PENGENDALIAN MIKROORGANISME
Nama : Ade Cici Dosen : -Arina Findo Sari, M.Si
NIM : 11180950000091 - Remila Selvany, M.Si
Kelas/Kelompok : 3C1/3 Asisten Lab. : - Indah Mutiara Fadhillah
Hari, Tanggal : Selasa, 28-11-2019 - Aprilia Firdausya
- Mailani
HASIL PENAMATAN
Tabel 1. Uji Sensitivitas Antibiotik
Zona Bening (cm) Gambar
Antibiotik E.coli S.aureus E.coli S.aureus
Tetracycline 1,2 5
Erythomicin 1 3
Gentamicin <1 4
Ciprofloxacin <1 3
Penicillin - 4,2
Amoxycillin 1 3,4
1
Tabel 2. Uji Sensitivitas Antiseptik
Total Care - -
Dettol 0,0005 -
Handsanitizer
Nuvo 1,25 -
Handsanitizer
Betadine 1,9 -
2
Tabel 3. Uji Sensitivitas Desinfektan
3
Fenol 1:120 S.aureus Menit ke 5: ada
kekeruhan
4
(Sumber: Dok. Kel 3C2, 2019)
Porstex E.coli Menit ke 5: terdapat
1:150 kekeruhan
Menit ke 10: tidak ada
kekeruhan
Menit ke 15: terdapat
kekeruhan
PEMBAHASAN
Antibiotik ialah suatu bahan kimia yang dikeluarkan oleh jasad renik atau hasil sintesis
atau semisintesis yang mempunyai struktur yang sama dan zat ini dapat merintangi atau
memusnahkan jasad renik yang lainnya. Antibiotik dibagi menjadi dua golongan berdasar
kegiatannya, yaitu antibiotik yang memiliki kegiatan luas (broad spectrum), yaitu antibiotik
yang dapat mematikan Gram positif dan bakteri Gram negatif. Antibiotik jenis ini diharapkan
dapat mematikan sebagian besar bakteri, termasuk virus tertentu dan protozoa. Golongan kedua
adalah antibiotik yang memiliki kegiatan sempit (narrow spectrum).
Pada percobaan kali ini, digunakan media MHA (Mueller-Hinton Agar) yang masih
cair dan suspensi bakteri dimasukkan kedalamnya. Barulah setelah itu media dituang ke cawan
petri dan dilakukan metode pour-plate kemudian ditunggu sampai agar mengeras. Setelah itu,
diletakkan cakram antibiotik dan dilakukan inkubasi selama 1-2 hari untuk melihat
pertumbuhan bakteri. Antibiotik yang digunakan antara lain Penicilin, Amoxycillin,
Tertacycline, Doxycycline, Ciproflaxacin, Erithromicin, Gentamicin, Chlorampenicol,
Ampicillin, dan Streptomicin.
Penisilin merupakan derifat β-laktam tertua yang memiliki aksi bakterisidal dengan
mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri. Masalah resistensi akibat
penicilinase mendorong lahirnya terobosan dengan ditemukannya derivat penicillin lainnya.
Aktivitas terhadap bakteri Gram negatif sama sekali tidak dimiliki sehingga antibiotik ini
tergolong ke dalam spectrum sempit. Namun, terobosan lain terhadap penicilin adalah dengan
5
lahirnya derivat penicillin yang berspektrum luas seperti golongan aminopenicilin
(amoksisilin) yang mencakup E. coli (Nurmala, dkk. 2015). Terbukti, pada hasil pengamatan
Penicillin tidak memiliki daya hambat terhadap E. coli namun cukup baik dalam menghambat
pertumbuhan S. aureus.
Demikian pula dengan Tetracycline, menurut Muslimin (2011), antibiotik ini bekerja
dengan menghambat sintesis protein pada bakteri dan aktif terhadap beberapa bakteri Gram
positif maupun bakteri Gram negatif maka dari itu antibiotik ini tergolong dalam spectrum luas.
Begitu pula Doxycycline dan Ciproflaxacin yang juga termasuk kelompok antibiotik spektrum
luas, yang keduanya bekerja dengan menghambat sintesis asam nukleat. Menurut Sumampouw
(2018), Ciproflaxacin yang paling baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli.
Meskipun suatu antibiotik berspektrum luas, efektivitas kliniknya belum tentu seluas
spektrumnya sebab efektivitas maksimal diperoleh dengan menggunakan obat terpilih untuk
infeksi yang sedang dihadapi terlepas dari efeknya terhadap mikroba lain. Sedangkan
Streptomicin dikelompokkan kedalam golongan antibiotik spektrum sempit (Suardi, 2014).
6
mengatakan spektrumnya sempit. Hal ini mungkin disebabkan oleh kesalahan saat melakukan
praktikum atau terjadi kontaminasi.
Antiseptik merupakan suatu zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan
dan membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan tubuh
luar mahluk hidup seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa. Secara umum,
antiseptik berbeda dengan obat-obatan maupun disinfektan. Kekuatan masing-masing zat
antiseptik tersebut berbeda-beda. Ada yang memiliki kekuatan yang sangat tinggi, ada pula
yang bereaksi dengan cepat ketika membunuh mikroorganisme dan sebaliknya. Kekuatan suatu
7
zat antiseptik biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara kekuatan zat antiseptik tertentu
terhadap kekuatan antiseptik dari fenol (pada kondisi dan mikroorganisme yang sama), atau
yang lebih dikenal sebagai koefisien fenol (coefficient of phenol).
Metode pengujian terhadap antiseptik ini sama seperti sebelumnya, dimana bahan uji
yang digunakan bukan antibiotik melainkan antiseptik. Adapun antiseptik yang digunakan
adalah My Baby, Total Care, Dettol Hand Sanitizer, Betadine Obat Kumur, Nuvo Hand
Sanitizer, Betadine Hygiene, Nuvo Sabun Cair dan Lifebuoy Hand Wash. Berdasarkan data
pada tabel kedua, diperoleh hasil bahwa yang paling ampuh untuk menghambat pertumbuhan
E. coli adalah Betadine dan yang paling ampuh dalam menghambat S. aureus adalah Nuvo
Sabun Cair. Sedangkan yang mampu menghambat keduanya adalah produk My Baby
meskipun dengan diameter zona bening yang tidak terlalu besar.
8
hilangnya rangkaian fosfolirasi oksidatif, koagulasi sitoplasma hingga akhirnya terjadi lisis sel
(Rahma, 2015).
Pada percobaan ini dilakukan pengenceran fenol dan porstex dengan perbandingan
fenol 1:60; 1:80; 1:100; dan 1:120 sedangkan pada porstex 1:50; 1:75; 1:100; dan 1:150.
Pengenceran 1:60 dan 1:50 tentu saja akan lebih pekat sehingga akan lebih ampuh dalam
menghambat pertumuhan bakteri dibandingkan dengan hasil pengenceran 1:120 dan 1:150. Hal
ini terbukti karena hanya pada pengenceran rendah cenderung tidak ditumbuhi bakteri atau
jernih, sedangkan pada pengenceran yang tinggi nampak keruh yang berarti ditumbuhi oleh
bakteri. Pada fenol perbandingan 1:80 terjadi kekeruhan di menit ke 5 dan pada porstex terjadi
kekeruhan di menit ke 5 dan 15. Sehingga dapat di hitung koefisien fenol 1:150/1:80 = 1,875.
Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa efektivitas porstex lebih tinggi daripada fenol, sebab
nilai koefisiennya lebih dari 1.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Mizranita, Vinci dan Dea Sarra Pramuditha. 2014. Pengaruh Penggunaan Antibiotik
Eritromisin dengan Terapi Calcium-Channel Blocker Terhadap Gagal Ginjal Akut.
Jurnal Farmasi Universitas Sebelas Maret. 1(1): 29-31.
Muslimin, Lucia Ratna Winata, Firzan Nainu dan Rohmat Himawan. 2011. Antibiotic
Sensitivity Pattern of Staphylococcus aureus and Escherichia coli Isolated from Bovine
Fresh Milk. Jurnal Veteriner, 16(4) : 520-522.
9
Nurmala, dkk. 2015. Resistensi dan Sensitivitas Bakteri terhadap Antibiotik di RSU dr.
Soedarso Pontianak Tahun 2011-2013. Jurnal Universitas Tanjungpura, 3(1) : 21-28.
Rahma, Eka. 2015. Penentuan Koefisien Fenol Pembersih Lantai yang Mengandung Pine Oil
2,5% Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rini, Eka. P dan Estu R. Nugrahaeni. 2018. Uji Daya Hambat Berbagai Merek Hand
Sanitizer Gel Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus. Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 1(1): 18-26.
Suardi, Hijra Novia. 2014. Antibiotik Dalam Dunia Dokter Gigi. Jurnal Cakaradonya Dent
6(2):678-744.
Sumampouw, Oksfriani Jufri. 2018. Uji Sensitivitas Antibiotik Terhadap Bakteri Escherichia
coli Penyebab Diare Balita di Kota Manado. Journal of Current Pharmaceutical
Sciences. 2(1) : 104-110.
LAMPIRAN
1. Jelaskan yang dimaksud dengan daerah jernih pada plat kultur bakteri yang diuji pada
uji sensitivitas antibiotika dan antiseptik!
2. Jelaskan mengapa untuk memperoleh angka koefisien fenol diperhitungkan pula lama
waktunya?
Jawaban :
1. Daerah yang tidak ditumbuhi oleh bakteri atau terhambat pertumbuhannya yang
melambangkan efektivitas antibiotik dan antiseptik karena menghambat pertumbuhan
bakteri.
2. Karena koefisien fenol dihitung berdasarkan rasio antara pengenceran tertinggi fenol
yang mematikan mikroorganisme dalam 10 menit tetapi tidak mematikan
mikroorganisme dalam 5 menit terhadap pengenceran tertinggi dari bahan desinfektan
yang akan diuji. Tentu saja dalam hal ini diperlukan lama waktu.
10