0
VIEWS
Share on FacebookShare on WhatsappShare on line
Banyak Mama yang mengalami masalah saat menyusui. Puting lecet atau bayi menggigit saat menyusui,membuat menyusui tidak menyenangkan
buat Mama dan si kecil. Penyebabnya terkadang tidak disadari oleh Mama, yakni posisi menyusui dan perlekatan yang salah.
Akibat Posisi Menyusui dan Perlekatan yang Salah
Beberapa dampak dari posisi menyusui yang tidak benar dan perlekatan yang salah diantaranya:
Puting payudara Mams lecet sehingga Mama pun semakin enggan untuk menyusui
ASI tidak keluar dengan efektif sehingga payudara Mama menjadi bengkak
Oleh karena itu, bila Mama mengalami hal diatas, cek apakah posisi menyusui Mama sudah benar atau perlekatannya sudah benar. Baik Mama
baru maupun Mama yang sudah memiliki anak, biasanya mengalami masalah ini.
Mama tinggal di udara panas, Mama bisa menggunakan kain hangat untuk mengelap area payudara agar tidak berkeringat.
Sesaat sebelum menyusui, Mama dapat memerah payudara dengan tangan atau menstimulasi puting. Apabila ASI telah keluar sedikit, segera
oleskan ke puting payudara. ASI ini berfungsi sebagai antiseptik dan meningkatkan kelembaban pada puting susu.
Kemudian, pilihlah posisi menyusui yang nyaman bagi Mama, bisa duduk, berbaring miring, maupun berbaring telentang. Posisikan si kecil
Menyusui dengan posisi yang benar adalah dasar pemberian ASI yang harus Mama ketahui. Apabila posisi saja sudah tidak bagus, maka
Posisi yang bagaimana sih yang dianjurkan? Menurut Utama Roesli dan Elizabeth Yohmi dalam Buku Bedah ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia
Posisi harus senyaman mungkin, dapat berbaring (tidur terlentang atau tidur miring) maupun duduk. Posisi dasar menyusui terdiri dari
posisi badan Mama, posisi badan si kecil, serta posisi mulut si kecil dan payudara Mams (perlekatan/attachment).
Si kecil saat disusui harus disanggah sehingga kepala lurus menghadap payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan si
kecil menempel dengan badan Mama (sanggahan bukan hanya pada bahu dan leher).
Sentuh bibir bawah si kecil dengan puting, tunggu sampai mulut si kecil terbuka lebar dan secepatnya dekatkan bayi ke payudara
dengan cara menekan punggung dan bahu si kecil (bukan kepala si kecil).
Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke mulut si kecil dengan cara menyusuri langit-langitnya.
Masukkan payudara Mama sebanyak mungkin ke mulut si kecil sehingga hanya sedikit bagian areola bawah yang terlihat dibanding
Bibir si kecil akan memutar keluar, dagu si kecil menempel pada payudara dan puting susu terlipat di bawah bibir atas si kecil.
Seluruh punggung si kecil tersanggah dengan baik Hanya leher dan kepala tersanggah
Ada kontak mata antara ibu dengan si kecil Tidak ada kontak mata antara Mama dan si kecil
Biarkan mulut si kecil terbuka lebar dan cukup banyak area payudara yang masuk ke dalam mulut si kecil agar lidahnya dapat memeras kelenjar
susu. Si kecil harus memeras atau menarik keluar jaringan payudara sehingga membentuk puting buatan/dot yang bentuknya lebih panjang dari
puting susu.
Puting susu sendiri hanya membentuk sepertiga dari puting buatan/ dot. Hal ini dapat Mampaps lihat saat si kecil selesai menyusui.
Dengan cara inilah si kecil mengeluarkan ASI dari payudara. Hisapan efektif tercapai bila si kecil menghisap dengan hisapan dalam dan lambat.
Si kecil terlihat menghentikan sejenak hisapannya dan Mama dapat mendengar suara ASI yang ditelan.
Beberapa posisi yang bisa Mama coba saat menyusui si kecil, yakni posisi berbaring dalam posisi di samping, posisi cradle, posisi lengan silang
Posisi berbaring dalam posisi di samping Mama bisa istirahat setelah operasi Caesar
Menjaga agar hidung si kecil tetap di depan
puting payudara Mams, dan si kecil tidak perlu
menolehkan lehernya untuk mencapai payudara.
Mama bisa membaca lebih jauh mengenai posisi menyusui yang menunjang perlekatan di artikel berikut ini.
Perlekatan Yang Baik Antara Si Kecil dan Mama
Agar ASI dapat keluar dari kedua payudara dengan seimbang, selain posisi yang harus Mama perhatikan, perlekatan yang baik antara si kecil dan
Berikut tanda perlekatan yang baik antara si kecil dan Mama, yakni dagu si kecil menyentuh payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah terputar
keluar, lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding areola bagian bawah, dan tidak menimbulkan rasa sakit pada puting.
Perlekatan yang baik akan menghindarkan si kecil dari perasaan tidak puas dan ingin menyusui lebih sering dan lama. Selain itu, perlekatan yang
baik menghindarkan luka dan rasa nyeri pada puting susu dan payudara membengkak.
Ciri yang menandakan perlekatan yang tidak baik:
bibir bawah si kecil terlipat ke dalam sehingga pengeluaran ASI akan terhalang oleh lidah
areola bagian bawah dari payudara Mama akan lebih banyak terlihat
Mama akan mendengar suara tegukan dan gerakan menelan (bukan menyedot seperti minum dari sedotan)
Si kecil menghisap ASI dengan gerakan menjulurkan lidah menekan ke langit-langit sehingga ASI terperah keluar dari puting masuk
Gerakan gelombang lidah si kecil dari depan ke belakang dan menekan payudara ke atas langit-langit
Mama bisa memberikan ASI selama 5-15 menit sampai selesai baru dapat diberikan menyusu pada payudara yang lain untuk menyeimbangkan
stimulasi di kedua payudara. Mams juga harus memberikan ASI sebanyak 8 kali dalam 24 jam, bahkan pada malam hari. Apabila si kecil sudah
kenyang dan payudara yang tidak digunakan menyusui terasa penuh, Mama bisa memompa payudara tersebut dan menyimpannya.
Cukupnya ASI bagi si kecil akan ditandai dengan buang air kecil lebih dari 6 kali dengan warna urin tidak pekat dan tidak berbau menyengat,
berat badan si kecil naik lebih dari 500 gram dalam sebulan, dan si kecil merasa tenang dan melepaskan diri dari payudara Mama.
So, Mams, yang terpenting adalah posisi dan perlekatan yang baik antara si kecil dan Mama. Setelah itu, pemberian ASI secara teratur dari kedua
Bila tidak langsung berhasil, luangkan waktu Mams, konsistensi, dan kesabaran dalam menyusui si kecil agar kebutuhan ASI si kecil optimal
terpenuhi.