Anda di halaman 1dari 24

Mata Kuliah : Konsep Dasar Keperawatan

Dosen Pengampu : Israyana, S.Kep., Ns., M.Kep

MAKALAH

ETHIC OF CARE (ETIKA KEPERAWATAN)

Disusun oleh :

SUKLMAWATI (4201022036)

ZULFA LAYLA ( 4201022049)

SERLI (4201022023)

MARDIAN (4201022040)

ADINDA DW. R ( 4201022043)

ALIF FARDANI (4201022052)

SALSABILA (4201022021)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) IST BUTON

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah

Konsep Dasar Keperawatan yang berjudul “ETHIC OF CARE” tepat waktu.

Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa

mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Baubau,3 November2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Keperawatan.........................................................................3

2.2 Tujuan Etika Keperawatan...........................................................................6

2.3 Pendekatan dalam Etika Keperawatan.........................................................9

2.4 Tipe-tipe Etika Keperawatan.......................................................................10

2.5 Teori-teori dalam Etika Keperawatan..........................................................11

2.6 Prinsip-prinsip Etika Keperawatan..............................................................12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................20

3.2 Saran.............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika Keperawatan adalah Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari

kebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang

menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan

penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Praktek

keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional diberikan berdasarkan ilmu

pengetahuan, menggunakan metodologi keperawatan dan dilandasi kode etik

keperawatan. Kode etik keperawatan mengatur hubungan antara perawat dan pasien,

perawat terhadap petugas, perawat terhadap sesama anggota tim kesehatan, perawat

terhadap profesi dan perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air. Pada hakikatnya

keperawatan sebagai profesi senantiasa mangabdi kepada kemanusiaan, mendahulukan

kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi, bentuk pelayanannya bersifat

humanistik, menggunakan pendekatan secara holistik, dilaksanakan berdasarkan pada

ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan kode etik sebagai tuntutan utama dalam

melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan. Dengan memahami konsep etik, setiap

perawat akan memperoleh arahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang

merupakan tanggung jawab moralnya dan tidak akan membuat keputusan secara

sembarangan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan etika keperawatan?

2. Apakah tujuan dari etika keperawatan?

3. Bagaimana pendekatan dalam etika keperawatan?

1
4. Apasajakah tipe-tipe etika keperawatan?

5. Apasajakah prinsip-prinsip etika keperawatan?

1.3 Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah etika keperawatan

2. Untuk laporan diskusi kasus

3. Agar dapat mengetahui dan memahami konsep dari etika keperawatan

4. Agar dapat mengaplikasikan etika keperawatan dalam melakukan tindakan

keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Keperawatan

Menurut Suhaemi (2010), Kata etika berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang

berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu

perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang

harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari

martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi.

Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu

yang dilayani.

Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina

profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik menerapkan

konsep etis Karena profesi bertanggung jawab pada manusia dan menghargai

kepercayaan serta nilai individu. Kata seperti etika, hak asasi, tanggung jawab, mudah

didefinisikan, tetapi kadang-kadang tidak jelas letak istilah tersebut diterapkan dalam

suatu situasi. Contoh: benarkah dipandang dari segi etis, hak asasi, dan tanggung jawab

bila profesional kesehatan menghentikan upaya penyelamatan hidup pada pasien yang

mengidap penyakit yang pasti membawa kematian?

Faktor teknologi yang meningkat, ilmu pengetahuan yang berkembang

(pemakaian mesin dan teknik memperpanjang usia, legalisasi abortus, pencangkokan

organ manusia, pengetahuan biologi dan genetika, penelitian yang menggunakan subjek

manusia) ini memerlukan pertimbangan yang menyangkut nilai, hak-hak manusia, dan

tanggung jawab profesi. Organisasi profesi diharapkan mampu memelihara dan

3
menghargai, mengamalkan, mengembangkan nilai tersebut melalui kode etik yang

disusunnya.

Kadang-kadang perawat diharapkan pada situasi yang memerlukan keputusan

untuk mengambil tindakan. Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga, dan

masyarakat ; menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial,

dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan; dan menekankan pencegahan

penyakit; serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan. Pelayanan

kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan dasar adanya profesi

keperawatan. Kebutuhan pelayanan keperawatan adalah universal. Pelayanan profesional

berdasarkan kebutuhan manusia karena itu tidak membedakan kebangsaan, warna kulit,

politik, satatus sosial, dan lain-lain. Keperawatan adalah pelayanan vital terhadap

manusia yang menggunakan manusia juga, yaitu perawat. Pelayanan ini berdasarkan

kepercayaan bahwa perawat berbuat hal yang benar, hal yang diperlukan, dan hal yang

menguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh karena manusia dalam interaksi

bertingkah laku berbeda-beda maka diperlukan pedoman untuk mengarahkan bagaimana

harus bertindak, bagaimana perilaku manusia, dan apakah hal dan tanggung jawabnya.

Etika memberi keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar tepat atau

bermoral. Banyak profesi dibidang hukum, kedokteran, keperawatan, menyusun

pernyataan tentang keyakinan terhadap perilaku yang etis bagi anggotanya. Etika profesi

sebagai pedoman menumbuhkan tanggung jawab atau kewajiban bagi angngota profesi

tentang hak-hak yang diharapkan oleh orang lain. Anggota profesi memiliki pengetahuan

atau keterampilan khusus yangn dipergunakan untuk membuat keputusan yang

memengaruhi orang lain.

Organisasi profesi menggunakan hak-hak dasar manusia dan dasar hukum untuk

melindungi anggotanya dan keselamatan klien atau pasien, dengan menjamin pelayanan

4
yang diberikan berdasarkan standar dan pelaksana pelayanan merupakan tenaga

profesional yang berkompeten. Perawat harus membiasakan diri untuk menerapkan kode

etik yang memberi gambaran tanggung jawabnya dalam praktik keperawatan. Perawat

juga harus mengerti undang-undang dan hukum yang berhubungan dengan kesehatan

kepada umum, terutama undang-undang yang mengatur praktik keperawatan. Perawat

harus juga memperhatikan fungsi dan tanggung jawabnya, seperti yang dijelaskan oleh

hukum dan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi keperawatan. Etika profesi

keperawatan dikenal sebagai practice discipline, yang perwujudannya dikenal melalui

asuhan atau praktik keperawatan.

Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaanya selalu berada dalam situasi yang

menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi serta saling memengaruhi

dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang bersangkutan.

Keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional bertujuan untuk tercapainya

kesejahteraan manusia. Sebagai suatu profesi, perawat mempunyai kontrak sosial dengan

masyarakat. Ini berarti masyarakat memberi kepercayaan bagi perawat untuk terus

menerus memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. Untuk

menjamin kepercayaan ini, pelayanan keperawatan harus dilandasi ilmu pengetahuan,

metodologi, dan dilandasi pula dengan etika profesi.

Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab

moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan

adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat.

Anggota profesi keperawatan dituntut oleh sesama perawat, profesi lain, dan masyarakat

sebagai penerima pelayanan keperawatan untuk menaati dan menentukan kode etik yang

telah disepakati.

5
Secara spesifik etika profesi memberi tuntutan praktik bagi anggota profesi dalam

melaksanakan praktik profesinya sesuai dengan standar moral yang diyakini. Disamping

itu, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan meningkatnya kebutuhan masyarakat

mengakibatkan ruang lingkup layanan keperawatan semakin komplek untuk itu, perawat

dituntut kemampuannya untuk dapat mengambil keputusan atas dasar penalaran saintifik

dan etis.

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, seorang perawat harus mengambil

suatu keputusan dalam upaya pelayanan keperawatan klien. Keputusan yang diambil

berdasarkan pertimbangan dan kemampuan penalaran ilmiah dan penalaran etika, hal

yang baik bagi pelayanan keperawatan klien diukur dari sudut keyakinannya sendiri,

norma masyarakat, dan standar profesional. Dalam melaksankan praktik keperawatan,

perawat berhadapan dengan manusia atau klien. Perawat meyakini bahwa klien

mempunyai harga diri, martabat, dan otonomi; dan integritas perawat harus

dipertahankan dalam memberi pelayanan atau asuhan keperawatan. Disamping itu,

keperawatan mempunyai tanggung jawab untuk memciptakan lingkungan yang kualitas

pelayanannya juga ditentukan oleh pertimbangan hak, nilai budaya, dan adat istiadat

klien.

2.2 Tujuan Etika Keperawatan

Menurut Suhaemi, (2010), Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk

mengukur perilaku moral dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini,

keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang mengukur dan

mengevaluasi perilaku moral perawat.

Dengan menggunakan kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan

dapat dapat meletakkan kerangka berpikir perawat untuk mengambil keputusan dan

6
bertanggung jawab kepada masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain, dan kepada

profesi (ANA, 1976 dalam buku Suhaemi, 2010). Secara umum tujuan etika profesi

keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada

perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada

profesi keperawatan.

Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantanng untuk mengembangkan etika

profesi secara terus-menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru; dan

mampu menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat generasi muda, secara

terus-menerus juga meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat tetap

menyenangi profesinya. Selain itu pula, agar perawat dapat menjadi wasit untuk anggota

profesi yang bertindak kurang profesional karena melakukan tindakan “di bawah”

standar profesional atau merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan.

Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching dalam buku Suhaemi

2010, tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu:

1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan

2. Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam

praktik keperawatan

3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat di

pertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada Tuhan,

sesuai dengan kepercayaannya

Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan dan

mempertimbangkan peran prinsip moralitas, yaitu keyakinannya terhadap tindakan yang

dihubungkan dengan ajaran agama dan perintah Tuhan dalam:

1. Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok profesi, perawat sendiri,

maupun masyarakat

7
2. Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan pandangan (hal

yang dianggap benar).

Menurut Veatch, yang mengambil keputusan tentang etika profesi keperawatan

adalah perawat sendiri, tenaga kesehatan lainnya; dan etika yang berhubunngan dengan

pelayanan keperawatan ialah masyarakat/orang awam yang menggunakan ukuran dan

nilai umum sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Menurut National League for Nursing (NLN [Pusat pendidikan keperawatan

milik perhimpunan perawat Amerika]) dalam buku Suhaemi, 2010, pendidikan etika

keperawatan bertujuan:

1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi kesehatan

lain dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut.

2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moraliltas, keputusan

tentang baik dan buruk yang akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sesuai

dengan kepercayaannya

3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta didik

4. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar praktik

keperawatan profesional. Diakui bahwa pengembangan keterampilan ini melalui

dilemma etika, artinya konflik yang dialami, yang memerlukan pengambilan

keputusan yang baik dan benar dipandang dari sudut profesi, kemanusiaan,

kemasyarakatan, kesehatan dan keperawatan.

5. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika

keperawatan dalam praktik dan dalam situasi nyata.

Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keparawatan yang berfungsi

untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentang perbedaan nilai, norma yang

timbul dalam keputusan keperawatan. Namun, etika keperawatan tidak cukup hanya

8
diajarkan, tetapi harus ditanamkan dan diyakini oleh peserta didik melalui pembinaan,

tidak saja di pendidikan, tetapi dalam lingkungan pekerjaan dan lingkungan profesi.

2.3 Pendekatan dalam Etika Keperawatan

Sebelum membahas tentang masalah etika, perawat penting memahami metode

pendekatan yang digunakan dalam diskusi permasalahan etika. Ladd.J (1978 dikutip oleh

Frell; lih. McCloskey, 1990 dalam buku Suhaemi, 2010) menyatakan ada empat metode

utama; otoritas, consensus hominum, pendekatan intuisi atau self-evidence, dan metode

argumentasi.

Metode otoritas menyatakan bahwa dasar setiap tindakan atau keputusan

berdasarkan pada otoritas. Otoritas dapat berasal dari manusia atau kepercayaan

supernatural, kelompok manusia, atau institusi seperti majelis ulama, dewan gereja, atau

pemerintah. Penggunaan metode ini terbatas hanya pada penganut yang percaya.

Metode consensum hominum menggunakan pendekatan berdasarkan pada

persetujuan masyarakat luas atau peda sekelompok manusia yang terlibat dalam

pengkajian suatu masalah. Segala sesuatu yang diyakini bijak, dan secara etika dapat

diterima, dimasukkan dalam keyakinan.

Metode pendekatan intuisi atau self-evidence --dinyatakan oleh para ahli filsafat--

berdasarkan pada apa yang mereka kenal sebagai konsep teknikintuisi. Metode

initerbatas hanya pada orang-orang yang mempunyaiintuisi tajam.

Metode argumentasi atau metide sokratik menggunakan pendekatan dengan

mengajukan pertanyaan atau mencari jawaban yang mempunyai alasan tepat. Metode

analitik ini digunakan untuk memahami fenomena etika.

9
2.4 Tipe-tipe Etika Keperawatan

Menurut Dalami (2010), tipe-tipe etika keperawatan terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Bioetik

Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi

dalam etik ,menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik

difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu

kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theologi.

Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada

moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada

manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan

moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme

terhadap pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain: peningkatan mutu

genetik, etika lingkungan, pemberiaan pelayanan kesehatan.

Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang

menyangkut perawatan kesehatan, Kesehatan modern,aplikasi teori etik,dan prinsip

etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan

2. Clinical Ethics/Etik Klinik

Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada

masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien.

Contoh clinical ethics: adanya persetujuan atau penolakan ,dan bagaimana

seseorang sebaiknya merespons permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).

3. Nursing Ethics/Etik Keperawatan

Bagian dari bioetik yang merupakan studi formal tentang isu etik dan

dikembangkan dalam tindakan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.

10
2.5 Teori-teori dalam Etika Keperawatan

Teori dasar etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktik

professional (Fry,1991 dalam buku Suhaemi, 2010). Teori etik digunakan dalam

pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan. Ahli filsafat moral

telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar dapat diklasifikasikan

menjadi teori teleologi dan deontology.

1. Teleologi

Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, darin kata telos, berarti akhir). Istilah

teleologi dan utilitarianisme sering digunakkan saling bergantian. Teleologi

merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang

dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan

ungkapan the end justifies the means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh

hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil akhir yang

terjadi. Pencapaian hasil akhir dengan kebaikan yang maksimal dan ketidakbaikan

sekecil mungkin bagi manusia (Kellly, 1987 dalam buku Suhaemi, 2010).

Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule

utilitarienisme dan act utilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat

atau niiali suatu tindakan bergantung pada sejauh mana tindakan tersebut

memberikan kebaikan atau kebahagiaan kepada manusia. Act utilitarianisme bersifat

lebih terbatas; tidak melibatkan aturan umum, tetapi berupaya menjelaskan pada

suatu situasi tertentu dengan pertimbangan terhadap tindakan apa yang dapat

memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau ketidakbaikan sekecil-kecilnya

pada individu. Contoh penerapan teori ini; bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan

meninggal daripada nantinya menjadi beban masyarakat.

2. Deontologi

11
Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, Deon, berarti tugas) berprinsip pada

aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir

atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteks

ini, perhatian difokuskan pada tindakann melakukan tanggung jawab moral yang

dapat memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar atau salah.

Kant berpendapat bahwa prinsip moral atau yang terkait dengan tugas harus bersifat

universal, tidak kondisional, dan imperative. Contoh penerapan deontologi adalah

seorang perawat yang yakin bahwa klien harus diberi tahu tentang yang sebenarnya

terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan. Contoh lain: seorang

perawat menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan agamanya yang

melarang tindakan membunuh. Dalam menggunakan pendekatan teori ini, perawat

tidak menggunakan pertimbangan, misalnya tindakan abortus dilakukan untuk

menyelamatkan nyawa ibunya karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam

hal ini calon bayi) merupakan tindakan buruk secara moral. Secara lebih luas, teori

deontologi dikembangkan menjadi lima prinsip penting, yaitu kemurahan hati,

keadilan, otonomi, kejujuran dan ketaatan (Fry, 1991 dalam buku Suhaemi, 2010).

2.6 Prinsip- prinsip Etika Keperawatan

Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan martabat manusia,

tidak akan pernah berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang pendidikan

maupun pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh pelayanan kesehatan

(Suhami,2010).

Apabila menghadapi suatu situasi yang melibatkan keputusan yang bersifat etis

dan moralitas, perawat hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri:

1. Bagaimana pengaruh tindakan saya kepada pasien?

12
2. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap atasan dan orang-orang yang bekerja

sama dengan saya?

3. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap diri saya sendiri?

4. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap profesi?

Bila jawaban atas pertanyaan diatas positif berdasarkan ukuran yang seharusnya,

perilaku yang ditampilkan akan berkenan dan sesuai dengan hak-hak pasien, dan haknya

sendiri untuk mempertahankan kewibawaan. Fungsi kode etik menurut Hipocrates:

1. Menghindari ketegangan antar-manusia

2. Memperbaiki status kepribadian

3. Menopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan

Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik

keperawatan menurut Kozier & Erb (1990) dalam Suhaemi, (2010):

1. Etika akan menunjukkan standar profesi untuk kegiatan keperawatan. Standar ini

akan melindungi perawat dan pasien

2. Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional, memperbaiki,

dan memelihara standar tersebut

3. Kode etik adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional, akan diikuti orang-

orang dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai pribadi bagi anggota

profesional

4. Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat

keputusan dalam situasi keperawatan

Jadi, kode etik mengimbau perawat tentang hal yang boleh dilakukan dan yang

tidak boleh dilakukan. Sebetulnya bukan soal paksaan, semuanya bergantung pada

perawat sendiri. Perawat bebas mendengarkan kata hatinya bila telah menerima nilai

yang baik, kata hati akan menuntunnya, dan akan tertanam nilai moral.

13
Prinsip moral mempunyai peran yang penting dalam menentukan perilaku yang

etis dan dalam pemecahan masalah etik. Prinsip moral merupakan standar umum dalam

melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik.Prinsip moral berfungsi untuk

membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan, atau diizinkan

dalam suatu keadaan.Terdapat tiga prinsip moral yang sering digunakan dalam diskusi

moral, yaitu autonomy, non-maleficience, dan justice (Johnstone, 1989 dalam buku

Suhaemi, 2010).

1. Otonomi

Otonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu autos, yang berarti sendiri dan

nomos, artinya aturan.Otonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau

mengatur diri sendiri.Menghargai otonomi berarti menghargai manusia sebagai

sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat yang mampu

menentukan sesuatu bagi dirinya.Prinsip otonomi sangat penting dalam

keperawatan.Perawat harus menghargai harkat dan martabat manusia sebagai

individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya. Perawat harus

melibatkan klien untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan yang berhubungan

dengan asuhan keperawatan klien tersebut.

Beberapa tindakan yang tidak memperhatikan otonomi adalah:

a. Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberitahu sebelumnya

b. Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting diketahui

klien dalam membuat suatu pilihan

c. Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau

penyimpangan

d. Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien menghendaki

informasi tersebut

14
e. Memaksa klien memberi informasi tentang hal-hal yang mereka sudah tidak

bersedia menjelaskannya

Perawat yang menghargai manusia dalam penerapan otonomi, termasuk juga

menghargai profesi lain dalam lingkup tugas perawat, misalnya dokter, ahli farmasi,

dan sebagainya.

2. Non-maleficience

Non-maleficience berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan

bahaya/cedera bagi orang lain. Johnson (1989) dalam buku Suhaemi (2010)

menyatakan bahwa prinsip untuk tidak melukai orang lain berbeda dan lebih keras

daripada prinsip untuk melakukan yang baik.

Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak

merugikan orang lailn. Contoh : seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa

pemberian transfusi darah bertentangan dengan keyakinannya, mengalami

pendarahan hebat akibat penyakit hati yang kronis. Sebelum kondisi klien bertambah

berat, klien sudah memberikan pernyataan tertulis kepada dokter bahwa ia tidak mau

dilakukan transfuse darah. Pada suatu saat, ketika kondisi klien bertambah buruk dan

terjadi pendarahan hebat, dokter seharusnya mengintruksikan untuk memberikan

transfusi darah. Dalam hal ini, akhirnya transfusi darah tidak diberikan karena

prinsip beneficience, walaupun sebenarnya pada saat yang bersamaan terjadi

penyalahgunaan prinsip maleficienc.

3. Keadilan

Keadilan (justice) merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua

individu. Tindakan yang dilakukan untuk semua orang sama. Tindakan yang sama

tidak selalu identic, tetapi dalam hal ini persamaan mempunyai kontribusi yang

relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Dalam aplikasinya, prinsip

15
moral ini tidak berdiri sendiri, tetapi bersifat komplementer sehingga kadang-kadang

menimbulkan masalah dalam berbagai situasi.

Hubungan perawat-klien. Kontak yang terus-menerus antara perawat dengan

klien membutuhkan suatu hubungan perawat-klien yang spesiifik, yang dibina atas

dasar saling percaya.Hubungan yang spesifik ini merupakan dasar dalam etika

keperawatan. Hubungan perawat klien didasarkan pada penghargaan atas harkat dan

martabak manusia, penumbuhan rasa saling percaya, cara pemecahan masalah, dan

kolaborasi. Dalam hubungan perawat-klien, perawat dapat berfungsi sebagai

narasumber dalam memberi informasi yang relevan dengan masalah klien. Perawat

juga dapat berfungsi sebagai konselor, yaitu ketika klien menjelaskan perasaannya

dan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan sakitnya.

Disamping itu, perawat juga dapat berfungsi sebagai pengganti orang tua,

saudara kandung, atau orang yang paling dekat dengan klien sehingga

memungkinkan klien mengeksplorasi perasaanya sesuai dengan sifat hubungan

tersebut. Fungsi lain yang dilaksanakan perawat adalah sebagai seorang ahli yang

mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi masalah dalam

kebutuhan kllien. Pada proses hubungan perawat-klien, klien mengutarakan

masalahnya dalam rangka mendapatkan pertolongan, artinya klien mempercayakan

dirinya terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, untuk ini perawat mempunyai

kewajiban menghargai kepercayaan klien dengan memberikan asuhan secara

kompeten, melindungi harkat dan martabat klien, dan menjaga kerahasian klien.

Hubungan ini memerlukan perlakuan yang adil dan penghargaan atats hak dan

kewajiban kedua belah pihak.

Dalam hubungan saling percaya terdapat kewajiban untuk mengatakan

kebenaran dan kewajiban untuk tidak menipu. Perawat diharapkan berinteraksi

16
dengan klien dengan cara selalu mengatakan yang sebenarya. Kepercayaan ini

dibutuhkan klien dalam menghadapi keadaan sakitnya dan hal ini sangat penting

dalam menjamin kolaborasi perawat-klien yang optimal. Hubungan perawat-klien

ini menjadi dasar dalam peran perawat sebagai pembela klien.

Menurut Dalami (2010), prinsip-prinsip etika keperawatan adalah sebagai berikut:

1. Otonomy (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir

logis dan mampu membuat keputusan sendiri.Orang dewasa dianggap kompeten dan

memiliki kekuatan membuat sendiri,memilih dan memiliki berbagai keputusan atau

pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.Prinsip otonomi merupakan bentuk

respek terhadap seseorang,atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan

bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan

individu yang menuntut pembedaan diri. Praktik profesional merefleksikan otonomi

saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang

perawatan dirinya.

2. Berbuat Baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,

memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau

kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang dalam

situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

3. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama dan adil

terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral,legal,dan

kemanusiaan.Nilai ini Direfleksikan dalam praktik profesional ketika perawat

17
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,standar praktik dan keyakinan yang

benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

4. Tidak Merugikan (Non Maleficienci)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis

selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga.

5. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran Nilai diperlukan oleh

pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan

untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan

dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.Informasi harus ada

agar menjadi akurat,komprehensif,dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan

penerimaan materi yang ada,dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang

segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani

perawatan.Walaupun demikian,terdapat beberapa argumen mengatakan adanya

batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk

pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa “doctors know best” sebab

individu memiliki otonomi,mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi

penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun

hubungan saling percaya.

6. Menepati Janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan

komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati

janji serta menyimpan rahasia klien.Ketaatan,kesetiaan,adalah kewajiban seseorang

untuk mempertahankan komitmennya yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan

kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab

18
dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,

memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan.

7. Kerahasian (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga

privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien

hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat

memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien diluar area

pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga

kesehatan lain harus dihindari.

8. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang

profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab

moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan

adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat.

Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan

mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama

perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.

3.2 Saran

Sebagai seorang calon perawat, hendaknya dapat memahami konsep dari etika

keperawatan agar dapat mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari

pelaksanaan praktik keperawatan nantinya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Jakarta: TIM

Nisya, R. 2013. Prinsip-prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas

Suhaemi, M. 2010. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC

Wulan,K. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya

Hendrik. 2013. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta:EGC

21

Anda mungkin juga menyukai