Anda di halaman 1dari 15

2

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Industri


(2015)
LAPORAN RESMI
ANTISEPTIK DAN DESINFEKTAN DAN THERMAL DEATH TIME
I. Tujuan
I.1 Antiseptik dan Desinfektan
Mempelajari pengaruh antiseptik dan desinfektan terhadap pertumbuhan mikroorganisme
I.2 Thermal Death Time
Mengetahui waktu terpendek yang dibutuhkan untuk membunuh mikroorganisme pada suhu
dan kondisi tertentu serta mengetahui persen kematian rata-rata per menit.
II. Pengamatan
II.1 Antiseptik dan Desinfektan
Tabel II.1 Hasil Pengamatan Percobaan Antiseptik pada Media PDA
Jenis

Waktu

Antiseptik
Betadin

Pengamatan
24 jam

Bakteri Pseudomonas Putida


Blangko

Hasil percobaan

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Jamur Rhizopus oligosporus


Blangko

Hasil percobaan

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Industri


(2015)

Keterangan:
-

Diameter kertas saring

1,7 cm

1,8 cm

Zona bebas bakteri

2,1 cm

1,8 cm

Warna media

Putih keruh

Putih keruh

Warna zona bebas

Putih bening

Putih bening

Keterangan tentang

Pekat

Pekat

koloni jamur
Betadin
48 jam

Blangko

Blangko

Hasil percobaan

Hasil percobaan

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Industri


(2015)

Keterangan:
-

Diameter kertas saring

1,7 cm

1,8 cm

Zona bebas bakteri

0,5 cm

0,5 cm

Warna media

Putih keruh

Putih keruh

Warna zona bebas

Putih bening

Putih bening

Keterangan tentang

Pekat

Pekat

koloni jamur
Tabel II.2 Hasil Pengamatan Percobaan Desinfektan pada Media PDA
Jenis

Waktu

Desinfektan
Sunlight

Pengamatan
24 jam

Bakteri Pseudomonas Putida


Blangko

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Jamur Rhizopus oligosporus


Blangko

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Industri


(2015)
Hasil percobaan

Hasil percobaan

2 cm

1,9 cm

1,6 cm

1,1 cm

Keterangan:
-

Diameter kertas saring

Zona bebas bakteri

Warna media

Putih keruh

Putih keruh

Warna zona bebas

Putih bening

Putih bening

Keterangan tentang

Pekat

Pekat

koloni jamur
Sunlight
48 jam

Blangko

Hasil percobaan

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Blangko

Hasil percobaan

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Industri


(2015)

Keterangan:
-

Diameter kertas saring

2 cm

1,9 cm

Zona bebas bakteri

1,1 cm

0,7 cm

Warna media

Putih keruh

Putih keruh

Warna zona bebas

Putih bening

Putih bening

Keterangan tentang

Pekat

Pekat

koloni bakteri

II.2 Thermal Death Time


Tabel II.3 Percobaan Thermal Death Time pada Suhu 65C, t0 = 0
Run

Kotak

Total

Jumlah Sel
/ Kotak

10

37

7,4

12

10

13

14

11

60

12

11

12

10

50

10

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Industri


(2015)
29,4

Jumlah sel bakteri rata-rata

29,4/3

Jumlah sel bakteri

245

sel / kotak

sel / mm2

= 2450

Jadi jumlah sel bakteri pada t0

= 2450000

9,8

sel / kotak
sel / mm3

sel / ml sampel

Tabel II.4 Percobaan Thermal Death Time pada Suhu 65C, t1 = 5 menit
Run

Kotak

Total

Jumlah Sel
/ Kotak

12

13

15

15

14

69

13,8

26

5,2

15

3
22

Jumlah sel bakteri rata-rata

Jumlah sel bakteri

22/3

sel / kotak

183,333 sel / mm2

Jadi jumlah sel bakteri pada t1

7,37

1833,33

sel / kotak
sel / mm3

1.833.330 sel / ml sampel

Tabel II.5 Percobaan Thermal Death Time pada Suhu 65C, t2 = 10 menit
Run

Kotak

Total

Jumlah Sel
/ Kotak

26

5,2

10

11

2,2
9,4

Jumlah sel bakteri rata-rata

9,4/3 sel / kotak

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

3,133

sel / kotak

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Industri


(2015)
Jumlah sel bakteri

78,333

sel / mm2

Jadi jumlah sel bakteri pada t2

783,333 sel / mm3

783.333

sel / ml sampel

Tabel II.6 Percobaan Thermal Death Time pada Suhu 65C, t3 = 15 menit
Run

Kotak

Total

Jumlah Sel
/ Kotak

19

3,8

12

2,4

1,2
7,4

Jumlah sel bakteri rata-rata

Jumlah sel bakteri

7,4/3 sel / kotak


61,667 sel / mm2

Jadi jumlah sel bakteri pada t3

= 2,467

sel / kotak

sel / mm3

= 616.670

616,67

sel / ml sampel

Tabel II.7 Percobaan Thermal Death Time pada Suhu 65C, t4 = 20 menit
Run

Kotak

Total

Jumlah Sel
/ Kotak

1,8
3,8

Jumlah sel bakteri rata-rata

Jumlah sel bakteri

3,8/3 sel / kotak


31,667

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

sel / mm2

= 1,2667

sel / kotak

= 316,67

sel / mm3

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Industri


(2015)
Jadi jumlah sel bakteri pada t4

= 316.670

sel / ml sampel

Tabel II.8 Data Percobaan Thermal Death Time sebagai Acuan Pembuatan Grafik
Waktu (menit)

Jumlah sel bakteri

Log (jumlah sel


bakteri)

% Kematian Rata-rata /
menit

245 x 104

6,389

183,333 x 104

6,263

0,39

10

78,333 x 104

5,894

1,54

15

61,667 x 104

5,79

1,87

20

31,667 x 104

5,5

2,78

III. Pembahasan
III.1 Antiseptik dan Desinfektan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari pengaruh antiseptik dan disinfektan
terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Pada percobaan ini antiseptik yang digunakan yakni
betadin sedangkan disinfektan yang digunakan yakni sunlight anti bakteri.
Antiseptik sendiri didefinisikan sebagai suatu zat antimikrobial yang banyak digunakan
pada permukaan kulit makhluk hidup maupun membran mukus. Antiseptik merupakan zat yang
membunuh dan menghambat pertumbuhan makhluk hidup pada jaringan hidup, seperti kulit.
sedangkan disinfektan didefinisikan sebagai zat antimikrobial yang membunuh mikroorganisme,
namun tidak membunuh sporanya dan digunakan pada benda mati. Oleh karena itu disinfektan tidak
dipergunakan untuk membersihkan suatu mikroorganisme pada mahluk hidup karena akan merusak
lapisan kulit dari mahluk hidup tersebut.
(Franklin,2006)
Percobaan ini dimulai dengan menyiapkan tabung reaksi dan petridish, kemudian
mengambil media berupa PDA (potato Dextrose Agar) diisi kedalam tabung reaksi sampai setengah
volume tabung reaksi dan menutupnya dengan kapas, sedangkan petridish dibungkus dengan kertas
coklat. Kemudian melakukan proses sterilisasi didalam autoclave pada suhu 121oC selama 15
menit.
Setelah proses sterilisasi dilakukan, jamur dan bakteri diinokulasikan secara terpisah. Jamur
yang diinokulasi adalah Rhizopus oligosporus dan bakteri yang diinokulasi adalah Pseudomonas
putida. Masing-masing jamur dan bakteri diinokulasikan pada dua tabung reaksi. Inokulasikan

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

10

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Industri


(2015)
secara aseptik, dilakukan di dalam ruang inokulasi (incase) kawat ose dipijarkan sebelum proses
inokulasi dan sesudahnya, dan mulut tabung reaksi dipijarkan pada api. Proses aseptik mencegah
terjadinya kontaminasi pada biakan.
(Tortora,2013)
Setelah inokulasi dilakukan, isi tabung reaksi dituang pada cawan petri dan dibiarkan agak
memadat. Setelah media agak mengeras, ditambahkan antiseptik pada media. Penggunaan
antiseptik pada percobaan ini dengan metode disk-diffusion, yaitu kertas saring yang berbentuk
lingkaran dicelupkan ke dalam antiseptik dan ditiriskan lalu ditempatkan pada media yang telah
diinokulasi oleh biakan.

.
(Tortora, 2013)

Setelah zat antiseptik dan disinfektan telah ditambahkan pada biakan, kemudian dilakukan
inkubasi didalam inkubator selama 24-48 jam. Setelah itu dilakukan pengamatan pada 24 jam dan
48 jam inkubasi. Dari pengamatan diperoleh data sebagai berikut ;
Tabel III.1 Jari-jari zona bebas bakteri
Jenis Zat

Betadin

Sunlight

Waktu

Jenis mikroorganisme
Pseudomonas putida

Rhizopus oligosphorus

24 jam

R = 2,1 cm

R = 1,8 cm

48 jam

R = 0,5 cm

R = 0,5 cm

24 jam

R = 1,6 cm

R = 1,1 cm

48 jam

R = 1,1 cm

R = 0,7 cm

Dari percobaan, diketahui bahwa antiseptik dan desinfektan mempengaruhi pertumbuhan


mikroorganisme. Hal ini dibuktikan dengan adanya zona bebas bakteri di sekitar kertas saring yang
sudah dicelupkan ke dalam antiseptik dan desinfektan. Zona bebas bakteri mengecil seiring dengan
berjalannya waktu. Hal ini disebabkan karena mikroorganisme berkembang biak dengan cepat dan
menekan luas zona bebas bakteri, sedangkan konsentrasi dari antiseptik dan desinfektan tetap.
III.2 Thermal Death Time
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui waktu terpendek yang dibutuhkan untuk
membunuh mikroorganisme pada suhu dan kondisi tertentu. Langkah pertama percobaan ini adalah
menyiapkan empat tabung reaksi yang diberi label A,B,C,D dan satu gelas beker. Semua tabung
reaksi dan gelas beker disterilisasi menggunakan alkohol.

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

11

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Industri


(2015)
Thermal Death Time digunakan untuk mengetahui lama waktu yang dibutuhkan untuk
membunuh bakteri pada suhu perlakuan tertentu. Nilai waktu ini diperoleh dengan cara menjaga
mikroorganisme pada temperatur konstan dan menentukan nilai waktu yang dibutuhkan untuk
membunuh semua mikroorganisme pada suhu yang telah ditentukan tersebut.
(Garg, 2010)
Mikroorganisme mati ketika dipanaskan karena mikroorganisme mengalami denaturasi
protein pada sel mikroorganisme. Hal itu Dikarenakan suhu adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi enzim yang ada pada suatu mikroorganisme yang didalam enzim tersebut terdapat
protein. Hal ini menyebabkan mikroorganisme mati karena kehilangan protein.
(Tortora 2013)
Selanjutnya memasukkan 100 ml larutan hipotonik NaCl 9% kedalam gelas beker. Kemudian
menginokulasikan satu loop ose bakteri E. coli kedalam gelas beker. Inokulasi dilakukan dalam
larutan hipotonik untuk mencegah terjadinya plasmolisis apabila sel berada pada larutan yang
hipertonik di mana air akan keluar dari sel bakteri dan bakteri akan mengkerut dan terjadi runtuhnya
dinding sel. Namun apabila keadaan terlalu hipotonik dibandingkan dengan keadaan di dalam sel
(misalnya pada air suling), maka akan terjadi plasmoptisis di mana air akan masuk ke dalam sel
sehingga sel akan menggembung dan pecah. Larutan hipotonik dibuat untuk menciptakan keadaan
lingkungan yang isotonik terhadap sel bakteri sehingga baik plasmolisis maupun plasmoptisis tidak
terjadi.
(biotek.lipi.go.id)
Kemudian tabung reaksi A diisi sebanyak 10 ml larutan hipotonik yang telah diinokulasi
bakteri E. coli. Sedangkan tabung reaksi lainnya diisi sebanyak 9 ml. Selanjutnya memindahkan 1
ml suspensi bakteri dari tabung A ke dalam tabung reaksi B. Kemudian memindahkan 1 ml suspensi
bakteri dari tabung B ke dalam tabung reaksi C. Kemudian memindahkan 1 ml suspensi bakteri dari
tabung C ke dalam tabung reaksi D.
Kemudian memanaskan keempat suspensi bakteri ke dalam waterbath dengan suhu 65 oC.
Untuk tabung A selama 5 menit, tabung B selama 10 menit, tabung C selama 15 menit, dan tabung
D selama 20 menit. Percobaan dilanjutkan dengan menghitung jumlah partikel bakteri E.coli pada
masing-masing tabung reaksi menggunakan metode counting chamber dengan alat bernama
hemasitometer.
Hemasitometer adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan sel
secara cepat dan dapat digunakan untuk konsentrasi sel yang rendah. Hemasitometer pada mulanya
diperuntukkan untuk menghitung sel darah, yang ditemukan oleh Louis-Charles Malassez.

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

12

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Industri


(2015)
Bentuknya terdiri dari 2 counting chamber dan tiap chamber-nya memiliki garis-garis mikroskopis
pada

permukaan

kaca. Luas total dari


mm2.

chamber adalah 9
tersebut

nantinya

coverslip
di

dengan

atas chamber
Pada

Chamber

akan ditutup dengan


A

D
E

ketinggian 0.1 mm
floor.
chamber terdapat 9

kotak berukuran 1

mm2

dan

kotak

mana

salam

kecil,

di

kotaksatu

kotak besar terdapat 25 kotak kecil sehingga 1 kotak besar memiliki volume 0.0001 mL. kotak yang
paling kecil pada hemasitometer ini berfungsi untuk memudahkan penghitungan jumlah sel.
Sebelum penghitungan dilakukan, chamber yang akan digunakan ditentukan letak kotak A, B, C, D,
dan E pada chamber tersebut. Penentuan letak tersebut harus konsisten pada setiap perhitungan
yang dilakukan, namun pemilihan letak tersebut dipilih berdasarkan lima jumlah kotak yang
terbanyak sel bakterinya. Gambar di bawah ini menunjukkan bagian-bagian dari chamber dan
contoh pemilihan letak kotak A, B, C, D, dan E.

Gambar III.1. Garis Pada Hemasitometer Dan Pembagian Chamber


(Aneja, 2003)
Mengukur jumlah sel bakteri dengan meneteskan satu tetes larutan hipotonik dari tabung
reaksi A diatas hemasitometer kemudian ditutup dengan deck glass kemudian menghitung jumlah
bakteri pada mikroskop dengan perbesaran 400X. Kemudian melakukan hal yang sama pada tabung
reaksi B,C,D.

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

13

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Industri


(2015)
Berdasarkan hasil perhitungan, dibuat grafik hubungan antara log jumlah sel bakteri dengan
waktu pemanasan. Seperti pada grafik dibawah ini.

Gambar III.2 Grafik Hubungan Antara Log Jumlah Sel Bakteri dengan Waktu Pemanasan
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pemanasan, semakin sedikit
jumlah sel bakteri yang teramati pada hemasitometer. Namun juga dapat terlihat bahwa setelah 20
menit pemanasan, masih terdapat Escherichia coli yang teramati pada hemasitometer, hal ini
menandakan bahwa, 20 menit bukanlah waktu tercepat untuk membunuh bakteri Escherichia coli
pada 65 oC dan dibutuhkan waktu lebih lama dari itu untuk membunuh bakteri Escherichia coli
seluruhnya pada suhu 65 oC.
Dari percobaan ini, diperoleh data % kematian rata-rata/menit bakteri yaitu sebesar 0,39
untuk pemanasan 5 menit, 1,54 untuk pemanasan 10 menit, 1,87 untuk pemanasan 15 menit, dan
2,78 untuk pemanasan 20 menit. Adapun untuk mengetahui periode terpendek untuk mematikan
bakteri diperoleh melalui regresi yakni 142,6 menit. Hal ini membuktikan bahwa pemanasan dapat
membunuh bakteri.
Menurut literatur, dibutuhkan waktu 30-60 menit untuk membunuh bakteri Escherichia coli
dengan pemanasan pada suhu 65 oC dengan media susu skim dan dibutuhkan 30 menit untuk
membunuh seluruh populasi dengan pemanasan pada suhu 65 oC pada media kaldu nutrien.
Berdasarkan hasil percobaan, 20 menit pemanasan pada suhu 65 oC belum membunuh bakteri,
dimana masih banyak terdapat sel bakteri. Perbedaan hasil-hasil ini dapat dikarenakan oleh
perbedaan pH pada kondisi final kultur media.
(Usajewich, 2005)

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

14

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Industri


(2015)
IV. Jawaban Pertanyaan
IV.1. Antiseptik dan Disinfektan
1. Apakah yang disebut dengan antiseptik dan desinfektan, berikan contohnya ?
Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan
membran mukosa. Contoh : sunlight
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau
pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit. Pengertian lain dari
desinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh
mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh desinfektan. Selain itu desinfektan tidak
dapat membunuh spora bakteri sehingga dibutuhkan metode lain seperti sterilisasi dengan
autoclave. Contoh : betadine
(Seth, 2008)
2. Dalam hal-hal apa sajakah desinfektan dan antiseptic digunakan, terangkan !
- Antiseptik: Antiseptik digunakan pada kegiatan medis untuk menghentikan infeksi pada luka,
maupun membersihkan kulit sebelum kegiatan operasi maupun kegiatan medis lainnya. Selain
itu, penggunaan antiseptik banyak digunakan pada kegiatan sehari-hari seperti penggunaan
sabun cuci tangan maupun hand sanitizer, antiseptic mouthwash dan sabun mandi.
- Desinfektan digunakan untuk sterilisasi alat kedokteran, maupun pada kegiatan sanitasi seharihari seperti pembersihan lantai.
(Tortorra, 2013)
IV.2 Thermal Death Time
1. Apakah yang dimaksud dengan Thermal Death Time, Thermal Death Rate dan Thermal Death
Point?
- Thermal Death Time adalah periode terpendek yang dibutuhkan untuk mematikan suatu
suspensi mikroba pada suhu tertentu di bawah keadaan tertentu.
- Thermal Death Rate adalah lamanya waktu (dalam menit) untuk mengurangi populasi
sebesar 90% atau lamanya waktu (menit) yang dibutuhkan untuk kurva TDT untuk
mengalami penurunan logaritmik.
- Thermal Death Point adalah temperatur minimal yang dapat membunuh seluruh
mikroorganisme dalam suspensi liquid selama 10 menit.

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

15

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Industri


(2015)
(Tortorra, 2013)
2.

Hal-hal apakah yang perlu diperhatikan dalam menentukan Thermal Death Time dan
Thermal Death Rate?
- Thermal death Time: temperatur konstan dan fungsi waktu
- Thermal death Rate: Daya tahan masing-masing bakteri, usia sel, dan ada tidaknya spora
(Garg, 2010)

3.

Dalam hal apakah (bidang apakah) percobaan ini diterapkan, jelaskan?


Aplikasi thermal death time banyak digunakan pada industri pemrosesan makanan dan
minuman, sebagai contoh pasteurisasi menggunakan perhitungan thermal death time
untuk membunuh bakteri tanpa merusak nutrisi susu.
(Tortorra, 2013)

4.

Metode apakah yang paling efektif untuk sterilisasi liquida yang mungkin
mengandung bakteri pembentuk spora?
Metode yang paling efektif untuk sterilisasi liquid yang mungkin mengandung bakteri
pembentuk spora adalah dengan metode pemanasan dalam autoclave pada suhu 1210 C agar
bakteri sekaligus dengan sporanya ikut mati (Tortorra, 2013).

5. Bagaimana cara saudara melakukan suatu eksperimen untuk menentukan waktu TDT dari
Escheichia coli ?
Mulailah dengan data-data yang telah saudara dapatkan dalam percobaan.
Cara melakukan suatu eksperimen untuk menentukan waktu TDT dari Escherichia coli adalah
Dengan menentukan jumlah bakteri setelah waktu pemanasan yang berbeda yaitu 0, 5, 10, 15,
dan 20 menit pada suhu konstan.
V. Kesimpulan
V.1. Antiseptik dan Disinfektan
Dari hasil percobaan dan pengamatan didapat kesimpulan bahwa desinfektan yakni Sunlight
maupun antiseptik yakni betadin, dapat menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas putida dan
jamur Rhizopus oligosporus ditandai dengan adanya zona bebas bakteri yang mengelilingi daerah
yang terkena antiseptik maupun disinfektan.
V.2. Thermal Death Time
Waktu terpendek untuk mematikan bakteri E. coli adalah 142,6 menit dan persen kematian
rata-rata/menit bakteri E. Coli yaitu sebesar 0,39 untuk pemanasan 5 menit, 1,54 untuk pemanasan
10 menit, 1,87 untuk pemanasan 15 menit, dan 2,78 untuk pemanasan 20 menit.

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

16

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Industri


(2015)
Daftar Pustaka
Aneja, K.R. 2003. Experiments in Microbiology, Plant Pathology, and Biotechnology. New Delhi:
New Age International Publishers
Garg, Neelima., et al. 2010.Laboratory Manual of Food Microbiology. New Delhi: I.K International
Seth, S.D., dan Vimlesh Seth. 2008. Textbook of Pharmacology. India: Elsevier
Publishing House Pvt. Ltd
Tortora, Gerard J. Bardel R. Funke and Christine L. Case. 2013. Microbiollogy: an
Introduction 11stEdition. San Fransisco: Pearson Education, Inc.
Usajewich, I dan Beetha Nalepa. 2006. Survival of Escherichia coli O157:H7 in Milk Exposed to
High Temperature and Pressure. Food Technology, Biotechnology
Walls,Melanie.2012. The influence of sample volume applied to the Makler sperm counting
chamber upon the measured concentration of latex beads: A multicentre study. Australia ; Asian
Pacific Journal

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai