Anda di halaman 1dari 14

1.

PENDAHULUAN

1.1.

Tinjauan Pustaka

Kebanyakan sel mikrobia tidak berwarna atau mempunyai pigmen yang sangat sedikit dan tidak
dapat mengadsorbsi ataupun membiaskan cahaya sehingga tidak dapat dilihat dengan mudah
pada mikroskop karena indeks bias sitoplasma sel yang hampir sama dengan indeks bias
lingkungannya yang bersifat cair. Kontras antara sel dan latar belakangnya dapat dipertajam
dengan mewarnai sel-sel tersebut dengan sel warna. Oleh karena itu, penggunaan zat warna
terhadap bakteri yang dilakukan pada percobaan bertujuan supaya zat warna dapat mengadsorbsi
atau membiaskan cahaya sehingga dapat meningkatkan kontras dengan sekelilingnya dan
struktur sel bakteri dapat diamati (Hadioetomo, 1993).
Proses pewarnaan bakteri yang paling umum, ialah metode pengecatan sederhana. Disebut
sebagai pengecatan sederhana, karena dalam prosesnya hanya digunakan 1 jenis zat warna untuk
mewarnai suatu jenis organisme, sehingga dapat meningkatkan kontras antara mikroorganisme
dan sekelilingnya. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna sederhana, karena
sitoplasmanya bersifat basofilik (suka basa), dan zat-zat warna yang digunakan dalam
pengecatan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif).
Pengecatan sederhana memang memungkinkan untuk melihat bentuk morfologi bakteri dengan
jelas, tetapi tidak dapat membedakan jenis-jenis bakteri berdasarkan komposisi penyusun
dinding selnya. Pengecatan sederhana yang dilakukan memungkinkan dibedakannya bakteri
dengan bermacam-macam tipe morfologi (kokus, basilus, vibrio, sprilum, dan sebagainya) dari
bahan-bahan lainnya yang ada pada olesan yang diwarnai Untuk dapat membedakan jenis-jenis
bakteri berdasakan komposisi penyusun dinding selnya, yaitu untuk mengetahui apakah suatu
bakteri termasuk gram positif atau gram negatif, maka dapat dilakukan pengecatan gram
(Hadioetomo, 1993).
Pengecatan

deferensial

merupakan

pengecatan

yang

memiliki

keunggulan

dalam

mengelompokkan bakteri, karena dengan pengecatan ini bakteri bisa digolongkan menjadi
bakteri gram positif dan gram negatif. Dimana hal yang membedakannya adalah lapisan
membran selnya, untuk bakteri gram negatif hanya memiliki 5-20% peptidoglikan sedangkan
bakteri gram positif memiliki 90% peptidoglikan di dalam membran selnya, dan dengan adanya
peptidoglikan yang tebal meyebabkan bakteri tersebut tidak mudah terdehidrasi saat pelarutan
1

ataupun pemanasan sehingga cat yang sudah masuk tidak dapat keluar lagi. Disamping itu ada
pula faktor lain yang dapat mempengaruhi sifat gram negatif dan gram positif, yaitu penyiapan
preparat yang terlalu tebal menyebabkan pelarutan kurang baik, konsentrasi dan kesegaran bahan
untuk pewarna, waktu pelarutan yang terlalu lama menyebabkan warna pada sel bakteri gram
positif ikut terlarut, pencucian dan pengeringan yang mempengaruhi keberadaan iodin, serta
umur bakteri yang mempengaruhi keutuhan bakteri (Trihendrokesowo, 1989).
Disebut bakteri gram positif, yaitu apabila organisme yang dijadikan obyek pewarnaan dapat
menahan kompleks pewarna primer ungu kristal iodium sampai akhir prosedur (sel-sel tampak
biru gelap atau ungu). Sedangkan bakteri gram negatif, yaitu apabila organisme yang dijadikan
obyek pewarnaan kehilangan kompleks warna ungu kristal pada waktu pembilasan dengan
alkohol, namun kemudian terwarnai oleh pewarna tandingan, yaitu safranin (sel-sel tampak
merah muda). Sebaiknya pengecatan gram dilakukan beberapa kali, untuk mendapatkan hasil
akhir yang akurat (Hadioetomo, 1993).
Pebedaan bakteri gram positif dan gram negatif :

Pada saat pengecatan dengan cat utama, bakteri gram positif maupun gram negatif akan
mengikat violet kristal dan menunjukkan warna ungu atau biru tua.

Pada saat penambahan mordan, pada bakteri gram positif maupun gram negatif sama-sama
akan terbentuk kompleks violet kristal dengan lugol atau iodin dan tetap berwarna biru.

Pada saat pelarutan, bakteri gram positif akan mengalami dehidrasi membran sel namun tidak
sampai pecah dan pori-porinya mengecil sehingga kompleks violet kristal dan lugol atau
iodin tetap tertinggal di dalam sel dan bakteri tetap berwarna biru atau ungu. Sedangkan pada
bakteri gram negatif, akan terdehidrasi sampai lemaknya terekstraksi dan pori-pori pada
membrannya akan melebar sehingga semua kompleks violet kristal dan lugol atau iodin akan
keluar dan sel bakteri menjadi tidak berwarna.
Pada saat penambahan cat penutup, bakteri gram positif tidak berpengaruh apa-apa dan
warnanya tetap biru atau ungu. Sedangkan bakteri gram negatif akan mengikat cat penutup
tersebut dan menjadi berwarna merah. (Trihendrokesowo.1989)

Dalam pengecatan gram pada bakteri, digunakan zat warna primer (violet kristal), larutan
mordan (iodin), bahan peluntur (alkohol), dan zat warna penutup (safranin). Larutan mordan
berfungsi untuk meningkatkan afinitas pengikatan zat warna oleh bakteri, sehingga pengikatan

zat warna oleh bakteri menjadi lebih kuat, memperjelas zat warna, mempersulit pelarutan zat
warna, dan menyebabkan terbentuknya persenyawaan kompleks kristal violet-yodium.
Sedangkan etanol, berfungsi untuk melunturkan zat warna primer dengan daya kerja lambat,
sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya pemucatan yang berlebihan. Fungsi penambahan
zat warna penutup adalah sebagai pembeda (kontras) terhadap zat warna primer, dan juga untuk
mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan zat warna primernya (Lay, 1994).
Sebagian besar dinding sel bakteri gram positif terdiri dari peptidoglikan, sedangkan pada
dinding sel bakteri gram negatif memiliki kandungan lipida lebih besar dibandingkan dengan
dinding sel bakteri gram positif. Lipida akan larut dalam alkohol dan aseton sebagai larutan
pemucat, sehingga pori-pori dinding sel gram membesarkan dan meningkatkan daya larut
kompleks kristal violet iodium pada dinding sel bakteri gram negatif, sehingga proses pemucatan
berlangsung lebih cepat dibanding bakteri gram positif dan akhirnya terwarnai oleh cat penutup
safranin yang berwarna merah (Lay, 1994).
Pengecatan struktur merupakan pengecatan yang jarang dilakukan karena biasanya untuk
melakukan pewarnaan pada flagela, endospora ataupun kapsula. Dimana tidak semua bakteri
memilikinya. Namun pengecatan ini juga dapat dipakai untuk klasifikasi bakteri, karena dengan
pengecatan ini dapat diketahui keberadaan endospora, dan kemudian bakteri yang mengandung
endospora dikelompokkan ke dalam genus tertentu; namun ada kelemahan dalam klasifikasi ini
yaitu bila ada bakteri yang tidak tampak endosporanya setelah pengecatan maka belum tentu bisa
dimasukkan ke dalam golongan bakteri tidak berendospora tapi mungkin saja karena lingkungan
tidak terlalu buruk untuk melakukan pembentukan endospora. Endospora umumnya cukup besar
dan berwarna hitam. Cara yang paling sering dipakai dengan memakai cat safranin dan malachite
green yang dapat mewarnai spora di dalam sel. (Fardiaz.1992)
Endospora adalah struktur spesifik yang ditemukan pada beberapa jenis bakteri. Endospora
berbentuk sangat padat dan bersifat sangat refraktif bila dilihat di bawah mikroskop, karena
kandungan airnya sangat rendah. Endospora sangat sukar diwarnai dengan pewarna biasa,
karenanya harus digunakan pewarna spesifik, dan yang biasa digunakan adalah pewarna hijau
malasit (malachite green). Pewarnaan endospora, sebenarnya merupakan pewarnaan yang hanya
mewarnai satu bagian sel saja, sehingga dapat digunakan untuk membedakan dengan bagian lain
dari mikroba bersangkutan. Endospora merupakan struktur yang dibentuk di dalam bakteri tipe-

tipe tertentu, yang terbentuk pada akhir fase logaritmik, dan dibentuk oleh sel basilus, bersifat
sangat tahan terhadap pemanasan, pengeringan, disinfektan, dan setelah diwarnai sukar untuk
dihilangkan. Endospora ini dibentuk pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk pertumbuhan
sel vegetatif (Fardiaz, 1992).
Endospora hanya terdapat dalam bakteri berbentuk batang (basilus) dan dapat dilihat dengan
pewarnaan endospora. Pada umumnya, bakteri pembentuk endospora memang berbentuk batang,
dan setelah membentuk endospora sporangium, bakteri akan mati lalu mengalami lisis
(pemecahan membran sel). Spora bekas lisis memiliki ukuran cukup besar, sehingga dapat
terlihat jelas pada mikroskop. Spora bekas inilah yang menunjukkan adanya endospora (Lay,
1994).
Dalam percobaan pengecatan endospora, setelah penetesan pewarna malachite green, dilakukan
pemanasan. Pemanasan ini bertujuan untuk mengembangkan lapisan luar spora yang bersifat
tahan terhadap perubahan faktor luar, yang dalam hal ini adalah penambahan bahan kimia berupa
larutan pewarna malachite green, sehingga zat warna malachite green dapat masuk ke dalam
spora. Setelah didinginkan, warna hijau tersebut
terperangkap dalam spora, sehingga struktur endospora dapat diamati (Lay, 1994).
Tujuan dilakukannya pemanasan pada percobaan ini supaya endospora dalam bakteri menjadi
aktif, karena endospora dalam bakteri akan aktif jika pada saat lingkungan ekstrim dan
kandungan airnya rendah saja. Pemanasan akan mempercepat pengecatan, dimana pemanasan
membantu zat warna menembus dinding endospora. Sehingga meskipun dilakukan pencucian
dengan air mengalir, semua zat warna bagian sel akan luntur kecuali zat warna pada endospora
tetap tertinggal (Fardiaz, 1992).
Warna hijau ini ada yang hijau gelap dan ada yang hijau muda. Warna hijau gelap adalah bakteri
berendospora yang berkoloni, sedangkan wana hijau muda adalah bakteri berendospora yang
memisah. Lalu sel vegetatif yang berwarna merah muda ini didapat dari penambahan safranin.
Penambahan safranin ini disebabkan karena sel vegetatif yang terdapat pada Bacillus subtilis
tidak berwarna. Oleh karena itu penambahan safranin yang merupakan zat warna basa akan
mengikat muatan negatif yang terdapat pada permukaan sel sehingga sel vegetatif berwarna
merah muda kekuningan. Dalam hal ini safranin tidak masuk ke dalam spora (Lay,1994).

Pada setiap proses pengecatan yang dilakukan, baik pengecatan sederhana, pengecatan gram,
ataupun pengecatan endospora, selalu dilakukan proses fiksasi. Proses fiksasi ini dilakukan
dengan cara melewatkan gelas benda pada nyala api spirius beberapa kali selama 1-2 detik.
Proses ini bertujuan untuk lebih melekatkan bakteri pada gelas benda dan mematikan bakteri,
karena sebenarnya bakteri yang hidup tidak dapat diamati, karena pada bakteri hidup, selnya
tidak mengandung pigmen atau transparan, karena indeks bias sitoplasmanya hampir sama
dengan indeks bias lingkungannya yang bersifat cair (Lay, 1994).
Sifat bakteri yang tidak berwarna sehingga hanya sedikit perbedaan warnanya dengan
lingkungan di sekitarnya, membuat bakteri sulit diamati secara mendetail baik bagian selnya atau
pun bentuknya. Oleh karena itu harus dilakukan suatu usaha untuk menambah perbedaan warna
antara bakteri dengan lingkungan sekitarnya, dan usaha tersebut adalah pewarnaan. Namun
masih ada kesukaran yang ditemui selama pewarnaan, yaitu tidak bisa masuknya pewarna ke
dalam tubuh bakteri hidup, dan untuk menyelesaikan masalah tersebut maka dilakukan usaha
pembunuhan bakteri dengan fiksasi panas, karena pada umumnya fiksasi panas dilakukan di atas
600C sehingga bisa mebunuh bakteri yang tahan panas. Cat yang biasa digunakan adalah
pewarnaan dengan ion organik yang dikenal sebagai pewarnaan dasr, dimana selanjutnya
pewarnaan dasar tersebut bisa berikatan dengan ion negatif ataupun ion positif, dan membentuk
pewarna asam dan basa. Dimana pewarna asam yang mengandung ion negatif hanya bisa
mewarnai lingkungan sekitar bakteri atau dengan kata lain tidak bisa masuk dan terikat oleh sel
sehingga tampak seperti daerah jernih dikelilingi daerah berwarna. Sedangkan pewarna basa
yang mengandung ion positif bisa berikatan dnegan komponen-komponen yang ada di
permukaan maupun di dalam sel itu sendiri karena komponen tersebut bermuatan negatif, dengan
demikian pewarna basa bisa terikat oleh sel mati, dan pewarnaan inilah yang sering dipakai
dalam pewarnaan sederhana, diferensial maupun struktur. (Bibiana.1994).
Bacillus subtilis merupakan bakteri yang menghasilkan spora berbentuk silinder yang tidak
membengkak, sporanya langsing dan tidak melebihi diameter 0,9 m. Bacillus subtilis ini bersifat
aerobik sampai anaerobik fakultatif, katalase positif, dan gram positif. Bakteri Escherichia coli
merupakan bakteri gram negatif. Sel khamir yang termnasuk jenis Saccharoyces mungkin
berbentuk bulat, oval, atau memanjang, dan mungkin membentuk pseudomiselium (Fardiaz,
1992).

Jenis bakteri yang termasuk gram positif adalah famili Micrococcaceae seperti Microsoccocus,
Staphylococcus dan famili Streptococcaceae seperti Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus,
Aerococcus. Streptococcus merupakan bakteri berbentuk bulat yang hidup secara berpasangan,
atau membentuk rantai pendek dan panjang tergantung dari spesies dan kondisi pertumbuhannya
(Fardiaz, 1992).
1.2.

Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis dan cara pewarnaan bakteri
seperti pewarnaan sederhana, pewarnaan gram, pewarnaan endospora, dan pewarnaan spora
yeast, dan juga membedakan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif serta ciri-cirinya.
.

2.

MATERI DAN METODE

2.1.

Materi

2.1.1. Alat
Dalam praktikum ini alat-alat yang digunakan adalah bunsen, gelas objek, kaca penutup, jarus
ose, mikroskop, pipet, korek, serbet, dan tissue.
2.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan violet kristal, lugol, alkohol,
larutan safranin, methylen blue, larutan hijau malasit, Bacillus subtilis, Streptococcus
thermophilus, Escherichia coli, Sacaromyces cereviseae,aquades, vaselin.
2.2.

Metode

2.2.1. Pewarnaan Sederhana


Pertama-tama kaca preparat disiapkan. Kemudian ditetesi dengan aquades sebanyak 1 tetes.
Setelah itu mikroorganisme diambil dengan jarum ose dan letakkan pada kaca preparat.
Kemudian dikeringkan. Setelah kering, kemudian difiksasi dan lalu diberi pewarna methylen
blue. Mikroorganisme yang digunakan dalam pewarnaan sederhana ini adalah Bacillus subtilis
dan Streptococcus thermophilus.

2.2.2. Pewarnaan Gram


Pertama-tama kaca preparat disiapkan. Kemudian ditetesi dengan aquades sebanyak 1 tetes.
Setelah itu mikroorganisme diambil dengan jarum ose dan letakkan pada kaca preparat.
Kemudian dikeringkan. Setelah kering, kemudian difiksasi dan lalu diberi pewarna violet kristal.
Kemudian dibiarkan selama 1 menit. Setelah itu dibilas dengan air mengalir, sisa air yang
tertinggal dikeringkan, lalu ditetesi dengan lugol. Kemudian didiamkan selama 1 menit, Setelah
1 menit, dicuci kembali dengan air mengalir dan kemudian dihilangkan warnanya dengan
alkohol. Setelah itu diberi pewarna safranin dan didiamkan sampai kering. Setelah kering, dicuci
dengan air mengalir dan dikeringkan. Kemudian diamati dengan mikroskop dan dicatat.
Mikroorganisme yang digunakan dalam pewarnaan gram ini adalah Escherichia coli dan
Streptococcus thermophilus.

2.2.3. Pewarnaan Spora


Pertama-tama kaca preparat disiapkan. Kemudian ditetesi dengan aquades sebanyak 1 tetes.
Setelah itu mikroorganisme diambil dengan jarum ose dan letakkan pada kaca preparat.
Kemudian dikeringkan. Setelah kering, kemudian difiksasi dan lalu diberi pewarna hijau malasit.
Kemudian dipanaskan selama 3 menit tetapi jangan sampai kering. Setelah itu dicuci dengan air
mengalir, lalu dikeringkan. Kemudian diamati dengan mikroskop dan dicatat. Mikroorganisme
yang digunakan dalam pewarnaan spora ini adalah Bacillus subtilis.
2.2.4. Pewarnaan Spora Yeast
Pertama-tama kaca preparat disiapkan. Kemudian ditetesi dengan aquades sebanyak 1 tetes.
Setelah itu mikroorganisme diambil dengan jarum ose dan letakkan pada kaca preparat.
Kemudian dikeringkan. Setelah kering, kemudian difiksasi dan lalu diberi pewarna violet kristal.
Kemudian dipanaskan selama 3 menit tetapi jangan sampai kering. Setelah itu dicuci dengan
alkohol, lalu dikeringkan. Kemudian diberi pewarna safranin dan didiamkan selama 10 detik.
Cuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Kemudian diamati dengan mikroskop dan dicatat.
Mikroorganisme yang digunakan dalam pewarnaan spora yeast ini adalah Sacaromyces
cereviseae.

3.

HASIL PENGAMATAN

Jenis Pengecatan
Sederhana

Jenis
Mikroorganisme
Bacillus Subtilis

Gambar

Keterangan
warna: transparan
perbesaran: 100 x 10

Sederhana

Streptococcus
thermophilus

warna: transparan
perbesaran: 100 x 10

Gram

Escherichia coli

warna: merah
perbesaran: 100 x 10

Gram

Streptococcus
thermophilus

warna: merah keunguan


perbesaran: 100 x 10
bentuk: coccus

Spora

Bacillus Subtilis

warna: hijau kebiruan


perbesaran: 100 x 10 +
minyak imersi

Spora Yeast

Sacaromyces
cereviseae

warna: transparan
perbesaran: 100 x 10 +
imersi

4.

PEMBAHASAN

Pada percobaan pewarnaan sederhana, hasil pengamatan menunjukan warna transparan. Padahal
yang seharusnya adalah menghasilkan warna biru sesuai dengan zat warna yang digunakan yaitu
methilene blue. Hal ini disebabkan karena sel yang diamati belum mati. Mungkin karena fiksasi
yang dilakukan kurang lama dan kurang panas. Proses fiksasi ini dilakukan dengan cara
melewatkan gelas benda pada nyala api spirius beberapa kali selama 1-2 detik. Proses ini
bertujuan untuk lebih melekatkan bakteri pada gelas benda dan mematikan bakteri, karena
sebenarnya bakteri yang hidup tidak dapat diamati, karena pada bakteri hidup, selnya tidak
mengandung pigmen atau transparan
Selain itu pewarna juga tidak bisa masuk ke dalam tubuh bakteri hidup. Dengan fiksasi maka
akan membunuh bakteri yang tahan panas. Cat yang biasa digunakan adalah pewarnaan dengan
ion organik yang dikenal sebagai pewarnaan dasar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Lay, 1994.
Pada pecobaan pewarnaan yang sederhana ini digunakan 2 macam mikroorganisme,
mikroorganisme tersebut adalah Bacillus subtilis dan Streptococcus thermophilus. Pada
pengecatan sederhana Bacillus subtilis, seharusnya dihasilkan mikroorganisme dengan warna
biru. Warna biru ini berasal dari methilene blue yang tertinggal di dalam sel (Timotius, 1982).
Sedangkan bentuk yang dihasilkan adalah lonjong seperti batang dan hal ini sesuao dengan
pernyataan Fardiaz (1992) yang menyatakan bahwa Bacillus subtilis ini berbentuk batang. Selain
itu tampak juga bentuk koloninya yaitu seperti rantai pendek. Sedangkan pada pewarnaan
sederhana Streptococcus thermophilus seharusnya dihasilkan mikroorganisme dengan warna
biru. Warna biru ini berasal dari methilene blue yang tertinggal di dalam sel (Timotius, 1982).
Streptococcus merupakan bakteri berbentuk bulat yang hidup secara berpasangan, atau
membentuk rantai pendek dan panjang tergantung dari spesies dan kondisi pertumbuhannya
(Fardiaz, 1992). Hal ini sesuai dengan hasil percobaan kali ini yaitu terlihat bentuk yang bulat
tunggal atau tidak menggerombol.
Pada percobaan pewarnaan gram digunakan dua macam bakteri. Kedua bakteri tersebut adalah
E. Coli dan Streptococcus thermophilus. Pada mikroorganisme Streptococcus thermophilus
didapatkan hasil pengamatan mikroorganisme yang berbentuk kokus dan mempunyai warna
merah keunguan. Hasil ini menunjukkan kesalahan karena tidak sesuai dengan teori yang ada.
10

11

Menurut Fardiaz (1992), hal ini disebabkan karena bakteri yang termasuk golongan
Streptococcaceae merupakan bakteri gram positif hal ini menyebabkan pada saat pelarutan,
bakteri ini akan mengalami dehidrasi membran sel namun tidak sampai pecah dan pori-porinya
mengecil sehingga kompleks violet kristal dan lugol atau iodin tetap tertinggal di dalam sel dan
bakteri tetap berwarna biru atau ungu. Dan pada saat penambahan cat penutup, bakteri gram
positif tidak berpengaruh apa-apa dan warnanya tetap biru atau ungu (Trihendrokesowo.1989).
Kesalahan ini kemungkinan disebabkan terlalu tebalnya preparat yang mikroorganisme yang
diambil sehingga dapat menghambat hilangnya pewarna pada saat dicuci dengan alcohol. Bakteri
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif (Gaman & Sherrington, 1994) hal ini sesuai
dengan hasil pengamatan preparat yang berwarna merah. Warna merah ini dikarenakan sel
bakteri ini akan terdehidrasi sampai lemaknya terekstraksi dan pori-pori pada membrannya akan
melebar sehingga semua kompleks violet kristal dan lugol atau iodin akan keluar dan sel bakteri
menjadi tidak berwarna. Setelah diberi safranin bakteri gram negatif yang tidak berwarna
tersebut akan mengikat cat penutup yang berasal dari safranin dan menjadi berwarna merah
(Trihendrokesowo.1989).
Percobaan pewarnaan spora yeast berbeda dari pengecatan yang lain, pengecatan ini tidak
menggunakan bakteri. Mikroorganisme yang digunakan dalam pewarnaan ini adalah
Saccaromyces cerevisiae. Mikroorganisme yang terlihat pada pecobaan ini berwarna transparan.
Hal ini dikarenakan pada pengecatan spora, spora sangat sukar diwarnai dengan pewarna biasa,
karenanya harus digunakan pewarna spesifik, dan yang biasa digunakan adalah pewarna hijau
malasit (malachite green) seperti yang diungkapkan oleh Fardiaz, 1992. Sedangkan dalam
pewarnaan spora yeast ini pewarna yang digunakan adalah violet kristal sehingga pewarna ini
pun belum dapat diserap oleh spora sehingga pada saat dicuci warna violet kristal pun ikut
menghilang. Sel khamir yang termnasuk jenis Saccharoyces mungkin berbentuk bulat, oval, atau
memanjang, dan mungkin membentuk pseudomiselium (Fardiaz, 1992). Kegagalan pewarnaan
ini mungkin disebabkan oleh terlalu tipisnya preparat yang dibuat dan kesalahan dalam fiksasi.

5.

KESIMPULAN

o Pewarnaan mikroorganisme bertujuan agar lebih mudah dilihat dan dipelajari.


o Pengecatan sederhana merupakan pengecatan yang hanya menggunakan satu jenis pewarna
saja.
o Untuk dapat membedakan jenis-jenis bakteri berdasakan komposisi penyusun dinding selnya
maka dapat dilakukan pengecatan gram.
o Bakteri gram positif menghasilkan warna biru atau violet.
o Bakteri gram negatif menghasilkan warna merah.
o Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif, berspora, dan mempunyai bentuk batang.
o S. thermophilus merupakan bakteri gram positif dan bebentuk kokus.
o E.coli merupakan bakteri gram negatif.
o Dalam pengecatan gram digunakan zat warna primer (violet kristal), bahan peluntur (alkohol),
dan zat warna penutup (safranin).
o Larutan lugol berfungsi untuk meningkatkan afinitas pengikatan zat warna oleh bakteri,
sehingga pengikatan zat warna oleh bakteri menjadi lebih kuat, memperjelas zat warna,
mempersulit pelarutan zat warna, dan menyebabkan terbentuknya persenyawaan kompleks
kristal violet.
o Etanol, berfungsi untuk melunturkan zat warna primer dengan daya kerja lambat, sehingga
memperkecil kemungkinan terjadinya pemucatan yang berlebihan.
o Fungsi penambahan zat warna penutup adalah sebagai pembeda (kontras) terhadap zat warna
primer, dan juga untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan zat warna primernya.
o Dalam pengambilan preparat sebaiknya tigak terlalu tipis atau terlalu tebal.
o Pemanasan pada pewarnaan endospora bertujuan untuk membantu zat warna menembus
dinding endospora.
o Fiksasi bertujuan untuk mematikan mikroorgasnisme sehingga dapat diamati.

12

6.

DAFTAR PUTAKA

Bibiana,W.L. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.


Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Gaman, P.M. & K.B. Sherrington. (1994). Ilmu Pangan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.

Hadioetomo, R.S. (1993). Mikobiologi Dasar dalam Praktek, Teknik dan Prosedur Dasar
Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Lay, B.W. (1994) . Analisis Mikroba dalam Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Timotius, K.H. (1982). Mikrobiologi Dasar. University Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Trihendrokesowo. (1989). Petunjuk Laboratorium Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas


Pangan dan Gizi. Yogyakarta.

13

7.

LAMPIRAN

7.1.

Laporan Sementara

14

Anda mungkin juga menyukai