Anda di halaman 1dari 76

PENGARUH TEKNIK MOZAIK TERHADAP PERKEMBANGAN

MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA 3 – 4 TAHUN


DI PAUD PERMATA BUNDA PEBAUN HILIR

PROPOSAL

Oleh :

HIJRAH SARI
NIM : 1903021416

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL INSYIRAH
PEKANBARU
2020
PENGARUH TEKNIK MOZAIK TERHADAP PERKEMBANGAN
MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA 3 – 4 TAHUN
DI PAUD PERMATA BUNDA PEBAUN HILIR

PROPOSAL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Terapan Kebidanan

Oleh :

HIJRAH SARI
NIM : 1903021416

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL INSYIRAH
PEKANBARU
2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Hijrah Sari


NIM : 1903021416
Program Studi : Kebidanan Program Sarjana Terapan
Judul Proposal :Pengaruh Teknik Mozaik Terhadap Perkembangan Motorik
Halus Pada Anak Usia 3 – 4 Tahun di Paud Permata Bunda
Pebaun Hilir

Proposal ini telah disetujui untuk diseminarkan di depan dewan penguji


STIKes Al Insyirah Pekanbaru pada tanggal ……………. Tahun 2020 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat.

Pekanbaru, Juli 2020

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Rika Ruspita, SST, M.Kes Wira Ekdeni Aifa, SST, M.Kes


NIDN : 1026068803 NIDN : 1015068803

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT peneliti ucapkan terima kasih atas rahmat

dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal ini dengan judul

Pengaruh Teknik Mozaik Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak

Usia 3 – 4 Tahun di Paud Permata Bunda Pebaun Hilir.

Proposal ini di buat sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program

Studi Sarjana Terapan Kebidanan. Selama proses penyusunan Proposal ini banyak

terdapat kekurangan namun berkat bimbingan dan bantuan serta semangat dari

berbagai pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Proposal ini dengan

maksimal pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ns. Rifa Yanti, S.Kep, M.Biomed selaku ketua STIKes Al Insyirah

Pekanbaru.

2. Ibu Riski Novera Yenita, SKM, MKL selaku wakil ketua I STIKes Al

Insyirah Pekanbaru.

3. Bapak Albiruni Siregar, Lc selaku wakil ketua II STIKes Al-Insyirah

Pekanbaru.

4. Bapak Ns. Suci Amin, S.Kep, MMR selaku wakil ketua III STIKes Al

Insyirah Pekanbaru

5. Ibu Fajar Sari Tanberika, SST, M.Kes selaku ketua Program Studi Kebidanan

Program Sarjana Terapan Kebidanan STIKes Al Insyirah Pekanbaru.

6. Ibu Rika Ruspita, SST, M.Kes selaku pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dalam menyelesaikan

proposal ini.

iii
7. Ibu Wira Ekdeni Aifa, SST, M.Kes selaku pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dalam menyelesaikan

proposal ini.

8. Seluruh staf dosen pengajar dan Administrasi STIKes Al Insyirah Pekanbaru

yang telah memberi ilmu dan tenaga sehingga peneliti dapat menyelesaikan

proposal ini.

9. Orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan moril,

materil dan spiritual serta pengorbanan dan doa tulus selama peneliti

menjalani program pendidikan.

10. Teman-teman mahasiswi Program Studi Program Sarjana Terapan Kebidanan

yang telah memberikan semangat dalam penulisan Proposal ini, semoga

kebersamaan ini menjadi kekuatan yang berarti untuk kita terus melangkah

maju.

Pekanbaru, Juli 2002

Peneliti

Hijrah Sari
NIM : 1903021416

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………….... ii
KATA PENGANTAR………………………………………………….... iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL……………………………………………..............….. vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..vii
DAFTAR LAMPIRAN………………….…………………………….......viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................8
..........................................................................................................................
1.4 Manfaat penelitian..........................................................................8
1.5 Penelitian Terkait............................................................................9
..........................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Perkembangan Motorik..................................................................9
2.2.Fase Pra Sekolah.............................................................................18
2.3 Teknik Mozaik................................................................................34
2.4 Dalil Alqur’an.................................................................................45
2.5 Kerangka Konsep............................................................................45
2.6 Hipotesa..........................................................................................45

BAB III METODELOGI PENELITIAN


3.1 Jenis dan Desain penelitian.............................................................47
3.2 Tempat dan Waktu penelitian.........................................................47
3.3 Populasi dan Sampel.......................................................................47
3.4 Teknik Pengambilan Sampel...........................................................48
3.5 Jenis dan Sumber Data....................................................................48
3.6 Instrumen Penelitian.......................................................................49
3.7 Teknik Pengumpulan Data..............................................................49
3.8 Defenisi Operasional.......................................................................50
3.9 Teknik Pengolahan Data.................................................................50
3.10 Teknik Analisa Data.....................................................................52

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional……………………………...…… 49

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep........................................................................ 45

vii
viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat izin pengambilan data awal dari STIKes Al-Insyirah


Pekanbaru
Lampiran 2 : Surat izin pengambilan data awal dari Paud Permata Bunda Pebaun
Hilir.
Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5 : Kuesioner
Lampiran 6 : Lembar Konsultasi Pembimbing 1
Lampiran 7 : Lembar Konsultasi Pembimbing 2

ix
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak usia dini menurut adalah manusia kecil sedang mengalami masa

kanak-kanak awal, yaitu yang berusia antara 2 sampai 6 tahun, yang tumbuh

kemampuan emosionalnya agar setelah dewasa nanti berkemungkinan besar

untuk memiliki kecerdasan. Anak usia dini menurut Bawani) adalah masa

kanak-kanak awal dimana fase kehidupan dimana seorang anak telah lepas

dari sebutan sebagai bayi atau kira-kira berada dalam rentan usia 2-6 tahun

(Musthofa, 2010).

Pada masa ini seorang anak usia dini mengalami periode yang sangat

penting yaitu pembentukan otak, intelegensi, kepribadian, memori dan aspek

perkembangan yang lain. Kegagalan pertumbuhan dan perkembangan pada

masa usia dini dapat mengakibatkan kegagalan masa sesudahnya. Setiap anak

manusia mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan sesuai

perkembangannya. Oleh karena itu peran serta pemerintah maupun orang tua

dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dibutuhkan, supaya anak

bisa berkembang, cerdas, serta dapat mengembangkan potensinya secara

optimal. Hal ini merupakan pentingnya pendidikan untuk anak usia dini

(Annisa, 2017).

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pendidikan untuk anak

usia 0-6 tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik yang

berbeda dengan anak usia diatasnya sehingga pendidikannya dipandang perlu

khususkan PAUD telah berkembang dengan pesat dan mendapat perhatian


2

yang luar biasa terutama dinegara-negara maju, karena menurut ilmu tersebut

perkembangan kapasitas manusia akan lebih mudah dilakukan sejak usia dini

(Slamet Suyanto, 2015).

PAUD adalah investasi yang sangat besar bagi keluarga dan juga

bangsa. Anak-anak adalah generasi penerus keluarga dan sekaligus penerus

bangsa. Betapa bahagianya orang tua melihat anak-anaknya berhasil, baik

dalam pendidikan, keluarga, bermasyarakat, maupun berkarya (Slamet

Suyanto, 2015). Sebaliknya orang tua akan sedih jika melihat anakanaknya

gagal dalam pendidikan dan kehidupannya. Anak-anak adalah generasi

penerus bangsa. Merekalah yang kelak membangun bangsa Indonesia

menjadi bangsa yang maju, yang tidak tertinggal dari bangsabangsa lain.

Dengan kata lain, masa depan bangsa sangat ditentukan oleh pendidik yang

diberikan kepada anak-anak. Masa usia emas anak usia dini merupakan masa

yang perlu stimulasi yang benar dan sesuai agar semua potensi yang dimiliki

dapat berkembang secara optimal (Siti MS, 2012). Perkembangan tersebut

merupakan bekal bagi anak dimasa depan sebagai manusia yang cakap dan

cerdas. Sementara masa emas hanya datang sekali seumur hidup, apabila

terlewatkan berarti habislah peluangnya. Untuk itu pendidik anak usia dini

dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan terhadap perkembangan

motorik halus sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.

Masa pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini selayaknya

dipantau secara terus menerus dan holistik, sehingga akan cepat diketahui

kematangan dan kesiapannya, baik yang menyangkut perkembangan

kemampuan dasar seperti perkembangan kemampuan bahasa, kognitif, seni,


3

motorik, sosial emosional, maupun perkembangan kemampuan pembiasaan

yang akan membentuk pribadi.

Aspek-aspek perkembangan anak usia dini yang dikembangkan

melalui PAUD meliputi fisik-motorik, intelektual, moral, emosional, sosial,

bahasa, dan kreatifitas (Slamet Suyanto, 2015). Salah satu aspek yang penting

untuk dikembangkan adalah aspek perkembangan motorik. Perkembangan

motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui

kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Hurlock,

2011).

Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan

motorik halus. Motorik kasar merupakan gerakan yang menggunakan otot-

otot besar seperti berjalan, berlari, melompat, dan lain sebagainya, sedangkan

motorik halus merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot halus seperti

menulis, melipat, menggunting, dan lain sebagainya (Slamet Suyanto, 2015).

Pengembangan fisik motorik merupakan salah satu perkembangan

kemampuan dasar di TK. Materi kegiatan perkembangan fisik motorik

mencakup kegiatan yang mengarah pada kegiatan untuk melatih motorik

kasar dan halus, yang terdiri atas gerakan-gerakan jalan, lari, lompat,

menempel, menggunting, melipat dan sebagainya. Perkembangan mototrik

halus anak dilakukan menggunakan tangan dalam berbagai alat dan media

kreatif, misalnya pensil, gunting, tanah liat, plastisin, dan lain-lain (Endang

Rini Sukamti, dkk., 2010).

Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan

maupun ketepatannya. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak


4

dan stimulai yang didapatkannya. Lingkungan mempunyai pengaruh yang

lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Lingkungan dapat

meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada

masa-masa pertama kehidupannya. Setiap anak mampu mencapai tahap

perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat.

Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan

kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan

didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang

mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Pernyataan di atas memperkuat

asumsi bahwa anak perlu mendapatkan kesempatan untuk menggunakan

kemampuan motoriknya.

Tantangan bagi guru atau pendidik adalah menciptakan kondisi

pembelajaran yang kondusif bagi proses perkembangan kemampuan motorik

anak. Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik atau guru untuk

meningkatkan kemampuan motorik anak adalah melalui media yang kreatif

dan menyenangkan bagi anak. Dengan menggunakan media kreatif tersebut

anak dapat melaksanakan kegiatan yang dapat melatih otot-otot tangan, dan

melatih koordinasi mata pikiran dan tangannya. Agar kegiatan perkembangan

fisik motorik dapat terlaksana dengan baik, maka anak didik harapkan

memiliki perhatian dan daya tangkap yang baik seperti kecepatan bereaksi,

kesanggupan, berkerjasama, kedisiplinan kejujuran, dan lain-lain sesuai

jenjang kemampuan anak didik (Sonia, 2016).

Upaya yang dapat dilakukan untuk meninjau perkembangan motorik

anak yaitu dengan menggunakan teknik mozaik. Pada teknik mozaik


5

keterampilan yang digunakan mencakup pemanfaatan dengan alat-alat atau

media untuk kegiatan pembelajaran misalnya menggunting, menempel,

menulis, menggambar, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan yang mencakup

pemanfaatan tersebut, misalnya dengan teknik mozaik. Menurut Sumanto

(2015) bahwa kreativitas mozaik bagi anak TK adalah kemampuan berolah

senirupa yang diwujudkan dengan keterampilan merekatkan bagianbagian

bahan alam atau bahan buatan ukuran kecil-kecil sampai menutup kertas

gambar yang digunakan sebagai bidang dasarnya. Gambar dengan teknik

mozaik merupakan salah satu teknik menempel yang anak tidak diberi tugas

untuk menggambar secara langsung, melainkan tugas anak adalah membuat

bentuk gambar sesuai dengan pola yang disediakan, dan menempel dari

berbagai media. Teknik mozaik pada anak TK adalah bagaimana menjiplak

pola, yaitu memegang pensil, menebalkan sesuai garis, dan menyelesaikan

garis pola. Menggunting pola, yaitu memegang gunting dengan benar,

menggunting sesuai garis dan menggunting dengan rapi. Menempel pola,

yaitu memberi lem pada pola, menempel pola dan menyelesaikannya.

Pernyataan ini didukung oleh Penelitian yang dilakukan oleh Yatimah

(2011), yang berjudul “Pengaruh Upaya Peningkatan Kemampuan Motorik

Halus untuk Anak TK Kelompok B melalui Teknik Mozaik Kegiatan Melipat

Kertas di TK ABA Soka”. Penelitian ini menggunakan desain penelitian

tindakan kelas dengan model Kemmis dan MC Taggart yang dilakukan dalam

dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan motorik

halus anak. Hal ini dibuktikan dari hasil pelaksanaan kegiatan melipat di
6

mana kondisi awal sebelum tindakan masih banyak anak yang kurang

antusias dan belum mandiri, dan setelah tindakan anak terlihat antusias atau

bersemangat, dan dapat mandiri dalam menyelesaikan bentuk lipatan. Dari

hasil karya anak juga mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat pada hasil

karya anak sebelum tindakan yang memperoleh nilai dengan kriteria baik

hanya 2 anak (13,3%) pada siklus I menjadi 7 anak (46,7%) dan pada siklus II

menjadi 12 anak (80%), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

kemampuan motorik halus melalui kegiatan melipat kertas mengalami

peningkatan. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,032 sehingga dapat

disimpulkan Pengaruh Upaya Peningkatan Kemampuan Motorik Halus untuk

Anak TK Kelompok B melalui Teknik Mozaik Kegiatan Melipat Kertas di

TK ABA Soka.

Penelitian dilakukan oleh Anggraini (2018) tentang pengaruh teknik

mozaik terhadap perkembangan motorok pada anak di TK Harapan Bangsa

didapatkan bahwa ada pengaruh teknik mozaik terhadap perkembangan

motorik halus pada anak di TK Harapan Bangsa dengan nilai p value 0,023.

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di Paud Permata

Bunda Pebaun Hilir tanggal 20 Juni Tahun 2020 kepada 10 orang siswa

didapatkan 4 orang diantara mengalami keterlambatan perkembangan motorik

halus. Hal ini terlihat dari anak ketidakmampuan anak dalam menggambar

sesuatu atau mewarnai sesuatu gambar yang diperintahkan. Selain itu anak

juga belum bisa menyusun permainan balok menjadi suatu benda misalnya

mobil-mobilan.
7

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Pengaruh Teknik Mozaik Terhadap Perkembangan

Motorik Halus Pada Anak Usia 3 – 4 Tahun di Paud Paud Permata Bunda

Pebaun Hilir.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Apakah ada Pengaruh Teknik Mozaik Terhadap

Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia 3 – 4 Tahun di Paud Permata

Bunda Pebaun Hilir?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Teknik Mozaik Terhadap

Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia 3 – 4 Tahun di Paud

Permata Bunda Pebaun Hilir.

2. Tujuan Kusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi perkembangan motorik anak

usia 3 – 4 tahun sebelum diberikan intervensi berupa teknik mozaik di

Paud Permata Bunda Pebaun Hilir.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi perkembangan motorik anak

usia 3 – 4 tahun sesudah diberikan intervensi berupa teknik mozaik di

Paud Permata Bunda Pebaun Hilir.


8

c. Untuk mengetahui Pengaruh Teknik Mozaik Terhadap Perkembangan

Motorik Halus Pada Anak Usia 3 – 4 Tahun di Paud Permata Bunda

Pebaun Hilir.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Instansi Pendidikan

Manfaat bagi instansi dapat menjadi tambahan dalam referensi dan

pengembangan penelitian mengenai pengaruh teknik mozaik terhadap

perkembangan motorik halus anak usia 3 – 4 tahun.

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran bagi tempat

penelitian dalam upaya meningkatkan kemapuan bahasa pada anak.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya terkait

dengan pengaruh teknik mozaik terhadap perkembangan motorik halus

dan diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti faktor lain yang

berkaitan dengan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan bahasa pada anak.

1.5 Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yatimah (2011), yang berjudul “Pengaruh

Upaya Peningkatan Kemampuan Motorik Halus untuk Anak TK

Kelompok B melalui Teknik Mozaik Kegiatan Melipat Kertas di TK

ABA Soka”. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,032 sehingga

dapat disimpulkan Pengaruh Upaya Peningkatan Kemampuan Motorik


9

Halus untuk Anak TK Kelompok B melalui Teknik Mozaik Kegiatan

Melipat Kertas di TK ABA Soka.

2. Penelitian dilakukan oleh Anggraini (2018) tentang pengaruh teknik

mozaik terhadap perkembangan motorok pada anak di TK Harapan

Bangsa didapatkan bahwa ada pengaruh teknik mozaik terhadap

perkembangan motorik halus pada anak di TK Harapan Bangsa dengan

nilai p value 0,023.

3. Penelitian Anke Dwi (2017) tentang efektivitas teknik mozaik terhadap

perkembangan motorik pada anak pra sekolah. Hasil penelitian

didapatkan bahwa setelah dilakukan intervensi berupa teknik mozaik

didapatkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan motorik pada anak.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,011 maka dapat disimpulkan

ada efektivitas teknik mozaik terhadap perkembangan motorik pada anak

pra sekolah.
10

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Perkembangan Motorik

2.1.1 Pengertian

Perkembangan motorik merupakan perkembangan kontrol

pergerakan badan melalui koordinasi aktivitas saraf pusat, saraf tepi, dan

otot. Kontrol pergerakan ini muncul dari perkembangan refleks – refleks

yang dimulai sejak lahir. Anak menjadi tidak berdaya sampai perkembangan

ini muncul (Fitriani, 2017).

Perkembangan motorik mencerminkan mielinisasi pada traktus

kortikospinal, traktus piramidal, dan traktus kortikobular. Trakturs piramidal

berawal dari korteks motorik dan premotorik, selanjutnya terhubungan ke

basal ganglia, melewati medula oblongata, dan turun ke bagian lateral

medula spinalis. Mielin sangat penting untuk kecepatan penghantaran

melalui sel saraf. Mielinisasi terjadi kira – kira pada umur kehamilan 32

minggu dengan kemajuan yang cepat sampai umur 2 tahun, selanjutnya

proses ini melambat sampai umur 12 tahun. Proses tersebut menyebabkan

penyumbatan sistem subkortikal, termasuk refleks primitif, dan meningkat

kan perkembangan respon postural dan postur berdiri, berjalan, dan kontrol

motorik halus (Kemenkes RI, 2017).

Perkembangan motorik di bagi menjadi dua, yaitu perkembangan

motorik halus dan motorik kasar. Perkembangan motorik kasar melibatkan

otot – otot besar, meliputi perkembangan gerakan kepala, badan, anggota


11

badan, keseimbangan, dan pergerakan. Perkembangan motorik halus adalah

koordinasi halus yang melibatkan otot – otot kecil yang dipengaruhi oleh

matangnya fungsi motorik, fungsi visual yang akurat, dan kemampuan

intelektual nonverbal (Kemenkes RI, 2017).

Pada saat lahir, adaptasi gerakan berperan menyesuaikan diri dengan

perubahan lingkungan. Gerakan janin dapat membantu dalam memposisikan

janin pada saat berada di dalam kandungan, tetapi setelah lahir gerakan –

gerakan tersebut memerankan peranan baru. Gerakan tungkai maju mundur

menjadi refleks melangkah. Fleksi jari tangan dan jari kaki menjadi gerakan

genggaman palmar dan plantar bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2017).

Pergerakan sejak lahir sampai usia 6 sampai 9 minggu adalah

menggeliat dengan amplitudo dan kecepatan ringan hingga sedang. Gerakan

mengeliat berkembang menjadi gerakan gelisah, gerakan kecil pada leher,

badan, dan anggota gerak pada bayi sadar. Gerakan gelisah menetap sampai

umur 20 minggu (Fitriani, 2017).

2.1.2 Perkembangan Motorik Anak

Motorik sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak

manusia. Sedangkan perkembangan merupakan istilah umum yang mengacu

pada kemajuan dan kemunduran yang terjadi hingga akhir hayat (Yudha M.

Saputra, 2016). Perkembangan motorik ini berhubungan dengan

perkembangan pusat motorik otak. Potensi motorik berkembang bersamaan

dengan kematangan saraf dan otot. Karena itu setiap gerakan yang dilakukan

anak semudah apapun merupakan hasil interaksi yang kompleks dari berbagai

bagian sistem tubuh yang idkontrol otak. Otak berfungsi sebagai bagian dari
12

susunan saraf yang mengatur dan mengontrol semua aktivitas fisik dan

mental seseorang (Kemenkes RI, 2017).

Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan

jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf dan otot yang berkoordinasi.

Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa

yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak

akan tetap tidak berdaya. Akan tetapi, kondisi ketidakberdayaan tersebut

berubah secara cepat. Selama 4 atau 5 tahun pertama kehidupan pasca lahir,

anak dapat mengendalikan gerakan yang kasar. Gerakan tersebut melibatkan

bagian badan yang luas yang digunakan dalam berjalan, berlari, melompat,

berenang dan sebagainya (gerak motorik kasar/fisik kasar). Setelah berumur

5 tahun, terjadi perkembangan yang besar dalam pengendalian koordinasi

yang lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang yang lebih kecil,

misalkan gerakan untuk menggenggam, melempar, menangkap bola, menulis

dan menggunakan alat (gerak motorik halus/fisik halus). Seandainya tidak

ada gangguan lingkungan, fisik atau hambatan mental yang mengganggu

perkembangan motorik, secara normal anak yang berumur 5 tahun akan siap

menyesuiakan diri dengan tuntutan sekolah dan berperan serta dalam kegiatan

bermain dengan teman sebaya, beberapa hal yang menunjukkan bagaimana

perkembangan motorik turut menyumbang bagi penyesuaian sosial dan

pribadi anak berupa (Fitriani, 2017).

a. Kesehatan yang baik

Apabila kondisi motorik sangat jelek sehingga prestasi anak berada

dibawah standar kelompok sebayanya, maka anak memperoleh kepuasan


13

yang sedikit dari kegiatan fisik dan kurang termotivasi untuk mengambil

bagian dalam permainan atau aktivitas bersama teman sebayanya.

b. Katarsis emosional

Melalui latihan fisik anak dapat melepaskan tenaga yang tertahan dan

membebaskan tubuh dari ketegangan, kegelisahan dan keputusasaan.

Kemudian mereka dapat mengendurkan diri, baik secara fisik maupun

psikologi.

c. Kemandirian

Makin banyak anak melakukan sendiri, makin besar kebahagiaan dan

rasa percaya atas dirinya. Ketergantungan menimbulkan kekecewaan dan

ketidakmampuan diri.

d. Hiburan diri

Pengendalian motorik memungkinkan anak berkecimpung dalam

kegiatan yang akan menimbulkan kesenangan baginya meskipun tidak

ada teman sebaya.

e. Sosialisasi

Perkembangan motorik yang baik turut menyumbang bagi penerimaan

anak dan menyediakan kesempatan untuk mempelajari keterampilan

sosial. Keunggulan perkembangan motorik memungkinkan anak

memainkan peran kepemimpinan.

f. Konsep diri

Pengendalian motorik menimbulkan rasa aman secara fisik, yang akan

melahirkan perasaan aman secara psikologis. Perasaan aman psikologis


14

pada gilirannya menimbulkan rasa percaya diri yang umumnya akan

mempengaruhi perilaku.

Adapun aspek perkembangan motorik anak menurut Kemenkes RI,

(2017) terdiri dari tiga unsur utama yang sangat dominan, yaitu:

a. Perkembangan anatomis

Perkembangan ini ditunjukkan adanya perubahan kuantitas struktur

tulang, dan tinggi badan. Perkembangan motorik anak nampak dengan

bertambahnya jumlah tulang yang serta langsung berpengaruh pada

struktur tubuh secara keseluruhan.

b. Perkembangan fisiologis

Perkembangan ini ditunjukan adanya perubahan dari sistem kerja organ

tubuh seperti kontraksi otot, peredaran darah, pernafasan, pencernaan,

dan lain – lainnya.

c. Perkembangan perilaku

Perkembangan ini merupakan koordinasi fungsional antara persyarafan

dan otot serta fungsi kognitif, afektif, dan konatif.

2.1.3 Prinsip Perkembangan Motorik

Beberapa penelitian longitudinal dilakukan pada sekelompok bayi dan anak –

anak yang diteliti dalam periode tertentu untuk melihat kapan tepatnya

tingkah laku motorik muncul dan menghilang dan apakah tingkah laku

tersebut sama untuk anak lain yang umurnya sama. Dari penelitian tersebut,

didapatkan lima prinsip penting perkembangan motorik, antara lain:

a. Perkembangan motorik tergantung pada maturasi saraf dan otot


15

Perekembangan aktivitas yang berbeda, sejalan dengan perkembangan

area sistem saraf yang berbeda. Karena pusat saraf perifer yang terletak

di medula spinalis lebih dulu berkembangan pada saat lahir dari pada

saraf pusat yang terletak di otak. Pada saat lahir, refleks lebih dulu

muncul dari pada gerakan volunter. Refleks tersebut berguna untuk

mempertahankan hidup, seperti refleks mengisap, menelan, berkedip,

refleks tendon patela, dan knee jerk. Serebelum atau otak kecil yang

berfungsi mengontrol keseimbangan, berkembang pesat pada satu tahun

pertama. Otak besar atau serebri, khusunya lobus frontal, berfungsi

mengontrol gerak keterampilan.

b. Belajar keterampilan motorik tidak bisa terjadi sampai anak siap secara

matang. Tidak ada gunanya mencoba mengajarkan gerakan keterampilan

anak sebelum sistem saraf dan otot berkembang dengan baik.

c. Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat di prediksi

Perkembangan motorik mengikuti arah hukum perkembangan. Arah

perkembangan anak berlangsung secara sefalokaudal dan proksimodistal,

yakni perubahan dari gerakan menyeluruh menuju ke aktivitas yang

spesifik.

d. Pola perkembangan motorik dapat di tentukan.

Anak akan belajar duduk sebelum belajar berjalan dan tidak mungkin

arahnay di balik.

e. Kecepatan perkembangan motorik berbeda untuk setiap individu.

Perkembangan motorik mengikuti suatu pola yang sama, tetapi umur

untuk mencapai tahap – tahap perkembangan tersebut berbeda untuk


16

setiap individu. Contoh, umur pencapaian anak untuk bisa duduk sendiri,

berbeda – beda untuk setiap anak ( Soetjiningsih, 2010).

2.1.4 Prinsip Perkembangan Motorik Halus

Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan

anak ciri-cirinya (Ika Budi Maryatun, 2011), meliputi (a) anak terpenuhi

kebutuhan fisiknya, merasa aman dan tentram secara psikologis, (b)

pembelajaran berulang, (c) belajar melalui interaksi sosial, (d) minat belajar

melalui minat dan keingintahuan, (e) memperhatikan perbedaan individu,

dan (f) sederhana ke rumit dan sebagainya. Prinsip untuk pengembangan

motorik adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman, dan latihan atau

praktik.

a. Kematangan Saraf

Pada waktu anak dilahirkan hanya memiliki otak sebesar 25% dari berat

otak orang dewasa saraf-saraf tersebut belum berkembang sesuai dengan

fungsinya dalm mengontrol gerak motorik. Berjalan dengan umur anak

yang makin bertambah besar anak mengalami proses neurological

naturalation (kematangan neurologis).

b. Urutan

Proses perkembangan fosiologis manusia berlangsung secara berurutan

yang terdiri atas (1) pembedaan yang mencakup perkembangan secara

berlahan dari motorik kasar yang belum terarah dengan baik kepada

gerak yang lebih terarah sesuai fungsi gerak motorik kasar, dan (2)

keterpaduan, yaitu kemampuan dalam menggabungkan gerakan motorik


17

yang saling berlawanan dalam koordinasi gerak yang baik, seperti berlari

dan berhenti.

c. Motivasi

Kematangan motorik ini memotivasi untuk melakukan aktifitas

motorik dalam lingkup yang luas, hal ini dapat dilihat dari: (1) aktifitas

fisiologi meningkat dengan tajam, dan (2) anak seakan-akan tidak mau

berhenti untuk melakukan aktifitas fisik, baik yang melibatkan motorik

kasar maupun motorik halus. Motivasi yang datang dari dalam diri anak

tersebut perlu didukung dengan motifasi yang dating dari luar. Misalnya

memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai aktifitas

motorik dan menyediakan berbagai sarana dan pra sarana yang

dibutuhkan anak.

d. Pengalaman Latihan

Pada saat anak mencapai kematangan untuk terlihat secara aktif

dalam aktifitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang

tinggi, orang tua dan guru perlu memberikan kesempatan dan

pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara

optimal. Peluang ini tidak saja berbentuk pemberian pada untuk anak

melakukan kegiatan fisik, akan tetapi perlu dukungan dengan berbagai

fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik kasar

maupun motorik halus anak.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa prinsip untuk

pengembangan motorik, meliputi kematangan saraf, proses

perkembangan fosiologis manusia berlangsung secara berurutan,


18

kematangan motorik ini memotivasi untuk melakukan aktifitas motorik

dalam lingkup yang luas, dan mencapai kematangan untuk terlihat secara

aktif dalam aktifitas fisik.

2.1.5 Metodologi Perkembangan Motorik Halus

Metodologi pengembangan motorik halus adalah suatu cara yang

digunakan dalam pemberian pembelajaran dan pengembangan fisik motorik

halus anak usia dini. Berikut ini adalah metodologi pengembangan motorik

halus anak TK (Nofra Candra Lovia, 2012).

Praktek langsung adalah suatu cara penilaian yang diberikan pada anak

dengan cara praktek langsung. Tujuannya agar bisa menilai kemampuan

secara langsung pada anak dan mengetahui apakah anak mengerti apa yang

disampaikan oleh pendidik dapat dipahami peserta didik. Tahapnya adalah:

(1) berikan penjelasan pada anak tentang pembelajaran yang nantinya anak

akan mempraktekkan secara langsung satu persatu ke depan, dan (2) berikan

penilaian secara langsung pada anak dengan cara memberikan bintang, yang

paling bagus dapat bintang tiga, dan lain sebagainya (Nofra Candra Lovia,

2012).

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa metodologi

pengembangan metorik halus anak TK, meliputi pemberian tugas dan

praktek langsung. Adapun perkembangan motorik halus merupakan

perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau

sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi

oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menjiplak


19

pola, menggunting pola dan menempel pola mozaik termasuk contoh

gerakan motorik halus.

2.2 Fase Pra-Sekolah

Anak usia pra-sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar

2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria

atau wanita, dapat mengatur diri dalam membuang air (toilet training),dan

mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya).

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan

perkembangan berikutnya. Dengan meningkatkan pertumbuhan tubuh,

baik menyangkut ukuran berat dan tinggi, maupun kekuatannya

memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan

fisiknya, dan eksplorasi terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan

dari orang tuanya. Perkembangan sistem syaraf pusat memberikan

kesiapan kepada anak untuk lebih dapat meningkatkan pemahaman dan

pengusahaan terhadap tubuhnya.

Dalam rangka membantu perkembangan fisik anak maka guru

seyogianya memberikan bimbingan kepeada mereka agar memiliki

kesadaran akan kemampuan sensorisnya, dan juga memiliki sifat yang

positif terhadap dirinya. Bimbingan guru berkaitan dengan

berkembangan aspek – aspek berikut:

a) Pengenalan/pengetahuan akan namanya dan bagian – bagian

tubuhnya.

b) Kemampuan untuk mengidentifikasi fungsi – fungsi tubuh.


20

c) Pemahaman bahwa walaupun setiap individu berbeda dalam

penampilannya, seperti perbedaan dalam warna rambut, kulit,

dan mata, atau telinganya, namun semua orang memiliki

kesamaan karakteristik fisik yang sama.

d) Menerima bahwa semua orang memiliki keterbatasan dalam

kemampuannya, seperti setiap orang dapat berjalan, berlari atau

melompat, tetapi tidak ada seorang pun yang dapat terbang.

e) Kemampuan untuk memahami bahwa tubuh itu berubah secara

konstan, dan pertumbuhan fisik itu berawal dengan kelahiran

dan berakhir dengan kematian.

f) Pemahaman akan pentingnya tidur, dan juga sebagai dua siklus

kehidupanyang penting bagi kehidupan.

g) Mengetahui kesadarn sensori (merasa, melihat, mendengar,

mencium, dan menyentuh/merasa).

h) Memahami keterbatasan fisik, seperti lelah, sakit dan melemah

(Aundrey Curtis, 2017).

b. Perkembangan Intelektual

Menurut piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada

periode preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu

menguasai operasi mental secara logis. Yang dimaksud dengan operasi

adalah kegiatan – kegiatan yang di selesaikan secara mental bukan fisik.

Periode ini ditandai dengan perkembangan representasional, atau

“symbolic function”. Yaitu kemampuan melakukan sesuatu untuk

merepresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan menggunakan


21

simbol (kata – kata, bahasa gerak, dan benda). Dapat juga di katakan

sebagai “semiotic function”, kemampuan untuk menggunakan simbol –

simbol (gambar, bahasa, tanda/isyarat, benda, gesture, atau peristiwa)

untuk melambangkan suatu kegiatan, benda yang nyata, atau peristiwa.

Meskipun berfikir melalui simbol ini dipandang lebih maju dari

berfikir periode sensorimotor, namun kemampuan berfikir ini masih

mengalami keterbatasan. Keterbatasan yang menandai, atau yang

menjadi karakteristik periode preoperasional ini adalah atau yang

menjadi karakteristik periode preoperasional ini adalah sebagai berikut:

a) Egosentrisme, yang dimaksudnya bukan “selfishness” (egois), atau

arogan (sombong), namun merujuk kepada diferensiasi diri,

lingkungan orang lain yang tidak sempurna, dan kecendrungan

untuk mempersepsi, memahami dan menafsirkan sesuatu

berdasarkan sudut pandang sendiri. Salah satu implikasinya, anak

tidak dapat memahami persepsi konseptual orang lain. Seperti anak

sedang memegang sebuah buku serta tegak dan menunjuk dalam

satu gambar yang ada didalamnya sambil bertanya kepada ibunya

“gambar apa ini?” dia tidak menyadari bahwa ibunya yang

menghadap kepadanya, tidak gambar tersebut dari arah belakang

buku tersebut.

b) Kaku dalam berfikir, salah satu karakteristik berfikir preoperasional

adalah kaku (frozen). Salah satu contohnya, berfikirny aitu bersifat

centration (memusat), yaitu kecendrungan berfikir atas dasar satu

dimensi, baik mengenai objek maupun peristiwa, dan tidak


22

menolak dimensi – dimensi lainnya. Contohnya, Piaget

memperlihatkan dua gelas yang berisi cairan yang sama tingginya.

Kepada anak ditanyakan apakah kedua gelas tersebut berisi jumlah

cairan yang sama, dengan mudahnya anak itu menjawabnya.

Berikutnya kepada anak disuruh menuang sendiri salah satu isi dari

kedua gelas itu ke gelas yang lain yang lebih pendek dan yang lebih

besar. Kepada anak ditanyakan ulang, mana yang lebih banyak

isinya: gelas yang semula atau gelas yang baru. Anak menjawab

bahwa jumlah cairan pada gelas semula lebih banyak, karena

permukaan cairannya lebih tinggi. Disini terlihat kemampuan anak

yang terpusat hanya pada satu dimensi persepsi, yaitu tinggi.

c) Semilogical reasoning, anak – anak mencoba untuk menjelaskan

peristiwa – peristiwa alam yang misterius, yang dialami dalam

kehidupan sehari – hari. Salah satu pemecahannya dalam

menjelaskannya itu dianalogikan dengan tingkah laku manusia.

Matahari dan bulan di pandang seperti manusia, mereka hidup, dan

suka lelah.

c. Perkembangan Emosional

Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa

akunya (dirinya) berbeda dengan bukan aku (orang lain atau benda).

Kesadaran ini di peroleh dari pengalamannya, bahwa tidak setiap

keinginannya di penuhi oleh orang lain atau benda lain. Dia menyadari

bahwa keinginannya berhadapan dengan keinginannya berhadapan

dengan orang lain, sehingga orang lain tidak selamanya memenuhi


23

keinginannya. Bersamaan dengan itu, berkembanga pula persaan harga

diri yang menuntut pengakuan dari lingkungannya. Jika lingkungannya

(terutama orangtuanya) tidak mengakui harga diri anak, seperti

memperlakukan anak secar keras, atau kurang menyayanginya, maka

pada diri anak akan berkembang sikap – sikap: keras kepala/menentang,

atau menyerah menjadi penurut yang diliputi rasa harga diri kurang

dengan sifat pemalu (Karso,dkk 2017).

Beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa anak, yaitu

sebagai berikut:

a) Takut, yaitu perasaan terancam pada suatu objek yang dianggap

membahayakan. Rasa takut berlangsung melalui tahapan: mula –

mula tidak takut, karena anak belum sanggup melihat kemungkinan

bahaya yang terdapat dalam objek, timbul rasa takut setelah

mengenal adanya bahaya, dan rasa takut bisa hilang kembali

setelah mengetahui cara – car menghindar dari bahaya.

b) Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada

objeknya. Kecemasan ini muncul mungkin dari situasi – situasi

yang dikhayalkan, berdasrkan pengalaman yang diperoleh, baik

perlakuan orang tua, buku bacaan, radio atau film. Contoh anak

cemas: anak takut di kamar yang gelap, takut hantu, dan

sebagainya.

c) Marah, merupakan perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap

orang lain, diri sendiri, atau objek tertentu, yang diwujudkan dalam
24

bentuk verbal (kata – kata kasar), atau noverbal (seperti memukul,

mecubit menampar, menendang atau merusak).

d) Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang di

pandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang telah

mencurahkan kasih sayang kepadanya. Sumber yang menimbulkan

rasa cemburu selalu bersifat situasi sosial, hubungan dengan orang

lain. Seperti kakak cemburu pada adik nya, karena telah merebut

kasih sayang orangtuanya.

e) Kegembiraan, perasaang yang positif, nyaman, karena terpenuhi

keinginannya. Kondisi yang melahirkan rasa gembira pada anak,

diantaranya terpenuhinya kebutuhan jasmaniah (makan dan

minum), keadaan jasmaniah yang sehat, diperolehnya kasih sayang,

ada kesempatan untuk bergerak (bermain dengan leluasa), dan

memiliki mainan yang disenanginya.

f) Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk memberikan perhatian,

atau perlindungan terhadap orang lain, hewan atau benda. Perasaan

ini berkembang berdasarkan pengalamannya yang menyenangkan

dalam berhubungan dengan orang lain.

g) Phobia, yaitu perasaan takut terhadap objek yang tidak patut di

takutinya seperti takut ulat, takut kecoa, dan takut air. Perasaan ini

ini muncul akibat perlakuan orangtua yang suka menakut – nakuti

anak, sebagai cara orangtua untuk menghukum, untuk

menghentikan perilaku anak yang tidak disenanginya.


25

h) Ingin tahu, yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala

sesuatu atau objek – objek, baik yang bersifat fisik maupun

nonfisik. Perasaan ini ditandai dengan pertanyaan – pertanyaan

yang diajukan oleh anak. Seperti anak akan bertanya tentang:

darimana dia berasal, siapa Tuhan, dan dimana Tuhan berada. Masa

bertanya di mulai pada usia 3 tahun dan mencapai puncaknya pada

usia 6 tahun.

Perkembangan emosi yang sehat sangat membantu bagi

keberhasilan anak belajar. Oleh karena itu, dalam rangka

mengembangkan emosi anak yang sehat, guru – guru seyogianya

memberikan bimbingan kepada mereka, agar mereka dapat

mengembangkan hal – hal berikut:

a) Kemampuan untuk mengenal, menerima, dan berbicara tentang

perasaan – perasaannya.

b) Menyadari bahwa ada hubungan antara emosi dengan tingkah laku

sosial kemampuan untuk menyalurkan keinginannya tanpa

mengganggu perasaan orang lain.

c) Kemampuan untuk peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang

lain.

d. Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa anak usia prasekolah, dapat diklasifikasikan

kedalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya) yaitu

sebagai berikut:

a) Masa ketiga (2,0 – 2,6) yang bercirikan


26

1. Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang

sempurna.

2. Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan,

misalnay burung pipit lebih kecil dari burung perkutut, anjing

lebih besar dari kucing.

3. Anak banyak menanyakan nama dan tempat: apa, dimana,

dana dari mana.

4. Anak sudah banyak menggunakan kata – kata yang berawalan

dan berakhiran.

b) Masa keempat (2,6 – 6,0) yang bercirikan

1. Anak sudah dapat menggunakan kaliamt majemuk beserta

anak kalimatnya.

2. Tingkat berfikir anak sudah lebih maju, anak anak banyak

menanyakan soal waktu – sebab akibat melalui pertanyaan

– pertanyaan: kapan, ke mana, mengapa dan bagaimana.

Untuk membantu perkembangan bahasa anak, atau kemampuan

berkomunikasi maka orangtua dan guru haru s memfasilitas, memberikan

kemudahan, atau peluang kepada anak dengan sebaik – baiknya.

Berbagai peluang itu diantaranya sebagai berikut.

a) Bertutur kata yang baik dengan anak.

b) Mau mendengarkan pembicaraan anak.

c) Menjawab pertanyaan anak.


27

d) Mengajak berdialog dengan hal – hal yang sederhana, seperti

memelihara kebersihan rumah, sekolah, dan memelihara kesehatan

diri.

e) Di sekolahnya, anak dibiasakan untuk bertanya, mengekspresikan

keinginannya, menghafal dan melatunkan lagu dan puisi.

e. Perkembangan Sosial

Pada usia prasekolah (terutama mulai usia 4 tahun), perkembangan

sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif

berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda – tanda perkembangan

pada tahap ini adalah:

a) Anak mulai mengetahui aturan – aturan, baik dilingkungan

keluarga maupun dalam lingkup bermain.

b) Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.

c) Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.

d) Anak mulai dapat bermain bersama anak – anak lain, atau teman

sebaya (peer group).

f. Perkembangan Bermain

Usia anak prasekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain,

karena setiap waktunya diisi dengan kegiatan bermain. Yang di maksud

dengan kegiatan bermain disini adalah suatu kegiatan yang dilakukan

dengan kebebasan batin untuk meperoleh kesenangan. Terdapat berbagai

macam permainan anak (Ab, 2016), yaitu sebagai berikut:

a) Permainan fungsi (permainan gerak), seperti meloncat – loncat,

naik turun tangga, berlari – larian, bermain tali dan bermain bola.
28

b) Permainan fiksi, seperti menjadikan kursi sebagai kuda, main

sekolah – sekolahan, dagang – dagangan, perang – perangan, dan

masak – masakan.

c) Permainan reseptif dan apresiatif, seperti mendengarkan cerita atau

dongeng, melihat gambar dan melihat orang meukis.

d) Permainan membentuk (konstruksi), seperti membuat kue dari

tanah liat, membuat gunung pasir, membuat kapal – kapalan dari

kertas, membuat gerobak dari kulit jeruk, membentuk bangunan

rumah – rumahan dari potongan – potongan kayu (plastik) dan

membuat senjata dari pelepah daun pisang.

e) Permainan prestasi, seperti sepak bola, bola voli, tenis meja, dan

bola basket.

Secara psikologis dan pedagogis, bermain mempunyai nilai – nilai

yang sangat berharga bagi anak, diantaranya:

a) Anak memperoleh perasaan senang, puas, bangga, atau berkatasis

(peredaan ketegangan).

b) Anak dapat mengembangkan sikap percaya diri, tanggung jawab

dan kooperatif (mau bekerja sama).

c) Anak dapat mengembangkan daya fantasi, atau kreativitas

(terutama permainan fiksi dan konstruksi).

d) Anak dapat mengenal aturan, atau norma yang berlaku dalam

kelompok serta belajr untuk menaatinya.

e) Anak dapat memahami bahwa baik dirinya maupun orang lain,

sama – sama mempunyai kelebihan dan kekurangan.


29

f) Anak dapat mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa, atau

toleran terhadap orang lain.

g. Perkembangan Kepribadian

Pada masa ini, berkembang kesadaran dan kemampuan untuk

memenuhi tuntutan dan tanggung jawab (Ambron, 2017). Oleh karena

itu, agar tidak berkembang sikap membandel anak yang kurang

terkontrol, pihak orang tua perlu menghadapinya secara bijaksana, penuh

kasih sayang, dan tidak bersikap keras. Meskipun mereka mulai

menampakkan keinginan untu bebas (independen) dari tuntutan orang

tua, namun pada dasarnya mereka masih sangat membutuhkan

perawatan, asuhan, bimbingan, atau curahan kasih sayang orangtuanya

(dependen).

Aspek – aspek perkembangan anak itu meliputi hal – hal berikut

yaitu:

a) Dependency and self – image

Konsep anak prasekolah tentang dirinya sulit di pahami dan

dianalisis, karena keterampilan bahasanya belum jelas, dan

pandangannya terhadp orang lain masih egosentris. Mereka

memiliki sistem pandangan dan persepsi yang kompleks, tetapi

belum dapat menyatakan. Perkembangan sikap “independensi” dan

kepercayaan diri (self confidence) anak amat terkait dengan cara

perlakuan orangtuanya. Sebagai orangtua, mereka memberikan

perlindungan kepada anak dari sesuatu yang membahayakan, dan

dari kefrustrasian. Gaya perlakuan orangtua kepada anak, ternyata


30

sangat beragam, ada yang terlalu memanjakan, bersikap keras,

penerimaan dan kasih sayang, dan acuh tak acuh (permisif).

Masing – masih perlakuan itu cendrung memberikan dampak yang

beragam bagi kepribadian anak.

b) Initiative vs Guilt

Erik Erison mengemukakan suatu teori bahwa anak prasekolah

mengalami satu krisis perkembangan, karena mereka menjadi

kurang dependen, dan mengalami konflik antara “initiative dan

guilt”. Anak berkembang, baik secara fisik maupun kemampuan

intelektual serta berkembangnya rasa percaya diri untuk melakukan

sesuatu. Mereka jadi lebih mampu mengontroal lingkungan fisik

sebagaimana dia mampu mengontrol tubuhnya. Anak mulai

memahami bahwa orang lain memiliki perbedaan dengan dirinya,

baik menyangkut persepsi maupun motivasi dan mereka

menyenangi kemam[uan dirinya untuk melakukan sesuatu.

Faktor eksternal yang mungkin menghambat perkembangan

inisiatif anak, diantaranya: tuntutan kepada anak diluar

kemampuannya, sikap keras orangtua /guru dalam memperlakukan

anak, terlalu banyak larangan, dan anak kurang mendapat dorongan

atau peluang untuk berani mengungkapkan perasaannya,

pendapatnya, atau keinginannya.

h. Perkembangan Moral

Hasil pengamatan terhadap anak usia prasekolah, membuktikan

bahwa mereka tidak hanya menyadari bahwa orang lain memiliki


31

perasaan, tetapi juga mereka aktif mencoba untuk memahami perasaan –

perasaan orang lain tersebut. Contohnya: ada seorang anak berusia 2,5

tahun memberikan boneka terhadap anak lain yang sedang menangis. Ini

menunjukkan pemahaman anak, bahwa anak lain tersebut sedang

mengalami perasaan yang tidak bahagia. Perkembangan altruis anak,

tidak hanya berkaitan dengan kasih sayang dan pemeliharaan yang

mereka terima, tetapi juga berkaitan dengan pola atau gaya kedisiplinan

orangtuanya (Ambron, 2016).

Dalam rangka membimbing perkembangan moral anak prasekolah

ini, sebaiknya orangtua atau guru melakukan upaya – upaya berikut:

a) Memberikan contoh atau teladan yang baik, dalam berperilaku dan

bertutur kata yang baik.

b) Menanamkan kedisiplinan kepada anak, dalam berbagai aspek

kehidupan, seperti memelihara kesehatan atau kebersihan, dan tata

krama atau berbudi pekerti luhur.

c) Mengembangkan wawasan tentang nilai – nilai moral kepada anak,

baik melalui pemberian informasi, atau melalui cerita, seperti

tentang: riwayat orang – orang yang baik (para Nabi dan

Pahlawan), dunia bintang dan mengisahkan tentang nilai kejujuran,

kedermawanan, kesetiakawanan atau kerajinan.

2.3 Alat / Instrument Pemantauan Tumbuh Kembang Anak Pra Sekolah

Alat / instrument yang digunakan pada skrinning KPSP adalah sebagai

berikut:
32

1. Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9 – 10

pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai

anak. Sasaran KPSP adalah anak umur 0 – 72 bulan.

2. Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola

tenis, kerincingan, kubus berukuran 2,5 cm sebanyak enam buah,

kismis, kacang tanah, dan potongan biscuit kecil ukuran 0,5 – 1 cm.

a. Cara menggunakan KPSP

a) Pada saat pemeriksaan anak dibawa

Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan, dan tahun

anak lahir. Bila umur anak (dalam hitungan bulan) lebihkan 16 hari,

maka dibulatkan menjadi 1 bulan. Misalnya, umur anak 6 bulan

lebih 16 hari, maka dibulatkan menjadi 7 bulan. Jika umur anak 6

bulan 15 hari, maka umur anak tetap dihitung 6 bulan.

b) Setelah menentukan umur anak, pilihlah KPSP yang sesuai dengan

umur anak.

c) KPSP terdiri dari atas dua macam pertanyaan sebagai berikut:

1. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu / pengasuh anak. Contohnya:

“dapatkah bayi makan kue sendiri?”

2. Perintah kepada ibu / pengasuh anak atau petugas untuk

melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Misalnya, “pada

posisi anak telentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya

secara perlahan-lahan ke arah posisi duduk!”


33

d) Jelaskan kepada orang tua agar tidak takut atau ragu-ragu menjawab.

Oleh karna itu, pastikan orang tua / pengasuh anak mengerti dengan

apa yang ditnyakan kepadanya.

e) Ajukan pertanyaan secara berurutan dan satu persatu. Setiap

pertanyaan hanya membutuhkan satu jawaban, yaitu ya atau tidak.

Lalu catat jawaban tersebut pada formulir.

f) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah orang tua / pengasuh

anak menjawab pertanyaan sebelumnya.

g) Terakhir, teliti kembali apakah semua pertanyaan yang ada dalam

KPSP telah terjawab.

b. Interpretasi hasil KPSP

a) Hitunglah berapa jumlah jawaban ya.

1. Jawaban “ya” bila orang tua / pengasuh anak menjawab anak bisa,

pernah, sering atau kadang-kadang melakukannya.

2. Jawaban “tidak” bila orang tua / pengasuh anak menjawab anak

belum pernah, tidak melakukan, atau orang tua / pengasuh anak

tidak tahu.

b) Jumlah jawaban “ya” = 9 atau 10, berarti perkembangan anak sesuai

dengan tahap perkembangan (S)

c) Jumlah jawaban “ya” = 7 atau 8, berarti perkembangan anak

meragukan (M)

d) Jumlah jawaban “ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada

penyimpangan (P)
34

e) Untuk jawaban “tidak” perlu dirinci jumlah jawaban “tidak” menurut

jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,

sosialisasi dan kemandirian).

c. Intervensi

a) Bila perkembangan anak sesuai perkembangan (S), lakukan tindakan

sebagai berikut:

1. Beri pujian kepada orang tua / pengasuh anak karena telah

mengasuh anak dengan baik.

2. Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan

anak.

3. Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin,

sesuai dengan umur dan kesiapan anak.

4. Ikutkan anak pada kegiatan penimbnagan dan pelayanan

kesehatan di posyandu secara teratur sebulan sekali dan setiap ada

kegiatan. Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah memasuki

usia prasekolah, ikutka dalam kegiatan Pusat Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD), kelompok bermain dan Taman Kanak-kanak.

5. Lakukan pemeriksaaan secara rutin menggunakan KPSP setiap

tiga blan pada anak umur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan

pada anak umur 24 sampai 72 bulan.

b) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan sebagai

berikut:
35

1. Beri petunjuk pada ibu / pengasuh anak agar melakukan stimulasi

perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap hari dan

sesering mungkin.

2. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan

anak untuk mengatasi pernyimpangan / mengejar

ketertinggalannya.

3. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan

adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan

perkembangannya.

4. Lakukan penilaian ulang KPSP dua minggu kemudian dengan

menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.

5. Jika hasil jawaban “ya” 7 atau 8, maka kemungkinan memang ada

penyimpangan perkembangan (P)

c) Bila dalam perkembangan anak terjadi penyimpangan (P), lakukan

tindakan sebagai berikut:

1. Rujuk anak ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah

penyimpangan perkemabangan (gerak halus, gerak kasar, bicara,

bahasa, sosialisasi, dan kemandirian).

2.4 Teknik Mozaik

2.4.1 Pengertian

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, mozaik adalah seni

dekorasi bidang dengan kepingan bahan keras berwarna yang disusun

dan ditempelkan dengan perekat (Purwodarminto, 2011). Pengertian

Mozaik yaitu pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang
36

menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja

dibuat dengan cara dipotong potong atau sudah dibentuk potongan

kemudian disusun dengan, ditempelkan pada bidang datar dengan cara

dilem. Kepingan benda-benda itu, antara lain: kepingan pecahan keramik,

potongan kaca, potongan kertas, potongan daun, potongan kayu. Untuk

membuat garis kontur yang membaasi ruangan atau bidang tidak

menggunakan pewarna yang dioleskan, tetapi menggunakan tempelan-

tempelan yang berbeda warna (Mely Novikasari, 2012).

Mozaik pada umumnya masih dianggap seni lukis lama di samping

siftanya yang dua dimensi, masih dibantu dengan gambar pada proses

pembuatan polanya walaupun bahannya digunakan kertas, daun, biji-

bijian, kepingan kaca, pecahan keramik dan lain-lain. Mozaik dibuat dari

bahanbahan yang sifatnya leparan atau kepingan yang kemudian

ditempel pada bidang datar sehingga menjadi sebuah gambar. Mozaik

dapat diwakili ide dahulu, setelah ditentukan idenya kemudian cari

bahannya baru menentukan idena karna harus berfikir bagaimana caranya

memadukan bahan- bahan yang bermacam- macam menjadi karya (Mely

Novikasari, 2012).

Berdasarkan definisi mozaik tersebut, dapat disimpulkan bahwa

mozaik merupakan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang

menggunakan material dipotong-potong atau sudah berbentuk potongan

kemudian disusun dengan ditempelkan pada bidang datar dengan cara

dilem. Kepingan benda-benda itu, antara lain kepingan pecahan keramik,

potongan kaca, potongan kertas, potongan daun, potongan kayu.


37

Berkreasi seni rupa bagi anak TK selain berupa kegiatan menggambar,

melukis, mencetak, dan juga diberikan pengenalan seni aplikasi yaitu

kegiatan berolah seni rupa yang dilakukan dengan cara menempel jenis

bahan tertentu di atas bidang dasar yang dipadukan dengan teknik

melukis.

2.4.2 Fungsi Mozaik

Dalam pembelajaran mozaik pada anak usia dini, memeiliki

beberapa fungsi (Mely Novikasari, 2012), di antaranya: (a) fungsi

praktis, (b) fungsi edukatif, (c) fungsi ekspresi, (d) fungsi psikologis, (e)

fungsi sosial

1. Fungsi Praktis

Karya seni rupa (dalam hal ini karena kolase, mozaik dan montase

sebagai bagian dari seni rupa), selain bersifat individual sebagai media

ekspresi, karena manusia secara naluriah dalam kehidupannya

mencintai keindahan dan selalu berupaya menghadirkan sentuhan

keindahan dalam berbagai aspek kehidupannya, juga memiliki sifat

pragmatis untuk memenuhi fungsi praktis dan fisik sebagai benda-

benda kebutuhan seharihari (Mely Novikasari, 2012). Lebih lanjut

dapat ditegaskan bahwa kecintaan manusia pada keindahan disalurkan

pada pembuatan atau penikmatan aneka perabot dan benda-benda

pakai yang indah yang diproduksi dengan teknologi yang maju, seperti

hunian yang nyaman, jenis-jenis perabot rumah tangga, aneka produk

kerajinan tangan, beragam model pakaian, bahkan media komunikasi

dan hiburan (Lina Wijanarko, 2013).


38

2. Fungsi Edukatif

Berkarya seni apapun telah terbukti secara tidak langsung sangat

membantu pendidikan melalui penerapan metode pembelajaran

melalui pendidikan seni dalam upaya untuk membantu pengembangan

berbagai fungsi perkembangan dalam diri seorang anak (Lina

Wijanarko, 2013). Kemampuan tersebut meliputi: fisik, daya pikir,

daya serap, cita rasa keindahan, kreativitas. Seorang anak akan lebih

mudah belajar tentang sesuatu bila melalui seni. Hal ini dikarenakan

kegiatan berseni seni pada anak seperti halnya anak sedang bermain,

sehingga dalam proses pembelajarannya pun akan berlangsung dengan

menyenangkan. Oleh karena itu usia berapapun proses berseni selalu

dapat terlaksana berkat rasa senang (Mely Novikasari, 2012).

3. Fungsi Ekspresi

Unsur-unsur seni rupa kolase, mozaik dan montase seperti garis,

warna, bentuk dan tekstur merupakan ide-ide/gagasan, imajinasi,

pengalaman yang estetis yang kemudian diungkapkan berwujud

ekspresi simbolis yang sangat pribadi (Lina Wijanarko, 2013). Fungsi

ekspresi ini banyak dijumpai pada seni murni, karena seni murni

merupakan penuangan ekspresi yang murni yang hanya sebagai media

ekspresi diri, bukan dilakukan untuk fungsi seni praktis. Pada kegiatan

seni rupa anak, pada umumnya memiliki sifat seni murni, karena anak

belum menginginkan apa-apa selain berseni sebagai perwujudan

gagasan estetisnya (Mely Novikasari, 2012).


39

4. Fungsi Psikologi

Seni rupa di samping sebagai media ekspresi dapat pula dimanfaatkan

sebagai fungsi terapeutik sebagai sarana sublimasi, relaksasi, yaitu

sebagai penyaluran berbagai permasalahan psikologis yang di alamai

seseorang. Terapi melalui seni tidak mementingkan nilai tingkat

keindahan karya yang dihasilkan, tetapi lebih mementingkan

terlaksananya proses penyembuhan pengalaman traumatik dalam diri

seseorang (Mely Novikasari, 2012).

5. Fungsi Sosial

Kehadiran fungsi sosial menyediakan lapang pekerjaan dan

peningkatan taraf hidup melalui pengembangan industri kriya (banyak

dijumpai di art shop dengan karya kolase, mozaik). Bahkan melalui

kebebasan berekspresi dalam seni memungkinkan seorang seniman

melalui ekspresi simbolisnya dalam mengkritisi berbagai keadaan

dalam masyarakat yang perlu perbaikan. Seni dapat berfungsi sebagai

indikator tanda-tanda zaman yang berlangsung pada satu kurun waktu

tertentu. Baik sebagai monumen budaya, gaya hidup masyarakat,

maupun sebagai cirri peradaban yang sedang berlangsung (Lina

Wijanarko, 2013). Fungsi Sosial artinya kehadiran karya seni rupa

terutama seni pakai pada umumnya banyak membantu memecahkan

berbagai persoalan sosial. Menurut Agus Sachri (Mely Novikasari,

2012) bahwa seni dapat berfungsi sebagai indikator tanda-tanda

zaman yang berlangsung pada suatu kurun waktu tertentu. Baik


40

sebagai monumen budaya, gaya hidup masyarakat, selera masyarakat

maupun sebagai ciri peradaban yang sedang berlangsung.

2.4.3 Teknik Mozaik

Mozaik terdiri dari dua dimensi dan tiga dimensi, tetapi prinsip

kerjanya sama, yaitu menempelkan potongan benda-benda lain. Benda-

benda tersebut dapat berupa pecahan kaca, pecahan keramik, potongan

kayu, batu, gunting, kertas, guntingan dari daun kering, dan lain

sebagainya selama masih berbentuk potongan yang lembarnya dapat

disusun dalam bidang yang telah disediakan (Mely Novikasari, 2012).

Pewarnaan pada mozaik ini dipilih dari bahan/material mozaik yang akan

di tempel yang memiliki warna asli, artinya warna tersebut asli dari

warna kaca, mika, keramik, daun, kayu, sehingga nantinya tidak perlu

menambahkan pewarnaan setelah ditempelkan. Untuk menghasilkan

corak gambar yang elastis atau dekoratif, maka anda harus mengatur

warnanya tersebut dari susunan materialnya. Salah satu contoh dalam

pembuatan mozaik (Mely Novikasari, 2012).

Langkah–langkah pelaksanaan teknik mozaik (Yenni Alexander,

2012), yaitu:

a. Guru menyiapkan atau menyediakan gambar yang akan diisi dengan

mozaik.

b. Guru menyediakan seperti gunting, lem perekat, dan kertas origami

untuk dijadikan potongan-potongan mozaik oleh anak.

c. Guru mengatur posisi duduk anak dengan kondusif.


41

d. Guru melihatkan kepada anak gambar yang akan ditempel potongan

mozaik.

e. Guru menarik perhatian anak untuk memperhatikan dan kemudian

memperkenalkan satu persatu alat yang akan digunakan.

f. Guru dengan anak membuat kesepakatan aturan untuk menggunakan

alat sesuai dengan fungsinya.

g. Guru mencontohkan langkah kerja di depan anak sebagai berikut :

1) Membentangkan gambar atau pola mozaik.

2) Mengambil selembar origami dan sebuah gunting untuk membuat

potongan-potongan mozaik dengan salah satu bentuk geometri,

misalnya lingkaran, segitiga dan lain-lain.

3) Selanjutnya permukaan pola mozaik diberi lem.

4) Setelah itu ditempelkan potongan mozaik dengan rapi dan rapat.

5) Guru membagikan pola mozaik, kertas origami, gunting dan lem.

h. Guru mempersilahkan anak untuk melaksanakan kegiatan.

i. Guru mengontrol setiap kegiatan anak, jika ada anak yang tidak

bisa/tidak mau bekerja maka guru dapat membantu anak.

2.4.4 Material Mozaik Untuk Taman Kanak-Kanak

Tentu akan berbeda material yang dipakai untuk karya mozaik dengan

yang dipakai pada umumnya. Karena mozaik bagi anak TK merupakan

media pengungkap ide estetika, bukan untuk pembuatan mozaik yang

memiliki nilai praktis (Mely Novikasari, 2012). Ada beberapa contoh

material yang dipakai untuk pembelajaran mozaik di tingkat TK, antara

lain: kertas, kancing baju, potongan kain, biji-bijian, daun kering,


42

potongan kayu, potongan tripleks uang kecil-kecil, biji korek api, dan

lainnya karena seni mozaik itu sangat banyak bahannya, yang utama

adalah kreativitas anda memilih dan mengajak siswa untuk berekspresi

dengan media yang anda tentukan (Lina Wijanarko, 2013). Berdasarkan

uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa material mozaik dalam penelitian

ini adalah material untuk pembelajaran di TK. Material yang digunakan

adalah kertas jenis karton berwarna, yang diharapkan dapat membuat anak

tertarik dengan berbagai jenis warnanya, meningkatkan kreativitas, dan

pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan mototrik halus.

2.4.5 Proses Kreasi Mozaik Pada Anak Usia Dini

Proses kreasi atau proses kreatif merupakan tahapan yang harus dilalui

oleh seseorang dalam suatu karya seni yang dalam hal ini adalah kolase,

mozaik, dan montase. Mulai dari proses memperoleh, dan menemukan

sumber ilham atau inspirasi, gagasan hingga proses mewujudkan dalam

karya kolase, mozaik, dan montase. Dalam hali ini impresi yang dirasakan,

dipikirkan, dan dihayati oleh seseorang dituangkan sebagai ekspresi yang

personal dalam wujud karya kolase, mozaik, dan montase (Mely

Novikasari, 2012).

Kreasi dalam pembuatan karya tersebut melalui tahapan-tahapan,

yaitu: tahap rasa, tahap karsa, tahap cipta dan tahap karya. Tahapan dari

yang bersifat rasa dan karsa sampai ke bentuk yang bersifat fisikal (Mely

Novikasari, 2012), sebagai berikut: (a) tahapan rasa, (b) tahapan karsa, (c)

tahapan cipta, dan (d) tahapan karya.


43

a. Tahapan Rasa

Merupakan proses psikologi yang terjadi dalam diri seseorang pada

saat stimulus ditangkap oleh seseorang melalui fungsi indrawi. Hal ini

melalui proses pengamatan, pemusatan perhatian dan kesadaran estetika

terhadap objek yang kemudian diapresiasikan sehingga memperoleh

rangsangan yang bersifat internal yang berasal dari luar dirinya. Stimulus

yang berupa rangsangan ini menimbulkan semacam getaran atau dalam

istilahnya “sensasi indrawi”. Sensasi ini pada awalnya belum memiliki

makna, tetapi lama kelamaan dapat menjadi bermakna karena

bertambahnya pengalaman personal yang selalu berdekatan dengan seni

(Mely Novikasari, 2012).

Selanjutnya proses mempersepsi, proses ini merupakan lanjutan dari

proses rasa sensasi, lalu setelah dirasakan akan menimbulkan kesan yang

memiliki makna tertentu pada dirinya. Dalam proses pencerapan ini

terjadilah asosiasi dan mekanisme kemampuan (intelektual) yang lain,

yaitu: kemampuan membedakan (diferensiasi), kemampuan

membandingkan (komparasi). Kemampuan persamaan (analogi) yang

akhirnya dapat menyimpulkan (sintesis) dan kesemuanya ini menghasilkan

pengalaman bermakna yang lebih luas dari sebelumnya (Mely Novikasari,

2012).

b. Tahapan Karsa

Merupakan proses psikologi yang terjadi pada diri seseorang yang

memiliki kaitan dengan rangkaian proses merenungkan, proses

menanggapi, proses menikmati kesan pada saat akan menuangkan gagasan


44

dalam berkarya. Proses merenungkan, merupakan proses dalam

membangun tanggapan-tanggapan yang mendalam terhadap sensasisensasi

indrawi yang sering disebut pula sebagai kesan (impresi) (Mely

Novikasari, 2012).

Tanggapan atau kesan (impersi) yang ada kaitannya dengan

pemikiran secara sadar disebut interprestasi, sedangkan tanggapan-

tanggapan atau kesan yang ada hubungannya dengan perasaan seseorang

disebut emosi. Untuk merespon atau menanggapi kesan yang lebih

mendalam dibutuhkan fungsi aktif intelektual yang kemudian dipadukan

dengan emosi. Perpaduan dari fungsi-fungsi ini akan membentuk

pemahaman yang dalam mengenai apa yang telah dirasakan oleh

seseorang dalam proses menikmati suatu seni. Emosi estetis adalah emosi

timbul karena impersi (kesan) yang mendalam terhadap perasaan pada

waktu terjadi sensasi dalam proses penikmatan seni. Hal tersebut apabila

tanpa faktor impresi, maka suatu proses penikmatan seni tidak dapat

tercapai (Lina Wijanarko, 2013).

Rasa dan karsa merupakan rangkaian proses yang saling

berhubungan dan merupakan tahapan yang sangat penting, karena proses

ini sebagai sumber munculnya gagasan atau inspirasi yang kemudian

diekspresikan. Gagasan atau inspirasi merupakan sumber untuk prosesnya

kreasi yang kemudian dimunculkan berupa ungkapan secara spontan dan

melalui proses pencarian/terencana tentang ide dengan diupayakan secara

sengaja. Jadi, pemunculan gagasan atau inspirasi dapat dengan cara

spontan dan secara sengaja (terencana) (Mely Novikasari, 2012).


45

c. Tahap Cipta

Mencipta, maksudnya merupakan proses memanifestasikan ataum

menghadirkan sesuatu gagasan atau imajinasi seni menjadi bentuk karya

fisik berupa karya dua dimensional. Gagasan atau imajinasi yang berupa

rancangan pikiran abstrak kemudian melalui proses pembentukan fisik

menjadi bentuk fisik yang bersifat indrawi. Kesan yang dirasakan dan

dipersepsikan oleh seseorang pada saat penikmatan seni kemudian diolah

dalam proses fisik menjadi bentuk fisik (Mely Novikasari, 2012).

d. Tahap Karya

Karya merupakan proses dari gagasan atau ide dan berkembang

menjadi fisik (cipta) yang pada akhirnya terbentuklah “karya seni rupa”.

Seperti kolase, mozaik, dan montase. Hasil karya pengaplikasiannya

mengikuti kaidah-kaidah estetika namun bentuk fisiknya tergantung dari

teknik (imitasi dan modifikasi) yang digunakan (Mely Novikasari, 2012).

Bentuk imitasi adalah meniru hal-hal yang telah ada, sehingga dalam

berkarya berusaha menciptakan karya sesuai dengan bentuk yang

sebenarnya. Bentuk modifikasi dibagi beberapa cara, yaitu: stilisasi, adalah

mengubah bentuk dengan cara deformasi adalah mengubah bentuk dengan

cara menyederhanakan bentuk struktur bentuk sebuah objek estetis,

distorsi adalah proses perubahan bentuk-bentuk dengan cara

menghancurkan struktur bentuk sebuah objek estetis. Hal ini banyak

terjadi pada pembuatan karya seni mozaik.


46

2.5 Dalil Alqur’an Tentang Ilmu

Artinya : Rasulullah SWA Bersabda : mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim

dan Sesungguhnya segala sesuatu hingga makluk hidup meminta ampun kepada

penuntut ilmu (H.R Ibnu Abdul Barr).

2.6 Kerangka Konsep

Notoatmodjo, (2012) menjelaskan, yang dimaksud kerangka konsep

adalah suatu uraian atau visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu

terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel

yang lain dari masalah yang ingin diteliti.

Variabel Independen Variabel dependen

Teknik Mozaik Perkembangan motorik


halus

Gambar 2.1
Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian yang bersifat praduga yang masih harus dibuktikan kebenarannya,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan.

Hipotesa atau jawaban sementara dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:
47

1. Ha : Diduga ada pengaruh teknik mozaik terhadap perkembangan motorik

halus pada anak usia 3 – 4 tahun di Paud Permata Bunda Pebaun Hilir.

2. Ho : Diduga tidak ada pengaruh teknik mozaik terhadap perkembangan

motorik halus pada anak usia 3 – 4 tahun di Paud Permata Bunda

Pebaun Hilir.
48

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pra eksperimen (pra

experimental design) dengan desain penelitian one group pretest and posttest

design yaitu tanpa kelompok pembanding. Dalam penelitian ini observasi

dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pretest/sebelum perlakuan dan

posttest/sesudah perlakuan.

O1 X O2

Gambar 3.1 one group Pre and posttest

Keterangan :

O1: Perkembangan motorik sebelum intervensi (pre test)

X: Teknik Mozaik (intervensi)

O2: Perkembangan motorik sesudah intervensi (posttest)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Paud Permata Bunda Pebaun Hilir.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan pada bulan Juni – Oktober 2020.


49

3.3 Populasi dan sample penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi penelitian

adalah seluruh siswa Paud Permata Bunda Pebaun Hilir yang berjumlah 26

orang.

2. Sampel

Sampel merupakan objek yang diteliti dan di anggap mewakili seluruh

populasi. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan

teknik total sampling sampling artinya semua unit populasi akan dijadikan

sampel. Dalam penelitian ini jumlah sampel yaitu 26 orang.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel total sampling yaitu semua populasi akan

dijadikan sampel.

3.5 Jenis dan Sumber Data

3.5.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

responden dengan cara membagikan kuisoner kepada responden serta

menilai perkembangan motorik sebelum dan sesudah intervensi. Setiap

data yang telah dikumpulkan segera di periksa oleh peneliti, untuk

melihat kelengkapan data yang telah di isi oleh responden. Sedangkan

data sekunder adalah data yang diperoleh dari jumlah siswa di Paud

Permata Bunda Pebaun Hilir yang berjumlah 26 orang.


50

3.5.2 Sumber Data

Data dalam penelitian ini akan didapatkan langsung dari responden

dengan membagikan kuisoner dan menilai perkembangan motorik

dengan KPSP.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu Kuesioner Pra-

Skrining Perkembangan (KPSP) yang digunakan untuk menilai

perkembangan motorik halus pada anak.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

3.7.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan dalam penelitian ini sebelum melakukan penelitian

peneliti menetapkan dan menentukan siapa saja responden yang akan

diteliti kemudian peneliti meminta persetujuan yang ditandatangi di

lembar informed concent.

3.7.2 Tahap Pelaksanaan

1) Menemui responden yang telah ditetapkan sebagai sampel

2) Menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian

3) Meminta persetujuan responden di lembar informed concent

4) Sebelum intervensi peneliti terlebih dahulu melakukan evaluasi atau

pemantauan tentang perkembangan motorik halus anak (pretest).

5) Setelah itu memberikan intervensi berupa teknik mozaik.

6) Setelah intervensi peneliti kembali melakukan melakukan evaluasi

atau pemantauan perkembangan motorik halus anak (post test).


51

3.8 Defenisi Operasional

Berdasarkan variabel pada kerangka konsep penelitian, maka penulis

memberikan batasan-batasan dalam defenisi operasional sebagai berikut :

Tabel 3.1
Defenisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Hasil Ukur


Variabel Ukur
Teknik Metode yang Lembar Melaksanakan Ordinal Pre test
Mozaik digunakan ceklis teknik mozaik Post test
untuk
merangsang
perkembangan
motorik anak
dengan metode
mozaik yaitu
menggambar,
bercerita,
berkreasi
dengan
potongan kayu
dan potongan
dauh yang
dilakukan
selama 1
minggu

Perkembahan Perkembangan Kuesioner Observasi Rasio 1. Ada


gan motorik motorik halus Pra-Skrining penyimpan
halus anak dari aspek Perkembang
menggambar, an (KPSP)
gan jika
berbicara, serta skor ≤ 6
kemampuan
melukis 2. Meragukan
jika skor 7 -
9

3. Sesuai
tahap
perkemban
gan jika
skor 9 - 10
52

3.9 Teknik Pengolahan Data

3.9.1 Pemeriksaan Data (Editing)

Data yang telah didapat diperiksa kembali kelengkapannya, tidak ada

yang kosong semua telah terisi dengan lengkap.

3.9.2 Pengkodean (Coding)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori.

3.9.3 Memasukan Data (Entry)

Memasukan data responden kedalam program “software”computer

menggunakan program SPSS for window.

3.9.4 Membersihkan data (Cleanning)

Data yang telah dimasukan di cek kembali untuk memastikan data

tersebut telah bersih dari kesalahan.

3.9.5 Tabulasi (Tabulating)

Setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan pentabulasian data

dengan membuat tabel rata-rata masing – masing variabel.

(Notoadmodjo, 2012).

3.10Teknik Analisa Data

3.10.1 Analisa Univariat

Analisa univariat ini digunakan untuk mendiskripsikan

pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi.

3.10.2 Analisa Bivariat

Dalam penelitian ini uji normalitas data yang digunkan adalah

Shapiro wilk (n < 50) jika data terdistribusi normal maka di lanjutkan
53

ke analisa data bivariat yaitu dianalisis dengan uji T- test paired dimana

nilai signifikan p value dari nilai α sebesar 0,05 dengan tingkat

kepercayaan 95%. Sedangkan jika data tidak terdistribusi nornal maka

dilanjutkan dengan uji non parametric yaitu uji wilcoxon. Dengan

kriteria uji hipotesis yaitu apabila nilai p <0,05 maka dikatakan terdapat

pengaruh sebaliknya jika p > 0,05, maka penelitian dikatakan tidak

terdapat pengaruh.
DAFTAR PUSTAKA

Suryani Alinini. 2013 peningkatan Motorik Halus Anak” Jurnal Ilmiah PGPAUD,
Hal 1-2, No. 1, Vol. 1.

Andri Setia Ningsih. 2015. Identifikasi Perkembangan Keterampilan Motorik


Halus Anak Dalam Berbagai Kegiatan Main di Kelompok B, Jurnal
Pendidikan Guru Anak Usia Dini Edisi 7 Tahun ke-4.

Binti Nur Avivah. 2017. peningkatan kemampuan motorik halus kelompok B2


melalui teknik mozaik di TK Jember Permai 1 kecamatan sumbersari
kabupaten jember tahun ajaran 2016/2017. Program Studi Pendidikan Guru
Anak Usia Dini Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan
Pendidikan Universitas Jember.

Bustacchini, Ginafranco. 2012. Gold in mosaic art and technique, Gold Bulletin
6.2

Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi. 2015. Metodelogi Penelitian, Jakarta:


Bumi Aksara.

Dadan suryana. 2014. Dasar-Dasar Pendidikan TK Modul 1 h. 1.8-1.10

Desi Vatmawati. 2015. Upaya Meningkatkan Kreatifitas seni rupa anak memalui
Tematik Mozaik Pada Kelompok B TK Muslimat Nu Tlogosari Semarang ,
Vol 11 No 2. 2015

Hanifah , Tisa Umi. 2014. Pemanfaatan Media Pop-Up Book Berbasis Tematik
Untuk Meningkatkan Kecerdasan Verbal-Linguistik AUD 4-5 Tahun (Studi
Eksperimen di TK Negeri Pembinaan Bulu Temanggung).” BELIA: Early
Childhood Education Pepers Vol,3 No. 2.

Hurclok B Elizabeth. 2011. Perkembangan anak, Jakarta : Erlangga

Idhan Rohmawatin & Rahma Hasibuan. 2017. Peningkatan Motorik Halus


Melalui Kegiatan Paper Quiliing di TK Darul Falah cukir diwek jombang,
Jurnal PAUD Teratai, Vol 06 , No 02.

Indah Setianingrum. 2016. Perkembangan Motorik Halus Anak 3-4 Tahun di


Kelompok Bermain Cendekia KISD School Madiun, Jurnal CARE, Vol 03,
No. 2

Juli Maini sitepu dan Sri Rahayu. 2016. Meningkatkan Motorik Halus Anak
melalui Teknik Mozaik Di RA Nurul Huda, Vol 8 No 2.

Genesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, Vol. No. 01. 2014
Lolita Indraswari. 2012. Penigkatan Perkembangan Motorik Halus AUD Melalui
Kegiatan Mozaik Di Taman kanak-kanak Pembinaan Agama, Jurnal Pesona
PAUD, Vol 1, No 1.

Lailatul Istiqomah, Nunur Khotimah. 2017. Pengaruh Kegiatan Mozaik Terhadap


Kemampuan Kerampilan Motorik Halus Anak Pada Kelompok B Di TK
Aisyiyah Bustanul Athfal 3 Surabaya, jurnal PAUD TERATAI. Vol 06, No
03.

Mulyasa. 2014. Manajemen PAUD, Bandung : PT. Remaja Rosadakarya.

Mansur. 2014. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2011. metode penelitian pendidikan, Bandung:


Rosdkarya

Novan Ardy Wijaya Dan Barwani, 2011. Formad Paud Konsep, Karakteristik,
Dan Implementasi Pau, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Lampiran

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :

Calon Responden

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa STIKes Al-
Insyirah Pekanbaru Prodi D4 Kebidanan bermaksud mengadakan penelitian:
Nama : Hijrah Sari
Nim : 1903021416
Alamat : Pekanbaru
Melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Teknik Mozaik Terhadap

Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia 3 – 4 Tahun di Paud Permata

Bunda Pebaun Hilir”. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka saya mohon

kesediaan Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya akan menjamin

kerahasiaan jawaban ibu yang sudah merupakan kode etik penelitian. Atas

kesediaan dan bantuan ibu-ibu, saya ucapkan terima kasih.

Pekanbaru ,........................2020
Peneliti

HIJRAH SARI
Lampiran

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah membaca dan memahami maksud penelitian yang dijabarkan


dalam lembar permohonan, saya bersedia menjadi responden dalam penelitian
yang berjudul “Pengaruh Teknik Mozaik Terhadap Perkembangan Motorik Halus
Pada Anak Usia 3 – 4 Tahun di Paud Permata Bunda Pebaun Hilir”.

Informasi dan data yang diberikan adalah benar sesuai dengan apa yang
saya rasakan. Demikianlah persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela
tanpa paksaan dan tekanan dari siapapun.

Padang, Juli 2020

( )
LEMBAR OBSERVASI

Perkembangan Motorik Intervensi Teknik Mozaik Perkembangan Motorik

No Nama Responden Umur Kelas Halus sbeelum intervensi 1 Minggu Halus sesudah intervensi

1 2 3 4 5 6 7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
SKRINING / PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN ANAK
MENGGUNAKAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN
(KPSP)

o Tujuanskrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP


adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

o Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18,
21, 24, 30,36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai
umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang
terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta datang
kembali untuk skrining pada umur 9 bulan.
Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining maka
pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih
muda.

o Alat / instrument yang digunakan adalah :


• Formulir KPSP menurut umur, berisi 9-10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP
anak umur 0-72 bulan.
• Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tennis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis,
kacang tanah, potongan biscuit kecil berukuran 0,5-1 cm.

o Cara menggunakan KPSP


• Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
• Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun
anak lahir.
Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh :
bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi
3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
• Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
• KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:
a. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh:
“Dapatkah bayi makan kue sendiri?”
b. Perintahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada
posisi bayi anda telentang, tariklah bayi anda pada pergelangan
tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk.”
• Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab,
oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang
ditanyakan kepadanya.
• Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban
tersebut pada formulir.
• Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak
menjawab pertanyaan.
• Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

o Interpretasi hasil KPSP :


• Hitunglah berapa jawaban Ya.
a. Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau
pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.
b. Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum
pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak
tidak tahu.
• Jumlah jawaban “Ya” = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan
tahap perkembangannya (S)
• Jumlah jawaban “Ya” = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan(M)
• Jumlah jawaban “Ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P)
• Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban “Tidak”
menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian)

o Intervensi
 Perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut :
a. Beri pujian kepada orang tua karena telah mengasuh anaknya
dengan baik.
b. Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan
anak.
c. Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering
mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
d. Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan
kesehatan di posyansu secara teratur selama satu kali dalam
sebulan dan setiap ada Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak
sudah memasuki usia pra sekolah (32-72 bulan), anak dapat
diikutkan pada kegiatan di pusat pendidikan anak usia dini
(PAUD), kelompok bermain, dan taman kanak-kanak.
e. Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap
3 bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6
bulan pada umur 24 sampai 72 bulan.
 Perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut :
a. Berikan petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat, dan sesring
mungkin.
b. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan
anak untuk mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
c. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangannya.
d. Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
e. Jika KPSP ulang jawaban “Ya” tetap 7 atau 8, maka kemungkinan
ada penyimpangan (P)
 Jika terjadi penyimpangan pada perkembangan anak (P), buatlah rujukan
ke RS dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan
(motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).

KPSP UMUR 36 BULAN

No Pemeriksaan Jenis Ya Tidak


Perkembangan
1 Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas Gerak halus
tanpa bantuan/petunjuk?
2 Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu di Gerak halus
atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
3 Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara Bicara & bahasa
seperti “minta minum”; “mau tidur”?
“Terimakasih” dan “Dadag” tidak ikut dinilai.
Apakah
4 anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini Bicara & bahasa
tanpa bantuan?

5 Dapatkah anak melempar bola lurus ke arah perut atau Gerak kasar
dada anda dari jarak 1,5 meter?
6 Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi Bicara & bahasa
isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat memberikan
perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di lantai”.
“Letakkan kertas ini di kursi”.
“Berikan kertas ini kepada ibu”.
Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah tadi?
7 Buat garis lurus ke bawah sepanjang Gerak halus
sekurangkurangnya 2.5 cm. Suruh anak
menggambar
garis lain di
samping garis
tsb.

8 Letakkan selembar kertas seukuran buku di lantai. Gerak kasar


Apakah anak dapat melompati bagian lebar kertas
dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan
tanpa didahului lari?
9 Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri? Sosialisasi &
kemandirian
10 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh Gerak kasar
sedikitnya 3 meter?
KPSP UMUR 42 BULAN

No Pemeriksaan Jenis Ya Tidak


Perkembangan
1 Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri? Sosialisasi
& kemandirian
2 Dapatkah anak mengayuh sepeda rods tiga sejauh Gerak kasar
sedikitnya 3 meter?
3 Setelah makan, apakah anak mencuci clan mengeringkan Sosialisasi
tangannya dengan balk sehingga anda ticlak perlu & kemandiria
mengulanginya?
4 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika Gerak kasar
perlu tunjukkan caranya clan beri anak anda kesempatan
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan
keseimbangan dalam waktu 2 detik atau lebih?

5 Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai. Gerak kasar


Apakah anak dapat melompati panjang kertas ini dengan
mengangkat kedua kakinya secara bersamaan tanpa
didahului lari?
6 Jangan membantu anak clan jangan menyebut lingkaran. Gerak halus
Suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas
kosong yang tersedia. Dapatkah anak menggambar
lingkaran?

7 Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di Gerak halus


atas yang lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
8 Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau Sosialisasi
permainan lain dimana ia ikut bermain clan mengikuti & kemandirian
aturan bermain?
9 Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, Sosialisasi
baju atau kaos kaki tanpa di bantu? (Tidak termasuk & kemandirian
kemandirian memasang kancing, gesper atau ikat
pinggang)
KPSP UMUR 48 BULAN
No Pemeriksaan Jenis Ya Tidak
Perkembangan
1 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh Gerak kasar
sedikitnya 3 meter?
2 Setelah makan, apakah anak mencuci dan Sosialisasi &
mengeringkan tangannya dengan baik sehingga anda kemandirian
tidak perlu mengulanginya?
3 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika Gerak kasar
perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda kesempatan
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan
keseimbangan dalam waktu 2 detik atau lebih?

4 Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai. Gerak kasar


Apakah anak dapat melompati panjang kertas ini dengan
mengangkat kedua kakinya secara bersamaan tanpa
didahului lari?
5 Jangan membantu anak dan jangan menyebut lingkaran. Gerak halus
Suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas
kosong yang tersedia.
Dapatkah anak menggambar lingkaran?

6 Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di Gerak halus


atas yang lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
7 Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau Sosialisasi &
permainan lain dimana ia ikut bermain dan mengikuti kemandirian
aturan bermain?
8 Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju Sosialisasi &
atau kaos kaki tanpa di bantu? (Tidak termasuk kemandirian
memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)

9 Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tanpa Bicara & bahasa


dibantu? Jawab TIDAK jika ia hanya menyebutkan
sebagian namanya atau ucapannya sulit dimengerti.
Lembar Bimbingan Proposal
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
AL-Insyirah Pekanbaru
T.A 2020/2021

Nama Mahasiswa : Hijrah Sari


NIM : 1903021416
Prodi : Kebidanan Program Sarjana Terapan
Nama Pembimbing I : Rika Ruspita, SST, M.Kes
Judul Proposal :Pengaruh Teknik Mozaik Terhadap Perkembangan Motorik
Halus Pada Anak Usia 3 – 4 Tahun di Paud Permata Bunda
Pebaun Hilir
N Hari/Tanggal Materi Bimbingan Tanda Tangan
O Pembimbing
1

Pekanbaru, Juli 2020


Pembimbing I

Rika Ruspita, SST, M.Kes


NIDN : 1026068803
Lembar Bimbingan Proposal
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
AL-Insyirah Pekanbaru
T.A 2020/2021

Nama Mahasiswa : Hijrah sari


NIM : 1903021416
Prodi : Kebidanan Program Sarjana Terapan
Nama Pembimbing II : Wira Ekdeni Aifa, SST, M.Kes
Judul Proposal : Pengaruh Teknik Mozaik Terhadap Perkembangan
Motorik Halus Pada Anak Usia 3 – 4 Tahun di Paud
Permata Bunda Pebaun Hilir
N Hari/Tanggal Materi Bimbingan Tanda Tangan
O Pembimbing
1

Pekanbaru, Juli 2020


Pembimbing II

Wira Ekdeni Aifa, SST, M.Kes


NIDN : 1015068803

Anda mungkin juga menyukai