MANAJEMEN LAKTASI
Penyusun/Tim Penyusun:
Vivi Adriyani
Tahun 2019
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
Daftar Isi
Daftar Pustaka………………………………………………………………………….........................
VIVI ADRIYANI 1
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
Pada modul ini anda akan tentang manajemen laktasi. Tujuannya adalah untuk
mendefinisikan keuntungan menyusui, mendorong semua ibu dengan BBL cukup bulan yang
sehat serta BBL kurang bulan berisiko rendah yang lahir setelah usia kehamilan 32 minggu tanpa
kesulitan pernafasan untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya sampai akhir bulan
keenam, mengikuti “Sepuluh Langkah Menyusui dengan Berhasil”, mengawali dan
mempertahankan pemberian ASI, mengevaluasi pemberian ASI pada BBL untuk memastikan
posisi yang benar, kelekatan yang baik dan pengisapan yang efektif, mengidentifikasi masalah-
masalah dalam menyusui, pencegahan serta penanganannya, menatalaksana BBL dengan
kesulitan dalam menyusui, mendefinisikan metode dan teknik pengeluaran serta penyimpanan
ASI.
Selamat Belajar!!!
VIVI ADRIYANI 2
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
Pendahuluan
Air susu Ibu (ASI) merupakan makanan paling sesuai untuk semua bayi baru lahir (BBL),
termasuk bayi kurang bulan. ASI memiliki keuntungan-keuntungan gizi, imunologi dan fisiologi
dibandingkan susu formula komersial atau jenis susu lainnya. ASI terutama sangat penting bagi
negara-negara berkembang dimana biaya dan metode persiapan susu formula bisa mengarah
kepada asupan gizi yang tidak memadai dan/atau penyakit.
Kebijakan nasional Indonesia melindungi, mempromosikan dan mendukung pemberian
ASI. Inisiatif nasional untuk menambah jumlah rumah sakit yang berkomitmen terhadap “Sepuluh
Langkah Pemberian ASI yang Berhasil” seperti yang dinyatakan oleh WHO/UNICEF pada tahun
1989 akan memberikan dampak terhadap praktik tenaga kesehatan. Dokter bertanggung jawab
untuk melaksanakan, mengupayakan pendidikan dan penatalaksanaan pemberian ASI di tempat
kerjanya masing-masing.
Faktanya, pemberian ASI eksklusif di kalangan ibu-ibu masih kurang tinggi. Kurang dari
50% yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan. Dukungan petugas kesehatan untuk
pemberian ASI eksklusif juga seringkali kurang. Larangan promosi susu formula di lingkungan
klinik dan rumah sakit masih banyak dilanggar.
VIVI ADRIYANI 3
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
Materi
VIVI ADRIYANI 4
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
c. Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga ibu
siap untuk menyusui, ini bermaksut agar ibu mampu memproduksi dan
memberikan ASI yang mencukupi kebutuhan bayi.
d. Ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan tambahan sejak
kehamilan trimester ke-2.makanan tambahan saat hamil sebanyak 1 1/3 kali dari
makanan yang dikonsumsi sebelum hamil (Prasetyono, 2009, p.62).
2. Masa Persalinan (Perinatal)
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi saat kelahiran adalah :
a. Masa persaliinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan bayi
selanjutnya,bayi harus menyusui yang baik dan benar baik posisi maupun cara
melekatkan bayi pada payudara ibu.
b. Membantu ibu kontak langsung dengan bayi selama 24 jam agar menyusui dapat
dilakukan tanpa jadwal.
c. Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2 minggu
setelah melahirkan (Prasetyono, 2009, p.62).
3. Masa Menyusui (Postnatal)
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah kelahiran adalah:
a. Setelah bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama kelahiran,ibu harus
menyusui bayi secara eksklusif selama 4 bulan pertama setelah bayi lahir dan saat
itu bayi hanya di beri ASI tanpa makanan tambahan.
b. Ibu mencari informasi yang tentang gisi makanan ketika masa menyusui agar bayi
tumbuh sehat.
c. Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya dan menenangkan pikiran
serta menghindarkan diri dari kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
d. Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan(merujuk posyandu atau
puskesmas). Bila ada masalah dalam proses menyusui.
e. Ibu tetap memperhatikan gisi/makanan anak,terutama pada bayi usia 4 bulan
(Prasetyono, 2009, p.63).
C. Perawatan Payudara
Perawata payudara adalah usaha untuk memperlancar aliran ASI, dan mencegah
masalah-masalah yang mungkin muncul pada saat menyusui seperti puting nyeri atau
VIVI ADRIYANI 5
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat. Perawatan payudara tidak hanya
dilakukan sebelum melahirkan tetapi juga dilakukan setelah melahirkan.
Menurut Soetjiningsih (1997), perawatan payudara dilakukan sehari dua kali saat
mandi dan bila ada masalah dengan menyusui juga dilakukan dua kali sehari. Menurut
Gulardi H. Wiknyosastro (1991) dijelaskan bahwa perawatan yang dilakukan pada
payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya
saluran susu, sehingga setelah melahirkan ibu dapat sesegera mungkin memberikan ASI
kepada bayinya. Perawatan payudara yang dilakukan selama hamil atau pada masa
antenatal menurut Soetjiningsih (1997) mempunyai banyak manfaat, antara lain menjaga
kebersihan payudara terutama kebersihan punting susu, melenturkan dan menguatkan
punting susu sehingga memudah-kan bayi untuk
Sejak kehamilan 6-8 minggu terjadi perubahan pada payudara berupa
pembesaran payudara, terasa lebih padat, kencang, sakit dan tampak jelas gambaran
pembuluh darah di permukaan kulit yang bertambah serta melebar. Kelenjar Montgomery
daerah aerola tampak lebih nyata dan menonjol. Perawatan payudara yang diperlukan :
1. Mengganti BH sejak hamil 2 bulan dengan ukuran yang lebih sesuai dan dapat
menopang perkembangan payudara. Biasanya diperlukan BH dengan ukuran 2 nomor
lebih besar.
2. Latihan gerakan otot badan yang berfungsi menopang payudara untuk menunjang
produksi ASI dan mempertahankan bentuk payudara setelah selesai masa
laktasi.Bentuk latihan : duduk sila di lantai. Tangan kanan memegang bagian lengan
bawah kiri (dekat siku), tangan kiri memegang lengan bawah kanan. Angkat kedua
siku sejajar pundak. Tekan pegangan tangan kuat-kuat kearah siku sehingga terasa
adanya tarikan pada otot dasar payudara.
3. Menjaga higiene sehari-hari, termasuk payudara, khusus daerah puting dan aerola.
4. Setiap mandi, puting susu dan aerola tidak disabuni untuk menghindari keadaan
kering dan kaku akibat hilangnya 'pelumas' yang dihasilkkan kelenjar Motgomery.
5. Lakukan persiapan puting susu agar lentur, kuat, dan tidak ada sumbatan sejak usia
kehamilan 7 bulan, setiap hari sebanyak 2 kali.
6. Mengoreksi puting susu yang datar/terbenam agar menyebul keluar dengan bantuan
pompa puting pada minggu terakhir kehamilan sehingga siap untuk disusukan kepada
bayi.
VIVI ADRIYANI 6
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
D. Manfaat menyusui
Jika seorang ibu memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayinya,hal ini dapat
menguntungkan baik bagi bayinya maupun ibu,antara lain:
1. Manfaat ASI bagi bayi:
a. Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi
sampai usia 6 bulan.
b. Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti kekebalan
sehingga akan lebih jarang sakit.
c. Melindungi anak dari serangan alergi.
d. Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi
lebih pandai.
e. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian berbicara.
f. Membantu pembentukan rahang yang bagus.
g. Menunjang perkembangan motorik sehiingga bayi akan cepat bias
berjalan(Roesli, 2005, p.6).
2. Manfaat ASI bagi ibu:
a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
b. Mengurangi terjadinya anemia
c. Menjarangkan kehamilan
d. Mengecilkan rahim
e. Ibu lebih cepat mengalami penurunan berat badan
f. Mengurangi kemungkinan menderita kanker
g. Lebih ekonomis dan murah
h. Tidak merepotkan dan hemat waktu
i. Lebih praktis dan portable
j. Memberi kepuasan bagi ibu tersendiri (Roesli, 2005, p.7) .
3. Manfaat ASI bagi Lingkungan:
a. Mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia
b. Tidak menambah polusi udara karena pabrik-pabrik yang mengeluarkan asap.
4. Manfaat ASI bagi Negara:
a. Penghemat devisa untuk membeli susu formula dan perlengkapan menyusui
b. Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah muntah,mencret dan sakit
saluran nafas
c. Penghematan obat-obatan,tenaga dan sarana kesehatan.
VIVI ADRIYANI 7
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
VIVI ADRIYANI 8
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
c. Ibu dianjurkan untuk duduk dan berdiri di tempat yang terang dan nyaman dan
dekatkan mangkok ke payudara ibu
d. Memegang payudara dengan meletakkan ibu jari diatas areola sampai puting
susu, dan jari telunjuk tepat di bawahnya.
e. Menekan dengan lembut payudara diantara ibu jari dan jari telunjuk ke belakang
kearah tulang dada
f. Diteruskan dengan menekan ibu jari dan jari telunjuk serta melepaskannya secara
bergantian,setelah dilakukan berulang ulang ASI akan mulai mengalir.
3. Cara penyimpanan ASI
ASI adalah cairan hidup,selain makanan ASI mengandung zat anti infeksi,cara
penyimpanan ASI perah akan menentukan kualitas anti infeksi dan makanan yang di
kandungnya.
a. Anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu ASI tetap segar dalam waktu
yang lebih lama karena akan menghambat pertumbuhan bakteri jahat dalam ASI
perah yang disimpan.
b. Setelah di cairkan ASI harus habis dalam waktu 1 jam, dan sisa ASI tidak boleh
dimasukkan lagi dalam lemari es
c. Tulis jam, hari dan tanggal saat diperah
4. Lama Penyimpanan ASI
a. Dalam ruangan dengan suhu 27-32oC kolostrum dapat disimpan selama 12 jam
b. ASI bisa bertahan pada suhu ruangan atau di udara luar selama 6-8 jam
c. ASI bisa bertahan dalam termos es selama 24 jam
d. ASI dapat bertahan 6 bulan pada freezer (Roesli, 2005, p.83)
5. Cara memberikan ASI perah dengan gelas ataupun sendok adalah:
a. Pangku bayi dengan posisi setengah duduk di pangkuan ibu
b. Tempelkan tepi cangkir/sendok kecil berisi ASI perah,pada bibir bawah bayi
sehingga ASI menyentuh bibir bayi dan akan meminum dengan dorongan lidahnya
c. Jangan menuangkan ASI kedalam mulut bayi,pegang saja cangkir atau sendok
diatas bibir bayi dan biarkan bayi meminumnya sendiri
d. Jika bayi merasa cukup kenyang ia akan menutup mulutnya .
6. Cara Memberikan ASI yang sudah didinginkan pada bayi
a. ASI dipanaskan dengan cara membiarkan botol di aliri air panas yang bukan
mendidih yang keluar dari keran.
VIVI ADRIYANI 9
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
b. Merendam botol di dalam baskom atau mangkok yang berisi air panas atau bukan
mendidih.
c. Ibu tidak boleh memanaskan botol dengan cara mendidihkannya dalam panci atau
alat pemanas lainnya kecuali menggunakan alat khusus untuk memanaskan botol
berisi simpanan ASI.
d. Susu yang sudah di panaskan tidak bisa di simpan lagi.
VIVI ADRIYANI 10
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
dengan kuat, puting susu ibu tidak terasa sakit dan puting terhadap lengan bayi berada
pada satu garis lurus.
5. Penilaian kecukupan ASI pada bayi
Bayi usia 0 – 4 bulan atau 6 bulan dapt dinilai cukup pemberian ASInya bila tercapai
keadaan sebagai berikut:
a. Berat badan lahir telah pulih kembali setelah bayi berusia 2 minggu
b. Kenaikan berat badan dan tinggi badan sesuai dengan kurve pertumbuhan normal
c. Bayi banyak ngompol sampai 6 kali atau lebih dalam sehari
d. Tiap menyusui, bayi menyusu kuat (rakus).
e. Payudara ibu terasa lunak setelah disusukan dibanding sebelumnya
6. Diluar waktu menyusui
Jangan membiasakan bayi menggunakan dot atau kempeng. Berikan ASI dengan
sendok bila ibu tidak dapat menyusui bayinya.
7. Ibu bekerja
Selama cuti hendaknya ibu menyusui bayinya terus. Jangan juga membiasakan
bayi menyusu dengan botol bila masa cuti telah habis dan ibu harus bekerja kembali.
8. Pemberian makanan pendamping ASI
Makanan pendamping ASI hendaknya diberikan mulai usia bayi 4 – 6 bulan. BIla
ibu bekerja sebaiknya makanan pendamping ASI diberikan pada jam kerja, sehingga
ASI tetap diberikan setelah ibu berada di rumah.
9. Penyapihan
Menghentikan pemberian ASI harus dilakukan secara bertahap dengan jalan
meningkatkan frekuensi pemberian makanan anak dan menurunkan frekuensi
pemberian ASI secara bertahap dalam kurun waktu 2 – 3 bulan.
10. Klinik laktasi
Pusat pelayanan kesehatan ibu dan anak harus memiliki pelayanan yang dapat
meyakinkan setiap ibu dalam masa menyusui bahwa ia selalu dapat berkonsultasi
untuk setiap masalah laktasi yang dialaminy. Untuk itu perlu diadakan klinik laktasi
atau tenaga terlatih untuk membantunya pada sarana pelayanan kesehatan yang
terdekat.
11. Kelompok pendukung ASI
Perlu dibina adanya kelompok pendukung ASI DI lingkungan masyarakat, yang
dapat merupakan sarana untuk mendukung ibu-ibu di lingkungan tersebut agar
berhasil menyusui bayinya, dibantu oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan
VIVI ADRIYANI 11
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
tersebut. Melalui kelompok ini, ibu-ibu menyusui dapat mengadakan diskusi dan
mendapat bantuan bila mengalami masalah dalam menyusui bayinya.
G. Langkah-langkah menyusui
Langkah-langkah menyusui yang baik dan benar meliputi hal-hal berikut :
1. Persiapan mental dan fisik ibu menyusui
Ibu yang akan menyusui harus dalam keadaan tenang. Bila perlu minum segelas
air sebelum menyusui. Hindari menyusui dalam keadaan lapar dan haus. Sediakan
tempat dengan peralatan yang diperlukan, seperti kursi dengan sandaran punggung
dan sandaran tangan, bantal untuk menopang tangan yang menggendong bayi.
2. Hygiene personal ibu menyusui
Sebelum menggendong bayi untuk menyusui, tangan harus dicuci bersih.
Sebelum menyusui, tekan daerah areola di antara telunjuk dan ibu jari sehingga keluar
2-3 tetes ASI, kemudian dioleskan ke seluruh puting dan areola. Cara menyusui yang
terbaikadalah bila ibu melepaskan BH dari kedua payudara.
3. Menyusui bayi sesuai dengan permintaan bayi
Susukan bayi sesuai dengan kebutuhannya (”on demand“), jangan dijadwalkan.
Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap 2-3 jam sekali. Setiap kali
menyusui, lakukanlah pada kedua payudara kiri dan kanan secara bergantian,
masing-masing sekitar 10 menit. Mulailah dengan payudara sisi terakhir yang disusui
sebelumnya. Periksa ASI sampai payudara terasa kosong.
4. Setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi seperti awal menyusui tadi. Biarkan kering
oleh udara sebelum kembali memakai BH. Langkah ini berguna untuk mencegah
lecet.
5. Membuat bayi bersendawa setelah menyusui harus selalu dilakukan, untuk
mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak kembung dan muntah.
Bila terjadi keadaad lecet pada puting dan atau sekitarnya, sebaiknya ibu tetep
menyusui dengan mendahului pada puting yang tidak lecet. Sebelum diisap, puting yang
lecet dapat diolesi es untuk mengurangi rasa sakit. Yang lebih penting dari kejadian ini
adalah mencari penyebab lecet tersebut yang tentunya harus dihindari.
Keadaan engorgement (payudara bengkak) yang sering terjadi pada payudara yang
elastisitasnya kurang. Untuk mengatasinya, kompres payudara dengan handuk hangat
VIVI ADRIYANI 12
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
kira-kira 4-5 menit, kemudian dilakukan masase dari tepi ke arah puting hingga ASI keluar.
Setelah itu baru bayi disusukan. Jangan berhenti menyusui dalam keadaan ini.
H. Posisi menyusui
Agar bayi dapat mengisap ASI secara maksimal usahakan bayi tampak menyusui
dengan tenang, bayi menempel betul pada ibu, mulut dan dagu bayi menempel betul pada
payudara, mulut bayi membuka lebar, sebagian besar areola tertutup mulut bayi, bayi
menghisap ASI pelan-pelan dengan kuat, puting susu ibu tidak terasa sakit dan puting
terhadap lengan bayi berada pada satu garis lurus. Menyusui bayi hendaknya
memperhatikan beberapa masa;lah pada bayi, sebagai berikut:
1. Bayi tidak dapat menghisap
a. Ibu harus memeras ASI. Memeras ASI harus dilakukan sebanyak (sesering)
mungkin yaitu setiap kali memberi minum bayi (delapan kali sehari), hal ini
ditujukan untuk menjaga pasokan ASI. Apabila hanya memeras satu atau dau kali
sehari, pasokan ASi akan berkurang.
b. ASI eksklusif harus diberikan pada bayi Pemberian ASI bisa dilakukan dengan
menggunakan cangkir (metode cup). Paling baik menggunakan cangkir yang
sangat kecil atau kendi berujung. Bisa juga dengan pipet tetes atau sonde bila
kondisi bayi mengharuskan. Botol dan dot tidak dianjurkan, oleh karena tidak
merangsang bayi untuk bertindak aktif (mengisap).
c. Penyimpanan ASI pera
- Di udara terbuka / bebas :6-8 jam, bila masih kolostrum bisa sampai 12 jam
- Di lemari es :24 jam
- Di lemari pendingin / beku :6 bulan
d. ASI yang telah didinginkan tidak boleh direbus bila akan dipakai (unsur kekebalan
akan menurun). ASI didiamkan beberapa saat di dalam suhu kamar, agar tidak
terlalu dingin; atau dapat direndam di dalam wadah yang berisi air hangat.
2. Bayi melekat kurang kuat
Anjurkan ibu untuk menyusui dengan cara yang benar :
a. Atur posisi hingga kepala dan tubuh bayi lurus
b. Atur tubuh bayi menghadap ibu hingga hidung bayi dekat dengan puting susu
c. Dekatkan tubuh bayi hingga perut bayi menempel pada perut ibu
d. Seluruh tubuh bayi disangga dengan kedua tangan ibu
VIVI ADRIYANI 13
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
VIVI ADRIYANI 14
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
3. Bayi kembar
Ibu bayi kembar di yakinan bahwa di sanggup menyusui bayinya ,mula-mula ibu
dapat menyusui sekaligus berdua.bayi sebaiknya menyusu sekaligus .susuilah bayi
sesering mungkin selama waaktu yang di inginkan oleh bayi,umumnya bayi menyusu
kurang lebih 2o menit.
4. Bayi sumbing
Pendapat yang mengatakan bahwa bayi sumbing tidak dapat menyusu tidak
benar. Bila bayi mengalam sumbing pada palatum molle bayi akan menyusu tanpa
kesulitan
a. Posisi ibu duduk dengan vertikal /bayi tegak , untuk bayi palatoskizis sebaiknya
posisi tidur sehingga puting akan jauh mencapai faring dengan demikian tidak
terjadi aspirasi.
b. Pegang puting susu dan areola mamma selagi menyusui ,untuk membantu bayi
mendapat ASI yang cukup .
c. Ibu jari ibu dapat membantu sebagai penyumbat celah pada bibir bayi .
d. Bila bayi menderita sumbing pada bibir dan langgit- langgit (labiopalatosziksis) ASI
juga dapat dikeluarkan secara manual/pompa,sendok atau pipet, botol dengan dot
yang panjang khusus ASI.
Operasi bibir sumbing dilakukan secara bertahap, operasi pertama pada bibir pada
usia 3 bulan dengan persyaratan “rule of ten”. selanjutnya palatum pada usia 10-12
bulan. Yang perlu diperhatikan dalam menyusui pasca operasi:
a. Tidak boleh menggunakan dot, karena akan merusak hasil operasi
b. Diet cair selama 3 minggu baik untuk bayi maupun anak
VIVI ADRIYANI 15
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
susukedalam mulut bayi ,bila ASI penuh dapat diperas diberikan lewat sendok
atau cangkir.
2. Puting susu tidak lentur.
Puting susu tidak lentur akan menyulitkan bayi untuk menyusu,awal kehamilan
tidak lentur menjelang persalinan akan menjadi lentur.
3. Puting susu lecet
Puting susu lecet karena disebabkan trauma pada puting susu,retak dan
pembentukan celahcelah .Retak pada puting susu akan sembuh dengan sendirinya
dalam waktu 48 jam. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Kalau terasa nyeri atau lecet tidak terlalu berat masih dapat di berikan.
b. Apabila terdapat rasa nyeri hebat atau luka makin berat ,puting susu di istirahatkan
sampai denganmemungkinkan untuk menyusui.
c. Selama puting susu diistirahatkan,ASI tetap di keluarkan dengan tangan.
Untuk menghindari terjadinya puting susu lecet atau nyeri beberapa hal dibawah ini:
a. Setiap kali hendak menyusui dan sesudah menyusui puting susu diolesi dengan
ASI
b. Jangan membersihkan puting susu dengan sabun,alkohol,krim,obat-obatan yang
merangsang kulit/ puting susu.
c. Lepaskan hisapan bayi dengan benaryaitu menekan dagu bayi atau memasukan
jari kelingking ibu yang bersih ke dalam mulut bayi.
VIVI ADRIYANI 16
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
Rangkuman
Jika seorang ibu memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayinya,hal ini dapat
menguntungkan baik bagi bayinya maupun ibu,antara lain meningkatkan daya
tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti kekebalan sehingga akan lebih
jarang sakit, mengurangi perdarahan setelah melahirkan, dan penghemat devisa
untuk membeli susu formula dan perlengkapan menyusui.
Manajemen laktasi pada ibu bekerja adalah upaya yang dilakukan ibu
mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya khususnya pada ibu yang
bekerja. Selama ibu bekerja ASi dapat diperas atau di pompa dan di simpan di
lemari pendingin di tempat kerja,atau diantar pulang.
Hal yang perlu di perhatikan setiap ibu demi kelancaran menyusui antara lain
nutrisi ibu menyusui, istirahat, obat – obatan, posisi ibu-bayi yang benar saat
menyusui, penilaian kecukupan ASI pada bayi, diluar waktu menyusui, Ibu bekerja,
pemberian makanan pendamping ASI, penyapihan, klinik laktasi, kelompok
pendukung ASI.
VIVI ADRIYANI 17
MODUL : MANAJEMEN LAKTASI
Daftar Pustaka
Ambarwati, Ria dkk. 2013. Pengaruh konseling laktasi intensif terhadap pemberian air susu ibu
(ASI) eksklusif sampai 3 bulan. Jakarta : JURNAL GIZI INDONESIA.
Ramawati, Dian. 2013. EFEKTIVITAS MODUL UNTUK MANAJEMEN LAKTASI PASCA
MELAHIRKAN. Banyumas : JURNAL KEPERAWATAN SOEDIRMAN.
Sudirman, Andi Akifa. 2017. MANAJEMEN LAKTASI TERHADAP KEBERHASILAN
PEMBERIAN ASI EKSLUSIF. Gorontalo : ID Paper
Wattimena, Inge. 2015. Manajemen Laktasi dan Kesejahteraan Ibu Menyusui. Surabaya :
JURNAL PSIKOLOGI.
VIVI ADRIYANI 18