Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS VIDEO KESELAMATAN PASIEN PADA PEMERIKSAAN

KEHAMILAN

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Patient safety

Dosen Pengampu
Laila Putri, SST, M. Keb

Disusun Oleh :

DARWI
NIM : P20624822083

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN PROFESI KEBIDANAN
TASIKMALAYA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat membuat dan
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Video Keselamatan Pasien Pada
Pemeriksaan Kehamilan ” untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah patient safety
di Program Studi Profesi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.
Makalah ini bisa diselesaikan tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Ibu Hj. Ani Radiati R, S.Pd, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Tasikmalaya
2. Ibu Nunung Mulyani, APP, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan
3. Ibu Dr. Meti Widiya Lestari, SST, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan
4. Ibu Laila Putri, SST, M.Keb, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Patient Safety.
5. Teman-teman dan pihak yang terkait yang ikut membantu menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat masih kurangnya pengetahuan dan
pengalaman. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, Terimakasih.

Tasikmalaya, Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................2
D. Manfaat ................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
A. Sasaran Patient Safety ..........................................................................3
B. Analisis Video ......................................................................................9
BAB III PENUTUP.............................................................................................13
A. KESIMPILAN......................................................................................13
B. SARAN.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita.
Namun, pertolongan persalinan yang tidak sesuai standar akan dapat menyebabkan
komplikasi, yang dapat menjadi salah satu penyebab kematian ibu dan bayi (Sukarni,
2015).
Di Indonesia, kesehatan ibu dan anak masih terus menjadi sorotan. Karena
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi dan
masih jauh dari target SDG tahun 2030 , yaitu 70 per 100.000 penduduk untuk AKI
dan diharapkan kematian neonatal setidaknya menjadi kurang dari 12 per 1000
kelahiran.  (SUPAS, 2015).
WHO mencatat sekitar 810 wanita meninggal setiap hari dari penyebab yang
dapat dicegah terkait dengan kehamilan dan persalinan.  Selain itu, sekitar 6.700 bayi
baru lahir meninggal setiap hari, sebesar 47% dari seluruh kematian balita. Sebagian
besar bayi lahir mati dan kematian ibu dan bayi baru lahir, dapat dihindari melalui
penyediaan pelayanan yang aman dan berkualitas oleh profesional kesehatan terampil
yang bekerja di lingkungan yang mendukung.  Hal ini hanya dapat dicapai melalui
keterlibatan semua pemangku kepentingan dan penerapan sistem kesehatan yang
komprehensif dan pendekatan berbasis masyarakat. (WHO, 2021)
Mempertimbangkan besarnya beban risiko yang dialami ibu dan bayi baru
lahir karena perawatan yang tidak aman, maka seorang bidan juga dituntut untuk
bekerja secara profesional dan bertanggung jawab serta memprioritaskan dan
menangani aspek keselamatan pada perawatan ibu dan bayi baru lahir, terutama
seputar waktu persalinan, ketika sebagian besar bahaya biasanya mengancam pada
saat persalinan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah ”Bagaimanakah
analisis video sasaran keselamatan pasien pada pemeriksaan kehamilan?”

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah adalah :
1. Untuk mengidentifikasi sasaran patient safety di tempat pelayanan kebidanan.

i
2. Untuk mengetahui cara meningkatkan komunikasi yang efektif dalam penerapan
patient safety.
3. Untuk mengetahui cara meningkatkan keamanan obat yang dibutuhkan.
4. Untuk mengetahui cara mengurangi resiko salah lokasi,salah pasien dan
tindakan operasi.
5. Untuk mengetahui cara mengurangi resiko infeksi.
6. Untuk mengetahui cara mengurangi resiko jatuh.

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan tentang keselamatan pasien
pada pemeriksaan kehamilan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat bermanfaat bagi Prodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Tasikmalaya, sebagai masukan bagi materi kuliah Patient Safety dalam upaya
menjaga keselamatan pasien pada pemeriksaan kehamilan.
3. Bagi Bidan
Diharapkan bidan dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan dan ketrampilan
dalam upaya menjaga keselamatan pasien pada pemeriksaan kehamilan.

i
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sasaran Patient Safety


Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua
rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan
sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari
WHO Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission
International (JCI), yaitu mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan
pasien.
Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan
kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan
keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain system yang baik secara
intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu
tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi
yangmenyeluruh.
Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai
berikut:
1. SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
Standar SKP I
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan
ketelitian identifikasi pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di
hampir semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Maksud sasaran ini
adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu: pertama, untuk
identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau
pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan
terhadap individu tersebut. Kebijakan dan/ atau prosedur yang secara
kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya
pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau
produk darah.
Pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau
pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur
memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien,

i
seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas
pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak
bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur juga
menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di
rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang
operasi termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses
kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur
agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi.
Elemen Penilaian Sasaran I
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produkdarah.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
d. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur.
e. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi.
2. SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Standar SKP II
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan.
Maksud dan Tujuan Sasaran II
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik,
lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan
terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan
kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik
cito melalui telepon ke unit pelayanan. Rumah sakit secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah lisan dan
telepon termasuk: mencatat (atau memasukkan ke komputer) perintah yang
lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima
perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan;
dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang
adalah akurat. Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga

i
menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read
back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat
darurat di IGD atau ICU.
Elemen Penilaian Sasaran II
a. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerimaperintah.
b. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerimaperintah.
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau
yang menyampaikan hasilpemeriksaan
d. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
3. SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
Standar SKP III
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert).
Maksud dan Tujuan Sasaran III
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen
harus berperan secarakritisuntukmemastikankeselamatanpasien.Obat-obatan
yangperludiwaspadai(high- alert medications) adalah obat yang sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang
berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip
(Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Soun
Alike/LASA). Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan
pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya,
kaliumk lorida 2 meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida
lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat = 50% atau lebih pekat). 25
Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan
baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan
terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat. Cara
yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut
adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu
diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit terlebih dahulu sebelum
ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk
mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan

i
meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk
memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien kefarmasi.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan
data yang ada di rumah sakit. Kebijakan dan/atau prosedur juga
mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat,
seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian label secara benar pada
elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut, sehingga
membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-
hati.
Elemen Penilaian Sasaran III
a. Kebijakan dan /atau prosedur dikembangkan agar memuat proses
identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan
elektrolit konsentrat.
b. Implementasi kebijakan danprosedur.
c. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang kurang hati-hati di area tersebut sesuaikebijakan.
d. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus
diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted).
4. SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR,
TEPAT PASIENOPERASI
Standar SKP IV
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat
lokasi, tepat- prosedur, dan tepat- pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran IV
Salah lokasi, salah-prosedur, pasien-salah pada operasi, adalah sesuatu yang
menkhawatirkan dan tidak jarang terjadi dirumah sakit. Kesalahan ini adalah
akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara
anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi
(site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di
samping itu, asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan
medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar
anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan
yang tidak terbaca (illegible handwritting) dan pemakaian singkatan adalah
faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi. Rumah sakit perlu untuk secara

i
kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur yang efektif
di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Digunakan juga
praktek berbasis bukti, seperti yang digambarkan di Surgical Safety Checklist
dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission’s Universal
Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person
Surgery. Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas
satu pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara
konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator/orang yang akan
melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi
operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel
struktur (jari tangan , jari kaki, lesi) atau multipel level (tulangbelakang).
Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk :
- memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
- memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang
relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang;dan
- melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant yang
dibutuhkan.
Tahap “Sebelum insisi” (Time out) memungkinkan semua pertanyaan atau
kekeliruan diselesaikan. Time out dilakukan di tempat, dimana tindakan akan
dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim
operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu didokumentasikan
secara ringkas, misalnya menggunakanchecklist
Elemen Penilaian Sasaran IV
a. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam
prosespenandaan.
b. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien
dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat,
danfungsional.
c. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum
insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan.
d. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang
seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,

i
termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar
kamaroperasi.
5. SASARAN V: PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN
KESEHATAN
Standar SKP V
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan Sasaran V
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam
tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar
bagi pasien maupun para profesional pelayanan keseh atan. Infeksi biasanya
dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran
kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia
(sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pusat dari eliminasi infeksi
ini ma upun infeksiinfeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.
Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi
nasional dan internasional. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk
mengembangkan kebijakan dan/atau pr osedur yang menyesuaikan atau
mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk
implementasi petunjuk itu di rumah sakit.
Elemen Penilaian Sasaran V
a. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru
yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient
Safety)
b. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yangefektif. Safety).
c. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kes ehatan.
6. SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
Standar SKP VI
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien
dari cedera karena jatuh.
Maksud dan Tujuan Sasaran VI
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat
inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang
disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.

i
Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaahterhadap konsumsi alkohol,
gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh
pasien.
Elemen Penilaian Sasaran VI
a. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko
jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan, danlain-lain.
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.
c. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera
akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
d. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit

B. Analisis Video

Dalam video pelayanan pemeriksaan kehamilan yang dilampirkan tersebut sudah


melakukan 6 sasaran keselamatan pasien sebagai berikut :

SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN


Pada video yang terlampir dihasilkan analisa bahwa bidan sudah melakukan
identifikasi pasien dengan benar yaitu dengan memastikan nama pasien, umur dan
alamat sesuai dengan status pasien yang ada di buku KIA.
Kekurangan dari video tersebut untuk pada ini adalah bidan tidak menanyakan
tujuan pasien datang untuk melakukan pemeriksaan apa dan bidan juga tidak
melakukan anamnesa biodata secara berurutan .
Sebaiknya bidan mengidentifikasi pasien dan juga menanyakan tujuan pasien
datang agar pasien mendapatkan pelayanan dan pengobatan yang sesuai. Seperti yang
tercantum dalam standar sasaran Patient Safety WHO (2007) , Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission
International (JCI). Pengecekan dilakukan 2 kali yaitu: pertama, untuk identifikasi
pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua,
untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.

SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


Pada video yang terlampir bidan sudah melakukan Komunikasi yang efektif
yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendukung dalam
pemeriksaan kehamilan. Bidan menyampaikan perintah dan informasi serta

i
melakukan umpan balik (evaluasi) dengan menanyakan kembali informasi yang
diberikan bidan sudah bisa diterima belum serta menanyakan barangkali ada hal yang
belum jelas yang ingin ditanyakan. Bidan juga menyarankan ibu untuk miring ke kiri
dulu ketika ibu akan bangun dari tempat tidur
Bidan juga melakukan konseling serta memberitahukan kepada pasien
mengenai jadwal kunjungan ulang untuk pemeriksaan selanjutnya, serta melakukan
pendokumentasian yang ditulis dibuku KIA sehingga memudahkan bidan untuk
mengetahui riwayat pemeriksaan sebelumnya apabila ibu datang ke bidan yang lain
dan ini termasuk dalam peningkatan komunikasi yang efektif.
Tindakan bidan pada sasaran SKP 2 ini sudah sesuai sasaran Patient Safety WHO
(2007) , Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari
Joint Commission International (JCI), yaitu Komunikasi efektif, yang tepat waktu,
akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan
menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.

SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
Pada video yang dilampirkan bidan tidak menunjukan tempat penyimpanan obat
Sehingga kami tidak dapat memberikan penilaian penyimpanan obatnya sudah
sesuai standar atau belum. Dalam sasaran SKP 3 ini penyimpanan obat sangat penting
dalam standar keselamatan pasien. Karena penyimpanan yang salah dapat menyebabkan
terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang
terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM,
atau Look Alike Soun Alike/LASA). Kesalahan ini bisa terjadi bila bidan tidak
mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila bidan kontrak
tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat
darurat.
Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut
adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai
termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien kefarmasi.

SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT


PASIEN OPERASI
Pada video yang dilampirkan pasien bukan termasuk pasien yang akan dilakukan
tindakan operasi. Tetapi dalam tahap ini Bidan melakukan beberapa prosedur
pemeriksaan dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, palpasi dan aukultasi untuk

i
menentukan apakah ibu bermasalah dengan kehamilannya atau tidak. Hal ini bertujuan
untuk menentukan tindakan selanjutnya. Bidan juga melakukan beberapa prosedur
pemeriksaan terlebih dahulu sebelum memberikan resep obat.
Salah lokasi, salah-prosedur, pasien-salah pada operasi, adalah sesuatu yang
menkhawatirkan dan tidak jarang terjadi dirumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari
komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah,
kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada
prosedur untuk verifikasi lokasi operasi.

SASARAN V: PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN


KESEHATAN
Pada sasaran ke 5 ini, Bidan sudah melakukan pengurangan resiko infeksi terkait
peningkatan kesehatan dalam pemberian layanan yaitu dengan
a. Cuci tangan 7 langkah sebelum dan sesudah tindakan
b. APD level 2 saat melakukan pemeriksaan
c. Memisahkan sampah medis dan sampah non medis lebih
d. Terdapat sekat dimeja untuk menjaga batas/jarak dengan pasien
Bidan juga wajib melakukan 6 langkah kebersihan tangan baik menggunakan hands
crub maupaun hand wash pada 5 momen :
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sesudah kontak dengan pasien
c. Sebelum tindakan aseptik
d. Sesudah terkena cairan tubuh pasien
e. Sesudah kontak dengan lingkungan pasien
Tindakan bidan terhadap pencegahan infeksi tersebut sudah sesuai dengan sasaran 5
Sasaran Keselamatan Pasien yaitu Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan
untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH


Pada video yang telah dilampirkan bidan sudah melakukan antisipasi terhadap
pasien resiko jatuh karena bed yang digunakan untuk pemeriksaan fisik sudah ada
penyangga di kanan ataupun kiri, namun tidak terpasang dan juga bidan belum
melakukan antisipasi resiko pasien jatuh secara manual yaitu karena bidan tidak
membantu ibu pada saat ibu turun dari bed sehingga tidak meminimalisir terhadap
resiko pasien jatuh.

i
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pemberian pelayanan kebidanan baik pemeriksaan Hamil, Persalinan,
Nifas, BBL, KB dan Kesehatan Reproduksi tetap harus melakukan 6 sasaran
keselamatan pasien agar mengurangi terjadinya kejadian Kejadian Potensi Cedera,
Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan
Kejadian Sentinel sehingga bidan bisa mengurangi terjadinya resiko cedera terhadap
pasien adapun hasil analisis yang dilakukan bidan dalam video tersebut secara
kesuluruhan telah melakuakan 6 sasaran keselamatan pasien namun masih ada yang
harus diperbaiki untuk peningkatan kualitas pelayanan kebidanan.

B. Saran
Hasil analisis ini bisa dijadikan pembelajaran bagi seluruh tenaga kesehatan terutama
bidan untuk lebih memperhatikan terhadap keselamatan pasien sehingga aman untuk
pasien dan petugas. Adapun yang harus diperhatikan oleh bidan terhadap 6 sasaran
keselamatan pasein yaitu identifiaksi pasien, komunukasi yang efektif, pengawasan
terhadap obat-obatan, mengurangi lokasi salah prosedur, salah lokasi dan salah
tindakan, mengurangi resiko infeksi dan mengurasngi resiko pasien jatuh.

i
DAFTAR PUSTAKA

Adventus M.R, Mertajaya, I Made and Mahendra, Donni. 2019. Modul


Dapertemen Kesehatan. 2006. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(Patient Safety). Jakarta: Depkes RI
Kemenkes Republik Indoneasia. 2008. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Kemenkes Republik Indoneasia. 2015. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
PMK RI. Peraturan menteri kesehatan RI nomor 11 tahun 2017 tentang keselamatan
pasien 2017. Jakarta, Indonesia.
Tutiany, Lindawati, P. 2017. Bahan Ajar Keperawatan Manajemen Keselamatan Pasien.
PPSDM Kemenkes RI.
WHO. 2013. Patients for patient safety partnerships for safer health care (2nd ed.).
Geneva
Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2016. Instrumen Penilaian KARS Sasaran
Keselamatan Pasien.

i
i
i

Anda mungkin juga menyukai