Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PATIENT SAFETY DAN UNIVERSAL

PRECAUTION

TENTANG KESELAMATAN PASIEN

Disusun Oleh :

Fadhilah Nurwahyuni W

( 230304501107)

Dosen Pengampu :

A. Ulfiana Fitri, S.KM.,M.Kes

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRGAAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2024
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karuniaNya yang begitu besar dapat membantu kami dalam
menyelesaikan makalah “Masalah Kesehatan Penyalagunaan Narkoba”. Dan tidak
lupa, saya berterima kasih kepada ibu Ulfiana Fitri, S.KM.,M.Kes selaku Dosen mata
kuliah PATIENT SAFETY DAN UNIVERSAL PRECAUTION yang telah
memberikan kami tugas membuat makalah yang sangat bermanfaat ini.

Kami berharap agar makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta ilmu pengetahuan mahasiswa mengenai Kasus Korupsi yang ada di
Indonesia. kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh
karena ini masukan berupa kritikan dan saran sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata, sekiranya makalah ini dapat berguna dan bisa menjadi pedoman bagi
mahasiswa.

Sekian dan terima kasih.

Makassar, 9 April 2024

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................4

1.1 Latar Belakang................................................................................................ 4


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 5
1.3 Tujuan............................................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 6
2.1 Tujuh Standar Keselamatan Pasien.................................................................6
2.1.1 Budaya Keselamatan Pasien……………………………………………13

2.1.2 Dimensi Budaya Keselamatan Pasien………………………….………13

2.2 Enam Sasaran Keselamatan Pasien............................................................... 14


2.2.1 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Keselamatan Pasien………..19
2.2.2 Syarat Lingkungan Kerja yang Sehat …………………………………..20

2.2.3 Prinsip Keselamatan Kerja……………………………….……………..20


2.3 Tujuh Langkah Keselamatan Pesien................................. …………..……..21
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 27
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 28

3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman dalam upaya mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (Depkes RI,2011). (Salawati & Serikat, 2004).
Keselamatan pasien (Patient safety) adalah prinsip dasar dari perawat
kesehatan(WHO) (Mulyana, 2013). Kesalamatan pasien merupakan sebuah sistem
yang membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut terdiri dari asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melakukan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Insiden keselamatan pasien merupakan setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera
yang dapat dicegah pada pasien (Kementerian Kesehatan RI, 2017) (Siagian, 2020).
Menurut IOM, keselamatan pasien.

(Patient Safety) didefinisikan sebagai freedom from accidental injury.


Accidental injury disebabkan karena error yang meliputi kegagalan suatu perencanaan
atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan. Accidental injury juga
akibat dari melaksanakan tindakan yang salah (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission). Accidental injury dalam prakteknya
akan berupa kejadian tidak diinginkan (near miss).(Mulyana, 2013)

4
1.2. Rumusan Masalah

 Sebutkan Tujuh Standar Keselamatan Pasien

 Sebutkan Enam Sasaran Keselamatan Pasien

 Sebutkan Tujuh Langkah Keselamatan Pasien

1.3 Tujuan

Dari bidang keselamatan pasien adalah untuk meminimalkan kejadian buruk


dan menghilangkan kerusakan yang dapat dicegah dalam perawatan kesehatan.
Bergantung pada penggunaan istilah "bahaya" seseorang, mungkin bercita-cita untuk
menghilangkan semua bahaya dalam perawatan kesehatan. Tujuan penerapan sistem
keselamatan pasien di rumah sakit antara lain, terciptanya budaya keselamatan pasien
di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat, menurunnya kejadian tak diharapkan (KTD), terlaksananya program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD dalam upaya pencapaian tujuan
keselamatan pasien ini

1.4 Manfaat Penulis

Menurut (Mulyana, 2013) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) Tujuan

program keselamatan pasien di rumah sakit antara lain:

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

3. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.

4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan

kejadian tidak diharapkan

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tujuh Standar Keselamatan Pasien

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, dibutuhkan tindakan


yang komprehensif dan responsif terhadap kejadian tidak diinginkan di fasilitas
pelayanan kesehatan agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Permenkes No 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien mengatur standar keselamatan pasien fasilitas
pelayanan kesehatan yang merupakan acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan di
Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya.

Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menyelenggarakan Keselamatan Pasien.


Sistem pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan harus menjamin pelaksanaan :

asuhan pasien lebih aman, melalui upaya yang meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan risiko pasien

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, dan tindak lanjutnya

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya


cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil

Standar Keselamatan Pasien wajib diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan dan


penilaiannya dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi. Standar
keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :

Standar Keselamatan Pasien :


Standar Keselamatan Pasien wajib diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan Instrumen
Akreditasi (Akreditasi Rumah Sakit).

6
Hak pasien.
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tak
diharapkan.

Kriteria:

a. Harus ada dokter penanggung jawabpelayanan.

b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencanapelayanan.

c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan
benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan dan prosedur untuk pasien termasukkemungkinan KTD

Mendidik pasien dan keluarga.

Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
pasien dalam asuhan pasien. Keselamatan pasien dalam pemberian pelayanan dapat di
tingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan patner dalam proses pelayanan.
Karena itu di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhanpasien.

Kriteria:

a Memberi informasi yang benarjelas, lengkap danjujur.

b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti

d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

e Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit

7
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggangrasa

g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.


Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriteria:

a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan
saat pasien keluar dari rumahsakit.

b. Terdapat koordinasi pelayanan yang di sesuaikan dengan kebutuhan pasien dan


kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transaksi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.

c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk


memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial,
konsultasi dan

rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjutlainnya. d. Terdapat komunikasi


dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat tercapainya proses
koordinasi tanpa hambatan, aman danefektif

Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan


program peningkatan keselamatan pasien.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendesain proses baru atau memperbaiki
proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan
kinerja serta keselamatan pasien.

8
Kriteria:

a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perencanaan yang baik, mengacu
pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien petugas pelayanan
kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat dan faktor-faktor lain yang
berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan " langkah menuju keselamatan pasien
rumah sakit"

b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja antara lain yang
terkait dengan pelaporan insiden, akreditasi, menejemen resiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan.

c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
KTD/KNC, dan secara proaktif melakukan evaluasi suatu proses kasus
resikotinggi.

d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis

untuk menentukan perubahan sistem yang di perlukan, agar kinerja dan


keselamatan pasien terjamin

Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.


Pimpinan rumah sakit harus berperan terhadap keselamatan pasien di rumah
sakit; antara lain Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien“.

1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien


secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan "7 langkah menuju
keselamatan pasien rumahsakit".

9
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangiKTD/KNC.

3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit


dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatanpasien

4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji


dan meningkatkan kinerja rumah rakit serta meningkatkan keselamatanpasien.

5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan


kinerja Rumah Sakit dan keselamatanpasien.

Kriteria:

a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatanpasien.

b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program


meminimalkan insiden, yang mencakup jenis kejadian yang memerlukan perhatian,
mulai dari KNC(Near miss) sampai dengan KTD(Adverseevent).

с. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah
sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatanpasien.

d. Tersedia prosedur "cepat tanggap" terhadap insiden, termasuk asuhan kepada


pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jalas untuk keperluananalisis.

e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden


termasuk penyediaan informasi yang benar danjelas tentang analisis akar masalah
(RCA) kejadian pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.

10
f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden atau kegiatan proaktif
untuk memperkecil resiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan
dengankejadian

g. Terdapat kolaburasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di dalam Rumah Sakit dengan pendekatan antardisiplin

h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang di butuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja rumah sakit danperbaikan

i. Keselamatan Pasientermasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya


tersebut.

j. Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan criteria obyektif


untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien,
termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya

Mendidik staf tentang keselamatan pasien.


Setiap fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit harus memiliki
program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing. Fasilitas pelayanan
kesehatan terutama rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien.

1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaiatan jabatan dengan keselamatan pasien secarajelas.

2. Rumah sakit menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan


yangberkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayananpasien.

11
Kriteria:

a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi
staf baru yang memuat topik tentang keselamatan paien sesuai dangan tugasnya
masing- masing.

b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan

inservice training dan member pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.

c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama


kelompok guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaburatif dalam rangka
melayani pasien.

Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.


Fasilitas pelayanan kesehatan merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi


keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal daneksternal

2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu danakurat.

Kriteria:

a. Perlu di sediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen


untuk memperoleh data dan informasi tentang hal- hal terkait dengan keselamatan
pasien.

b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi


manajemen informasi yang ada.

12
2.1.1 Budaya Keselamatan Pasien

Hal-hal penting menuju budaya keselamatan menurut (Asyiah, 2020) dalam SNARS
(2017) yaitu sebagai berikut.

a. Staf RS mengetahui bahwa kegiatan operasional RS berisiko tinggi dan bertekad


untuk melaksanakan tugas dengan konsisten serta aman.

b. Regulasi serta lingkungan kerja mendorong staf tidak takut untuk mendapat
hukuman bila membuat laporan tentang KTD dan KNC

c. Direktur RS mendorong tim keselamatan pasien melaporkan insiden keselamatan


pasien ke tingkat nasional sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

d. Mendorong kolaborasi antar staf klinis dengan pimpinan untuk mencari


penyelesaian masalah keselamatan pasien.

2.1.2 Dimensi Budaya Keselamatan Pasien

Ada 12 dimensi menurut (Siagian, 2020) yang terkandung didalam budaya


keselamatan pasien yakni:

1) Frekuensi pelaporan insiden.

2) Persepsi tentang keselamatan pasien secara menyeluruh.

3) Harapan dan tindakan manajer dalam meningkatkan keselamatan pasien.

4) Pembelajaran organisasi- perbaikan berkelanjutan.

5) Kerjasama tim dalam unit

6) Komunikasi terbuka.

7) Umpan balik dan komunikasi tentang kesalahan.

13
8) Respon tidak menghukum terhadap kesalahan

9) Staffing

10) Dukungan manajemen rumah sakit terhadap program keselamatan pasien.

11) Kerjasama tim antar unit

12) Overan dan transisi.

2..2 Enam Sasaran Keselamatan Pasien

Sasaran Keselamatan Pasien

Di Indonesia, sasaran keselamatan pasien diatur dalam Peraturan Menteri


Kesehatan (Permenkes) Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Permenkes tersebut mewajibkan setiap rumah sakit menerapkan standar keselamatan
pasien, yang mencakup 6 kriteria sasaran keselamatan pasien, yaitu:

Ketepatan identifikasi pasien.

Ketepatan identitas pasien merupakan sasaran pertama yang harus diperhatikan


pasien untuk mengurangi terjadinya kejadian yang tidak diinginkan selama di rumah
sakit. Perawat harus memperhatikan apakah identitas pasien sudah benar atau tidak,
untuk memastikan ketepatan identitas pasien perawat harus mengsingkronkan data
yang dimiliki dengan gelang identitas yng digunakan oleh pasien, selain itu perawat
juga bisa menanyakan langsung kepada pasien mengenai nama pasien, umur pasien
dan tempat serta tanggal lahir pasien

Ketepatan identitas pasien sangat wajib diperhatikan untuk menghindari


kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan maupun pemberian terapi, salam
pemberian terapi dan asuhan keperawatan dapat mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan pasien selama dirumah sakit, dampak yang sangat besar akan dialami

14
oleh pasien apabila perawat teledor dalam memberikan terapi dan asuhan
keperawaran akibat tidak teliti dalam mengnali identitas pasien.

Peningkatan komunikasi yang efektif

Komunikasi sangatlah penting untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang


akan diberikan perawat terhadap pasien. Sebelum perawat menangani pasien , perawat
harus mengumpulkan data-data yang dimiliki oleh pasien yang tentunya didaapat dari
pasien itu sendiri. Apabila perawat tidak memiliki komunikasi yang efektif maka
perawat tidak akan bisa mendapat data objektif dari pasien, apabila perawat tidak
dapat membina hubungan saling percaya terhadap pasien maka pasien pun enggan
untuk memberikan masalah nya kepada perawat, selain itu apabila perawat tidak dapat
berkomunikasi secara efektif kepada pasien maka dia tidak akan mengetahui hal
penting apa saja yang harus dia tanyakan kepada pasien, bukan malah mendapat
informasi penting dengan pasien ,perawat malah mendapatkan hal tidak penting
bahkan membuat pasien marah kepadanya.

Komunikasi efektif selain dilakukan perawat kepada pasien, dilakukan juga


terhadap perawat dengan tenaga medis yang lainnya, apabila perawat tidak dapat
berkomunikasi secara efektif terhadap tenaga medis lain mengenai sesuatu yang
berhubungan dengan pasien maka juga akan mempengaruhi keselamatan pasien.
Misalnya data yang perawat dapat dari pasien A adalah B, namun karena perawat
tidak dapat mengkomunikasikan dengan bener kepada tenaga medis yang lain, baik
itu dokter, farmasi dan ahli gizi sehingga tenaga medis lainnya bukan memahami
pasien A dengan data B malah berasumsi pasien A dengan data C dikarenakan
kesalahan perawat dalam menyampaikan komunikasi kepada tenaga medis lainnya,
ini dapat berbahaya kepada keselamatan pasien karena beda data yang diberi beda
pula layanan kesehatan yang akan diterima

15
Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert)

Obat merupakan salah satu terapi yang diberikan kepada pasien yang bertujuan
untuk membantu pasien untuk pulih kekeadaan semula atau membantu pasien
mengurangi rasa sakit yang dialaminya, maka dari itu perawat harus mengawasi dan
mewaspadai pemberian obat kepada pasien untuk mencapai tujuan dari pemberian
obat itu. Salah satu cara untuk meningkatkan keselamatan pasien adalah dengan
memperhatikan proses pemberian obat. Ada 30 prinsip pemberian obat yang harus
diperhatikan perawat dalam memberikan obat kepada pasien, prinsip ini sudah sangat
berkembang yang awalnya hanya 7 prinsip benar pemberian obat berkembang
menjadi 30 prinsip benar pemberian obat, perkembangan ini bukan untuk menambah
beban kerja perawat namun merupakan salah satu cara untuk mengurangi kecelakaan
pasien yang diakibatkan oleh kesalahan pemberian obat.

Meningkatkan keamanan obat merupakan cara untuk menghindari


kesalahan-kesalahan dalam pemberian obat, apabila pasien salah menerima obat maka
akan berakibat fatal untuk kesehatan pasien. Umumnya pemberian obat kepada pasien
dilakukan oleh bagian farmasi atau apoteker namun tak jarang ini menjadi tugas
perawat diakibatkan oleh minimnya tenaga kesehatan dibidang tersebut. Jika
pemberian obat diberikan oleh farmasi ataupun apoteker perawat tak juga harus lepas
tangan sepenuhnya terhadap pemberian obat kepada pasien, perawat juga harus
mewaspadai ataupun memantau proses pemberian obat tersebut, agar obat yang
diberikan kepada pasien benar dan tepat.

Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi

Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat operasi merupakan sasaran
keselamatan pasien ke empat, mengapa hal ini penting untuk diketahui? Agar tidak

16
terjadinya kesalahan yang tentunya akan meningkatkan angka kecelakaan dirumah
sakit. Kepastian lokasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan perawat
pertama kali, perawat harus mengetahui mana bagian yang harus dioperasi, jangan
sampai terjadi kesalahan yang seharusnya dioperasi bagian perut sebelah perut kanan
karena kurangnya perhatian perawat mengetahui lokasi yang akan dioperasi malah
terjadi pembedahan diperut sebelah kiri, selain itu memperhatikan lokasi operasi
bukan hanya diperhatikan oleh perawat namun semua tenaga medis yang akan
membantu tindakan operasi termasuk dokter.

Setelah mengetahui lokasi operasi selanjutnya yang harus diketahui adalah


prosedur yang akan dilakukan, ketepatan prosedur merupakan langkah kedua setelah
mengetahui lokasi, jangan sampai karena perawat lalai untuk memahami prosedur
yang akan dilakukan sehingga berakibat buruk pada pasien pacsa atau pra operasi,
setelah lokasi sudah benar, prosedur yang akan dilakukan sudah diketahui dan sudah
tepat maka selanjutnya adalah tepat operasi. Tepat operasi bisa terjadi seiring
bersamaan dengan sudah terjadinya ketepatan lokasi, ketepatan prosedur sehingga
terciptalah ketepatan operasi, untuk mencapai ketepatan operasi perawat harus
mendata ulang ataupun mengecek data ulang apakah benar pasien, tepat lokasi dan
tepat prosedur yang dilaksanakan.

Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya sarang penyakit dan tempat


seorang pasien berharap dapat sehat dan tak merasa kesakitan. Sasaran penting
keselamatan pasien ke lima meruapakan pengurangan resiko infeksi, infeksi sangat
mudah terjadi dirumah sakit, mulai dari kelalaian perawat dalam memperhatikan
alat-alat yang digunakan pasien dalam pengobatan dirumah sakit hingga kelalaian
perawat menjaga kebersihan diri sebelum menangani pasien. Umumnya pasien
kerumah sakit untuk sehat ,namun kelalaian-kelalaian yang dilakukan tenaga medis

17
malah membuat pasien terinfeksi penyakit baru, hal ini lah yang harus dihindari agar
angka kecelakaan dirumah sakit dapat kerkurang.

Kecelakaan dirumah sakit bukan hanya pasien dalam keadaan fisik luar yang
terganggu namun juga keadaan fisik dalam dan keadaan fisiologisnya. Maka dari itu
perawat harus memahami bagaimana cara untuk mencegah pasien terinfeksi akibat
pelayanan kesehatan, salah satu caranya bisa selalu memastikan setiap alat kesehatan
yang digunakan ditubuh atau sebelum digunakan dalam keadaan bersih dan steril
kemudia selalu membersihkan diri serta menggunakan alat pelindung diri sebelum,
saat dan setelah melakukan interaksi dengan pasien. Saat ini sangat marak terjadi
infeksi nosokomial dirumah sakit oleh sebab itu penting bagi perawat mengetahui,
memahami dan mengaplikasikan sasaran ke lima ini untuk meningkatkan angka
keselamatan pasien dirumah sakit.

Pengurangan risiko pasien jatuh

Sasaran keselamatan yang terakhir yang harus diketahui perawat adalah resiko
jatuh. Masih sering terjadi pasien jatuh, baik dari tempat tidur atau pada saat berjalan
ingin kekamar mandi. Hal ini harus diperhatikan oleh perawat. Perawat harus
memastikan keselamatan pasien selama berada dirumah sakit, merawat harus
memastikan bahwa pasien tidak terjatuh selama dirumah sakit karena ini akan
mempengaruhi kondisi fisik dari pasien. Namun mengenai pasien jatuh tak mesti
perawat 24 jam harus bersama pasien dan menjaga pasien agar tak jatuh. Perawat
dapat memberika pendidikan kesehatan dan keselamatan terhadap keluarga pasien
yang menjaga untuk memperhatikan keadaan pasien dan selalu mendampingi pasien
pada saat ingin berjalan kekamar mandi, dan selalu memperhatikan keselamatan
pasien selama ditempat tidur.

18
2.2.1 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Keselamatan Pasien

Kesalahan dalam pelayanan kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai faktor,


baik yang berasal dari sistem, teknologi, faktor manusia, faktor pasien, maupun faktor
eksternal. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Faktor sistem dan organisasi: kompleksitas intervensi medis, proses dan


prosedur yang tidak memadai, gangguan dalam alur kerja dan koordinasi perawatan,
keterbatasan sumber daya, staf yang tidak memadai dan pengembangan kompetensi.

2. Faktor teknologi: masalah terkait sistem informasi kesehatan, seperti masalah


dengan rekam medis elektronik atau sistem pemberian obat, dan penyalahgunaan
teknologi

3. Faktor manusia dan perilaku: kurangnya komunikasi antara tenaga


kesehatan, dalam tim kesehatan, dan dengan pasien dan keluarga mereka, kerja tim
yang tidak efektif, kelelahan, kejenuhan, dan bias kognitif.

4. Faktor pasien: literasi kesehatan yang terbatas, kurangnya keterlibatan dan


kepatuhan terhadap pengobatan.

Faktor eksternal: tidak adanya kebijakan, peraturan yang tidak konsisten, tekanan
ekonomi dan keuangan, dan tantangan terkait lingkungan alam.

19
2.2.2 Syarat lingkungan kerja yang sehat

Fasilitas pelayanan kesehatan harus menjamin keamanan, kenyamanan dan


kesehatan para stafnya. Perusahaan harus menciptakan lingkungan tempat kerja yang
sehat. Adapun syarat lingkungan kerja yang sehat adalah sebagai berikut:

a. Suhu ruangan yang nyaman.

b. Penerangan atau pencahayaan yang

c. cukup.

d. Bebas dari debu.

e. Sikap badan yang baik

f. Alat-alat kerja yang sesuai dengan

g. Ukuran tubuh, harus ergonomis.

2.2.3 Prinsip Keselamatan Pesien

Fasilitas pelayanan kesehatan harus

melaksanakan prinsip keselamatan kerjasebagai berikut:

a. Keselamatan masyarakat pekerja sebagai sasaran utama

b. Mengurusi golongan karyawan yang mudah didekati

c. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan periodik

d. Yang dihadapi adalah lingkungan kerja

e. Tujuan utama peningkatan produktivitas

f. Dibiayai oleh perusahaan atau tenaga kerja

20
2.3 Tujuh Langkah Keselamatan Pasien

Langkah langkah menuju keselamatan pasien dirumah sakit:

1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

Segala upaya harus dikerahkan di fasilitas pelayanan kesehatn untuk


menciptakan lingkungan yang terbuka dan tidak menyalahkan sehingga aman untuk
melakukan pelaporan. Ciptakan budaya adil dan terbuka dalam melakukan pelayanan
kesehatan.

Kegiatan yang dilaksanakan untuk tingkat fasilitas pelayanan kesehatan :

 Pastikan ada kebijakan yang menyatakan apa yang harus dilakukan oleh staf
apabila terjadi insiden, bagaimana dilakukan investigasi dan dukungan apa yang
harus diberikan kepada pasien, keluarga, dan staf.

 Pastikan dalam kebijakan tersebut ada kejelasan tentang peran individu dan
akuntabilitasnya bila terjadi insiden.

 Lakukan survei budaya keselamatan unutk menilai budaya pelaporan dan


pembelajaran di fasilitas pelayanan kesehatan.

Untuk tingkat unit/ pelaksana :

 Pastika teman merasa mampu berbicara tentang pendapatnya dan membuat


laporan apabila terjadi insiden.

 Tunjukkan kepada tim tindakan-tindakan yang sudah dilakukan oleh fasilitas


pelayanan kesehatan menindak lanjuti laporan tersebut secara adil guna
pembelajaran dan pengambilan keputusan yang tepat.

21
2. Pimpin dan dukung staf

Tegakkan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien diseluruh
fasilitas pelayanan kesehatan. Membangun budaya keselamatan sangat tergantung
kepada kepemimpinan yang kuat dan kemampuan organisasi mendengarkan pendapat
seluruh anggota.

Kegiatan yang dilaksanakan untuk tingkat fasilitas pelayanan kesehatan :

 Pastikan ada anggota eksekutif yang bertanggung jawab tentang keselamatan


pasien.

 Tunjuk penggeraqk/ champion keselamatan pasien tiap unit

 Tempatkan keselamatan pasien dalam agenda pertemuan pada tingkat manajemen


dan unit

 Masukkan keselamatan pasien dalam program pelatihan bagi staf dan pastikan
ada pengukuran terhadap efektifitas pelatihan tersebut.

Untuk tingkat unit/ pelaksana :

 Calonkan penggerak/ champion untuk keselamatan pasien

 Jelaskan pentingnya keselamatan pasien kepada anggota unit

 Tumbuhkan etos kerja dilingkungan tim sehingga staf merasa dihargai dan
merasa mampu berbicara apabila mereka berpendapat bahwa insiden bisa terjadi

3. Integrasikan kegiatan manajemen risiko

Sistem manajemen resiko akan membantu fasilitas pelayanan kesehatan


mengelola insiden secara efektif dan mencegah kejadian berulang kembali.sistem
manajemen risiko harus didukung oleh strategi manajemen risiko fasilitas pelayanan
kesehatan yang mencakup program asesmen risiko secara pro-aktif dan risk register.
22
Kegiatan yang dilaksanakan unutk tingkat fasilitas pelayanan kesehatan :

 Pelajari kembali struktur dan proses untuk pengelolaan risiko klinis dan non
klinis, dan pastikan hal ini sudah terintegrasi dengan keselamatan pasien dan staf
komplain dan risiko keuangan serta lingkungan

 Kembangkan indikator kinerja untuk sistem manajemen risiko sehingga dapat


dimonitor oleh pimpinan.

 Gunakan informasi yang diperoleh dari system pelaporan insiden dan asesmen
risiko unutk perbaikan pelayanan pasien secara pro-aktif

Untuk tingkat unitPelaksana:

 Giatkan forum diskusi tentang isu manajemen risiko dan keselamatan pasien,
berikan feedback kepada manajemen

 Lakukan asesmen risiko pasien secara individual sebelum dilakukan tindakan.

 Lakukukan proses asesmen risiko secara regular untuk tiap jenis risiko dan
lakukan tindakan yang tepat untuk meminimalisasinya.

 Pastikan asesmen risiko yang ada di unit masuk kedalam proses asesmen risiko di
tingkat organisasi dan risk register

4. Bangun System Pelaporan

System pelaporan sanagt vital di dalam pengumpulan informasi sebagai dasar


analisa dan penyampaian rekomendasi.

Kegiatan yang dilaksanakan unutk tingkat fasilitas pelayanan kesehatan:

 Bangun dan implementasikan system pelaporan yang menjelaskan bagaimana dan


cara fasilitas pelayana kesehatan melaporkan insiden secara basional ke komite
nasional keselamatan pasien (KNKP)
23
Untuk tingkat unit/ pelaksana:

 Dorong kolega untuk aktif melaporkan insiden kesematan pasien baik yang sudah
terjadi maupun yang sudah dicegah tetapi bisa berdampak penting untuk
pembelajaran

5. Libatkan dan Berkomunikasi Dengan Pasien dan Masyarakat

Peran aktif dalam proses asuhannya harus diperkenalkan dan didorong. Pasien
memainkan peranan kunci dalam membantu penegakan diagnosa yang akuratdalam
memutuskan tindakan pengobatan yang tepat, dalam memilih fasilitas yang aman dan
berpengalaman, dan dalam mengidentifikasi kejadian tidak diharapkan serta
mengambil tindakan yang tepat. Kembangkan cara komunikasi terbuka dan
mendengarkan pasien.

Kegiatan yang dilaksanakan untuk tingkat fasilitas pelayana kesehatan:

 Kembangkan kebijakan yang mencakup komunikasi terbuka dengan pasien dan


keluarganya tentang insiden yang terjadi.

 Pastikan pasien dan keluarganya mendapatkan informasi apabila terjadi insiden


dan pasien mengalami cedera sebagai akibatanya

 Berikan dukungan kepada staf, lakukan pelatihan dan dorongan agar mereka
mampu melaksanakan keterbukaan kepada pasien dan keluarganya.

Untuk tingkat unit/ pelaksana :

 Pastikan anggota tim menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan


keluarganya secara aktif waktu terjadi inssiden

24
 Prioritaskan kebutuhan untuk memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
waktu terjadi insiden, dan berikan informasi yang jelas, akurat dan tepat waktu.

 Pastikan pasien dan keluarganya memerima pernyataan *maaf atau rasa


keprihatinan dan lakukan dengan cara terhormay dan simpatik.

6. Belajar dan berbagai tentang pembelajaran keselamatan

Jika terjadi insiden keselamatan pasien, isu yang penting bukan siapa yang
harus disalahkan tetapi bagaiman dan mengapa insiden terjadi.

Kegiatan yang dilaksanakan untuk tingakat fasilitas pelayanan kesehatan :

 Yakinkan staf yang sudah terlatih melakukan investigasi insiden secara tepat
sehingga bisa mengidentifikasi akar masalahnya

 Kembangkan kebijakan yang mencakup kriteria kapan fasilitas pelayana


kesehatan harus melakuakn (RCA).

Untuk tingkat unit/ pelaksana :

 Lakukan pembelajaran di dalam lingkungan unit dari analisa insiden keselamatan


pasien.

 Identifikasi unit lain yang kemungkinan terkena dampak dan berbagilah proses
pembelajaran secara luas.

7. Implementasikan solusi-solusi unutk mencegah cedera

Pembelajaran lewat perubahan-perubahan didalam praktik, proses atau sistem.


Untuk system yang sangat komleks seperti fasilitas pelayanan kesehatan unutk
mencapai hal-hal diatas dibutuhkan perubahan budaya dan komitmen yang tinggi vagi
seluruh staf dalam waktu yang cukup lama.
25
Kegiatan yang dilaksanakan untuk tingkat fasilitas pelayanan kesehatan:

 Gunakan informasi yang berasal dari system pelaporan insiden, asesmen risiko,
invstigasi insiden, auditdan analisa unutk menetapkan solusi di fasilitas pelayana
kesehatan.

 Lakukan asesmen tentang risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.

 Monitor dampak dari perubahan tersebut

 Implementasikan solusi yang sudah dikembangkan eksternal. Hal ini termasuk


solusi yang dikembangkan oleh KNKP atau Best Practice yang sudah
dikembvangkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan

Untuk tingkat unit/ pelaksana:

 Libatkan tim dalam pengembangan cara agar asuhan pasien lebih baik dan lebih
aman.

 Kaji ulang perubahan yang sudah dibuat dengan tim untuk memastikan
keberlanjutannya.

Pastikan tim menerima feedback pada setiap followup dalam pelaporan insiden.

26
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan (K3)


ialah salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kualitas kerja
perawat.Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk
menyelamatkan pasien, keselamatan pasien merupakan prioritas penting di rumah
sakit, karena masalah keselamatan pasien berkaitan erat dengan kualitas dan citra
rumah sakit itu sendiri. Upaya yang dilakukan rumah sakit untuk meningkatkan
keselamatan pasien antara lain melalui program tujuh langkah menuju keselamatan
rumah sakit dan penerapan standar keselamatan pasien rumah sakit. Selain itu, untuk
mengurangi terjadinya kecelakaan atau resiko bahayaperawat harus mampu
menerapakan K3 dengan baik dan benar.

27
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uki.ac.id/2730/1/BUKUMODULMANAJEMENPASIENSAFETY.pd
f

https://repository.stikes-yrsds.ac.id/id/eprint/312/4/BAB%20II%20%20TINJAUAN%
20PUSTAKA.pdf

https://osf.io/exrfy/download/?format=pdf

https://osf.io/meqgc/download/?format=pdf#:~:text=LANGKAH%2DLANGKAH%2
0PELAKSANAAN%20PATIENT%20SAFETY,benar%20juga%205

https://osf.io/fbv5h/download

28

Anda mungkin juga menyukai