Anda di halaman 1dari 41

Ni Ketut Mendri

1 Untuk mengetahui pengaruh macam2


desinfektan terhadap pertumbuhan bakteri
2 Mengetahui kekuatan suatu desinfektan dalam
mematikan maupun menghambat pertumbuhan
mikroorganisme
DASAR TEORI
Desinfektan adalah senyawa kimia yang dapat
mengurangi atau mematikan mikroba yang terdapat
pada benda mati.
Desinfektan bekerja dengan cara membentuk ikatan
kimia dengan protein, ikatan tersebut bersifat
irreversible, yaitu koagulasi atau denaturasi protein.
Dengan demikian akan mengakibatkan terjadinya
perubahan yang bersifat merusak pada dinding sel,
membrane sel, aktivitas enzim dan protoplasma sel.
Sel yang mengalami gangguan akan mati atau
terganggu pertumbuhannya. Zat kimia yang sering
digunakan sebagai desinfektan adalah : iodium,
AgNO3 0,1%, HgCL2 0,1%, fenol 5%, alcohol 70%,
formaldehid 20%, dan lain sebagainya.
Lanjut....
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan
kimia yang digunakan sebagai antiseptik
dan desinfektan.
Tetapi tidak semua bahan desinfektan
adalah bahan antiseptik karena adanya
batasan dalam penggunaan antiseptik.
 Antiseptik tersebut harus memiliki sifat
tidak merusak jaringan tubuh atau tidak
bersifat keras.
Lanjut...
Terkadang penambahan bahan
desinfektan juga dijadikan sebagai salah
satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu
proses pembebasan kuman.
 Tetapi pada kenyataannya tidak semua
bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai
bahan dalam proses sterilisasi.
Lanjut....
Disinfektan merupakan proses yang mematikan
semua mikroorganisme patogen dengan cara kimiawi
atau fisik.
Disinfeksi mempunyai daya kerja terhadap vegetatif
dari mikroorganisme, tetapi belum tentu mematikan
sporanya, sedangkan antiseptis merupakan proses
yang mencakup inakvikasi atau mematikan
mikroorganisme dengan cara kimiawi.
Zona Jernih / Zona Hambat
adalah zona dimana bakteri
terhambat pertumbuhannya
akibat larutan desinfektan atau
anti mikroba pada media agar
Zona Gelap adalah zona dimana
bakteri dapat tumbuh pada media
agar
ALAT DAN BAHAN
ALAT BAHAN
 Cawan petri steril  Bakteri B.Subtilis dan
 Tabung reaksi E.Coli
 Hot Plate  Media Agar
 Kertas saring steril  Alkohol 70%
berbentuk bundar  Betadin
(diameter 2 cm)  Sunlight
 Lampu bunsen  Antis gel
 Jarum ose  Daun Sirih
 Inkubator  Serai
 Pinset  Kunyit
 Penggaris  Madu
CARA KERJA
Mahasiswa dibagi dalam 8 kelompok sesuai
jenis desinfektan yang digunakan
Siapkan alat dan bahan
Panaskan tabung reaksi yang berisi media
agar dengan hot plate, setelah mendidih,
tunggu sebentar hingga hangat kuku
Nyalakan lampu bunsen
Ambil 2 cawan petri steril, masing-masing
diberi label B.Subtilis dan E.Coli
Fiksasi jarum ose di atas bunsen, lalu ambil
bakteri B.Subtilis dan E.Coli menggunakan
jarum ose yang berbeda
Masukkan bakteri ke dalam cawan petri
steril dengan difiksasi di atas bunsen
Setelah itu, tuangkan media agar ke dalam
cawan petri, lalu tutup cawan petri
Kemudian homogenkan bakteri dan media
agar dengan cara memutar cawan petri
Tunggu hingga media agar membeku
Tuang larutan/cairan desinfektan ke dalam
Tuang larutan/cairan desinfektan ke dalam cawan
petri lain yang sudah steril, ambil pinset steril dan
masukkan kertas saring sampai terendam
larutan/cairan desinfektan
Kemudian ambil kertas saring dan letakkan tepat di
tengah-tengah cawan petri yang berisi media agar
tadi
Balik cawan petri dan bungkus dengan kertas (tulis
nama desinfektan yang digunakan)
Inkubasi dengan suhu 37º C selama 1x24 jam
Setelah 24 jam, amati dan ukur zona jernih dan
zona keruh pada cawan petri dengan penggaris
Tuang larutan/cairan desinfektan ke dalam cawan
petri lain yang sudah steril, ambil pinset steril dan
masukkan kertas saring sampai terendam
larutan/cairan desinfektan
Kemudian ambil kertas saring dan letakkan tepat di
tengah-tengah cawan petri yang berisi media agar
tadi
Balik cawan petri dan bungkus dengan kertas (tulis
nama desinfektan yang digunakan)
Inkubasi dengan suhu 37º C selama 1x24 jam
Setelah 24 jam, amati dan ukur zona jernih dan
zona keruh pada cawan petri dengan penggaris
contoh
CONTOH HASIL PENGAMATAN
Contoh hasil pengamatan di atas
menggunakan desinfektan kimiawi :
alkohol 70%, sunlight, dan nuvo.
Sedangkan desinfektan alami
menggunakan madu.
Biasanya praktikum di laboratorium
Polkesyo, desinfektan kimiawi yang
digunakan adalah alkohol 70%, sunlight,
betadin, dan antis gel. Sedangkan
desinfektan alami menggunakan daun
sirih, serai, dan kunyit.
No Desinfektan Zona Jernih (cm) Zona Gelap (cm)

1. Alkohol 70% B. Subtilis : B. Subtilis :


E.Coli : E.Coli :

2. Betadin B. Subtilis : B. Subtilis :


E.Coli : E.Coli :

dst …
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja desinfektan
diantaranya
Kadar Desinfektan
 Konsentrasi desinfektan tergantung pada bahan yang akan didesinfektan
dan pada organisme yang akan dihancurkan.
 Konsentrasi yang tinggi dapat membunuh mikroorganisme tetapi jika
kosentrasi rendah maka hanya sebatas menghambat pertumbuhannya saja
tidak mampu mematikan.
 Waktu yang Diberikan Kepada Desinfektan Untuk Bekerja

 Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variabel, tetapi


waktu yang cukup bagi desinfeksi untuk bekerja sangat membantu dalam
menghambat atau membunuh mikroba.
Suhu Desinfektan dan PH

Suhu Desinfektan dan PH


Semakin tinggi suhunya maka kerja desinfektan
semakin cepat dan meningkat
Keadaan Medium sekeliling
Ph dan adanya benda asing yang mungkin dapat
mempengaruhi kerja  disamping itu juga pengaruh
dari jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada dan
keadaan desinfeksi.
Lanjut...
Faktor yg mempengaruhi efektifitas
desinfektan antara lain :
- Tanggal kadularsa
- Waktu kontak 20-30 menit
- Konsentrasi dari desinfektan
Syarat desinfektan antara lain:
- Bersifat stabil
- Tidak meracuni jaringan
- Tidakmenyebabkan sakit
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ukuran zona
penghambat dan harus dikontrol adalah:

1. Konsentrasi mikroba pada permukaan medium.


Semakin tinggi konsentrasi mikroba
maka zona penghambatan akan semakin kecil.
2. Kedalaman medium pada cawan petri. Semakin tebal
medium pada cawan petri maka zona pengahambat
akan semakin kecil.
3. Nilai pH dari medium. Beberapa antibiotika bekerja
dengan baik pada kondisi asam dan beberapa basa
alkali/basa.
4.  Kondisi aerob/anaerob. Beberapa antibakterial kerja
terbaiknya pada kondisi aerob yang lainnya pada
kondisi aerob (Greenwood, 1995).
Klasifikasi kekuatan anti bakterial adalah sebagai
berikut:

1. Daerah hambat 20 mm atau lebih berarti sangat


kuat.
2. Daerah hambat 10-20 mm berarti kuat.
3. Daerah hambat 5-10 mm berati sedang.
4. Daerah hambat 5 mm berarti lemah
(Ardiansyah, 2005)
Faktor-faktor yang mempengaruhi zona hambat adalah:

1. Kekeruhan suspensi bakteri. Kurang keruh, zona hambat lebih


besar. Lebih keruh diameter zona hambatan makin sempit.
2.Waktu pengeringan/pengeresapan suspensi bakteri
kedalam Moellerhiton Agar. Tidak boleh lebih dari batas waktu
yang dibolehkan. Karena dapat mempersempit diameter zona
hambatan.
3.Temperatur inkubasi. Untuk memperoleh pertumbuhan yang
optimal, inkubasi dilakukan pada 35oC, kadang-kadang
ada bakteri yang kurang subur pertumbuhannya.      
Lanjut.....
4. Waktu inkubasi. Hampir semua cara menggunakan waktu
inkubasi 16-18 jam.Kurang dari 16 jam pertumbuhan bakteri
belum sempurna sehingga sukar dibaca/diameter zona
hambatan lebih besar. Lebih dari 18 jam pertumbuhan
lebih sempurna sehingga zona hambatan makin sempit.
5. Tebalnya agar-agar. Ketebalan agar-agar sekitar 4 mm.
Kurang dari itu difusi obat lebih cepat, lebih dari itu
difusi obat akan terjadi lambat.
6. Jarak antara media. Yang dianjurkan minimal 15 mm, untuk
menghindari terjadinya zona hambatan yang tumpang tindih
(Sumarno, 2000).
PENGGUNAAN DESINFEKTAN

 PENGGUNAAN DESINFEKTAN

 Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik.


 Desinfektan akan membantu mencegah infeksi terhadap pasien yang
berasal dari peralatan maupun dari staf medis yang ada di rumah sakit
dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh
penyakit pasien.
 Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus digunakan secara tepat
(Imbang, 2009).
disinfektan dapat di bagi 2 golongan
1. Golongan pertama

Desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan
Hepatitis B.
Klorhexidine (Hibitane, Savlon).
Cetrimide (Cetavlon, Savlon).
Fenol-fenol (Dettol).
 
Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan :
 Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan
dahak).
 Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh
misalnya sarung tangan yang terkena darah.

Klorheksidine dan cetrimide dapat digunakan sebagai
desinfekan kulit
 fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai
dan perabot seperti meja dan almari namun penggunaan
air dan sabun sudah dianggap memadai
2. GOL 2 Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatistis B.

 a). Desinfektan yang melepaskan klorin.

Contoh : Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel), Kloramin (Natrium


tosilkloramid, Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat (NaDDC), Kalsium
hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih)

 b). Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine

(Betadine, Iodine lemah)


Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, etanol.
Aldehid : formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex).
Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2. (Imbang, 2009)
EFEKTIFITAS DISINFEKTAN

 Efektifitas disinfektan antiseptik berdasarkan keuntungan, kerugian dan hasil


tabel 2.1 aktivitas mikrobiologi dan kegunaan potensial yang telah diuraikan
di atas.
 a. Alkohol 

 1. Efektif

 Kecepatan membunuh bakteri 10-15 menit (Imbang Dwi, 2009).


 Sangat efektif dalam mengurangi mikroorganisme di kulit, virus hepatitis dan
HIV.
 Menurut Larson (1995) alkohol merupakan salah satu antiseptik paling aman.
Etil atau isopropil alkohol 60-70% efektif dan pengeringan kulit kurang pada
konsentrasi lebih tinggi.
  
Lanjut....
2. Tidak efektif
Memerlukan emulien (misalnya gliserin dan atau
propilen glikol) untuk mencegah pengeringan
kulit.
Mudah pengeringan kulit.
Mudah diinaktivasi oleh bahan-bahan organik.
Tidak dapat dipakai sebagai bahan pembersih.
b.Savlon (klorheksidin glukonat) 

1.Efektif
Kecepatan membunuh bakteri 20-30 menit (Imbang Dwi, 2009).
Klorheksidin glukonat tetap aktif terhadap mikroorganisme di kulit beberapa
jam sesudah pemberian.
Aman untuk bayi dan anak
2. Tidak efektif
Efek dikurangi atau dinetrelisasi oleh sabun, air ledeng, dan beberapa krim
tangan.
Tidak efektif terhadap basil TBC, baik dan efektif melawan jamur.
Tidak dapat dipakai pada pH > 8 karena mengalami dekomposisi.
e). Betadine (yodium dan iodofor)

1. Efektif

Kecepatan membunuh bakteri 10-20 menit (Imbang Dwi,


2009).
Sejumlah yodium “bebas” menunjukkan tingkat aktivitas
anti mikrobial iodofor (misalnya 10% povidon iodin berisi 1%
iodin, menghasilkan konsentrasil “bebas” iodin dari 1 ppm
(0,0001%) (Anderson, 1989).
Iodofor mempunyai aktivitas spektrum yang luas.
Membunuh bakteria vagetatif, virus mikrobakteria, dan
jamur. 
2. Tidak efektif

 Absorpsi yodium bebas melalui kulit dan selaput lendir dapat mengakibatkan
hiptiroidisma pada bayi baru lahir. Oleh karena itu batasi pemakaiannya
(Newman 1989).
 Reaksi alergi terhadap iodin dan iodofor dapat terjadi, jadi cek riwayat alergi.
 Maka perpaduan antiseptik antara alkohol-betadine dengan savlon-betadine
lebih efektif alkohol-betadine karena kedua antiseptik salvon dan betadine masih
ada keterkaitan dengan alkohol, misalnya :
 Pada keuntungan salvon: Tersedia produk komersial, yang umum adalah
dicampur dengan deterjen dan alkohol.
 Pada kerugian betadine: Yodium tinktur atau cairan dapat mengiritasi kulit dan
harus dibersihkan dari kulit sesudah kering (pakai alkohol).
  

 Sedangkan pada segi kecepatan membunuh bakteri :


Lanjut....
 a. Alkohol-Betadine

 Pada tabel 2.1 aktifitas mikrobiologis dan kegunaan potensial pada kolom
aktifitas melawan bakteri di sub kolom tindakan kecepatan relatif tergolong
cepat (alkohol) dan sedang (betadine).
 b.Salvon-Betadine

 Pada tabel 2.1 aktifitas mikrobiologis dan kegunaan potensial pada kolom
aktifitas melawan bakteri di sub kolom tindakan kecepatan relatif tergolong
sedang (salvon) dan sedang (betadine).
 Dari segi kecepatan membunuh bakteri dapat disimpulkan bahwa antiseptik
alkohol-betadine lebih cepat daripada salvon-betadine.
Lanjut
Pengendalian mikroba bertujuan untuk mencegah
penyebaran penyakit dan infeksi ,membansmi
mikroorganisme pada inang yang terinfeksi dan
mencegah perusakan dan pembusukan bahan oleh
mikroba.
Salah satu cara pengendalian mikroba adalah dengan
disinfeksi,bahan yang di gunakan untuk proses
desinfeksi di sebut desinfektan
Bbrp contoh desinfektan yang sering di
gunakan dalam praktek
1. Kunyit merupakan salah satu desinfektan yang
ada,kunyit mengandung komponen aktif kurmumin
yang memiliki sifat antibakteri, minyak asirin yang
ada pada kunyit
2. Dettol adalah merek dagang suatu desinfektan cair
antiseptik memperoleh sifat antiseptik dari senyawa
kimia yang di kenal sebagai kloroksilenol
Lanjut...
3. Betadin mengandung bahan aktif yaitu paridon
iodida 10% yang berperan dalam membunuh dan
menghambat pertumbuhan mikroba seperti jamur
bakterimvirus dan protozoa
4. Rivanol bahan aktif yangterkandung dalam rivanol
ektakridin laktat 0,1 % tindakan bakteriostatis dapat
menghambat pertumbuhan kuman
Lanjut....
5. Alhokol merupakan salah satu desinfektan yang
sering di gunakan karena alhokol bereaksi dengan
denaturasi protein dengn jalan dehidrasi dan
melarutkan lemak sehingga membran sel rusak dan
enzim2 akan diinaktifkan oleh alkohol sehingga akan
menghambat pertumbuhan bakteri
6. Sabun sirih senyawa2 yang terkandung dalam sabun
sirih flavonoid dan polifenol berfungsi sebagai
antioksidan
lanjut
7. Sabun sunlight mengandung entra jeruk yang
memiliki kemanpuan anti bakteri dengan keasaman
yang sangit tinggi
8. Formalin atau formalaldehyde larutan berwarna
kuning memiliki katakter sebagai stabilisator atau
desinfektan kuat tidak di rekondasikan di gunakan
sehari biasa di gunakan untuk pengawet mayat
9. Lysol atau carban dll
TUGAS MAHASISWA

1. Seperti apa ciri-ciri desinfektan


yang ideal?
2. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kerja desinfektan?
3. Apa beda disinfektan kimiawi dan
desifektan alamia bercontoh....

Anda mungkin juga menyukai