Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Mata Kuliah Home Care Nursing

Patient Safety dalam Home Care

Disusun Oleh :

Kelompok 8 (D3 Keperawatan Tingkat 3B)

Dosen Pembimbing :

Ns. Rivan Firdaus., SST., M.Kes

Kementrian Kesehatan RI

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur

Program Studi DIII Keperawatan Samarinda

Samarinda, Kalimantan Timur 2021


MAKALAH

Mata Kuliah Home Care Nursing

Patient Safety dalan Home Care

Disusun Oleh :
Kelompok 8 (D3 Keperawatan Tingkat 3B)

Dosen Pembimbing :
Ns. Rivan Firdaus., SST., M.Kes

1. Achmad Ubaidillah Zein P07220119053


2. Ainie Nur Fadillah P07220119055
3. Akmilda Regita Putri Aris P07220119056
4. Ardy Wiratama P07220119060
5. Arif Hendra Nurhidayat P07220119061
6. Muhammad Khalil P07220119081
7. Prischa Ambar Seno Padang P07220119091

Kementrian Kesehatan RI

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur

Program Studi DIII Keperawatan Samarinda

Samarinda, Kalimantan Timur 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Patient Safety dalam
Home Care ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
bapak Ns. Rivan Firdaus, SST,. M. Kes pada mata kuliah Home Care Nursing. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Patient Safety dalam
Home Care bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Ns. Rivan Firdaus, SST., M. Kes,
selaku dosen mata kuliah Home Care Nursing yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Samarinda, 3 Oktober 2021

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4

A. Pengertian Patient Safety ................................................................... 4

B. Komponen – komponen Patient Safety .............................................. 5

C. Masalah Patient Safety pada Home Care ........................................... 6

D. Tindakan yang Berhubungan dengan Patient Safety ......................... 9

BAB III PENUTUP .................................................................................... 17

A. Kesimpulan ...................................................................................... 17

iii
B. Saran................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 18

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan pasien dan mutu pelayanan kesehatan seharusnya merupakan


prinsip dasar dalam pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan perlu
melakukan perubahan paradigma pelayanan dari “Quality”, menjadi “Quality and
Safety”. Fasilitas pelayanan kesehatan bukan hanya fokus kepada peningkatan
mutu pelayanan namun turut menerapkan keselamatan pasien secara konsisten.
Perbaikan pada kualitas pelayanan seharusnya sejalan dengan meningkatnya
keselamatan pasien dan meminimalkan terjadinya insiden. Peningkatan pada kedua
hal tersebut merupakan harapan oleh semua pihak, seperti rumah sakit, pemerintah,
pihak jaminan kesehatan, serta pasien, keluarga dan masyarakat. Namun, hasil
penelitian menunjukkan bahwa masih memiliki jalan panjang untuk benar-benar
meningkatkan keselamatan pasien. Masalah keselamatan pasien dari sejak terbitnya
publikasi “To Err is Human” pada tahun 2000 hingga studi-studi terkini, masih
menunjukkan penerapan keselamatan pasien masih belum sesuai dengan harapan.
Prinsip “First, do no harm” tidak cukup kuat untuk mencegah berkembangnya
masalah keselamatan pasien. Hasil penelitian di Amerika pada akhir tahun 1990-
an ditemukan angka 3,7% dan 2,9% angka kejadian tidak diharapkan (KTD) pada
pasien rawat inap. Pengukuran dengan Global Trigger Tool menunjukkan bahwa
angka KTD sebesar 33,2% (29-36%) atau setiap 91 dari 1000 pasien per hari,
terjadi peningkatan 10 kali lipat 4. Studi Iberoamerican Study of Adverse Events
(IBEAS) di 58 rumah sakit dari 5 negara di Amerika Latin menunjukkan bahwa
KTD sebesar 10,5%.

Pada tahun 2013, kesalahan medis (medical error) menjadi penyebab kematian
ketiga di Amerika Serikat, sekitar lebih dari 250.000 kematian per tahun. Survei
terbaru tahun 2017 masih menemukan sekitar 21% pasien memiliki pengalaman

1
kesalahan medis. Ketika kesalahan medis terjadi, itu turut berdampak pada
kesehatan fisik dan emosional pasien, finansial/keuangan serta hubungan keluarga.
Di Amerika Serikat, setiap tahun 1 dari 20 orang dewasa mengalami kesalahan
diagnostik (diagnostic error). Kesalahan diagnostik bisa memiliki konsekuensi
serius, yang dapat menyebabkan kesenjangan perawatan, prosedur yang tidak
perlu, tes ulang (repeat testing) dan membahayakan pasien. ECRI Institute
menyatakan bahwa banyak kematian di rumah sakit yang dengan perjalanan alami
penyakit mungkin merupakan hasil dari kesalahan diagnostik. Di Indonesia,
penelitian Utarini et al. menunjukkan bahwa angka KTD sangat bervariasi, untuk
kesalahan diagnosis yaitu 8,0% hingga 98,2% dan kesalahan pengobatan sebesar
4,1% hingga 91,6%. Terus berkembangnya penelitian tentang keselamatan pasien
di berbagai daerah, namun sampai saat ini belum ada studi nasional. Fasilitas
pelayanan kesehatan harus dapat menjamin keamanan dan mutu pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien, pengaturan
keselamatan pasien bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan fasilitas
pelayanan kesehatan melalui penerapan manajemen risiko dalam seluruh aspek
pelayanan yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud patient safety?
2. Apa saja komponen – komponen patient safety?
3. Apa saja masalah – masalah yang berhubungan dengan patient safety di
rumah?
4. Apa tindakan yang berhubungan dengan patient safety?

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud patient safety
2. Untuk mengetahui komponen – komponen pada patient safety
3. Untuk mengetahui masalah – masalah yang berhubungan dengan patient
safety di rumah
4. Untuk mengetahui tindakan yang berhubungan dengan patient safety

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Patient Safety

Keselamatan pasien menurut Vincent (2008), penghindaran, pencegahan dan


perbaikan dari hasil tindakan yang buruk yang berasal dari proses perawatan
kesehatan. Menurut World Health Organization (WHO), keselamatan pasien
adalah tidak adanya bahaya yang mengancam kepada pasien selama proses
pelayanan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun
2017, keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Keselamatan pasien dapat diartikan sebagai upaya untuk melindungi pasien dari
sesuatu yang tidak diinginkan selama proses perawatan.

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi
solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes RI, 2008).
Menurut Nursalam (2011), pasien safety adalah penghindaran, pencegahan dan
perbaikan dari kejadian yang tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari
proses pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk
menurunkan angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada

4
pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga sangat merugikan baik pasien itu
sendiri maupun pihak rumah sakit (Cecep,
2013).

B. Komponen – komponen Patient Safety

Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua


rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit.Penyusunan
sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO
Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International
(JCI).

Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan


spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi
dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui
bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran
secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh.

Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal – hal sebagai berikut :

1. Sasaran I. Ketepatan Identifikasi Pasien


2. Sasaran II. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
3. Sasaran III. Peningkatan Keamanan pada Obat yang Perlu di Waspadai (high
alert)
4. Sasaran IV. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur , Tepat Pasien Operasi
5. Sasaran V. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
6. Sasaran VI. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

5
C. Masalah Patient Safety dalam Home Care

Mengapa bidang keselamatan pasien ada? Keselamatan pasien sebagai sebuah


disiplin dimulai sebagai tanggapan atas bukti bahwa kejadian medis yang merugikan
tersebar luas dan dapat dicegah, dan seperti disebutkan di atas, bahwa ada "bahaya yang
terlalu banyak" (Emanuel, 2008). Tujuan dari bidang keselamatan pasien adalah untuk
meminimalkan kejadian buruk dan menghilangkan kerusakan yang dapat dicegah
dalam perawatan kesehatan. Berikut masalah-masalah yang berhubungan dengan
pasien safety dalam home care :

1. Kekurangan Cairan

Kekurangan cairan terjadi akibat tidak adanya keinginan pasien untuk minum
karena alasan mual, lupa dan tidak haus. Secara normal kebutuhan cairan tubuh
manusia berkisar antara 30-50 cc/kg berat badan dalam sehari. Penghitungan
kebutuhan cairan dilakukan dengan mengitung Berat Badan dikalikan 30-50 cc/24
jam. Tindakan yang harus dilakukan untuk memenuhi cairan tubuh pasien adalah :

• Menghitung secara cermat kebutuhan cairan pasien dalam 24 jam


• Jangan menggantikan air putih dengan minuman lain
• Berikan pasien minum dengan suhu air sesuai kesukaan pasien
• Berikan minum air putih pagi hari sebelum berkumur 200cc-400cc
• Berikan minum air putih sedikit tapi sering
• Jika cairan tidak bisa masuk pertimbangkan pemeberian cairan dengan IV-Line.

2. Jatuh

Jatuh pada pasien home care bisa terjadi akibat tempat tidur pasien yang tidak
layak, set pengaman yang tidak baik atau pasien yang gelisah. Jatuh bisa terjadi

6
akibat pasien yang mengalami gangguan keseimbangan, gangguan fungsi alat
gerak, keterbatasan penglihatan, lantai yang licin, kamar mandi yang jauh, dan
keteledoran perawat. Jatuh dapat mengakibatkan berbagai masalah baru, seperti
cedera, fraktur dan trauma yang mengakibatkan pasien malas bergerak. Tindakan
yang dilakukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada pasien adalah :

• Gunakan alat pengamanan tempat tidur


• Dampingi pasien yang gelisah
• Bantu pasien BAB,BAK
• Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan pasien
• Setting ruangan agar lantainya tidak licin, terang dan lengkapi dengan
pegangan.
• Jangan biarkan pasien malam hari di rumah/kamar sendiri
• Pantau keseimbangan dan kemampuan alat gerak pasien

3. Dekubitus

Dekubitus atau luka akibat tekanan merupakan masalah safety yang cukup serius.
Kerusakan integritas kulit akibat tekanan yang terus menerus pada sisi tubuh yang
sama dapat mengakibatkan gangguan sirkulasi, hipoksia jaringan dan kematian sel
yang berkahir pada timbulnya luka dari yang ringan berupa warna kemerahan
hingga terjadi ulkus. Resiko pada dekubitus :

• Pasien tidak sadar


• Lansia
• Kurus
• Kurang mobilisasi
• BAB dan BAK yang tidak terkontrol
• Tempat tidur yang lembab

7
• Tempat tidur yang kotor

Tindakan perawatan yang dilakukan untuk mencegah dekubitus :

• Massage dengan lotion/minyak kelapa pada daerah yang tertekan


• Seka daerah yang berisiko dekubitus dengan air hangat
• Miring kanan/kiri setiap 2 jam
• Perbaiki status gizi pasien
• Bantu BAB dan BAK secara teratur
• Bersihkan tempat tidur
• Ganti linen secara teratur
• Gunakan kasur air atau kasur udara

4. Dampak akibat kurangnya personal hygiene

Menjaga kebersihan diri merupakan tindakan yang paling penting dalam


perawatan pasien dirumah, terutama pada pasien-pasien yang ketergantungann
penuh (total care). Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene
adalah (Ambarawati & Sunarsih, 2011) :

• Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga serta gangguan fisik pada kuku.
• Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

8
Penyakit yang mungkin terjadi akibat personal hygiene yang kurang optimal :

• Stomatitis
• Oral Candidiasis
• Serumen
• Smegma dan vaginitis
• Luka akibat garukan
• Selulitis
• Kutu
• Bau mulut
• Kulit terasa gatal
• Dermatitis

D. Tindakan yang Berhubungan dengan Patient Safety

1. Tindakan Personal Hygiene Yang Dalam Home Care


Menurut Tarwoto (2004) personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikis. Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan
individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini
diperlukan baik pada orang sehat maupu pada orang sakit. Berikut tindakan
personal hygiene yang harus dilakukan dalam home care :
a. Oral hygiene 2 kali sehari
b. Memandikan pasien 2 kali sehari
c. Mencuci rambut setiap 3 hari sekali
d. Membersihkan serumen 1 minggu sekali
e. Membersihkan vulva dan preputium setiap hari
f. Potong rambu setiap bulan
g. Potong kuku setiap minggu

9
h. Khusus penderita diabetes mellitus dilakukan perawatan kaki setiap hari

2. Tindakan Perawatan Pencegahan Infeksi Silang.


a. Infeksi Silang
Masalah penting yang menjadi perhatian utamadalam perawatan pasien.
Infeksi silang terjadi akibat penyebaran kuman dari lingkungan kepada
pasien. Secara umum bila dibandingkan dengan di rumah sakit, risiko
terjadi infeksi nasokomial pasien yang dirawat dirumah lebih sedikit
bila dibandingkan dengan dirumah sakit.

b. Manifestasi Infeksi Nasokomial pada Pasien Home Care


• Suhu tubuh naik febris tidak turun dengan pemberian antipiretik
• Warna kemerahan dilokus infeks
• Bengkak
• Nyeri
• Infeksi saluran kecing pada pengguna kateter
• Plebitis pada pengguna IV-line
• Pnemonia pada pasien berbaring lama
• Selulilitis

c. Tindakan Perawatan
Tindakan perawatan sangat diperlukan dalam upaya mencegah
terjadinya infeksi silang. Tindakan tersebut meliputi:
• Cuci tangan sebelum ke pasien, sebelum menyentuh tubuh pasien,
setelah melakukan suatu tindakan, setelah menyentuh tubuh pasien
dan setelah meninggalkan ruangan pasien.
• Cuci tangan dilakukan dengan air mengalir atau bahan cuci tangan
berbasis alcohol.

10
• Gunakan prosedur septic-aseptik pada pasien
• Gunakan Alat Pelindung Diri sesuai kondisi pasien
• Jika perawat/care giver sedang sakit dan berisiko menularkan
sebaiknya tidak kontak dengan pasien
• Perbaiki status gizi pasien
• Lakukan perawatan chateter dan infus setiap hari
• Ganti selang kateter setiap minggu
• Ganti IV-line setiap 3 hari.
• Untuk pasien yang rentan batasi pengunjung. Gunakan pakaian
khusus pengunjung.
• Gunakan handshoen untuk tindakan yang berisiko kontak dengan
mukosa, darah dan cairan tubuh pasien.
• Cegah pnemonia dengan cara sebagai berikut
➢ Latih nafas dalam,
➢ Latih batuk efektif,
➢ Latihan meniup balon,
➢ Lakukan massage pada titik paru dan tenggorokan,
➢ Hindari minum atau makan dengan posisi tidur,
➢ Monitoring suara nafas dan batuk pasien
• Observasi dahak pasien

d. Tindakan Pencegahan Infeksi Nasokomial


Tindakan Perawatan
• Pasien memiliki ruangan tersendiri
• Bersihkan ruangan pasien setiap hari
• Bersihkan bekas darah dan cairan dengan cairan hypoclocit
10 %

11
• Keluarga harus menggunakan sarung tangan yang tidak steril tetapi
disposibel saat menolong pasien BAB, BAK makan dan minum.
• Pisahkan plastic penyimpanan bahan sisa perawatan dan
buatkan tempat penyimpanan jarum dan benda tajam.
• Simpan makanan yang tidak terpakai di lemari pendingin
• Hubungi dokter penanggungjawab jika ada pasien diare.

e. Peralatan Yang Harus Disiapkan Untuk Mencegah Infeksi


Nasokomial
• Alat Perlindungan Diri (APD)
➢ Sarung tangan disposable baik steril maupun non steril
➢ Sarung tangan tebal
➢ Desinfektan
➢ Masker
➢ Sabun cair
➢ Kertas tissue
➢ Plastik tempat menyimpan sisa-sisa perawatan
➢ Alat penampung benda runcing yang tidak robek
➢ Alat penyimpan bahan-bahan lab
➢ Cairan steril
• Uniform yang harus diganti setiap shif jaga
• Imunisasi untuk tenaga perawatan

3. Kontraktur dan Atrofi


a. Definisi
Kontraktur adalah sebuah istilah yang menjelaskan terjadinya
kekauan pada otot dan sendi sebagai dampak dari kurangnya aktivitas

12
yang menggunakan otot sendi. Kontraktur bisa terjadi pada alat gerak
yang sehari – harinya aktif.
Kontraktur adalah kelainan atau “pemendekan permanen” dari
otot atau sendi yang terjadi saat jaringan lunak di bawah kulit berkurang
kelenturannya dan tidak dapat meregang. Kondisi ini juga dapat
mengenai tendon dan ligament, dan dapat terjadi di seluruh bagian
tubuh. Gejala utama dari kontraktur, yaitu :
• Nyeri pada bagian tubuh yang mengalami kontraktur
• Peradangan
• Pergerakan yang terbatas atau jangkauan gerak yang terbatas
• Pemendekan otot

Atrofi otot adalah kondisi Ketika jaringan otot mengecil atau


menyusut. Kondisi ini umumnya terjadi jika otot tersebut lama tidak
digerakkan, misalnya akibat gangguan saraf yang menyebabkan
kelumpuhan.
Gejala utama dari atrofi, yaitu :
• Lengan atau kaki lebih kecil sebelah
• Tungkai terasa lemah
• Sulit menyeimbangkan tubuh
• Tidak aktif bergerak dalam waktu lama

b. Bagian Tubuh yang Berisiko Mengalami Kontraktur dan Atrofi


• Leher
• Pinggang
• Paha
• Lengan atas
• Siku

13
• Lutut
• Pergelangan tangan dan kaki
• Jari – jari tangan dan kaki
• Otot tangan dan kaki

c. Cara Mencegah Kontraktur dan Atrofi Otot


• Latihan Range of Motion (ROM)
• Hindari bagian tubuh berada pada posisi yang sama
• Motivasi pasien untuk bergerak
• Massage otot - otot 2 kali sehari
• Kolaborasi melakukan stimulasi TENS (Transcutaneous Electrical
Nervous Stimulation)

4. Medication Error
a. Definisi
Medication error merupakan tindakan yang sangat berisiko
mengancam keselamatan pasien. Medication error terjadi akibat
kesalahan diagnosis, kesalahan pemilihan obat, reaksi alergi obat, efek
samping obat, dosis yang tidak sesuai, cara pemberian yang salah serta
waktu pemberian yang tidak sesuai waktunya.

b. Tekhnik untuk Mengindari Medication Error


• Pastikan 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara pemberian dan
waktu pemberian)
• Tanyakan Riwayat alergi obat
• Tanyakan Riwayat gastritis, gangguan hepar dan ginjal
• Lakukan skin test untuk obat – obatan injeksi baru
• Observasi reaksi obat

14
• Pantau efek samping obat (lambung, hepar dan ginjal)
• Bicarakan jika reaksi obat tidak diharapkan
• Kolaborasi untuk penggantian atau perubahan dosis dan cara
pemberian
• Selalu siapkan obat – obat emergency dalan home care kit perawat

5. Percobaan Bunuh Diri


a. Definisi
Perhatian besar yang harus dilakukan pada pasien kronis, pasien
terstigma dan pasien yang mengalami depresi adalah perilaku
percobaan bunuh diri.
Bunuh diri adalah salah satu upaya seorang individu untuk
melarikan diri sebagai bentuk ketidakmampuan dalam menghadapi
kondisi sakitnya.
Percobaan bunuh diri dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain menjatuhkan diri dari kamar dengan lantai tinggi,
menggantung diri, menyetrum diri dengan listrik, meminum obat yang
melebihi dosis, memotong nadi atau bagian vital tubuh lainnya dengan
pisau, pecahan botol atau kuku dan membenturkan kepala di tembok.

b. Upaya untuk Mencegah Percobaan Bunuh Diri


• Jauhkan benda tajam dari jangkauan pasien
• Potong kuku pasien
• Jangan menempatkan tali, kain panjang di dekat pasien
• Pasang pengaman tempat tidur
• Kunci pintu atau jendaka jika tidak bisa diawasi
• Jauhkan obat dari jangkauan pasien
• Sebaiknya pasien ditempatkan di kamar lantai bawah

15
• Berikan dukungan moral dan spiritual serta kehangatan

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017, keselamatan
pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Adapun untuk memperoleh keselamatan pasien pada pelayanan home care ialah
dengan melaksanakan dan memperhatikan komponen – komponen yang ada pada
keselamatan pasien, agar dapat terwujud mutu pelayanan kesehatan yang baik serta
aman bagi pasien.

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Selain
itu kami selaku penulis berharap agar kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat
menerapkan ilmu – ilmu tentang keperawatan yang telah dibahas dalam makalah
ini untuk diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017. Manajemen Keselamatan


Pasien.http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/11/
MANAJEMEN-KESELAMATAN-PASIEN-FinalDAFIS.pdf
Parellangi, Andi. Indonesia, 2017. Patient Safety pada Pelayanan Home Care.
https://id.scribd.com/document/407134047/Pasien-Safety-Pada-Pelayanan-
Home-Care-2017-Converted.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Jakarta. 2017.

18

Anda mungkin juga menyukai