Disusun oleh :
YUNI WIDIYANTI
L
PENELITIAN
PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI
PADA IBU NIFAS
Yusari Asih*
*Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang
e-mail: yusariasih@gmail.com
ASI tidak keluar adalah kondisi tidak diproduksinya ASI atau sedikitnya produksi ASI. Hal ini disebabkan
pengaruh hormon oksitosin yang kurang bekerja sebab kurangnya rangsangan isapan bayi yang
mengaktifkan kerja hormon oksitosin. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran produksi ASI. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi perbedaan produksi ASI pada
ibu nifas yang diberi perlakuan pijat oksitosin dan tanpa perlakuan di BPM Lia Maria Kecamatan Sukarame
Bandar Lampung tahun 2017. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental
dengan desain rancangan posttest dengan kelompok kontrol. Populasi pada penelitian ini adalah ibu nifas 3
jam postpartum di BPM Lia Maria berjumlah 80 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil melalui cara
purposive sampling. Sampel berjumlah 32 orang yang terdiri dari 16 orang sebagai responden yang di
intervensi dan 16 orang sebagai variabel kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar
observasi untuk mengamati produksi ASI pada hari ke 6 dan timbangan. Hasil Uji statistik menggunakan
chi-square (x ) diperoleh p-value= 0,037 (p-value <0,05) yang berarti ada pengaruh signifikan antara pijat
2
oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu post partum di BPM Lia Maria Sukarame Bandar Lampung Tahun
2017. Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pelayanan bagi tenaga kesehatan terutama
bidan sebagai pelaksana sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu akan pijat oksitosin dan dapat
memotivasi ibu dan keluarga untuk melakukan pijat oksitosin dan memberikan bimbingan serta penyuluhan
kepada ibu nifas tentang manfaat pijat oksitosin.
Kata kunci: Pijat oksitosin, Produksi ASI Hubungan antara perkembangan bayi
dan pemberian ASI telah banyak diteliti.
LATAR BELAKANG Meta-analisis yang dilakukan Anderson et
al. (1999) menyimpulkan bahwa bayi yang
Di Indonesia hampir 9 dari 10 ibu diberikan ASI memiliki tingkat
pernah memberikan ASI, namun penelitian perkembangan kognitif yang lebih tinggi
IDAI (Yohmi dkk, 2015) menemukan dibandingkan bayi yang diberilan susu
hanya 49,8% yang memberikan ASI secara formula. Salah satu penjelasan dari hasil
eksklusif selama 6 bulan sesuai penelitian tersebut adalah 60% dari otak
rekomendasi WHO. Rendahnya cakupan bayi tersusun dari lemak, terutama DHA
pemberian ASI ekslusif ini dapat dan asam arachidonat (AA), dan ASI
berdampak pada kualitas hidup generasi mengandung asam lemak tak jenuh rantai
penerus bangsa dan juga pada panjang (LCPUFAs) seperti DHA dan AA
perekonomian nasional. (IDAI, 2016) yang merupakan zat gizi ideal untuk
Dalam Riskesdas 2013 yang menjadi pertumbuhan otak bayi yang belum matang
salah satu indikator yang dapat digunakan (Fikawati dkk, 2015)
untuk PHBS sesuai dengan kriteria PHBS Kekurangan gizi yang terjadi pada
yang ditetapkan oleh Pusat Promkes pada awal kehidupan dapat mengakibatkan
tahun 2011, yaitu memberi ASI eksklusif. terjadinya growth faltering (gagal tumbuh)
Proses mulai menyusui terbanyak terjadi sehingga bayi akan tumbuh menjadi anak
pada 1-6 jam setelah kelahiran (35,2%) dan yang lebih pendek dari normal. Selain itu,
kurang dari 1 jam (inisiasi menyusui dini) kekurangan gizi juga dapat berpengaruh
sebesar 34,5%. Sedangkan proses mulai terhadap perkembangan kognitif,
menyusui terendah terjadi pada 7-23 jam morbiditas dan mortalitas bayi. Gizi yang
setelah kelahiran yaitu sebesar 3,7% baik akan mempercepat pemulihan dan
(Kemenkes RI, 2015) mengurangi intensitas (kegawatan) penyakit
[20
9]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357
infeksi pada bayi. Kejadian infeksi pada diproduksinya ASI atau sedikitnya produksi
bayi tidak dapat disepelekan, mengingat ASI. Hal ini disebabkan pengaruh hormon
infeksi merupakan penyebab utama oksitosin yang kurang bekerja sebab
kematian bayi di negara kurangnya rangsangan isapan bayi yang
berkembang( Fikawati dkk, 2015) mengaktifkan kerja hormon oksitosin.
Kasus kematian bayi di Kota Bandar ( Fikawati dkk, 2015: 83)
Lampung selama tahun 2009-2014 Hormon oksitosin bekerja merangsang otot
fluktuatif. Kematian bayi tersebut tahun polos untuk meremas ASI yang ada pada
2009 menjadi 127 kasus, dalam kurun alveoli, lobus serta duktus yang berisi ASI
waktu 2 tahun berikutnya, AKB di Kota yang dikeluarkan melalui putting susu.
Bandar Lampung dalam dua tahun terakhir (Walyani dan Purwoastuti, 2015)
meningkat. Tahun 2010 tercatat AKB Menurut Fikawati, dkk (2015)
menjadi 195 kasus. Tahun 2011 menurun menyebutkan bahwa salah satu tindakan
menjadi 167 kasus, namun pada tahun 2012 yang perlu dilakukan untuk
ini meningkat kembali menjadi 204 kasus, memaksimalkan kualitas dan kuantitas ASI,
tahun 2013 menurun 168 kasus dan tahun yaitu pemijatan punggung. Pemijatan
2014 meningkat menjadi 169 kasus. Dari punggung ini berguna untuk merangsang
169 kasus kematian bayi, bila dilihat pengeluaran hormon oksitosin menjadi
berdasarkan kelompok umur maka kematian lebih optimal dan pengeluaran ASI menjadi
neonatal (0-28 hari) lancar. Menurut Lowdermik, Perry &
menyumbang angka tertinggi dari kematian Bobak (2000), pijat oksitosin merupakan
bayi yang ada, kematian neonatal tahun ini salah satu solusi untuk mengatasi
sebanyak 135 kasus dan kematian bayi 34 ketidaklancaran produksi ASI. Pijat
kasus. Beberapa penelitian diperoleh bahwa Oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang
salah satu faktor-faktor yang turut tulang belakang (vertebrae) sampai tulang
mempengaruhi kematian bayi adalah masih costae kelima-keenam dan merupakan
rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) usaha untuk merangsang hormon prolaktin
eksklusif. (Profil Kesehatan Lampung 2014, dan oksitosin setelah melahirkan.
hal. 82) Dari hasil pre survey yang dilakukan
Kasus kematian bayi tahun 2014 oleh peneliti di BPM Lia Maria Kec.
sebanyak 168 kasus tersebar di 30 Sukarame Bandar Lampung belum
puskesmas, dengan kasus tertinggi berada melakukan pijat oksitosin pada saat
di Puskesmas Kemiling 14 kasus dan yang memberikan asuhan kebidanan pada ibu
tidak memiliki kasus terdapat di Puskesmas post partum baik untuk merangsang
Permata Sukarame, Korpri, dan Way Laga. keluarnya ASI maupun untuk involusi
Kematian bayi ini meliputi kematian uterus dan BPM Lia Maria yang merupakan
neonatal 135 kasus dan kematian bayi 34 BPM yang berada di wilayah kerja
kasus. Data jumlah kelahiran hidup pada Puskesmas Permata Sukarame yang tidak
tahun 2014 sebanyak 20.427 bayi. Melihat terdapat jumlah kasus kematian bayi.
target nasional sebanyak 23 per 1000 KH,
maka kematian bayi yang tercatat di Bandar
Lampung 169 per 20.427 KH (0,0082) METODE
masih jauh di bawah angka nasional
(0,023). Walaupun demikian masih Penelitian ini dilakukan bertujuan
diperlukan peningkatan pelayanan untuk mengetahui pengaruh pijat oksitosin
kesehatan ibu dan bayi guna lebih menekan terhadap produksi ASI pada ibu nifas di
angka kematian bayi melalui berbagai BPM Lia Maria. Metode penelitian yang
kegiatan baik promotif, preventif maupun digunakan dalam penelitian ini adalah
kuratif, dan eksperimental dengan desain rancangan
meningkatkan peran serta masyarakat serta posttest dengan kelompok kontrol. Populasi
lintas sektor tentunya. pada penelitian ini adalah ibu nifas 3 jam
ASI tidak keluar adalah kondisi tidak postpartum di BPM Lia Maria berjumlah 80
[21
0]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357
[21
1]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357
[21
2]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357
kelompok perlakuan rata - rata 5,333 cc memiliki peluang produksi ASI yang cukup
sedangkan kelompok kontrol adalah rata - dibandingkan dengan ibu yang tidak
rata 0,0289 cc . Pijat oksitosin berpengaruh melakukan pijat oksitosin.
terhadap jumlah produksi kolostrum dengan Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh
P-value 0,009 ,dan pijat oksitosin tidak kondisi psikologis ibu menyusui. Saat ibu
berpengaruh terhadap lama waktu menyusui merasa nyaman dan rileks
pengeluaran kolostrum ibu post partum pengeluaran oksitosin dapat berlangsung
dengan P-value 0,939. dengan baik. Terdapat titik-titik yang dapat
Menurut analisa peneliti kecukupan memperlancar ASI di antaranya, tiga titik di
produksi ASI baik karena pada umumnya payudara yakni titik di atas puting, titik
produksi ASI yang tidak melakukan pijat tepat pada puting dan titik dibawah puting,
oksitosin cukup karena sebagian besar serta titik di punggung yang segaris dengan
paritas responden adalah multipara sehingga payudara. Pijat stimulasi oksitosin untuk
kehamilan atau persalinan yang ke-2 ibu menyusui berfungsi untuk merangsang
memiliki kecenderungan lebih baik hormon oksitosin agar dapat memperlancar
daripada yang pertama dalam hal ASI dan meningkatkan kenyamanan ibu.
laktogenesis dan galaktopoesis serta Pijatan di bagian punggung ibu yang
memiliki pengalaman dalam menyusui. membuat ibu rileks juga dapat merangsang
Selain itu, ibu nifas yang menjadi pengeluaran oksitosin.
responden tidak memiliki pantangan dalam Hormon oksitosin merangsang
makanan sehingga pola nutrisi baik protein kontraksi lapisan miometrium uteri dalam
dari ikan, kacang-kacangan yang dapat proses persalinan. Hormon ini juga
meningkatkan produksi ASI dapat menghasilkan pengeluaran air susu melalui
terpenuhi. Mayoritas pekerjaan ibu adalah pengadaan kontraksi sel-sel mioepitel di
ibu rumah tangga sehingga saat siang hari kelenjar payudara sebagai respons terhadap
ibu memiliki waktu untuk beristirahat. pengisapan putting susu yang dilakukan si
Dimana ibu menyusui sangat memerlukan bayi, yang kemudian terjadilah refleks
tidur yang cukup dan efektif agar neurogenik (aliran listrik saraf) yang
metabolisme dalam tubuhnya berjalan dihantarkan ke hipotalamus melalui serabut-
lancar. serabut saraf di medula spinalis (daerah
tulang belakang) (Hendrik H., 2006)
Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Menurut Hockenberry (2002)
produksi ASI pada Ibu Nifas menuliskan bahwa pijat oksitosin lebih
Berdasarkan analisis pengaruh pijat efektif diberikan sebanyak dua kali dalam
oksitosin terhadap kecukupan produksi ASI sehari yaitu pagi dan sore. Hal ini juga
pada ibu nifas diketahui bahwa dari 16 didukung oleh Biancuzzo (2003) bahwa
responden yang melakukan pijat oksitosin pijat oksitosin dilakukan dua kali dalam
terdapat 15 orang yang memiliki produksi sehari dapat memperngaruhi produksi ASI
ASI cukup, sedangkan dari 15 responden ibu postpartum.
yang tidak melakukan pijat oksitosin Pijat oksitosin adalah suatu tindakan
terdapat 9 orang memiliki produksi ASI pemijatan tulang belakang mulai dari
cukup. nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan
Hasil Uji statistik menggunakan Chi mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk
Square (x2) diperoleh p-value= 0,037 (p- menyampaikan perintah ke otak bagian
value < 0,05) yang berarti bahwa ada belakang sehingga oksitosin keluar
pengaruh signifikan antara pijat oksitosin (Suherni, 2008 Suradi, 2006; Hamranani
terhadap produksi ASI di BPM Lia Maria 2010) ( Dalam Fakultas Ilmu Keperawatan
Sukarame Bandar Lampung Tahun 2017. Universitas Padjadjaran, Leli Khairani dkk,
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR= 2012)
OR =11,667 (1,227-110,953) yang artinya Hasil penelitian yang dilakukan Leli
ibu post partum yang melakukan pijat Khairani, Maria Komariah, dan Wiwi
oksitosin mempunyai peluang 11,667 kali Mardiah mengenai pengaruh pijat oksitosin
[21
3]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357
[21
4]
1. Judul : Pengaruh Pijat Oksitosi terhadap Produksi Asi pada
Ibu Nifas
2. Penulis :YusariAsih
4. Tujuan Penelitian
ASI pada ibu nifas yang diberi perlakuan pijat oksitosin dan tanpa
2017.
5. Metode Penelitian.
Populasi pada penelitian ini adalah ibu nifas 3 jam postpartum di BPM Lia
kontrol.
6. Metode Pengolahan Data.
mengamati produksi ASI pada hari ke 6 dan timbangan. Hasil Uji statistic
produksi ASI pada ibu post partum di BPM Lia Maria Sukarame Bandar
dapat memotivasi ibu dan keluarga untuk melakukan pijat oksitosin dan
Analisis Unrvariat
Usia f %
<20 1 3,1
20-30 21 65,6
>30 10 31,2
Jumlah 32 100
Tabel 2: Distribusi Fr
Berdasarkan F
________Pendidikan
SD
SMP_______________
SMA______________
PT________________
Junilah
Pekerjaan f %
Bekerja 2 6,2
Tidak bekerja 30 93,8
Jumlah 32 100
Berdasarkan tabel 3 diketahui dari 32 responden sebagian besar responden
Analisis Bivariat
Produksi ASI
Pijat ,P OR
Oksitosin Cukup Kurang vulue
r % f %
Pijat 15 93,75 i ] 1.667
0,037 (1.227
Fidak Pijat 9 56,2 7 43,8
1 10,953)
Fotal 24 75 8 25
(
Berdasarkan analisis pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi
0,037 (p-value <0,05) yang berarti ada pengaruh signifikan antara pijat
oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu post partum di BPM Lia Maria
oksitosin.
8. Kesimpulan.
disimpulkan ada pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu nifas di
BPM Lia MariaKecamatan Sukarame Tahun 2017 yaitu 93,8% ibu nifas yang
melakukan pijat oksitosin sebagian besar memiliki produksi ASI yang cukup,
56,2% ibu nifas yang tidak melakukan pijat oksitosin terdapat 9 orang
9. Kelebihan.
penelitian. Selain itu penulis juga memaparkan materi- materi yang cukup
penelitian.
10. Kekurangan: