PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi karena
merupakan makanan alamiah yang sempurna, mudah dicerna oleh bayi dan
mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan,
Pelayanan kesehatan pada bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai
dokter, bidan, dan perawat di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pelayanan ini salah satunya adalah tentang penyuluhan ASI Eksklusif (Profil
Organization (WHO) pada tahun 2016 menyatakan bahwa baru sekitar 35%
bayi usia 0-6 bulan di dunia yang diberi ASI Ekslusif. Data lain juga
didapatkan bahwa presentasi ibu di ASIA pada tahun 2015 yang memberikan
ASI Ekslusif sebesar 42%. Data kedua hasil survey tersebut dapat
bayi 0-5 bulan turun dari 62,2% tahun 2016 menjadi 56,2% pada tahun 2017,
namun meningkat lagi pada tahun 2018 menjadi 61,3%. Pencapaian Tersebut
jauh dari yang di target kan oleh kementrian kesehatan yang menargetkan
cakupan pemberian ASI eksklusif Tahun 2017 mencapai 49,21% atau 3.214
sering terjadi pada hari pertama menyusui adalah sulitnya ASI keluar. Hal ini
membuat ibu berpikir bahwa bayi mereka tidak akan mendapat cukup ASI
ASI. Bendungan ASI adalah penyempitan pada saluran ASI yang disebabkan
terjadinya bendungan ASI adalah ASI yang tidak segera dikeluarkan yang
menyebabkan penyumbatan pada aliran vena dan limfe sehingga aliran susu
menjadi terhambat dan tertekan ke saluran air susu ibu sehingga terjadinya
peningkatan aliran vena dan limfe yang menyebabkan payudara bengkak. Hal
ini di sebabkan karena perubahan proses fisiologis yang terjadi pada sistem
belakang, yang bekerja pada otot uterus dan jaringan payudara. Pada tahap
3
dapat merangsang produksi ASI, bila ASI tidak segera dikeluarkan maka akan
mencapai 87,05 % atau sebanyak 8242 ibu nifas dari 12.765 orang, pada
tahun 2015 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 7198 orang dari
10.764 orang dan pada tahun 2016 terdapat ibu yang mengalami bendungan
cakupan kasus bendungan ASI pada ibu nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada
tahun 2014 terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak
95.698 orang, serta pada tahun 2015 ibu yang mengalami bendungan ASI
RI, 2014).
Ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI di Provinsi Sumatera Barat
pada tahun 2016 sebanyak 35.985 atau (15,60 %) ibu nifas, serta pada tahun
2017 ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI sebanyak 77.231 atau (37, 12
%) (SDKI, 2016).
Dinas Kesehatan daerah kabupaten Pasaman Barat terdapat data ibu
nifas fisiologis sebanyak 3021 orang dan 445 orang diantaranya mengalami
Bendungan ASI dan 266 ibu nifas yang mengalami mastitis (Pasaman Barat,
2017).
Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Kinali Kabupaten
Pasaman Barat pada tahun 2018 sebanyak 32,1% ibu menyusui mengalami
4
bendungan ASI, sedangkan pada tahun 2019 meningkat menjadi 39.4% ibu
ASI pada masa nifas berpengaruh buruk pada capaian ASI eksklusif karena
salah satu faktor yang membuat ibu tidak memberikan ASI kepada bayi
ibu pekerja, sekitar 16% adalah para ibu yang menyusui. Kejadian bendungan
ASI di Indonesia pada tahun 2016 yaitu 42,8% (Depkes RI, 2016). Kesibukan
2017).
Pada umumnya masalah menyusui terjadi dalam dua minggu pertama
masa nifas. Pada masa ini, pengawasan dan perhatian petugas kesehatan
(Sitti Saleha, 2009;102). Namun biasanya pada ibu nifas belum mau
apabila tidak diatasi akan terjadi mastitis pada payudara. Perawatan yang
payudara, bendungan ASI pada ibu nifas baik dari petugas kesehatan, kader
terlatih yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan
didapatkan hasil bahwa p value (0,036) <0.05 berarti H0 diterima (p value <
0,001.
Berdasarkan hasil penelitian Novarita Oruza (2018) menyatakan
kejadian bendungan ASI adalah variabel frekuensi menyusui dengan nilai sig
mengatakan tidak tahu cara mengatasi bendungan ASI tersebut karena jarang
mendapat informasin dari petugas kesehatan. Selain itu ibu yang mengalami
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini
Pada Ibu Post Partum di Wilayah Puskesmas Kinali Kabupaten Pasaman Barat
Tahun 2020”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Faktor-Faktor Yang
2. Tujuan Khusus
7
Tahun 2020.
b. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu post
2020.
c. Mengetahui distribusi frekuensi Sikap ibu post partum di Wilayah
Tahun 2020.
h. Mengetahui hubungan peran petugas kesehatan dengan kejadian
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Ilmiah
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi ibu
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi ibu untuk
faktor yang dapat mempengaruhi kejadian bendungan ASI pada ibu post
partum.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya yang akan
Kinali Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2020”. Tujuan dalam penelitian ini
crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum
penelitian ini 187 orang dengan jumlah sampel 65 orang. teknik pengambilan
Februari Tahun 2020. Data yang digunakan adalah data primer, analisis data