Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAH KABUPATEN BOALEMO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TANI DAN NELAYAN


Jl. Prof. Dr. Hi. Aloe Saboe, Desa Lamu, Kec. Tilamuta Email :rstnboalemo@yahoo.co.id

KERANGKA ACUAN KONSELING TENTANG MANAJEMEN LAKTASI


DI RSUD TANI DAN NELAYAN BOALEMO

A. PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan
masyarakat. Mutu hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan
dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak, menurunnya daya
kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental adalah akibat
langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang. Sebagaimana
diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat
ini di Indonesia adalah kurang kalori dan protein. Tingginya angka
kekurangan gizi pada bayi karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti
dengan susu botol dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi
kebutuhan. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar
ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat
gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan
makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia
sekitar enam bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber
protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat
makanan tambahan yang tertumpu pada beras.
Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia
harus dimulai sedini mungkin yaitu sejak masih bayi. Salah satu faktor
yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas
manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI
semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam
pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan.
Akhir-akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan penggunaan
ASI.
B. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti pelatihan konseling tentang manajemen
laktasi diharapkan bidan dapat mengaplikasikan kemampuan
konselingnya pada ibu nifas menyusui

C. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti peelatihan konseling tentang manajemen
laktasi diharapkan bidan dapat menjelaskan tentang :
1. Manajemen laktasi
2. Manfaat ASI, hal yang mempengaruhi produksi ASI
3. Posisi menyusui yang benar
4. Penyimpanan dan pemberian ASI pada ibu yang bekerja

D. MATERI
Terlampir

E. KEGIATAN
Kegiatan pelatihan dilaksanakan dalam bentuk penyampaian
materi atau ceramah oleh pembicara dan tanya jawab:
1. Pelaksana :
 Bidan Jamila Gunung, Amd.Keb
 Bidan Sri Susilawati Neu, Amd.Keb
2. Pendamping dr. Indah Musdalifah, Sp.A

F. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


 Hari / tanggal : Kamis, 01 November 2018
 Pukul : 11.00 Wita
 Tempat : Ruang Perawatan Nifas

G. SASARAN
Semua bidan yang ada diruang Nifas
H. METODE
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab

I. PEMBIAYAAN
Program ini di biaya dari biaya operasional Rumah Sakit Tani dan
Nelayan Boalemo Tahun 2018 dengan rincian sebagai berikut :
Biaya Konsumsi : 1 hari x 3 orang x Rp. 10.000 = Rp. 30.000

J. MATERI
Terlampir

K. EVALUASI
a. Daftar Hadir
b. Format Laporan Hasil Kegiatan
c. Bukti Foto Kegiatan

Tilamuta, 01 November 2018


Mengetahui,

Ketua Panitia Direktur

Dr. Indah Musdalifah, Sp.A dr. Rahmawaty Dai


Nip. 19790810 200604 2 030 Nip. 19780805 200501 2 009
MATERI LAKTASI
A. Manajemen Laktasi
Manajemen adalah suatu tatalaksana yang mengatur agar
keseluruhan proses menyusui bisa berjalan dengan sukses, mulai dari
ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI, yang
dimulai pada masa antenatal, perinatal danpostnatal (Dwi Sunar
Prasetyono,2009). Ruang lingkup Manajemen Laktasi periode
postnatal pada ibu bekerja meliputi ASI Eksklusif, teknik menyusui,
memeras ASI, memberikan ASI Peras, menyimpan ASI Peras,
memberikan ASI Peras dan pemenuhan gizi selama periode
menyusui.
Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk
menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama
dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada
masa menyusui selanjutnya. (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005).

B. Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi
merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk
manusia. (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005)

Langkah-langkah kegiatan Menejemen Laktasi menurut Depkes RI


(2005) adalah :
 Masa Kehamilan (Antenatal).
1. Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai
manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi
dan keluarga serta cara pelaksanaan management laktasi.
2. Menyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui
bayinya.
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara.
Disamping itu, perlu pula dipantau kenaikan berat badan ibu
hamil selama kehamilan.
4. Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari
termasuk mencegah kekurangan zat besi. Jumlah makanan
sehari-hari perlu ditambah mulai kehamilan trimester ke-2
(minggu ke 13-26) menjadi 1-2 kali porsi dari jumlah makanan
pada saat sebelum hamil untuk kebutuhan gizi ibu hamil.
5. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting
pula perhatian keluarga terutama suami kepada istri yang
sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan
hatinya bahwa kehamilan merupakan anugerah dan tugas yang
mulia.

 Saat segera setelah bayi lahir.


1. Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan
dimotivasi agar mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact)
dan mulai menyusui bayi. Karena saat ini bayi dalam keadaan
paling peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan
mencari payudara ibu secara naluriah.
2. Membantu kontak langsung ibu-bayi sedini mungkin untuk
memberikan rasa aman dan kehangatan.

 Masa Neonetus
1. Bayi hanya diberi ASI saja atau ASI Eksklusif tanpa diberi
minum apapun.
2. Ibu selalu dekat dengan bayi atau di rawat gabung.
3. Menyusui tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta (on
demand).
4. Melaksanakan cara menyusui (meletakan dan melekatkan)
yang baik dan benar.
5. Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi
harus tetap mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk
mempertahankan agar produksi ASI tetap lancar.
6. Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam
waktu kurang dari 30 hari setelah melahirkan.

 Masa menyusui selanjutnya (post neonatal).

1. Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama


usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan
atau minuman lainnya.
2. Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui
sehari-hari. Ibu menyusui perlu makan 1½ kali lebih banyak dari
biasanya (4-6 piring) dan minum minimal 10 gelas sehari.
3. Cukup istirahat (tidur siang/berbaring 1-2 jam), menjaga
ketenangan pikiran dan menghindari kelelahan fisik yang
berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
4. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting
untuk menunjang keberhasilan menyusui.
5. Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi
tidak mau menyusu, puting lecet, dll ).
6. Memperhatikan kecukupan gizi makanan bayi, terutama setelah
bayi berumur 6 bulan; selain ASI, berikan MP-ASI yang cukup,
baik kualitas maupun kuantitasnya secara bertahap.

C. Proses Pemberian Asi


Pemberian ASI bergantung pada empat macam proses :
1. Proses pengembangan jaringan penghasil ASI dalam payudara
Proses ini dicapai dalam kehamilan dengan adanya
rangsangan pada jaringan kelenjar serta saluran payudara oleh
hormon-hormon estrogen, progesteron dan hormon laktogenik
plasenta (Farrer, 2001).

2. Proses yang memicu produksi ASI setelah melahirkan


Setelah plasenta dilahirkan, penurunan produksi hormon dari
organ tersebut terjadi dengan cepat. Hormon hipofise anterior, yaitu
prolaktin, yang tadinya dihambat oleh kadar estrogen dan
progesteron yang tinggi didalam darah, kini dilepaskan. Prolaktin
akan mengaktifkan sel- sel kelenjar payudara untuk memproduksi
ASI. Dalam waktu 3-4 hari setelah bayi dilahirkan, produksi ASI
sudah dimulai dan susu yang matur disekresikan pada akhir
minggu pertama (Farrer, 2001).

3. Proses untuk mempertahankan produksi ASI


Proses ini bergantung pada hormon lain, yaitu oksitosin, yang
dilepas dari kelenjar hipofise posterior sebagai reaksi terhadap
pengisapan puting. Oksitosin mempengaruhi sel-sel mio-epitelial
yang mengelilingi alveoli mammae sehingga alveoli tersebut
berkontraksi dan mengeluarkan air susu yang sudah diskresikan
oleh kelenjar mammae. Refleks let-down ini tidak terjadi karena
tekanan negatif oleh pengisapan dan juga bukan karena payudara
yang penuh, namun disebabkan oleh refleks neurogenik yang
menstimulasi pelepasan oksitosin. Ibu menyusui akan mengalami
refleks let-down sekitar 30-60 menit setelah bayi mulai menyusu.
Refleks let-down dapat pula disebabkan oleh faktor-faktor yang
murni kejiwaan, seperti mendengar tangisan bayi, berpikir tentang
bayinya atau bahkan berpikir tentang bayinya atau bahkan berpikir
tentang pemberian ASI sendiri. Sebaliknya, refleks tersebut dapat
dihambat oleh kecemasan, ketakutan, perasaan tidak aman atau
ketegangan. Faktor-faktor ini diperkirakan dapat menigkatkan kadar
epinefrin dan neroinefrin dan selanjutnya akan mengambat
transportasi oksitosin ke dalam payudara. Begitu produksi ASI
sudah terjadi dengan baik, pengosongan sakus alveolaris mammae
yang teratur akan mempertahankan produksi tersebut (Farrer,
2001).

4. Proses sekresi ASI (refleks let down)


Cara terbaik dalam mempersiapkan pemberian ASI adalah
keadaan kejiwaan ibu yang sedapat mungkin tenang dan tidak
mengahadapi banyak permasalahan. Higiene perorangan dan
kesejahteraan yang normal sangat penting, kebersihan tangan dan
kuku jari tangan ibu atau orang lain yang akan merawat bayi juga
ditekankan. Putting susu tidak boleh disentuh dengan tangan yang
belum dicuci bersih dan saputangan tidak boleh digunakan sebagai
ganjal di balik BH untuk menghentikan perembasan ASI. Bantalan
disposabel kini sudah tersedia untuk keperluan ini dan dapat
dikenakan dalam waktu yang relatif singkat jika perembasan ASI
menimbulkan masalah. Ibu harus mengenakan pakaian yang tidak
menghalangi pemberian ASI, jika gaun yang dikenakan harus
dinaikkan dahulu ke atas untuk mengeluarkan payudara, maka cara
ini tentunya tidak mengenakkan pada bagian bawah pakaian
semacam ini bisa terdapat lokia. BH khusus untuk laktasi yang
bersih dan dapat juga menyangga payudara harus dikenakan
sepanjang siang serta malam harinya untuk memberikan
kenyamanan dan mencegah statis air susu pada daerah-daerah
payudara yang tergantung. Jika ibu tidak memiliki BH khusus
semacam ini, ibu dapat mengggunakan alat penguat (binder) untuk
mengatasi untuk mengatasi masalah ini. BH untuk laktasi harus
dapat dibuka dari depan dan talinya bisa diturunkan sebelum ibu
menyusui bayinya. Tali tersebut dapat dipasang kembali setelah ibu
selesai menyusui.
Prosedur membersihkan puting berbeda antara rumah sakit
yang satu dan rumah sakit lainnya. Namun, selama puting berada
dalam keadaan bersih, apakah dibersihkan dengan cara
mengusapnya memakai air yang steril ataukah dibersihkan secara
khusus dengan larutan pembersih, caranya tidak menjadi masalah.
Setiap kerak atau air susu yang mengering dan setiap bekas krim/
salep yang dioleskan sebelumnya harus dibersihkan dengan hati-
hati. Larutan alkohol tidak boleh dipakai untuk membersihkan
puting karena dapat membuat puting menjadi kering dan mudah
pecah-pecah.
Bayi harus berada dalam keadaan bersih, tangan, mata,
hidung, pakaian, popok dan selimut harus diperiksa dahulu
sebelum bayi disusui. Perhatian terhadap semua detail ini akan
membantu mengurangi kemungkinan infeksi pada payudara dan
menghidari komplikasi lainnya
(Farrer, 2001).

D. Manajemn Laktasi Bagi Wanita Karir


Pemberian ASI perah saat ibu bekerja memberikan kesempatan
untuk tetap menyusui saat ibu berada di dekat bayi, beberapa kasus
kegagalan pemberian ASI hingga anak 2 tahun karena saat bekerja
ibu tidak memberikan ASI sehingga suplai ASI berkurang dan
meningkatkan angka penyapihan dini (early weaning).
Memompa ASI saat bekerja menimbulkan rasa kedekatan ibu
pada anak. Penghematan keuangan keluarga, mengurangi risiko
kesehatan yang diasosiasikan dengan pemberian susu formula, Ibu
lebih jarang meninggalkan kantor karena anak yang diberi ASI relatif
lebih jarang sakit dibandingkan anak yang tidak diberi ASI.

1. Teknik Memerah ASI


Persiapan Memerah.
a. Cuci bersih kedua tangan Anda dengan benar dan
menggunakan sabun.
b. Usahakan rileks dan pilihlah tempat atau ruangan untuk
memerah
c. ASI yang tenang dan nyaman.
d. Kompres payudara dengan air hangat. Gunakan handuk
kecil, waslap, atau kain lembut lainnya.

Teknik memerah ASI dengan tangan metode massage,


stroking, dan shaking yang disebut metode Marmet
dikembangkan oleh Chele Marmet.
a. Massage
Massage Pergunakan 2 jari, yaitu telunjuk dan jari
tengah. Tangan kanan mengurut payudara kiri dan tangan
kiri mengurut payudara kanan. Bila payudara besar,
gunakan keempat jari Dengan tekanan ringan, lakukan
gerakan melingkar dari dasar payudara dengan gerakan
spiral ke arah puting susu.
b. Stroke
Dengan menggunakan jari-jari tangan, tekan-tekanlah
payudara secara lembut. Dari dasar payudara ke arah
puting susu dengan garis lurus, kemudian dilanjutkan
secara bertahap ke seluruh bagian payudara. Dengan
menggunakan sisir yang bergigi lebar, “sisirlah” payudara
secara lembut, dari dasar payudara ke arah puting susu.
Dengan ujung jari, lakukan stroke dari dasar payudara ke
arah puting susu.
c. Shake
Dengan posisi tubuh condong ke depan,
kocok/goyangkan payudara dengan lembut menggunakan
tangan, biarkan daya tarik bumi meningkatkan stimulasi
pengeluaran ASI. Untuk menjamin pengeluaran ASI
lancar, lakukan perawatan pemijatan payudara secara
rutin, dan kompres air hangat & air dingin bergantian.
d. Let-down reflex (LDR)
Sering disebut milk ejection reflex adalah sebuah
proses hormonal yang menyebabkan ASI mengalir deras.
Ibu biasanya merasakan sensasi geli atau seperti
kesemutan beberapa saat ketika sedang menyusui bayi.
Menurut buku The Breastfeeding Answer Book, saat
sedang menyusu, gerakan ritmik rahang, bibir, dan lidah
bayi mengirimkan sinyal pada bagian hipotalamus (otak)
ibu sehingga hormon prolaktin dan oksitosin dilepaskan,
dan masuk ke dalam aliran darah. Hormon ini
menyebabkan sehingga otot-otot kecil yang mengelilingi
gudang ASI (alveoli) menekan ASI ke dalam saluran
sehingga menuju reservoir ASI (lactiferous sinuses) yang
terletak 1 inci di belakang puting dan keluar dari payudara.

Memerah Dengan Pompa

Memerah menggunakan pompa sangat mudah, cukup


dengan mengikuti instruksi yang tertera pada pompa Ibu.
Berikut adalah cara memerah dengan menggunakan pompa :
a. Atur posisi sehingga bisa bersandar dengan santai,
jangan sampai bahu tegang, intinya buat posisi senyaman
b. Atur posisi sehingga bisa bersandar dengan santai,
jangan sampai bahu tegang, intinya buat posisi senyaman

2. Cara Menyimpan ASI


a. ASI dapat di simpan dengan cara membekukan di freezer atau
mendinginkannya ke dalam lemari es.
b. Setelah di pompa, simpanlah ASI pada :
• botol steril dengan tutup yang rapat,
• cangkir plastik
• kantong ASI
c. Pastikan anda menuliskan label atau tanggal ASI tersebut
pada botol, gelas, atau kantong ASI.
d. Jangan menambahkan ASI yang baru anda pompa kedalam
ASI yang sudah beku.
e. Jangan membekukan kembali ASI yang sudah dicairkan
f. Simpan dalam jumlah 60 – 120 ml untuk mencegah mubazir

3. Wadah Penyimpanan ASI


Aneka Wadah
a. wadah yang terbuat dari stainlees steel
b. wadah yang terbuat dari kaca (beling) dengan tutup yang
rapat
c. wadah yang terbuat dari semi kaca atau plastik dengan
permukaan yang keras (jenis yang tembus pandang dan
tidak buram) dan tutup yang rapat
d. Kantong plastik khusus untuk menyimpan ASI
e. Kantong plastik makanan bening (food Grade)

Kondisi Wadah
a. bening tanpa gambar
b. tidak mudah bocor
c. bisa dibersihkan atau disterilkan
d. untuk botol kaca, simpan dalam jumlah 1/2 atau 3/4 saja
untuk menghindari pemuaian yang beresiko menyebabkan
botol retak atau pecah
4. Mencairkan ASI yang telah di simpan (Beku)
a. Pindahkan Ke bagian lemari es non freezer hingga mencair
b. Pindahkan ke air dingin
c. Pindahkan ke dalam baskom air hangat
d. Panaska n di atas panci berisi air dengan api kecil
e. Atau gunakan bottle warmer
f. Jangan memanaskan langsung atau dengan microwave
g. Tes suhu ASI dan bila perlu cicipi sebelum diberikan
h. FIFO = first in First Out
PEMERINTAH KABUPATEN BOALEMO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TANI DAN NELAYAN
Jl. Prof. Dr. Hi. Aloe Saboe, Desa Lamu, Kec. Tilamuta Email :rstnboalemo@yahoo.co.id

LAPORAN HASIL KEGIATAN

A. NAMA KEGIATAN :
Konseling Manajemen Laktasi di RSUD Tani Dan Nelayan

B. TANGGAL PELAKSANAAN :
01 November 2018

C. TEMPAT KEGIATAN :
Ruang Nifas RSTN Boalemo

D. PELAKSANA KEGIATAN :
RSUDTN BOALEMO

E. SASARAN KEGIATAN :
Semua bidan di ruang Nifas

F. HASIL KEGIATAN :
1. PROSES KEGIATAN
a). Pembukaan
b). Penyampaian materi konseling Manajemen Laktasi
c). Diskusi dan Tanya Jawab
d). Kesimpulan
e). Penutup
2. PERMASALAHAN YANG DI HADAPI
Masih banyak bidan di ruang nifas yang belum melakukan
konseling tentang manajemen laktasi pada ibu nifas yang
menyusui di Rumah Sakit Tani dan Nelayan Boalemo

3. EVALUASI HASIL KEGIATAN


Meningkatkan keterampilan bidan dalam pemberian konseling
Laktasi

4. RENCANA TINDAK LANJUT KEGIATAN


Dilakukannya konseling oleh bidan manajemen laktasi pada
ibu nifas yang menyusui

5. LAMPIRAN HASIL KEGIATAN


a) Daftar Hadir
b) Foto Kegiatan

Tilamuta, 01 November 2018


Mengetahui,

Ketua Panitia Direktur

Dr. Indah Musdalifah, Sp.A dr. Rahmawaty Dai


Nip. 19790810 200604 2 030 Nip. 19780805 200501 2 009
PEMERINTAH KABUPATEN BOALEMO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TANI DAN NELAYAN
Jl. Prof. Dr. Hi. Aloe Saboe, Desa Lamu, Kec. Tilamuta Email :rstnboalemo@yahoo.co.id

DAFTAR HADIR PESERTA


PELAKSANAAN KONSELING MANAJEMEN LAKTASI
DI RSUDTN BOAELMO

Hari : Kamis
Tanggal : 01 november 2018
Tempat : Ruang Nifas Rumah Sakit Tani dan Nelayan Boalemo

NO NAMA TANDA TANGAN

Tilamuta, 01 November 2018


Mengetahui,

Ketua Panitia Direktur

Dr. Indah Musdalifah, Sp.A dr. Rahmawaty Dai


Nip. 19790810 200604 2 030 Nip. 19780805 200501 2 009
PEMERINTAH KABUPATEN BOALEMO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TANI DAN NELAYAN
Jl. Prof. Dr. Hi. Aloe Saboe, Desa Lamu, Kec. Tilamuta Email :rstnboalemo@yahoo.co.id

Tilamuta, 01 November 2018


Nomor :
Lampiran :-
Perihal : Undangan

Kepada YTH :
...................................................
Di –
Tempat

Assalamu Alaikum Wr.Wb


Bersama ini kami mengundang bapak/ibu/saudara/(i) untuk
menghadiri pelatihan manajemen Laktasi intern RSUD Tani dan Nelayan,
yang akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Kamis, 01 November 2018
Pukul : 11.00 WIB – selesai
Tempat : Ruang Nifas RSUD Tani dan Nelayan

Demikian atas perhatian dan kehadiranya disampaikan terima


kasih.
Wassalamu Alaikum Wr.Wb

Tilamuta, 01 November 2018


Mengetahui,

Ketua Panitia Direktur

Dr. Indah Musdalifah, Sp.A dr. Rahmawaty Dai


Nip. 19790810 200604 2 030 Nip. 19780805 200501 2 009
PEMERINTAH KABUPATEN BOALEMO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TANI DAN NELAYAN
Jl. Prof. Dr. Hi. Aloe Saboe, Desa Lamu, Kec. Tilamuta Email :rstnboalemo@yahoo.co.id

NOTULEN

1. Manajemen adalah suatu tatalaksana yang mengatur agar


keseluruhan proses menyusui bisa berjalan dengan sukses, mulai
dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan
ASI, yang dimulai pada masa antenatal, perinatal danpostnatal
2. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi
merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk
manusia
3. Pemberian ASI bergantung pada empat macam proses :
 Proses pengembangan jaringan penghasil ASI dalam payudara
 Proses yang memicu produksi ASI setelah melahirkan
 Proses untuk mempertahankan produksi ASI
 Proses sekresi ASI (refleks let down)
4. Manajemen laktasi pada wanita karier
a. Teknik Memerah Asi
b. Cara menyimpan Asi
c. Wadah pemyimpanan Asi
5. Meningkatkan keterampilan bidan dalam pemberian konseling pada
ibu nifas yang menyusui bayinya

Anda mungkin juga menyukai