostrum tersebut terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan
tidak berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu
dihambat oleh hormon estrogen (Maryunani, 2009).
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan
lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi
hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang
sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu ibu (Maryunani, 2009).
Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan
produksi ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan
oleh bayi menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan
meningkat pada keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi, operasi,
rangsangan puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan. Sedangkan
yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi
buruk, dan pengaruh obat-obatan (Badriul, 2008).
ASI (Refleks Let down/pelepasan ASI) merupakan proses pelepasan ASI
yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap
payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi
sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan memeras air susu yang telah
terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus untuk selanjutnya
mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia
bagi bayi (Maryunani, 2009).
Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks ”let down/pelepasan ASI” ini
yaitu pada saat ibu melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi,
dan memikirkan untuk meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang
menghambat refleks ”letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti keadaan
bingung atau psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti atau
merasakan nyeri.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi
sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu
mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka bayi
harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan seringnya
menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin baik. Tidak
jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama
menyusui, hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya
uterus ke bentuk semula (Maryunani, 2009).

E. Komposisi ASI
Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen ASI sangat
rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, berikut komposisi ASI:
a) Kolostrum
Cairan susu kental berwarna kuning, Kolostrum mengandung karoten dan
vitamin A yang tinggi yang berfungsi menjaga kekebalan tubuh bagi bayi.
b) Protein
Protein dalan ASI berupa casein (protein yang sulit di cerna) dan whey(protein
yang mudah di cerna). ASI lebih banyk mengandum whey di bandingkan
dengan casein.
c) Lemak
Lemak ASI adalah penghasil kalori (energy) utama dan merupakan komponen
yang gizi yang sangat berfariasi.penelitian OSBORN membuktikan, bayi yang
tidak mendapatkan ASI lebih banyak menderita penyakit koroner usia muda.
d) Laktosa
Merupakan karbihidrat terutama pada ASI,fungsinya sebagai sumber energi
meninggkatkan absorbs kalsium dan merang sang pertumbuhan lactobacillus
bifidus.
e) Zat Besi
Meskipun ASI mengandum sedikit zat besi, namun bayi yang menyusui jarang
kekurangan zat besi.
f) Taurin
Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neuororansmitter, berperan penting
dalam maturasi otak bayi.
g) Laktobacilus
Berfungsi menghambat pertumbuhan microorganisme seperti becteri ecoli yang
sering menyebabkan diare pada bayi.
h) Laktoferin.
Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk bakteri dalam
intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk berkembang.
i) Lizozim
Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens,
caries,dentis,dan maloklusi atau kebiasaan lidah yang mendorong kedepan
akibat menyusu dengan botol dan dot.

F. Manfaat ASI
Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga,
masyarakat, dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI
mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim pencernaan. Beberapa
manfaat ASI sebagai berikut :

1) Untuk Bayi
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi,
karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi, ASI memang terbaik untuk
bayi manusia sebagaimana susu sapi yang terbaik untuk bayi sapi, ASI
merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi, pemberian ASI dapat
mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta alergi, bayi yang
diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit dari pada bayi yang tidak
mendapatkan ASI, bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek
penyakit kuning, pemberian ASI dapat semakin mendekatkan hubungan ibu
dengan bayinya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di
masa depan, apabila bayi sakit, ASI merupakan makanan yang tepat bagi bayi
karena mudah dicerna dan dapat mempercepat penyembuhan, pada bayi
prematur, ASI dapat menaikkan berat badan secara cepat dan mempercepat
pertumbuhan sel otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-9
poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 ).
2) Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk
kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan, lemak
yang ditimbun di sekitar panggul dan paha pada masa kehamilan akan
berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali, resiko
terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang menyusui bayi lebih
rendah dari pada ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih menghemat
waktu, karena ibu tidak perlu menyiapkan botol dan mensterilkannya, ASI lebih
praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan lain, ASI
lebih murah dari pada susu formula, ASI selalu steril dan bebas kuman
sehingga aman untuk ibu dan bayinya, ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan
emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).
3) Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula, botol
susu, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan
lebih sedikit biaya guna perawatan kesehatan, penjarangan kelahiran lantaran
efek kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika bayi sehat berarti menghemat waktu
keluarga, menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu tersedia setiap saat,
keluarga tidak perlu repot membawa berbagai peralatan susu ketika bepergian
( Roesli, 2005 ).

4) Untuk Masyarakat dan Negara


Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan
peralatan lainnya, bayi sehat membuat negara lebih sehat, penghematan pada
sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit, memperbaiki
kelangsungan hidup anak karena dapat menurunkan angka kematian, ASI
merupakan sumber daya yang terus-menerus di produksi (Dwi Sunar, 2009 ).

2.2. Konsep Rolling Massage


A. DEFINISI ROLLING MASSAGE
Rolling massage adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari
nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf
parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga
oksitosin keluar (Suherni, 2008: Suradi, 2006; Hamranani 2010).
Rolling massage juga dapat didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan
oleh keluarga, terutama suami pada ibu menyusui yang berupa pijatan pada
punggung ibu untuk meningkatkan produksi hormone oksitosin. Sehingga dapat
mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta, mencegah
perdarahan, serta memperbanyak produksi ASI.
Pijat stimulasi oksitosin untuk ibu menyusui berfungsi untuk merangsang
hormon oksitosin agar dapat memperlancar ASI dan meningkatan kenyamanan
ibu.

B. MANFAAT ROLLING MASSAGE


Manfaat Rolling massage bagi ibu nifas dan ibu menyusui, diantaranya :
1) Mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta
2) Mencegah terjadinya perdarahan post partum
3) Dapat mempercepat terjadinya proses involusi uterus
4) Meningkatkan produksi ASI
5) Meningkatkan rasa nyaman pada ibu menyusui
6) Meningkatkan hubungan psikologis antar ibu dan keluarga
C. EFEK FISIOLOGIS DARI ROLLING MASSAGE
Efek fisiologis dari Rolling massage ini adalah merangsang kontraksi otot
polos uterus baik pada proses saat persalinan maupun setelah persalinan
sehingga bisa mempercepat proses involusi uterus.

D. CARA MENSTIMULASI HORMON OKSITOSIN


Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis ibu menyusui. Saat
ibu menyusui merasa nyaman dan rileks pengeluaran oksitosin dapat
berlangsung dengan baik. Mengutip artikel Tri Sulistiyani, menurut dr. H.M. Daris
Raharjo, Akp., menerangkan bahwa terdapat titik-titik yang dapat memperlancar
ASI diantaranya, tiga titik di payudara yakni titik di atas putting, titik tepat pada
putting, dan titik di bawah putting. Serta titik di punggung yang segaris dengan
payudara.
Pijat stimulasi oksitosin untuk ibu menyusui berfungsi untuk merangsang
hormon oksitosin agar dapat memperlancar ASI dan meningkatan kenyamanan
ibu. Berikut cara yang dilakukan untuk menstimulasi refleks oksitosin:
1) Bangkitkan rasa percaya diri ibu bahwa ibu menyusui mampu menyusui
dengan lancar.
2) Gunakan teknik relaksasi misalnya nafas dalam untuk mengurangi rasa
cemas atau nyeri.
3) Pusatkan perhatian ibu kepada bayi
4) Kompres payudara dengan air hangat
5) Pemijatan oksitosin

E. PERSIAPAN ALAT UNTUK ROLLING MASSAGE


1) Meja
2) Kursi
3) Handuk kecil 1 buah
4) Handuk besar 2 buah
5) Baskom berisi air hangat
6) Waslap 2 buah
7) Baby oil
8) Kom kecil 1 buah
9) Kassa
10) Gelas penampung ASI
11) Baju ganti ibu
F. CARA MELAKUKAN ROLLING MASSAGE
1) Menstimulir puting susu : bersihkan putting susu ibu dengan menggunakan
kassa yang telah dibasahi air hangat, kemudian tarik putting susu ibu secara
perlahan. Amati pengeluaran ASI
2) Mengurut atau mengusap payudara secara perlahan, dari arah pangkal
payudara kearah putting susu.
3) Penolong pemijatan berada di belakang pasien, kemudian licinkan kedua
telapak tangan dengan menggunakan baby oil. Pijat leher, posisikan tangan
menyerupai kepalan tinju. Lakukan pemijatan ini sebatas leher selama 2 – 3
menit.
4) Pijat punggung belakang ibu (sejajar daerah payudara) menggunakan ibu jari.
Tekan kuat membentuk gerakan melingkar kecil – kecil. Lakukan gerakan
sebatas tali bra selama 2 – 3 menit
5) Kemudian, telusuri kedua sisi tulang belakang, posisikan kedua tangan
menyerupai kepalan tinju dan ibu jari menghadap kearah atas atau depan.
6) Amati respon ibu selama tindakan
Langkah-langkah melakukan Rolling massage sebagai berikut (Depkes RI, 2007)
:
1) Melepaskan baju ibu bagian atas
2) Ibu miring ke kanan maupun kekiri, lalu memeluk bantal
3) Memasang handuk
4) Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak telon atau baby oil / air
hangat.
5) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan
dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan
6) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-gerakan
melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya.
7) Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah,
dari leher kearah tulang belikat, selama 2-3 menit.
8) Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
9) Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara
bergantian
BAB III
PEMBAHASAN
1. IDENTITAS JURNAL
Penulis Jurnal : Windi Audia Sari, Agus Fitriangga, Saiman (Program Studi Ilmu Keperawatn
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura)
Tahun Jurnal : 2017
Judul Jurnal : PENGARUH PERAWATAN PAYUDARA DENGAN TEKNIK MASSAGE ROLLING
PADA IBU HAMIL TRIMESTER III TERHADAP KELANCARAN PENGELUARAN ASI
POSTPARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS II PONTIANAK
BARAT
Sumber Jurnal :

2. LATAR BELAKANG JURNAL


Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi yang paling baik bagi bayi baru lahir hingga
menginjak usia 6 bulan. ASI eksklusif sebagai bahan tunggal akan cukup memenuhi
kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan dan ketika diberikan makanan padat
dapat diteruskan sampai usia 2 tahun. ASI memberi nutrisi sesuai dengan usia, faktor
imunologis dan substansi anti bakteri. ASI sebagai makanan alamiah yang terbaik yang
diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya, karena komposisinya
sesuai pada setiap tumbuh kembang bayi, ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat
membuat bayi terhindar dari berbagai penyakit infeksi. Pemberian ASI eksklusif di dunia
masih rendah. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun
2012 hanya 39% bayi di bawah usia 6 bulan yang mendapatkan ASI secara eksklusif di
seluruh dunia, angka tersebut juga tidak mengalami kenaikan pada tahun 2015, yaitu hanya
40% keberhasilan pemberian ASI eksklusif di seluruh dunia.
Data dari Profil Kesehatan Republik Indonesia selama 4 tahun berturut-turut yaitu
tahun 2012, 2013, 2014 dan 2015 capaian ASI Eksklusif di Indonesia mengalami peningkatan
dan penurunan. Profil Dinas Kesehatan Provinsi di Kalimantan Barat pada tahun 2016, dari
61.920 bayi yang terdata hanya 39.411 bayi yang diberi ASI eksklusif. Artinya, persentase ASI
eksklusif di Kalimantan Barat hanya mencapai 63,65% dari jumlahbayi yang ada. Di Kota
Pontianak, terjadi penurunan pada pemberian ASI eksklusif menyentuh angka 72,24% dari
jumlah total bayi sebanyak 4.637 bayi. Sedangkan wilayah yang paling rendah mendapatkan
ASI Eksklusif yaitu Pontianak Barat dengan persentase 48,18%, kemudian disusul Pontianak
Utara yaitu 53,3%, Pontianak Timur 54,28%, Pontianak Tenggara 55,56% dan Pontianak
Selatan sebanyak 59,34%. Perawatan payudara selama kehamilan merupakan salah satu hal
yang penting yang harus diperhatikan pada saat kehamilan sebagai persiapan menyusui
nantinya. Perawatan payudara dengan merangsang buah dada akan memengaruhi hypopise
untuk mengeluarkan hormon progesteron, esterogen dan hormon oxytocin lebih banyak
lagi. Perawatan payudara berupa massage rolling (punggung) merangsang reflek oksitosin
atau reflek let down. Pijat ini dilakukan dengan cara memijat daerah punggung sepanjang ke
dua sisi tulang belakang. Survey dilakukan peneliti di poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di
Puskesmas Perumnas II Pontianak Barat. Didapatkan data bahwa hanya 58,2% bayi
mendapatkan ASI eksklusif. Hal ini dikarenakan ASI tidak dapat keluar ataupun tidak lancar
sehingga menyebabkan neonatus mengkonsumsi susu formula. Maka dari itu diperlukan
penelitian pengaruh perawatan payudara dengan teknik massage rolling pada ibu hamil
trimester III terhadap kelancaran pengeluaran ASI postpartum di wilayah kerja Puskesmas
Perumnas II Pontianak Barat.
3. METODE JURNAL
Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan eksperimen semu (quasi experiment) dengan
pendekatan post test only design with control group untuk mengukur pengaruh perawatan
payudara terhadap kelancaran pengeluaran ASI. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Perumnas II Pontianak mulai tanggal 1 April hingga 24 Mei 2017. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, lembar SOP dan alat tulis. Telah
dilakukan uji validitas ini pada kuesioner dengan hasil dari 34 responden dengan 10
pertanyaan, didapatkan hasil semuanya valid dengan nilai r tabel 0,444. Hasil uji reliabilitas
kuesioner dinyatakan reliabel dengan nilai Cronbach Alpha 0,858. Jumlah sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah 16 orang. Karena penelitian ini menggunakan 2
kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi maka masing-masing sampel 4
berjumlah 16 orang sehingga total sampel yang digunakan yaitu 32 orang dengan kriteria
inklusi yaitu : Ibu hamil trimester III (36-40) yang bersedia menjadi responden,
memeriksakan kehamilannya di wilayah kerja puskesmas Perumnas II Pontianak Barat,
mengkonsumsi makanan bergizi, kondisi psikologis baik, tidak menggunakan alat kontrasepsi
mengandung esterogen. Adapun yang menjadi kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu yang
mengalami komplikasi kehamilan dan memiliki riwayat kanker payudara.

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:


a. Peneliti memperkenalkan diri kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan
dari penelitian yang akan dilakukan kepada responden.
b. Peneliti meminta kesediaan responden untuk menjadi bagian dari penelitian ini dengan
menandatangani lembar informed consent. Kemudian peneliti mengajukan kontrak
waktu kepada seluruh responden.
c. Responden kelompok perlakuan diberikan intervensi massage rolling yang dilakukan dua
kali sehari setiap pagi dan sore hari.
d. Untuk responden kelompok kontrol diberitahukan dan di kontrol untuk tidak melakukan
massage rolling.
e. Setelah perawatan payudara dilakukan selama 14 hari pada kehamilan trimester III (36-
40 minggu), maka peneliti menunggu responden melahirkan untuk melihat pengeluaran
ASI yang dikeluarkan ibu setelah melahirkan.
f. Setelah itu pengukuran dilakukan dengan lembar kuesioner yang diberikan kepada ibu
postpartum yang diisi untuk mendapatkan data dari hasil pengeluaran ASI
g. Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahan data dengan
menggunakan uji T-Test Independent.

4. HASIL JURNAL

Dari 32 sampel ibu hamil yang terlibat dalam penelitian, dilakukan analisa sehingga
didapatkan hasil penelitian bahwa kelancaran ASI terbanyak yaitu pada kelompok intervensi
yaitu 14 responden (87,5%) sedangkan pada kelompok kontrol yang terbanyak yaitu tidak
lancar 11 responden (68,8%).
Tabel 1.1. Kelancaran Pengeluaran ASI Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (n=32)

Kemudian dilakukan Uji T-Test Independent untuk memperlihatkan perbedaan yang


menunjukkan nilai p = 0,000 (<0,05), hasil ini menunjukkan adanya perbedaan yang
bermakna pada skor kelancaran pengeluaran ASI post test diantara kedua kelompok
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh perawatan payudara dengan teknik
massage rolling pada ibu hamil trimester III terhadap kelancaran pengeluaran ASI
postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Pontianak Barat.

Tabel 1.2. Analisis Perbedaan Skor Kelancaran ASI Post Test Antara Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan p value = 0,000 dapat disimpulkan


bahwa terdapat pengaruh perawatan payudara dengan teknik massage rolling pada ibu
hamil trimester III terhadap kelancaran pengeluaran ASI postpartum. Hasil penelitian
menyatakan bahwakelancaran ASI pada kelompok intervensi yang telah diberikan perlakuan
sebanyak 14
responden dari 16 responden, sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan
perlakuan kelancaran ASI hanya sebanyak 5 responden dari 16 responden. Intervensi
perawatan payudara dengan teknik massage rolling merupakan cara menstimulasi refleks
oksitosin pada awal laktasi. Hormon oksitosin dihasilkan jika ujung saraf disekitar payudara
distimulasi oleh hisapan bayi. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju payudara yang
akan menstimulasi otot sekitar alveoli, dan memeras ASI keluar dari alveolus menuju sinus
laktiferus. ASI yang terdapat dalam sinus dapat dikeluarkan ibu atau bayi. Rolling massage
ini berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga
ASI pun otomatis keluar.
Metode massage rolling merupakan salah satu cara baru dalam menstimulasi
pengeluaran ASI. Dengan membuat ibu lebih nyaman diharapkan reflek oksitosin dapat
meningkat. Pemijatan yang dilakukan secara rutin juga dapat mempengaruhi kelancaran
produksi ASI, semakin sering ibu melakukan pemijatan, semakin meningkat pula hormon
oksitosin dalam tubuh sehingga produksi ASI bertambah lancar. Teknik pemijatan pada titik
tertentu dapat menghilangkan sumbatan dalam darah sehingga aliran darah dan energi
didalam tubuh akan kembali lancar. Punggung adalah daerah dimana wanita paling sering
mengalami ketegangan. Punggung merupakan titik akupresur untuk memperlancar proses
laktasi. Selain itu syaraf pada payudara dipersyarafi oleh syaraf punggung atau dorsal yang
menyebar disepanjang tulang belakang.
Setelah dilakukannya intervensi setiap hari yaitu pagi dan sore selama 2-3 minggu
sebelum melahirkan pada kelompok intervensi, hasil post test menyatakan bahwa
kelancaran pengeluaran ASI sebanyak 14 orang dari jumlah responden 16 orang. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa intervensi perawatan payudara dengan teknik massage rolling
memiliki efek terhadap kelancaran pengeluaran ASI. Hal ini dikarenakan pemijatan pada
punggung (massage rolling) dapat menstimulus otot-otot payudara yang akan
mempengaruhi hypofise untuk mengeluarkan hormon progesteron, estrogen, dan oksitosin
untuk mengeluarkan ASI
terutama apabila dilakukan secara rutin selama kehamilan hingga persalinan. Penelitian
yang dilakukan Mawwadah (2015) menyatakan bahwa oksitosin dikeluarkan ketika ibu
merasa nyaman, mendapatkan cukup sentuhan, cukup temperatur dan tidak stresss atau ibu
dalam kondisi rileks. Pemijatan punggung ibu bertujuan untuk memberi rangsangan kepada
kelenjar air susu ibu agar dapat memproduksi susu dan memicu hormon oksitosin atau
reflek let down serta memberikan kenyamanan dan menciptakan rasa rileks pada ibu melalui
hormon endorphin yang disekresi karena rasa nyaman dan rileks tersebut yang dialami ibu
selama pemijatan. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Muliani (2011) menunjukkan
bahwa ada perbedaan signifikan rata-rata produksi ASI ibu postpartum sesudah dilakukan
massage rolling pada kelompok kontrok dan intervensi. Jadi dapat disimpulkan teknik
massage rolling berpengaruh terhdap kelancaran pengeluaran ASI. Penelitian yang dilakukan
oleh Futuchiyah (2013) tentang hubungan perawatan payudara dengan metode massage
rolling didapatkan hasil bahwa perawatan payudara dengan metode massage rolling dapat
meningkatkan produksi ASI yang signifikan melalui rangsangan pemijatan dan massage
sehingga menyebabkan kontraksi sel-sel myophitel dan menyebabkan ASI keluar dengan
lancar. Penelitian Nurhanifah (2013) menyatakan bahwa efek massage juga dapat
meningkatan kadar serotonin dan dopamine sehingga memicu penurunan
ketidaknyamanan, kelelahan, stress dan depresi. Setelah responden diberikan massage
punggung responden merasa rileks dan nyaman. Pengurangan ketidaknyamanan, kelelahan,
stress, dan depresi pada ibu akan membantu lancarnya pengeluaran ASI. Hal ini sesuai
dengan Breastfeeding Counseling : A Training Course WHO/UNICEF (2015) yang
menunjukkan bahwa massage punggung merupakan salah satu cara untuk menstimulasi
hormon oksitosin yang dapat merangsang let down reflex. Let down reflex ini penting untuk
menjaga kestabilan produksi ASI, tetapi dapat terhalangi apabila ibu mengalami stres. Ibu
yang mengalami kesulitan menyusui akibat kurangnya refleks let down ini, dapat dibantu
dengan pemberian massage punggung. Pada penelitian ini terdapat 2 responden yang
produksi ASI nya tidak lancar setelah dilakukannya intervensi. Hal ini dikarenakan pada 2
responden tersebut puting susu tidak keluar sehingga ASI tidak dapat keluar. Walaupun
sudah dilakukan perawatan payudara agar puting susu keluar namun hingga persalinan bayi
tidak dapat menyusui. Pada kelompok kontrol didapatkan hasil dari 16 responden hanya 5
orang yang ASI nya lancar. Beberapa penyebab ASI tidak mau keluar kebanyakan memang
karena faktor psikis. Jika memang sejak awal diniatkan dan diyakini untuk memberikan ASI,
pastilah susu juga akan keluar. Makin kurang persiapan, tekanan pada pikiran, atau
ketidakmauan karena berbagai alasan, akan menghambat keluarnya ASI. Tapi pada
umumnya, masalah tidak keluar atau terhambatnya ASI dikarenakan dua hal yaitu ASI
kepenuhan dan saluran susu tersumbat. Perawatan payudara dengan cara pemijatan yang
dilakukan di punggung (massage rolling) bermanfaat melancarkan reflek pengeluaran ASI.
Selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI. Terakhir yang tidak kalah
penting, mencegah bendungan pada payudara. Perawat dapat menerapkan intervensi ini
pada saat penyuluhan kesehatan pada ibu hamil, hal ini agar bayi yang akan dilahirkan nanti
mendapatkan ASI yang cukup. Selain itu teknik massage rolling ini adalah teknik pemijatan
yang sederhana dan membuat ibu merasa nyaman, walaupun ibu tidak dapat melakukan
dengan sendiri tetapi dapat dibantu dengan kerabat terdekat, terutama suami. Jadi tidak
hanya ibu sendiri saja yang dapat mempersiapkan ASI tetapi juga dapat dibantu dengan
kerabat terdekat.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh perawatan payudara
dengan teknik massage rolling pada ibu hamil trimester III terhadap kelancaran pengeluaran
ASI postpartum di wilayah kerja Puskesmas Perumnas II Pontianak Barat, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik responden berdasarkan usia pada kelompok intervensi rata-rata 30,81
sedangkan pada kelompok kontrol usia rata-rata responden 28,75. Karakteristik
responden berdasarkan tingkat pendidikan pada kelompok intervensi tingkat pendidikan
terbanyak adalah berpendidikan SMA 56,3%, sama halnya pada kelompok kontrol
tingkat pendidikan terbanyak adalah berpendidikan SMA 52,5%. Karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan reponden paling banyak pada kelompok intervensi adalah IRT
62,5%, sama halnya pada kelompok kontrol pekerjaan reponden adalah IRT 75%.
Berdasarkan kelancaran ASI terbanyak yaitu pada kelompok intervensi yaitu 14
responden (87,5%) sedangkan pada kelompok kontrol yang terbanyak yaitu tidak lancar
11 responden (68,8%). Terdapat pengaruh perawatan payudara dengan teknik massage
rolling pada ibu hamil trimester III terhadap kelancaran pengeluaran ASI postpartum di
Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Pontianak Barat yang dibuktikan dengan nilai p =
0,000.

6. SARAN
Diharapkan dapat meneliti faktorfaktor lain yang belum diteliti oleh peneliti
berkaitan dengan kelancaran pengeluaran ASI seperti makanan dan gizi ibu, kondisi psikis,
faktor istirahat, faktor isapan anak sehingga dapat lebih terbukti intervensi yang telah
dilakukaN ini. Waktu yang dapat digunakan peneliti harus ditetapkan seperti 2 minggu
perlakuan karena rata-rata ibu melahirkan pada usia kehamilan 39 minggu.

7. IMPLEMENTASI JURNAL

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, jurnal ini dapat di implementasikan jika
diterapkan di area kerja puskesmas Kepanjen. Teknik massage rolling ini adalah teknik
pemijatan yang sederhana dan membuat ibu merasa nyaman, walaupun ibu tidak dapat
melakukan dengan sendiri tetapi dapat dibantu dengan kerabat terdekat, terutama suami.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi perawatan payudara dengan teknik massage
rolling memiliki efek terhadap kelancaran pengeluaran ASI. Hal ini dikarenakan pemijatan
pada punggung (massage rolling) dapat menstimulus otot-otot payudara yang akan
mempengaruhi hypofise untuk mengeluarkan hormon progesteron, estrogen, dan oksitosin
untuk mengeluarkan ASI terutama apabila dilakukan secara rutin selama kehamilan hingga
persalinan. Teknik yang dilakukan mudah dan bisa dilakukan jika ingin di implementasikan
kembali.
REFERENSI

Bobak IM, Lowdermilk DL, Jensen MD. 1995. Buku Ajar Keperawatan Maternitas
(Maternity Nursing) Edisi 4, Maria A Wijayarti dan Peter Anugerah (penterjemah).
2005. Jakarta: EGC
Cuningham. 2006. Obsietri Williams. Edisi 21.Volume 1. Jakarta: EGC.
Suhermi, Dkk. 2008 . Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta: Fitramaya.
Pillitery. 2003. Maternal and Child Health Nursing. Buku I. Fourth Edition. Philadelphia:
Lippincott
Hamranani, S. 2010, Pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post
partum yang mengalami persalinan lama di rumah sakit wilayah Kabupaten Klaten.
Tesis UI: tidak dipublikasikan.
Perinasia. Manajemen Laktasi Jakarta: Perinasia Jakarta; 2004.
Riset Kesehatan Dasar. Laporan ASI Eksklusif. 2013
Saleha S. Asuhan Kebidanan 3. Yogyakarta: Rhineka Cipta; 2014. 2. Perinasia.
Manajemen Laktasi Jakarta: Perinasia Jakarta; 2004.
Survey Demografi Kesehatan Indonesia. ASI Eksklusif. Jakarta2007.
Survey Demografi Kesehatan Indonesia. Cakupan ASI Eksklusif. 2013.

Anda mungkin juga menyukai