KESELAMATAN PASIEN
(PATIENT SAFETY)
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Berkat rahmat dan
(Patient Safety)”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih belum sempurna.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan dan dengan senang hati
akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
Besar harapan penulis agar tulisan ini dapat diterima dan dipergunakan dengan sebaik-
baiknya. Akhirnya penulis berharap semoga semua amal baik yang telah diberikan
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian................................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan...............................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
A. Definisi Keselamatan Pasien (patient safety)......................................................................7
B. Penyelenggaraan Keselamatan Pasien di Fasilitas Pelayanan Kesehatan di......................8
Indonesia.....................................................................................................................................8
C. Standar Keselamatan Pasien...............................................................................................9
D. Sasaran Keselamatan Pasien.............................................................................................10
E. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien...................................................................11
F. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (Patient Safety Incident Report)..........................12
BAB III..........................................................................................................................................15
PENUTUP.....................................................................................................................................15
A. Kesimpulan........................................................................................................................15
B. Saran..................................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah keselamatan pasien dari sejak terbitnya publikasi “To Err is Human” pada
tahun 2000 hingga studi-studi terkini, masih menunjukkan penerapan keselamatan pasien
masih belum sesuai dengan harapan. Prinsip “First, do no harm” tidak cukup kuat untuk
mencegah berkembangnya masalah keselamatan pasien1. Hasil penelitian di Amerika pada
akhir tahun 1990-an ditemukan angka 3,7% dan 2,9% angka kejadian tidak diharapkan
(KTD) pada pasien rawat inap. Pengukuran dengan Global Trigger Tool menunjukkan
bahwa angka KTD sebesar 33,2% (29-36%) atau setiap 91 dari 1000 pasien per hari,
terjadi peningkatan 10 kali lipat. Studi Iberoamerican Study of Adverse Events (IBEAS) di
58 rumah sakit dari 5 negara di Amerika Latin menunjukkan bahwa KTD sebesar 10,5%.
Pada tahun 2013, kesalahan medis (medical error) menjadi penyebab kematian
ketiga di Amerika Serikat, sekitar lebih dari 250.000 kematian per tahun. Survei terbaru
tahun 2017 masih menemukan sekitar 21% pasien memiliki pengalaman kesalahan medis.
Ketika kesalahan medis terjadi, itu turut berdampak pada kesehatan fisik dan emosional
pasien, finansial/keuangan serta hubungan keluarga. Di Amerika Serikat, setiap tahun 1
dari 20 orang dewasa mengalami kesalahan diagnostik (diagnostic error). Kesalahan
diagnostik bisa memiliki konsekuensi serius, yang dapat menyebabkan kesenjangan
perawatan, prosedur yang tidak perlu, tes ulang (repeat testing) dan membahayakan
pasien8. ECRI Institute menyatakan bahwa banyak kematian di rumah sakit yang dengan
perjalanan alami penyakit mungkin merupakan hasil dari kesalahan diagnostik9.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus dapat menjamin keamanan dan mutu pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien, pengaturan keselamatan pasien
bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan melalui
penerapan manajemen risiko dalam seluruh aspek pelayanan yang disediakan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis membuat suatu rumusan masalah,
yaitu:
C. Tujuan Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan ini yaitu untuk memperluas wawasan bagi pembaca tentang
konsep keselamatan pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
Insiden keselamatan pasien atau yang dikenal dengan istilah insiden menurut
definisi WHO adalah suatu kejadian atau keadaan yang dapat mengakibatkan, atau
mengakibatkan kerugian yang tidak perlu pada pasien. Berdasarkan PMK Nomor 11/2017
tentag Keselamatan Pasien, Insiden merupakan setiap kejadian yang tidak disengaja dan
kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah
pada pasien.
Threats to Australian Patient Safety (TAPS) membagi menjadi dua jenis insiden
keselamatan pasien, yaitu: insiden yang terkait dengan proses perawatan dan isiden terkait
dengan pengetahuan atau keterampilan. Menurut PMK Nomor 11/2017, insiden
keselamatan pasien yang terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan terbagi menjadi empat
jenis yaitu Kondisi Potensi Cedera (KPC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian
Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/Near miss adalah terjadinya insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien. (contoh: salah identitas pasien namun diketahui sebelum
tindakan)
3. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi
tidak timbul cedera. Hal ini dapat terjadi karena “keberuntungan” (misal: pasien
terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), atau “peringanan”
(suatu obat dengan reaksi alergi diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotumnya)
Indonesia
1. Hak pasien, pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapat informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkunan KTD
2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga, rumah sakit harus mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
3. Keselamatan pasien dalam kesinambambungan pelayanan, rumah sakit menjamin
kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan.
2. Memimpin dan mendukung staf. Bangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas
tentang keselamatan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Dorong staf untuk
melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian
terjadi
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan Pasien. Gunakan
informasi yang ada tentang kejadian/maslah untuk melakukan perubahan sistem
pelayanan.
Alur pelaporan IKP dilakukan secara internal dan ekternal. Pelaporan secara
internal kepada atasan langsung, Tim Keselamatan Pasien RS, dan direksi, sedangkan
secara eksternal kepada KKPRS PERSI (KNKP). Alur pelaporan IKP dapat dilihat pada
gambar 3. Pada pelaksanaannya jikaterjadi IKP mengikuti alur penanganan IKP sebagai
berikut: insiden (KTD/KNC) harus segera ditanggani kemudian membuat laporan kepada
atasan langsung di unit terjadinya insiden maksimal 2x24 jam. Atasan langsung melakukan
penentuan grading risiko kejadian insiden dan melakukan investigasi sederhana. Laporan
hasil investigasi dan laporan insden dilaporkan kepada tim KPRS. Tim KPRS membuat
laporan dan rekomendasi untuk dilaporkan kepada direksi. Pelaporan tidak hanya berhenti
sampai internal organisasi namun harus dilaporkan hingga ke KNKP (laporan eksternal).
Laporan hasil investigasi sederhana/ analisis akar masalah/
2.769 insiden terjadi pada tahun 2016. Di Indonesia berdasarkan laporan KKPRS terdapat
144 insiden (2009), 103 insiden (2010), dan 34 laporan insiden pada triwulan I tahun
201119.
Data jumlah IKP di Indonesia masih belum banyak dilaporkan, tidak semua insiden
terlaporkan. Umumnya insiden tidak dilaporkan, tidak dicatat, bahkan luput dari perhatian
petugas kesehatan karena yang dilaporkan hanya insiden yang ditemukan secara kebetulan
saja. Ini menjadi tantangan semua pihak, baik pemerintah dan fasilitas kesehatan
bertanggung jawab memastikan sistem pelaporan dapat terlaksana dengan baik.
Masih rendahnya pelaporan insiden disebabkan oleh beberapa masalah yang sering
menjadi hambatan dalam pelaporan insiden. Pertama, kurangnya pemahaman petugas
untuk melaporkan IKP. Laporan masih dipersepsikan sebagai pekerjaan perawat,
seharusnya yang membuat laporan tersebut adalah siapa saja atau semua staf yang pertama
menemukan kejadian dan yang terlibat dalam insiden. Kedua, insiden yang terjadi sering
disembunyikan (underreport), insiden dilaporkan namun sering terlambat serta laporan
tersebut miskin data. Masih adanya budaya menyalahkan (blame culture) menjadi
penyebab terhambatnya pelaporan insiden. Adanya ketakutan petugas untuk melaporkan
karena takut disalahkan. Ketiga, kurangnya komitmen dari pimpinan, manajemen dan unit
terkait. Faktor organisasi berperan dalam membangun budaya pelaporan sehingga perlu
pendekatan organisasi untuk dapat membudayakan segera melapor ketika terjadi insiden.
Keempat, kurangnya sosialisasi dan pelatihan Pelaporan IKP kepada semua pihak di
organisasi. Petugas tidak tahu apa dan bagaimana cara melaporkan ketika insiden terjadi.
Pengetahuan memegang peranan penting dalam proses pelaporan IKP, jika petugas sendiri
tidak paham bagaimana sistem pelaporan IKP menyebabkan IKP tidak terlaporkan .
Kelima, tidak ada reward dari rumah sakit jika melaporkan. Keenam, tingginya beban
kerja SDM.
Dengan diterapkannya sistem pelaporan yang baik akan mengajak semua pihak
peduli akan bahaya maupun potensi bahaya yang dapat terjadi pada pasien. Niat untuk
melaporkan IKP dipengaruhi oleh faktor organisasi dan faktor individu. Respon
manajemen dan KPRS terkait pelaporan IKP memegang peranan penting. Manajemen dan
Tim KPRS perlu melakukan pendekatan secara individu dan organisasi untuk
meningkatkan pelaporan IKP. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain
menciptakan budaya keselamatan pasien dan no blaming, membuat sistem pelaporan yang
baik dan mudah dipahami oleh semua pihak, melakukan sosialisasi dan pelatihan secara
berkala untuk meningkatkan pengetahuan tentang pelaporan IKP, menghilangkan
ketakutan terhadap dampak pelaporan, pelaporan secara anonym serta pemberian reward
jika melaporkan maupun hukuman yang diambil tidak bersifat blaming maupun hukuman
individu
Pentingnya pelaporan insiden karena akan menjadi awal proses pembelajaran untuk
mencegah kejadian yang sama terjadi kembali. Data laporan IKP yang akurat sangat
bermanfaat untuk menurunkan insiden dan meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien. Dengan adanya data tersebut juga dapat digunakan untuk melakukan pemetaan
keselamatan pasien, sebagai dasar perbaikan sistem pelayanan yang berorientasi pada
keselamatan pasien dan pencegahan terjadinya IKP berulang serta dapat digunakan oleh
semua pihak sebagai pembelajaran dan tidak untuk menyalahkan orang (non blaming).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman,
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Peraturan yang berlaku di Indonesia mewajibkan setiap fasilitas
kesehatan termasuk rumah sakit maupun pelayanan primer lainnya harus menyelenggarakan
keselamatan pasien melalui menerapkan standar keselamatan pasien.
B. Saran
Adapun saran bagi fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit maupun pelayanan primer
lainnya menerapkan budaya keselamatan pasien dan segera menindaklanjuti dan melaporkan
jika terjadi insiden.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kohn LT, Corrigan JM, Donaldson MS. (eds), Committee in Health Care Quality in
America, Institute of Medicine. To Err is Human: Building a Safer Health System.
Washington DC, National Academy Press. 2000.
2. Brennan TA, Leape LL, Laird NM, et al., Incidence of adverse events and negligence
in hospitalized patients — results of the Harvard Medical Practice Study I . N Engl J
Med1991; 324:370–6.
3. Thomas EJ, Studdert DM, Burstin HR, Orav EJ, Zeena T, et al. Incidence and types of
adverse events and negligent care in Utah and Colorado. Med
Care,2000;38(3):261-71
4. Classen DC, Resar R, Griffin F, Federico F, Frankel T, et al. ‘Global Trigger Tool”
shows that adverse events in hospitals may be ten times greater than previously measured.
Health Affairs, 2011;30(4):581-9.
5. Aranaz-Andrés JM, et al. 2011. Prevalence of adverse events in the hospitals of five
Latin American countries: results of the 'Iberoamerican Study of Adverse Events'