Anda di halaman 1dari 2

HUBUNGAN POSISI DAN PERLEKATAN MENYUSUI DENGAN TERJADINYA PUTING

LECET DI PUSKESMAS CIKEUSAL KIDUL TAHUN 2019

Derajat kesehatan suatu negara dinilai dari angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB). Asuhan selama priode masa nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar 60%
angka kematian ibu terjadi padaperiode ini.
Di Indonesia AKB masih tinggi jika dibandingkan Negara berkembang lainnya. Berdasarkan
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKB di Indonesia adalah 32 per
1000 kelahiran hidup. Walaupun angka tersebut mengalami penurunan dari tahun ke tahun, tetapi
tentunya masih jauh dari target Sustainable Development Goals (SDGS) yaitu sebanyak 12 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Depkes, 2016).
Menurut UNICEF, air susu ibu (ASI) eksklusif dapat menekan AKB, artinya bahwa
30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian bayi di dunia setiap tahun dapat dicegah
dengan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sejak jam pertama kelahirannya tanpa
memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi (Sujiyatini, Nurjanah & Kurniati,
2010). Menurut Undangundang No 33 tahun 2012 ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan
kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti
dengan makanan atau minuman lain (PP RI, 2012).
Dalam proses menyusui bayi pada ibu nifas masalah yang sering terjadi adalah lecet pada
puting susu. Riset melaporkan bahwa 11 – 96% ibu mengalami lecet pada puting susu. Inilah
salah satu alasan yang paling umum pada wanita menyusui untuk mempercepat penyapihan.
Kesan klinis menunjukkan bahwa awal ketidaknyamanan puting susu di sebabkan oleh posisi
dan perlekatan bayi yang tidak tepat, bukan urutan kejadian yang di alami setelah menyusui.
Pada kasus terjadinya abrasi dan fisura puting susu pada areola menyebabkan nyeri pada puting
susu, rasa nyeri dapat berkurang dengan perbaikan posisi dan letak bayi. Akan tetapi hilangnya
nyeri tidak dapat terjadi hingga kulit puting susu yang rusak benar benar sembuh dan kering
(Helen Varney, 2008:992).
Kegagalan pemberian ASI bukan hanya disebabkan karena rendahnya kesadaran ibu untuk
memberikan ASI tetapi juga dapat disebabkan karena pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat
dari teknik menyusui yang kurang benar, lecet puting merupakan salah satu akibat
Sebanyak 80 sampai 90 % ibu menyusui mengalami puting lecet.
World Health Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun terdapat 1 - 1,5 juta bayi
meninggal dunia karena tidak diberi ASI secara eksklusif. Masalah puting susu lecet di BPM
Wirahayu Panjang Bandar Lampung Tahun 2015 sebanyak 35 kasus atau sebesar (58,3%) dari
60 ibu menyusui. Tujuan penelitian ini adalah untuk diketahuinya hubungan teknik menyusui
dengan terjadinya lecet puting susu di BPM Wirahayu Panjang Bandar Lampung Tahun
2015Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectional.
Populasi dalam penelitian yaitu seluruh ibu nifas di BPS Wirahayu Panjang Bandar Lampung
pada Bulan April-Mei Tahun 2015 yang berjumlah 40 orang dan sampel sebanyak 60 orang.
Pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling. Data dikumpulkan dengan
menggunakan lembar observasi.
Teknik analisis data univariat dengan menggunakan presentase dan bivariat dengan chi-
square.Dari hasil penelitian didapatkan ibu yang menyusui bayinya dengan teknik menyusui
yang salah dan mengalami kejadian lecet puting susu sebanyak 24 orang atau sebesar (68,6%).
Hasil uji statistic dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara teknik menyusui
dengan terjadinya lecet puting susu pada ibu nifas dengan p-value 0,025 dan OR 3,879.Dari hasil
diatas, bagi petugas kesehatan diharapkan agar dapat lebih mensosialisasikan faktor-faktor
pencetus yang perlu dihindari untuk mencegah terjadinya lecet puting
susu khususnya cara atau teknik menyusui yang benar.
(http://triajengayu.blogspot.com di akses pada tgl 5 juni 2014).
Berdasarkan data dari WHO kejadian Kasus lecet puting yang menyebabkan mastitis
pada tahun 2006 meningkat hingga 12 – 35% dari hasil penelitian WHO tahun 2003 ibu
menyusui yang mengalami kejadian puting susu lecet sebanyak ± 5 % – 10 % di prediksi karena
rendahnya pengetahuan tentang perawatan payudara dan teknik menyusui yang salah.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008 – 2009 menunjukkan
bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan putting susu lecet, kemungkinan hal tersebut
disebabkan karena kurangnya perawatan payudara selama kehamilan
(http://triajengayu.blogspot.com di akses pada tgl 5 juni 2014).
Hasil penelitian World Health Organization (WHO) pada tahun 2006 menyebutkan
mastitis dan puting susu lecet terjadi pada semua ibu menyusui, insiden yang dilaporkan
bervariasi sampai 33% – 35%. Data dari WHO kejadian Kasus lecet puting yang menyebabkan
mastitis pada tahun 2006 meningkat hingga 12 – 35% dari hasil penelitian WHO tahun 2003
ibu menyusui yang mengalami kejadian puting susu lecet sebanyak ± 5 % – 10 % di prediksi
karena rendahnya pengetahuan tentang perawatan payudara dan teknik menyusui yang salah.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008 – 2009 menunjukkan
bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan putting susu lecet, kemungkinan hal tersebut
disebabkan karena kurangnya perawatan payudara selama kehamilan
(http://triajengayu.blogspot.com di akses pada tgl 5 juni 2014).
Dari studi pendahuluan yang dilakukan tanggal Maret 2014 secara observasi pada 10 ibu nifas Di
Bidan Anik Hanif, Amd.Keb Desa Winongan Gempol diperoleh data

Puting susu lecet merupakan salah satu masalah dalam menyusui yang disebabkan trauma pada putting
susu saat menyusui, selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukkan celah-celah. Sebanyak 57% ibu
yang menyusui dilaporkan pernah menderita puting susu lecet. World Health Organization (WHO)
memperkirakan setiap tahun terdapat 1 - 1,5 juta bayi meninggal dunia karena tidak diberi ASI secara
eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai