Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SAFE PATIENT HANDLING

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 :
NAMA : 1. MOCH. ISRADJI SYAM ABII BAKRIE
2. ABDUL HAFIDZ M. KATILI
3. RAMADAN HAKIM
4. BIANC ONERI POTRI
5. RISKI HURUDJI
6. ALIA FADILA HASAN
7. ELSA HABI
8. FATMA HASAN
9. SINTIYA OKTAVIANI I. YUSUF
10. NIRWATI ABDULLAH HAMJATI
11. KARMILA S. HARUN
12. LILIS HULUMUDI
13. RAHMAWATI WALAHE
14.SRI ZEIN MOODUTO
15. MARSHANDA VITA LILIANA KADIR
16. IZRIANINGSRI DJAINI YUSUF
17. SUCI CAHYANINGSIH NASARU

KELAS : KEPERAWATAN B
T.A : 2020-2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan kita kesehatan, sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah ini dengan judul “SAFE PATIENT HANDLING”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Dasar II. Dalam makalah ini mengulas tentang pengertian safe patient handling, tujuan
safe patient handling,dan mengetahui keselamatan pasien di Rumah Sakit.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman
yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Kami juga berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang sangat kami harapkan dari
para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada
tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Gorontalo, November 2020
Daftar Isi

Kata Pengantar.........................................................................................................

Daftar Isi..................................................................................................................

BAB I Pendahuluan.................................................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Tujuan.........................................................................................................
C. Manfaat.......................................................................

BAB II Pembahasan.................................................................................................

A. Pengertian Patient Safety.............................................................................


B. Tujuan Patient Safety...................................................................................
C. Manfaat Patient Safety.................................................................................
D. Langkah Menuju Patient Safety...................................................................
E. Standar Keselamatan Pasien ........................
BAB III Penutup......................................................................................................

A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gerakan "Patient safety" atau Keselamatan Pasien telah menjadi spirit dalam
pelayanan rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya rumah sakit di negara maju yang
menerapkan Keselamatan Pasien untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi juga rumah
sakit di negara berkembang, seperti Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan


Menteri Kesehatan no 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Peraturan
ini menjadi tonggak utama operasionalisasi Keselamatan Pasien di rumah sakit seluruh
Indonesia. Banyak rumah sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan
mengembangkan Keselamatan Pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan
berdasarkan pemahaman manajemen terhadap Keselamatan Pasien. Peraturan Menteri
ini memberikan panduan bagi manajemen rumah sakit agar dapat menjalankan spirit
Keselamatan Pasien secara utuh.

Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk


menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas
rumah sakit, menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting dalam


sebuah rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit di Indonesia.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Safe Patient Handling
2. Untuk mengetahui Tujuan Safe Patient Handling
3. Untuk mengetahui Standar keselamatan Pasien di Rumah Sakit
C. Manfaat
1. Mampu memahami Pengertian dari Safe Patient Handing
2. Mampu memahami Tujuan dari Safe Patient Handing
3. Mampu memahami Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Patient safety

Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental
atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan
pengobatan.

Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI,
2006).

Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak
adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien
(patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko.
Meliputi: assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.

B. Tujuan Sistem Patient Safety

Tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah :

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit


2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit

4. Terlaksananya program-program pencegahansehinggatidakterjadipenanggulangan


KTD

Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah :

1. Identify patients correctly (mengidentifikasipasiensecarabenar)

2. Improve effective communication (meningkatkankomunikasi yang efektif)

3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari


pengobatan resiko tinggi)

4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi


kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)

5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan)

6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena
jatuh)

C. MANFAAT PATIENT SAFETY

1. Budaya safety meningkat dan berkembang

2. Komunikasi dengan pasien berkembang

3. Kejadian tidak diharapakn (KTD) menurun

4. Risiko klinis menurun

5. Keluhan berkurang

6. Mutu pelayan Rumah Sakit meningkat

7. Citra Rumah Sakit dan kepercayaan masyarakat meningkat, diikuti dengan


kepercayaan diri yang meningkat..
D. LANGKAH MENUJU PATIENT SAFETY

1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

2. Memimpin dan mendukung staf untuk komitmen dan focus pada keselamatan pasien
di Rumah Sakit

3. Integrasikan manajemen risiko

4. Sistem pelaporan di Rumah Sakit

5. Komunikasi terbuka dengan pasien

6. Belajar dan berbagi pengalaman keselamatan pasien

7. Cegah cedera melalui implementasi keselamatan pasien

E. STANDAR KESELAMATAN PASIEN

Tujuh standar keselamatan pasien (mengacu pada “Hospital Patient


safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu:

1. Hak pasien

Standarnya adalah pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan


informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD
(Kejadian Tidak Diharapkan). Kriterianya adalah sebagai berikut:

a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.

b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan

c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan
benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD

2. Mendidik pasien dan keluarga

Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban


& tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriterianya adalah keselamatan dalam
pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien adalah partner
dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistim dan mekanisme mendidik
pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat :

a). Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur

b). Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab

c). Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti

d). Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

e). Mematuh iinstruksi dan menghormati peraturan RS

f). Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

g). Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

      Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin


koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteri sebagai berikut:

a). Koordinasi pelayanan secara menyeluruh

b). Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya

c). Koordinasipelayananmencakuppeningkatankomunikasi

d). Komunikasi dan transfer informasiantarprofesikesehatan

4.  Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan


program peningkatan keselamatan pasien.

Standarnya adalah RS harus mendisain proses baru atau memperbaiki proses


yang ada, memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif KTD, & melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP
dengan criteria sebagai berikut :
a). Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.

b). Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja

c). Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif

d). Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien standarnya adalah:

a). Pimpinan dorong & jamin implementasi program KP melalui penerapan “7 Langkah
Menuju KP RS”.

b). Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP &


program mengurangi KTD.

c). Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP

d). Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, &
meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.

e). Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan


kinerja RS & KP, dengan criteria sebagai berikut :

(1). Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.

(2). Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimal kaninsiden

(3). Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah
sakit terintegrasi dan berpartisipasi

(4). Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhada pinsiden, termasuk asuhan kepada


pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.

(5). Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,
(6). Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden

(7). Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara suka rela antar unit dan antar
pengelola pelayanan

(8). Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan

(9). Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria


objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan
pasien.

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien. Standarnya adalah :

a). RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.

b). RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk


meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan inter
disiplin dalam pelayanan pasien, dengan kriteria sebagai berikut :

(1). Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien

(2). Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice


training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.

(3). Menyelenggarakan pelatihan tentang kerja sama kelompok (teamwork) guna


mendukung pendekatan inter disiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan


pasien. Standarnya adalah :

a). RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk memenuhi


kebutuhan informasi internal & eksternal.

b). Transmisi data &informasi harus tepat waktu & akurat, dengan criteria sebagai
berikut :
(1). Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.

(2). Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS di


Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah
Sakit, atau 9 Solusi, langsung atau bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS
masing-masing.

1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike


Medication Names).

Nama Obat Rupa dan UcapanMirip (NORUM), yang membingungkan staf


pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat
(medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan
puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya
kesalahan akibat bingung terhadap nama mereka tau generik serta kemasan. Solusi
NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan
memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu,
maupun pembuatan resep secara elektronik.

2. PastikanIdentifikasiPasien.

Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara
benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan;
pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya,
dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien,
termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini; standar disasi dalam metode identifikasi
di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi
pasiendalamkonfirmasiini;
sertapenggunaanprotokoluntukmembedakanidentifikasipasiendengannama yang sama.

3. KomunikasiSecaraBenarsaatSerahTerima/PengoperanPasien.
Kesenjangandalamkomunikasisaatserahterima/ pengoperanpasienantara unit-unit
pelayanan, dan di dalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya
kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat
mengakibatkan cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki
pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan
informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk
bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima, dan
melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.

4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar

Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-kasus


dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah
sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau
informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-
kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang
distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang
tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan; pemberian tanda pada
sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan adanya tim
yang terlibat dalam prosedur Time out sesaat sebelum memulai prosedur untuk
mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.

5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated)

Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki


profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah
berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standar disasi dari dosis, unit ukuran dan
istilah; dan pencegahan atas campur aduk/bingung tentang cairan elektrolit pekat yang
spesifik.

6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.

Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan.


Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk
mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien.
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan
akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home
medication list”, sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan/atau
perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan komunikasikan
daftar tersebut kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau
dilepaskan.

7. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).

Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesainsedemikian


rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang
bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang
salah, serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.
Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara
detail/rinci bila sedang mengenjakan pemberian medikasi serta pemberian makan
(misalnya slang yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien
(misalnya menggunakan sambungan & slang yang benar).

8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.

Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan
HCV yang di akibatkan oleh pakaiulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya
adalah penlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan
periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang
prinsip-pninsip pengendalian infeksi, edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka
mengenai penularan infeksi melalui darah; dan praktek jarum sekali pakai yang aman.

9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi


Nosokomial.

Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia
menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif
adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini.
Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-based
hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran,
pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan tangan yang benar mengingatkan
penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan
kebersihan tangan melalui pemantauan/observasi dan tehnik-tehnik yang lain.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hal yang dapat kita simpulkan adalah bahwa untuk mewujudkan patient safety
butuh upaya dan kerja sama berbagai pihak, pasien safety merupakan upaya dari seluruh
komponen sarana pelayanan kesehatan.

B. SARAN
Kami, menyadari bahwa makalah ini banyak kesalahan dan sangat jauh dari
kesempurnaan.
Tentunya, Kami akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber
yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas.

Anda mungkin juga menyukai