LAPORAN RESMI
ANTISEPTIK DAN THERMAL DEATH TIME
I. Tujuan
I.1 Antiseptik
Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari pengaruh antiseptik terhadap
pertumbuhan mikroorganisme.
I.2 Thermal Death Time
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui waktu terpendek yang
dibutuhkan untuk membunuh mikroorganisme pada suhu dan kondisi tertentu.
II. Data Pengamatan
II.1 Antiseptik
Tabel II.1.1 Hasil Pengamatan Antiseptik setelah 20 Jam
Jenis
Jenis
Antiseptik
Bakteri
Albothyl
E. Coli
Foto Pengamatan
(permukaan atas)
Keterangan:
Diameter kertas saring : 1,8 cm
Zona bebas bakteri : 3,6 cm
Warna media : Kuning jernih
Warna zona bebas : Kuning jernih
Koloni bakteri : Bintik-bintik putih
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
Gambar Pengamatan
(permukaan atas)
Bacillus
Keterangan:
Diameter kertas saring : 1,8 cm
Zona bebas bakteri : 4,9 cm
Warna media : Kuning jernih
Warna zona bebas : Kuning jernih
Koloni bakteri : Berkoloni bintik-bintik putih
Dettol
E. Coli
Keterangan:
Diameter kertas saring : 1,8 cm
Zona bebas bakteri : 1,8 cm
Warna media : Kuning jernih
Warna zona bebas : Kuning jernih
Koloni bakteri : Berkoloni berwarna putih
Bacillus
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
Keterangan:
Diameter kertas saring : 1,8 cm
Zona bebas bakteri : 1,8 cm
Warna media : Kuning jernih
Warna zona bebas : Kuning jernih
Koloni bakteri : Berkoloni berwarna putih
Jenis
Antiseptik
Bakteri
Albothyl
E. Coli
Foto Pengamatan
(permukaan atas)
Keterangan:
Diameter kertas saring : 1,8 cm
Zona bebas bakteri : 2,8 cm
Warna media : Kuning jernih
Warna zona bebas : Kuning jernih
Koloni bakteri : Bintik-bintik putih
Bacillus
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
Gambar Pengamatan
(permukaan atas)
Keterangan:
Diameter kertas saring : 1,8 cm
Zona bebas bakteri : 3,3 cm
Warna media : Kuning jernih
Warna zona bebas : Kuning jernih
Koloni bakteri : Berkoloni bintik-bintik putih
Dettol
E. Coli
Keterangan:
Diameter kertas saring : 1,8 cm
Zona bebas bakteri : 1,8 cm
Warna media : Kuning jernih
Warna zona bebas : Kuning jernih
Koloni bakteri : Berkoloni berwarna putih
Bacillus
Keterangan:
Diameter kertas saring : 1,8 cm
Zona bebas bakteri : 1,8 cm
Warna media : Kuning jernih
Warna zona bebas : Kuning jernih
Koloni bakteri : Berkoloni berwarna putih
Mikrobiologi
Foto Pengamatan
Gambar Pengamatan
(Permukaan Atas)
(Permukaan Atas)
Keterangan:
Lama Pemanasan: 5 menit
Bentuk Koloni : Bintik-bintik putih kecil
Warna : Putih kekuningan
Lain-lain : Bintik-bintik sangat tebal di tepi dan sedikit memudar di tengah
Keterangan:
Lama Pemanasan: 10 menit
Bentuk Koloni : Bintik-bintik putih kecil
Warna : Putih kekuningan
Lain-lain : Bintik-bintik putih semakin berkurang
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
Keterangan:
Lama Pemanasan: 20 menit
Bentuk Koloni : Bintik-bintik putih kecil
Warna : Putih kekuningan
Lain-lain : Semakin transparan, bintik-bintik semakin berkurang
Keterangan:
Lama Pemanasan: 30 menit
Bentuk Koloni : Bintik-bintik putih kecil
Warna : Putih kekuningan
Lain-lain : Bintik-bintik semakin sedikit dan lebih transparan
Tabel II.2.2 Hasil Pengamatan Thermal Death Time setelah 96 jam
Petridish
Foto Pengamatan
Gambar Pengamatan
(Permukaan Atas)
(Permukaan Atas)
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
Keterangan:
Lama Pemanasan: 5 menit
Bentuk Koloni : Bintik-bintik putih kecil
Warna : Putih kekuningan
Lain-lain : Bintik-bintik sangat tebal di tepi dibanding di tengah
Keterangan:
Lama Pemanasan: 10 menit
Bentuk Koloni : Bintik-bintik putih kecil
Warna : Putih kekuningan
Lain-lain : Bintik-bintik putih semakin berkurang
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
Keterangan:
Lama Pemanasan: 20 menit
Bentuk Koloni : Bintik-bintik putih kecil
Warna : Putih kekuningan
Lain-lain : Semakin transparan, bintik-bintik semakin berkurang
Keterangan:
Lama Pemanasan: 30 menit
Bentuk Koloni : Bintik-bintik putih kecil
Warna : Putih kekuningan
Lain-lain : Bintik-bintik semakin sedikit dan lebih transparan
Mikrobiologi
III.1 Antiseptik
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh antiseptik terhadap
pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri yang digunakan dalam percobaan ini
adalah Escherichia coli dan Bacillus subtilis. Untuk larutan antiseptik yang
digunakan adalah Albothyl dan Dettol (hand sanitizer).
Pada percobaan ini, langkah pertama adalah menyediakan 4 buah tabung
reaksi kosong dan memasukkannya ke dalam autoklaf bersama dengan 4 buah
petridish yang kosong selama 15 menit pada suhu 121 C agar mikroorganisme
yang terdapat di dalam tabung reaksi dan petridish mati. Sebelumnya petridish
telah dibungkus dengan kertas coklat. Setelah disterilisasi, mendiamkan media
sampai 45 C karena apabila suhu terlalu panas bakteri yang diuji akan mati saat
diinokulasikan ke dalam media tersebut. Kemudian keempat tabung reaksi
tersebut diisi dengan media NBA (Nutrient Broth Agar) Komposisi penyusun
NBA adalah ekstrak daging (0,3%), pepton (0,5%) dan agar dalam air (1,5%).
Menginokulasikan bakteri Escherichia coli ke dalam 2 buah tabung reaksi
pertama dan bakteri Bacillus subtilis ke dalam 2 buah tabung reaksi kedua.
Mengaduk tabung reaksi agar bakteri menyebar dengan merata dalam media.
Menuangkan media yang telah diinokulasikan ke dalam petridish dan membiarkan
hingga padat. Mencelupkan potongan kertas saring kecil yang berbentuk lingkaran
ke dalam larutan antiseptik masing-masing Albothyl dan Dettol. Kemudian
meletakkan sebentar pada sehelai kertas saring lain untuk mencegah kelebihan
antiseptik agar tidak menetes saat diletakkan di media. Meletakkan kertas saring
ke dalam media yang mulai padat agar kertas saring menempel pada media
sehingga tidak jatuh pada saat inkubasi dalam keadaan terbalik. Peletakkan kertas
saring setelah media dikarenakan apabila meletakkan kertas saring dahulu
kemudian menambahkan media maka zat-zat antiseptik yang terdapat di kertas
saring akan terlarut oleh media dan menyebar ke seluruh permukaan petridish
sehingga nantinya akan sulit dalam menentukan zona bebas bakteri. Membungkus
petridish dengan kertas coklat dan menginkubasikan selama 20 jam dan 96 jam.
Semua kegiatan yang melibatkan mikroba dilakukan secara aseptik agar tidak
terkontaminasi oleh mikroba yang tidak diharapkan sehingga mempengaruhi hasil
pengamatan.
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
10
Pada pengamatan setelah 20 jam untuk petridish dengan kertas saring yang
menggunakan larutan Dettol, tidak ditemukan zona bebas bakteri di sekitar kertas
saring baik untuk bakteri Escherichia coli maupun Bacillus subtilis. Koloni
bakteri Escherichia coli sebagian besar berbentuk bulat kecil berwarna putih yang
pinggirnya bergerigi/berambut halus sedangkan untuk bakteri Nitrobacter
winogradsky berbentuk bulat seperti pear. Rivanol merupakan senyawa organik
berkristal kuning oranye yang berbau menyengat. Penggunaannya sebagai
antiseptik dalam larutan 0,1%. Tindakan bakteriostatik rivanol dilakukan dengan
mengganggu proses vital pada asam nukleat sel bakteri. Efektivitas rivanol
cenderung lebih kuat pada bakteri gram positif daripada gram negatif. Rivanol
dapat
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme
dalam
percobaan
ini
komposisi dinding sel serta sifat pewarnaannya, bakteri dibedakan menjadi bakteri
gram negatif dan bakteri gram positif. Nitrobacter winogradsky dan Zymomonas
mobilis merupakan jenis bakteri gram negatif.
Diameter zona bebas bakteri untuk bakteri Zymomonas mobilis lebih kecil
dibandingkan Nitrobacter winogradsky sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
11
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
12
ose
harus
dibakar
dengan
bunsen.
Tujuan
inokulasi
secara
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
13
Pada pengamatan setelah 116 jam, pada media NBA koloni bakteri tampak
semakin melebar dan berwarna putih lebih pekat dari pada pengamatan setelah 20
jam. Pada sektor 0 pertumbuhan bakteri sangat banyak, berwarna putih, terlihat
berstruktur halus, dan sangat pekat. Pada sektor 1 pertumbuhan bakteri berwarna
putih dan lebih sedikit. Pada sektor 2 pertumbuhan bakteri terlihat semakin sedikit
dan berwarna putih. Pada sektor 3 pertumbuhan bakteri berwarna putih dan
terlihat lebih pekat dari pada sektor lain. Pada percobaan ini sektor 3 seharusnya
berisi koloni bakteri paling sedikit dibanding ketiga sektor lainnya sehingga pada
sektor 3 hanya didapatkan biakan murni.
Untuk media PDA, sektor 0 pertumbuhan jamur sangat banyak, berwarna
putih kekuningan dan sangat pekat. Pada sektor 1 pertumbuhan jamur berwarna
putih, lebih sedikit dan tidak terlalu pekat. Pada sektor 2 pertumbuhan jamur
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
14
terlihat semakin sedikit dan berwarna putih. Pada sektor 3 pertumbuhan jamur
berwarna putih sangat jarang dan sedikit. Jamur yang tumbuh membentuk titiktitik pada media.
Dari hasil percobaan dan pengamatan pada media NBA dengan campuran
bakteri, bakteri yang terisolasi adalah Bacillus subtilis karena pada sektor III
bentuk koloni kasar, tidak seperti Escherichia coli yang memiliki bentuk koloni
halus. Bakteri Escherichia coli memiliki bentuk pertumbuhan koloni yang sama
dengan Bacillus subtilis pada medium padat tegak yaitu tipe bead. Pada medium
padat miring, tipe pertumbuhan koloni Escherichia coli adalah bertipe filiform.
Bentuk pertumbuhan filiform dicirikan dengan adanya suatu pertumbuhan yang
seragam pada garis inokulasi. Escherichia coli memiliki bentuk koloni smogh atau
halus dengan bentuk circular, sedangkan Bacillus subtilis memiliki bentuk koloni
rough atau kasar yang berbentuk curled (bergelombang).
(http://www.scribd.com/doc/)
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
15
Gambar III.7 Koloni bakteri Bacillus subtilis pada metode cawan gores
secara literatur
Pada PDA dengan campuran jamur, pada sektor 0 terdapat bintik putih dan
kuning yang merupakan Aspergillus niger dan koloni jamur berwarna hitam yang
merupakan Rhizopus oligosporus, sedangkan pada sektor III hanya terdapat bintik
putih yang merupakan ciri dari Aspergillus niger, sehingga yang terisolasi pada
media PDA adalah Aspergillus niger. Aspergillus niger merupakan jamur
multiseluler yang membentuk benang-benang hifa/filamen, tidak mempunyai
klorofil dan hidup heterotrof. Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna
putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai
hitam.
(Raper dan Fennel, 1977)
Sedangkan Rhizopus oligosporus mempunyai koloni abu-abu kecoklatan dengan
tinggi 1 mm atau lebih. Sporangiosfor tunggal atau dalam kelompok dengan
dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih dari 1000 mikro meter
dan diameter 10-18 mikro meter. Sporangia globosa yang pada saat masak
berwarna hitam kecoklatan, dengan diameter 100-180 mikro meter. Rhizopus
oligosporus dapat tumbuh pada kondisi terisolasi dengan suhu maksimum 4549C.
Gambar III.2 Rhizopus oligosporus (a) koloni pada MEA, 7 hari, 25C (b)
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
16
keterampilan
tinggi.
Biakan
campuran
diencerkan
dengan
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
17
jelas dan jarak antar koloni berjauhan, serta diameternya 12 mm dengan warna
putih tulang dan pekat. Koloni paling sedikit berada pada petridish yang ketiga.
Karena semakin terakhir dilakukan inokulasi, suspensi mikroorganisme campuran
semakin sedikit sehingga koloni yang didapat juga semakin sedikit.
Pada pengamatan setelah 116 jam koloni mikroorganisme sama dengan
pengamatan setelah 20 jam, hanya saja warnanya lebih pekat dan berbeda panjang
diameter. Pada petridish I diameternya menjadi 0,1-0,2 mm, petridish II menjadi
0,4-0,6 mm dan petridish III menjadi 1-3 mm dan koloninya lebih jelas dan
terpisah jauh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada petridish III didapatkan
biakan murni hasil dari cawan tuang.
Pada metode cawan tuang ini dapat disimpulkan bahwa bakteri yang
terisolasi pada petridish III adalah Escherichia coli, karena pada petridish III
koloni bakteri berwarna putih pekat, berbentuk bulat dan halus. Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyebutkan bahwa Escherichia coli memiliki bentuk
koloni smogh atau halus dengan bentuk circular.
(http://www.scribd.com/doc/)
III.2 Uji Biokimia
III.2.1 Methyl-Red-Voges-Proskaurer (MR-VP Test)
Percobaan uji MR-VP ini diawali dengan mengambil dua tabung reaksi
kemudian mengisi dengan media MRVP. Setelah itu, mensterilkan tabung reaksi
yang berisi media tersebut dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121C.
Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme. Autoclave
terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi
oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan dan antibiotik. Pada
spesies yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat
membunuh sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuh pada suhu
100C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfir normal. Pada suhu
121C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif
bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65C.
(http://repository.ipb.ac.id/)
Langkah selanjutnya menginokulasi Aspergillus niger kedalam dua tabung
reaksi. Pada saat melakukan inokulasi, kawat ose yang digunakan untuk
memindahkan bakteri dan jamur disterilkan terlebih dahulu dengan cara dibakar
dengan bunsen yang berada di dalam incase hingga memijar. Hal ini bertujuan
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
18
agar jarum ose berada dalam kondisi steril sehingga saat mengambil bakteri atau
jamur tidak akan ada kontaminasi dari zat-zat asing atau dari mikroorganisme
yang sudah menempel sebelumnya. Kemudian membiarkannya jarum sejenak
hingga panasnya hilang. Hal ini dilakukan agar jamur/mikroorganisme yang akan
diambil tidak mati/terdenaturasi karena suhu jarum ose yang terlalu tinggi, oleh
karena itu jarum ose perlu dibiarkan sejenak hingga suhunya turun/dingin. Setelah
diinokulasi, tabung reaksi ditutup dengan sumbat kapas.
Kemudia kedua tabung reaksi diinkubasi dalam dalam inkubator pada
suhu 30C selama 116 jam. Pengamatan dilakukan setelah 116 jam. Pada tabung
reaksi pertama ditetesi Methyl Red sebanyak 3 ml dan pada tabung reaksi kedua
ditetesi dengan reagen Barrit sebanyak 3 ml pula. Dari hasil percobaan selama 116
jam untuk media MRVP dengan Aspergillus niger yang ditetesi Methyl Red
menunjukkan hasil yang positif, yaitu terjadi perubahan warna menjadi merah.
Artinya bakteri ini menghasilkan asam campuran dari proses fermentasi glukosa
yang terkandung dalam media MR-VP. Terbentuknya asam campuran pada media
akan menurunkan pH sampai 5 atau kurang, oleh karena itu bila indikator metil
ditambahkan pada biakan tersebut dengan pH serendah itu maka indikator tersebut
menjadi merah. Begitu juga dengan media yang ditetesi reagen Barrit,
menunjukkan hal yang positif dengan berubah warna menjadi merah.
(http://www.scribd.com/)
Hasil percobaan selama 116 jam, pada media yang ditetesi reagen metil
merah menunjukkan hasil yang positif, ditandai dengan adanya perubahan warna
menjadi merah. Methyl red, merupakan indikator pH yang akan berwarna merah
pada pH<=4.4 dan berwarna kuning pada pH>=6.2. Dan, bila bakteri tersebut
menggunakan fermentasi campuran asam dan memproduksi asam yang stabil,
asam-asam yang dihasilkan akan mengatasi larutan buffer pada medium cair
tersebut dan menghasilkan lingkungan yang asam dalam medium cair tersebut.
Oleh karena itu, larutan menjadi berwarna merah.
(www. austin.cc.us/ microbugz/ mrvp_test.htm)
Pada media yang ditetesi reagen Barrit juga menunjukkan hasil yang positif,
namun perubahan warnanya kurang mencolok. Hal ini dapat disebabkan karena
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
19
produksi asam tidak maksimal, lebih maksimal pada masa inkubasi selama 20
jam.
III.2.2 Hidrolisa Lemak
Percobaan hidrolisa lemak bertujuan untuk menentukan jenis mikroorganisme
yang memiliki lipase, suatu enzim yang mempunyai kemampuan menghidrolisis
lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Lipid atau lemak adalah senyawa berat molekul (BM) besar dan
menghasilkan energi tinggi. Peruraian lipid dilakukan oleh enzim lipase/ esterase
dengan memecah ikatan-ikatan ester dengan bantuan air membentuk gliserol dan
asam lemak. Produk yang dihasilkan dari hidrolisa lemak digunakan untuk
pembentukan lemak mikroba dan komponen sel esensial, atau dapat dioksidasi
untuk menghasilkan energi kebutuhan sel di bawah kondisi aerob yang sangat
unik.
Tabung reaksi diisi dengan media NBA dan menambahkan minyak tumbuhan
steril ke dalamnya, tujuannya karena pada media NBA tidak mengandung lemak
sehingga ditambahkan minyak tumbuhan yang mengandung lemak agar terdapat
lemak yang dapat dihidrolisis bakteri dan sebagai bukti jika mikroba tersebut
memiliki enzim lipase. Selanjutnya mengocok tabung reaksi hingga homogen.
Selanjutnya mensterilkannya dalam autoclave. Setelah disterilisasi, memindahkan
isi dari tabung reaksi tersebut media ke dalam cawan petri dan menunggu hingga
padat. Setelah itu, memulai inokulasi ke cawan petri. Kemudian menempatkan
hasil inokulasi ke dalam inkubator dan menunggu hingga 116 jam.
Setelah media diinkubasikan selama 116 jam, ke dalam petridish tuangkan
larutan CuSO4 jenuh dan diamkan selama 10-15 menit. Penambahan larutan
CuSO4 ini bertujuan untuk mempercepat reaksi (sebagai katalis). Larutan CuSO 4
yang masih ada dalam petridish dibuang. Percobaan hasil uji lemak ini
menunjukkan hasil positif, yaitu terjadi perubahan warna menjadi biru gelap pada
koloni setelah ditetesi larutan CuSO4. Hal ini menunjukkan bahwa Bacillus
subtilis memiliki enzim lipase yang mampu menghidrolisa lemak, sehingga
menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol, namun enzim tersebut aktif oleh
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
20
panas. Reaksi yang terjadi pada hidrolisa lemak adalah: Lemak + H2O gliserol +
asam lemak.
IV.
Jawaban Pertanyaan
IV.1 Desinfektan
1. Apakah yang disebut dan beri contohnya ?
a. Antiseptik
b. Desinfektan
Jawab:
a. Antiseptik adalah suatu zat yang dapat melawan infeksi atau
menghambat pertumbuhan serta aktivitas mikroorganisme. Contohnya
Listerin, Betadin, Barwater.
b. Desinfektan adalah suatu bahan, biasanya bahan kimia yang mematikan
sel vegetatif tetapi belum tentu mematikan bentuk spora dati
mikroorganisme. Contohnya Detergen, Soklin, Pembersih lantai (Wipol),
pembersih luka (Detol).
2. Dalam hal-hal apa sajakah desinfektan dan antiseptik digunakan terangkan ?
Jawab:
-
Antiseptik:
Dalam bidang kesehatan untuk membersihkan luka, dalam bidang
kedokteran, sebelum pasien disuntik, permukaan kulit yang disuntik
diberi Alkohol untuk mematikan mikroorganisme yang ada di
permukaan kulit tersebut agar tidak terjadi infeksi.
-Desinfektan
Dalam bidang sanitasi, untuk membersihkan lantai, air, pakaian dari
mikroorganosme pathogen. Penggunaan dalam bidang industri
makanan.
IV.2 Thermal Death Time
1. Apakah yang dimaksud dengan Thermal Death Time, Thermal Death
Rate, dan Thermal Death Point?
Jawab :
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
21
Thermal Death Rate: daya tahan masing-masing bakteri, usia sel, dan
ada tidaknya spora
3.
Mikrobiologi
22
V. Kesimpulan
V.1 Desinfektan
Dari hasil percobaan dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada metode cawan gores sektor III merupakan koloni yang paling encer,
pada sektor inilah didapat biakan murni. Untuk media NBA dengan
campuran Bacillus subtilis dan Escherichia coli didapat biakan murni yang
terisolasi adalah Bacillus subtilis. Untuk media PDA dengan campuran
Rhizopus oligosporus dan Aspergillus niger didapat biakan murni yang
terisolasi adalah Aspergillus niger.
2. Pada metode cawan tuang, petridish III memiliki jumlah koloni terkecil
dan jarak yang berjauhan antar koloni, pada petridish III inilah didapat
biakan murni dari pengisolasian bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia
coli melalui metode cawan tuang. Biakan murni yang terisolasi adalah
Escherichia coli.
V.2 Uji Biokimia
V.2.1 Methyl-Red-Voges-Proskaurer (MR-VP Test)
Dari hasil percobaan dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa Aspergillus
niger dapat menghasilkan asetil metil karbinol sebagai salah satu asam organik.
V.2.2 Hidrolisa Lemak
Dari hasil percobaan dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa bakteri
Bacillus memiliki lipase yang memiliki kemampuan untuk menghidrolisis lemak
menjadi asam lemak dan gliserol.
Daftar Pustaka
Dipa Penelitian. http://www.unsri.ac.id (Diakses tanggal 31 Maret 2014, pukul
12.10)
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
John I, Pitt and Ailsa D. Hocking. 2009. Fungi and Food Spoilage. New York:
Springer Dordrecht Heidelberg.
Laboratorium Mikrobiologi Teknik. 2014. Buku Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi. ITS: Jurusan Teknik Kimia FTI.
Marine Microbiology FPIK UNPAD. 2012.
http://marinemikrobiologyfpikunpad.com/ (Diakses tanggal 31 Maret 2014,
pukul 13.23)
Michael J.Pelczar and Chan. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi
23
Raper dan Fennel. 1977. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/125/jtptunimusgdi-dewivalasy-6217-2-babii.pdf (Diakses tanggal 31 Maret 2014, pukul
21.13)
Sarah, dkk. 2009. Isolasi a-amilase Termostabil dari Bakteri Termofilik Bacillus
stearothermophilus. ITS: Jurusan Kimia FMIPA.
Uji Biokimia. http://www.repository.usu.ac.id/ (Diakses tanggal 31 Maret 2014
pukul 13.01)
http://repository.ipb.ac.id. (Diakses tanggal 1 April, pukul 11.03)
http://www.scribd.com/doc/15564953/8292565Morfologikolonibakteri (Diakses
tanggal 1 April 12.30)
http://www.scribd.com/doc/22086106/Uji-Biokimia-Mikroba. (Diakses tanggal 1
April 2014, pukul 11.43)
http://www. austin.cc.us/ microbugz/ mrvp_test.htm. (Diakses tanggal 3 April
2014, pukul 14.32)
Lampiran
Laboratorium
Teknik
Mikrobiologi