OLEH :
TAHUN AKADEMIK
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan tuntunan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Karena makalah ini dibuat sebagai tugas Mikrobiologi dan merupakan salah satu bentuk
usaha penulis untuk menambah wawasan mengenai “Peran Perawat Dalam Pencegahan
Infeksi”.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kata sempurna. Mengingat banyaknya
kekurangan yang penulis miliki, baik dari segi isi, penyajian maupun penulisan itu sendiri.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan pendapat, saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat menjadi inspirasi dan
memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR .............................................................................................................1
DAFTAR ISI ............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................4
1.3 Tujuan .......................................................................................................................4
1.4 Manfaat .....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Infeksi ........................................................................................................5
2.2 Tanda-tanda Infeksi .....................................................................................................9
2.3 Cara Pencegahan Infeksi .............................................................................................9
2.4 Proses keperawatan terhadap pencegahan infeksi …………………………………11
BAB I
PENDAHULUAN
3
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi
yangmemantau untuk mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan
pekerjakeperawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan keperawatan
beresiko terkenainfeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme
infeksius,meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan
oleh mikroorganisme dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau
ambulatory, klien dapat terpajan padamikroorganisme baru atau berbeda,yang beberapa
dari mikroorganisme tersebut dapat sajaresisten terhadap banyak antibiotik. Dengan cara
mempraktikan teknik pencegahan infeksi perawat dapat menghindarika penyebab
mikroorganisme terhadap klien.
BAB II
PEMBAHASAN
4
Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat
sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara bertahan hidup dengan
berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok dan mampu mencari reservoir lainnya
yang baru dengan cara menyebar atau berpindah. Penyebaran mikroba patogen ini
tentunya sangat merugikan bagi orang-orang yang dalam kondisi sehat, lebih-lebih bagi
orang-orang yang sedang dalam keadaan sakit. Orang yang sehat akan menjadi sakit dan
orang yang sedang sakit serta sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit
akan memperoleh “tambahan beban penderita” dari penyebaran mikroba patogen ini.
Secara umum istilah Infeksi biasa kita definisikan sebagai suatu penyakit yang
diakibatkan karena tubuh kita telah kemasukan kuman atau virus, ini benar akan tetapi
pengertian infeksi yang lebih tepatnya adalah :
suatu keadaan dimana adanya suatu organisme pada jaringan tubuh yang disertai
dengan gejala klinis baik itu bersifat lokal maupun sistemik seperti demam atau panas
sebagai suatu reaksi tubuh terhadap organisme tersebut. Jika gejala demam tersebut
bersifat mendadak, maka disebabkan oleh infeksi virus. Akan tetapi jika demamnya
secara bertahap atau lambat, maka biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri.
Secara Definisi, Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing
(luar) terhadap organisme inang (tubuh), dan bersifat pilang yaitu membahayakan inang.
Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sumberdaya (sarana) yang dimiliki
inang untuk dapat memperbanyak diri dan itu merugikan inang. Patogen mengganggu
fungsi normal inang berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh,
bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum,
patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya
definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.
Simbiosis antara parasit dan inang, di mana salah satu pihak diuntungkan dan pihak
lainnya dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme. Cabang kedokteran yang
menitikberatkan infeksi dan patogen adalah cabang penyakit infeksi.
Secara umum infeksi ini terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu :
Infeksi yang terjadi karena terpapar oleh antigen dari luar tubuh
Infeksi yang terjadi karena difusi cairan tubuh atau jaringan, seperti virus HIV, karena
virus tersebut tidak dapat hidup di luar tubuh
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk (port d’entrée) yang
sesuai dari pejamu. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, atau
5
adanya droplet nuclei saat bersin, batuk, berbicara, atau saat transfusi darah dengan
darah yang terkontaminasi mikroba patogen.
a. Vehicle-borne
Dalam kategori ini, yang menjadi media perantara penularan adalah barang /
bahan yang terkontaminasi seperti peralatan makan dan minum, instrumen bedah /
kebidanan, peralatan laboratorium, peralatan infus / transfusi.
b. Vector-borne
1. Cara mekanis
Pada kaki serangga yang menjadi vektor melekat kotoran atau
sputum yang mengandung mikroba patogen, lalu hinggap pada
makanan atau minuman, dimana selanjutnya akan masuk ke saluran
cerna pejamu.
2. Cara biologis
Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus
perkembangbiakan dalam tubuh vektor atau serangga, selanjutnya
mikroba berpindah tempat ke tubuh pejamu melalui gigitan
c. Food-borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang terbukti cukup efektif
untuk menjadi saran penyebaran mikroba patogen ke pejamu, yaitu mealui pintu
masuk (port d’entre’e) saluran cerna.
d. Water-borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif, terutama
untuk kebutuhan rumah sakit, adalah suatu hal yang mutlak. Kualitas air yang
meliputi aspek fisik, kimiawi, dan bakteriologis, diharapkan telah bebas dari
mikroba patogen sehingga aman untuk dikonsumsi manusia. Jika tidak, sebagai
salah satu media perantara, air sangat mudah menyebarkan mikroba patogen ke
pejamu, melalui pintu masuk (port d’entre’e) saluran cerna maupun pintu masuk
lainnya.
e. Air-borne
Udara bersifat mutlak diperlukan bagi setiap orang, namun sayangnya budara
yang telah terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit untuk dapat dideteksi.
Mikroba patogen dalam udara masuk ke saluran napas pejamu dalam bentuk
droplet nuclei yang dikeluarkan oleh penderita (reservoir) saat batuk atau bersin,
6
bicara atau bernapas melalui mulut atau hidung. Sedangkan dust merupakan
partikel yang dapat terbang bersama debu lantai atau tanah. Penularan melalui
udara ini umumnya mudah terjadi di dalam ruangan yang tertutup seperti di dalam
gedung, ruangan, bangsal, kamar perawatan, atau pada laboratorium klinik.
Mekanisme transmisi mikroba patogen atau penularan penyakit infeksi pada
manusia sangat jelas tergambar dalam uraian di atas, dari reservoir ke pejamu yang
peka atau rentan. Dalam riwayat perjalanan penyakit, pejamu yang peka
(suspectable host) akan berinteraksi dengan mikroba patogen, yang secara alamiah
akan melewati 4 tahap.
1. Tahap Rentan
Pada tahap ini pejamu masih berada dalam kondisi yang relatif sehat, namun
kondisi tersebut cenderung peka atau labil, disertai faktor predisposisi yang
mempermudah terkena penyakit seperti umur, keadaan fisik, perilaku /
kebiasaan hidup, sosial-ekonomi, dan lain-lain. Faktor–faktor predisposisi
tersebut akan mempercepat masuknya agen penyebab penyakit (mikroba
patogen) untuk dapat berinteraksi dengan pejamu.
2. Tahap Inkubasi
Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba pathogen akan mulai beraksi,
namun tanda dan gejala penyakit belum tampak (subklinis). Saat mulai
masuknya mikroba patogen ke tubuh pejamu hingga saat munculnya tanda dan
gejala penyakit dikenal sebagai masa inkubasi. Masa inkubasi satu penyakit
berbeda dengan penyakit lainnya; ada yang hanya beberapa jam, dan ada pula
yang sampai bertahun-tahun.
3. Tahap Klinis
Merupakan tahap terganggunya fungsi-fungsi organ yang dapat
memunculkan tanda dan gejala (signs and symptomps) dari suatu penyakit.
Dalam perkembangannya, penyakit akan berjalan secara bertahap. Pada tahap
awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan. Penderita masih mampu
melakukan aktivitas sehari–hari dan masih dapat diatasi dengan berobat jalan.
Pada tahap lanjut, penyakit tidak dapat diatasi dengan berobat jalan, karena
penyakit bertambah parah baik secara objektif maupun subjektif. Pada tahap ini
penderita sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari–hari dan jika
berobat, umumnya harus melakukan perawatan.
4. Tahap Akhir Penyakit
Perjalanan semua jenis penyakit pada suatu saat akan berakhir pula.
Perjalanan penyakit tersebut dapat berakhir dengan 5 alternatif.
a. Sembuh sempurna
Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi sel /
jaringan / organ tubuh kembali seperti semula saat sebelum sakit.
b. Sembuh dengan cacat
Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai adanya kecacatan.
Cacat dapat berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial.
c. Pembawa (carrier)
7
Perjalanan penyakit seolah–olah berhenti, ditandai dengan
menghilangnya tanda dan gejala penyakit. Pada tahap ini agen penyebab
penyakit masih ada dan masih memiliki potensi untuk menjadi suatu sumber
penularan.
d. Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang
tetap atau tidak berubah (stagnan).
e. Meninggal dunia
Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan fungsi-fungsi
organ yang menyebabkan kematian.
Secara umum istilah Infeksi biasa kita definisikan sebagai suatu penyakit yang diakibatkan
karena tubuh kita telah kemasukan kuman atau virus, ini benar akan tetapi pengertian infeksi
yang lebih tepatnya adalah :
suatu keadaan dimana adanya suatu organisme pada jaringan tubuh yang disertai dengan
gejala klinis baik itu bersifat lokal maupun sistemik seperti demam atau panas sebagai suatu
reaksi tubuh terhadap organisme tersebut. Jika gejala demam tersebut bersifat mendadak,
maka disebabkan oleh infeksi virus. Akan tetapi jika demamnya secara bertahap atau lambat,
maka biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri.
Secara Definisi, Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing (luar) terhadap
organisme inang (tubuh), dan bersifat pilang yaitu membahayakan inang. Organisme
penginfeksi, atau patogen, menggunakan sumberdaya (sarana) yang dimiliki inang untuk
dapat memperbanyak diri dan itu merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal
inang berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, bahkan kematian.
Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya
dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas,
mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid. Simbiosis antara parasit dan inang,
di mana salah satu pihak diuntungkan dan pihak lainnya dirugikan, digolongkan sebagai
parasitisme. Cabang kedokteran yang menitikberatkan infeksi dan patogen adalah cabang
penyakit infeksi.
Secara umum infeksi ini terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu :
Infeksi yang terjadi karena terpapar oleh antigen dari luar tubuh
Infeksi yang terjadi karena difusi cairan tubuh atau jaringan, seperti virus HIV, karena
virus tersebut tidak dapat hidup di luar tubuh
Infeksi awal
Setelah menembus jaringan, patogen dapat berkembang pada di luar sel tubuh (ekstraselular)
atau menggunakan sel tubuh sebagai inangnya (intraselular). Patogen intraselular lebih lanjut
dapat diklasifikasikan lebih lanjut:
8
patogen yang berkembang biak dengan bebas di dalam sel, seperti : virus dan
beberapa bakteri (Chlamydia, Rickettsia, Listeria).
Jaringan yang tertembus dapat mengalami kerusakan oleh karena infeksi patogen, misalnya
oleh eksotoksin yang disekresi pada permukaan sel, atau sekresi endotoksin yang memicu
sekresi sitokina oleh makrofaga, dan mengakibatkan gejala-gejala lokal maupun sistemik.
1. Rubor (Kemerahan)
Rubor adalah kemerahan, ini terjadi pada area yang mengalami infeksi karena
peningkatan aliran darah ke area tersebut sehingga menimbulkan warna kemerahan.
2. Calor (Panas)
Kalor adalah rasa panas pada daerah yang mengalami infeksi akan terasa
panas, ini terjadi karena tubuh mengkompensasi aliran darah lebih banyak ke area
yang mengalami infeksi untuk mengirim lebih banyak antibody dalam memerangi
antigen atau penyebab infeksi.
3. Tumor (Bengkak)
Tumor dalam konteks gejala infeksi bukan sel kanker seperti yang umum
dibicarakan akan tetapi pembengkakan yang terjadi pada area yang mengalami infeksi
karena meningkatnya permeabilitas sel dan meningkatnya aliran darah.
4. Dolor (Nyeri)
Dolor adalah rasa nyeri yang dialami pada area yang mengalami infeksi, ini
terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi mengeluarkan zat tertentu
sehingga menimbulkam nyeri. Rasa nyeri mengisyaratkan bahwa terjadi gangguan
atau sesuatu yang tidak normal jadi jangan abaikan nyeri karena mungkin saja ada
sesuatu yang berbahaya.
2.3 Cara Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan lengkap yang yang
di berikan kepada klien untuk melindungi petugas kesehatan itu sendiri.
a.Antiseptik
Antiseptik adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh ataumenghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.
b.Aseptik
Aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan menyebabkan infeksi.Tujuannya
adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah
mikroorganisme,baik pada permukaan benda hidup maupun benda
mati agar alatalat kesehatan dapatdigunakan dengan aman.
c.Dekontaminasi
9
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugaskesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan medis,
sarungtangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh.
Caramemastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap benda -
bendatersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
d.Desinfeksi
Tindakan yang tindakan menghilangkan sebagian besar mikroorganisme
penyebab penyakit dari benda mati.
e.Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Suatu proses yang menghilangkan mikroorganisme kecuali beberapa
endospora bakteripada benda matidengan merebus, mengukus, atau penggunaan desin
fektankimia.
f.Mencuci dan membilas
Suatu proses yang secara fisik menghilangkan semua debu, kotoran, darah,
dan bagian tubuh lain yang tampak pada objek mati dan membuang sejumlah besarmi
kro organisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh kulit
ataumenangani benda tersebut (proses ini terdiri dari pencucian dengan sabun
ataudeterjen dan air, pembilasan dengan air bersih dan pengeringan secara seksama).
g.Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
semuamikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri
pada benda-benda mati atau instrument.
10
a.Peningkatan daya tahan penjamu, dapat pemberian imunisasi aktif (contohvaksinasi
hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosikesehatan secara
umum termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan dayatahan tubuh.
b.Inaktivasi agen penyebab infeksi, dapat dilakukan metode fisik maupun kimiawi.Contoh
metode fisik adalah pemanasan (pasteurisasi atau sterilisasi) dan memasakmakanan
seperlunya. Metode kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi.
c.Memutus mata rantai penularan. Merupakan hal yang paling mudah untukmencegah
penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya bergantung kepeda ketaatan petugas dalam
melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan.
1. Pengkajian keperawatan
2.Diagnosis keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan adalah risiko terjadinya infeksi yang berhubungandengan
proses penyebaran teman.
3.Perencanaan keperawatan
Tujuan : Mencegah terjadi infeksi atau penyebaran kumanRencana tindakan :
Melakukan tindakan untuk menghambat penyebaran kuman,seperti mencuci tanagan,
memakai masker, memakai sarung tangan, sterilisasi, dandesinfeksi.
11
- Sabun
- Sikat lunak
Prosedur kerja :
- Air bersih
Prosedur kerja :
- lepaskan segala benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincinatau
jam tangan
- basahi jari tangan, lengan, hingga siku dengan air, kemudian gosokanlaruta
n disinfektan dan sikat bila perlu
- bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk atau
lap kering
- air mengalir
- sikat steril dalam tempat
- alcohol 70 %
- sabun
Prosedur kerja
- lepaskan segala benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincinatau
jam tangan
12
- basahi jari tangan, lengan, hingga siku dengan air, kemudian tuangsabun (2-5
ml) ke tangan dan gosokan tangan serta lengan sampai 5cm diatas siku,
kenudian sikat ujung jari, tangan, lengan, dan kuku sebanyakkurang lebih 15
kali gosokan, sedangkan telapak tangan 10 kali gosongkan bingga siku.
- Sarung tangan
- Bedak/ talk
Prosedur kerja
- Masker
Prosedur kerja:
13
d.Cara desinfeksi
Prosedur kerja:
Prosedur kerja:
Prosedur kerja:
Prosedur kerja :
- Jemurlah kasur, tempat tidur, urinal, pispot, dan lain- lain;masing- masing
permukaan selama 2 jam.
1.Sabu
Alat bahan :
14
Prosedur kerja:
Alat/Bahan:
Prosedur kerja:
3.Savlon
Alat/Bahan:
- Savlon
- Gelas ukuran-
- Baskom berisi air secukupnya
Prosedur kerja:
f.Cara sterilisasi
15
- Peralatan tenunan (kain kasa, tampon, doek baju, sprei, dan lain- lain)
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi terhadap masalah risiko infeksi ()penyebaran kuman) secara
umumdilakukan untuk menilai ada atau tidaknya tanda infeksi nosokomial seperti
penyebarankuman ke pasien atau orang lainPeran perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan untuk mengendalikanterjadinya infeksi nosokomial yaitu :
a.Menjaga kebersihan rumah sakit yang berpedoman terhadap kebijakan
rumah sakitdan praktik keperawatan
b.Pemantauan teknik aseptik termasuk cuci tangan dan penggunaan isolasi
c.Melapor kepada dokter jika ada masalah-masalah atau tanda dan gejala
infeksi padasaat pemberian layanan kesehatan
d.Melakukan isolasi jika pasien menunjukkan tanda-tanda dari penyakit
menular
e.Membatasi paparan pasien terhadap infeksi yang berasal dari pengujung, staf
rumahsakit, pasien lain, atau peralatan yang digunakan untuk diagnosis atau
asuhankeperawatan
f.Mempertahankan keamanan peralatan, obat-obatan dan perlengkapan
perawatan diruangan dari penularan infeksi nosokomial
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/44863/3/Prianka_Bayu_Putra_22010110130167_Bab2KTI.pdf
https://www.academia.edu/37392306/Tanda2_infeksi
18