Anda di halaman 1dari 39

PERKEMBANGBIAKAN DAN

PERTUMBUHAN TANAMAN

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI
Disusun oleh:
Nama

: Gigie Kurniawati Wiyono

NIM

: 05.70.0037

Kelompok

: A.6

2005

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG

1. PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan Pustaka
Salah satu ciri organisme yaitu tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan adalah proses
pertambahan ukuran dan volume serta jumlah sel secara tidak bolak-balik. Perkembangan
adalah proses menuju keadaan yang lebih dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan
merupakan hasil interaksi antara faktor dalam dan luar. Faktor dalam yaitu sifat genetik dan
hormon yang merangsang pertumbuhan. Faktor luar adalah faktor lingkungan (Campbell,
1996).
Pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena organisme multisel tumbuh dari zigot,
pertambahan itu bukan hanya dalam volume tetapi juga dalam bobot, jumlah sel,
banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertumbuhan pada tumbuhan berlangsung
pada bagian tertentu yang terdiri dari sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses
pembelahan sel di meristem. Pertumbuhan mudah dirancukan dengan pembelahan sel di
meristem. Pembelahan sel itu sendiri tidak menyebabkan pertambahan ukuran, namun
produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan (Salisbury,
1995).
Biji berkembang pada mulanya dari bakal biji. Setelah dewasa bagian biji dapat dibedakan
atas kulit biji (yang biasa dinamakan testa yang berkembang dari 1 / 2 integumen),
endosperm (terdapat dalam jumlah sedikit / banyak), embrio (merupakan sporofit muda
yang berkembang sebagian). Di tempat melekatnya biji pada funikulus, terdapat parut yang
dinamakan dengan hilum. Hilum merupakan jalur masuknya air ke dalam biji (Fahn, 1991).
Salah satu bagian tumbuhan yang penting untuk penyerapan garam-garam mineral adalah
akar. Selain itu, akar juga berfungsi sebagai tempat penyimpan cadangan makanan. Pada
kebanyakan dikotil mempunyai akar pokok yang tumbuh ke bawah, tegak lurus terhadap
permukaan tanah (Melanie, 1997).

Biji dari tumbuhan berbunga terdiri dari 3 bagian, yaitu :

Embrio yang terdiri dari akar dan 1 / 2 keping biji (kotiledon). Apabila memiliki 1 maka
dinamakan monokotil. Sedangkan jika memiliki 2 dinamakan dikotil.

Endosperm sebagai jaringan penyedia makanan.

Mantel biji merupakan bagian untuk melindungi permukaan biji, terletak antara embrio
dan endosperm.

Meskipun semua jenis biji dimulai dari 3 bagian dasar ini, tetapi kacang-kacangan dan
tumbuhan dikotil mentransfer persediaan makanan dari endosperm ke perluasan kotiledon
selama biji berkembang (Johnson et al., 1984).
Benih terdiri dari embrio yang telah berkembang dari telur yang subur, makanan yang
tersedia, yang mendapatkan dari endosperm dan lapisan benih yang berkembang dari
lapisan yang paling luar atau lapisan sel telur muda. Benih di kebanyakan tanaman liar
membutuhkan periode dormansi sebelum mereka tumbuh. Dalam beberapa spesies, lapisan
benih berperan penting agar benih tumbuh dengan baik seperti mencegah masuknya air atau
gas (Curtis, 1983).
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan biji diawali dengan perkecambahan. Pada
embrio atau lembaga terdapat plumula yang tumbuh menjadi batang dan radikula yang
tumbuh menjadi akar. Pada akhir perkecambahan tumbuhan membentuk akar, batang, dan
daun. Pada ujung-ujung akar dan batang terdapat sel yang senantiasa membelah diri,
disebut jaringan meristem ujung. Perkecambahan dipengaruhi oleh oksigen, suhu, dan
cahaya (Campbell, 1996).
Perkecambahan

merupakan

permulaan

pertumbuhan

embrio

dalam

biji.

Yang

diperlukannya adalah suhu yang cocok, banyaknya air yang ada dan persediaan oksigen.
Untuk tumbuh biji perlu kondisi sebagai berikut :

Periode dormansi, merupakan syarat bagi perkecambahan biji. Dalam proses ini air
sangat dibutuhkan.

Terbuka terhadap cahaya.

Hal di atas merupakan bukti bahwa nilai daya bertahan di 2 adaptasi, struktural yang
unik yaitu biji dan bunga (Kimball et al., 1994).

Perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air ke dalam sel. Proses ini merupakan
proses fisika. Masuknya air pada biji menyebabkan enzim bekerja. Proses perkecambahan
membutuhkan oksigen yang dipakai untuk menghasilkan energi (proses oksidasi).
Perkecambahan tidak dapat berlangsung pada suhu tinggi karena suhu tinggi dapat merusak
enzim. Pertumbuhan umumnya berlangsung baik dalam keadaan gelap. Perkecambahan
membutuhkan hormon auksin. Hormon ini mudah mengalami kerusakan pada intensitas
cahaya tinggi (Campbell, 1996).
Ketika biji berkembang, batang dan akar mulai tumbuh. Tetapi biasanya akar tumbuh
terlebih dulu. Hal ini untuk memastikan bahwa daun baru akan sesegera mungkin
menyediakan air dan mineral (Stanley & Andrykovitch, 1984).
Ketika biji berkembang, ia akan menyerap air. Akar biasanya merupakan struktur pertama
yang terbentuk dari mantel biji. Kemudian tumbuh dengan cepat dan menyerap air dan
garam mineral dari tanah. Persediaan makanan pada biji menghasilkan energi yang bisa
mendukung. Kotiledon dari dikotil telah menyerap endosperm ketika biji berkembang, dan
penuh terisi makanan (Audesirk & Audesirk, 1989).
Pembelahan miotik pada zigot dan nukleus endosperm menghasilkan biji yang terdiri atas :

Plumula, terdiri dari 2 daun embrionik yang akan menjadi daun sejati. Yang pertama
akan tumbuh bibit dan terminal (apikal). Tunas ini adalah meristem dan padanya akan
terjadi pertumbuhan batang selanjutnya.

Hipokotil dan radikula, yang masing-masing akan tumbuh menjadi batang dan akar
primer.

1/2 kotiledon, yang menyimpan makan untuk digunakan biji yang berkecambah.
Kacang merupakan biji dikotil.

Struktur biji dikotil sebagai berikut :

Keterangan :
1.

Kulit biji

4. Plumula

2.

Kotiledon

5. Epikotil

3.

Radikula

6. Hipokotil (Campbell, 1996).

Tipe perkecambahan pada kacang merah adalah tipe hipogeal. Pada perkecambahan
hipogeal, terjadi pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar
menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon atau endosperma tetap dalam
tanah (Campbell, 1996).
Setelah perkecambahan selesai dilanjutkan dengan pertumbuhan primer dan sekunder. Yang
dimaksud pertumbuhan primer adalah tumbuhan membentuk batang, akar, dan daun.
Aktivitas sel meristem menyebabkan batang dan akar tumbuh memanjang. Daerah
pertumbuhan pada ujung batang dan ujung akar menurut aktivitasnya dibedakan menjadi :

Daerah pembelahan sel; sel aktif membelah dan sifatnya meristematis.

Daerah perpanjangan sel; tiap sel memiliki aktivitas untuk membesar dan memanjang.

Daerah diferensiasi; sel berdiferensiasi menjadi sel yang memiliki struktur dan fungsi
khusus (Campbell, 1996).

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, antara lain:


1. Hormon
Ada beberapa hormon yang terdapat pada tanaman, antara lain:

a. auksin
Auksin merupakan senyawa asetat dengan gugus indol beserta derivatnya. Fungsi auksin
adalah merangsang pembentukan bunga, mempengaruhi pertumbuhan batang dengan
merangsang perpanjangan sel, dan membantu memperpanjang titik tumbuh (Van Cleave,
1991). Selain itu, auksin juga berfungsi untuk mengontrol beberapa aspek tanaman. Salah
satunya adalah memicu aktivitas kambium. Tetapi konsentrasi auksin mungkin mendukung
pertumbuhan dan mungkin juga menghambat pertumbuhan (Stanley & Andrykovitch,
1984). Auksin juga merangsang pembentukan akar liar. Akar liar tumbuh dari batang / daun
dan bukan dari sistem akar tumbuhan biasa. Akar liar tumbuh dari batang atau daun dan
bukan dari sistem akar tumbuhan biasa. Para petani dapat memperbanyak tanaman yang
diinginkan dengan memotong batang dan menancapkan pangkalnya dalam pasir tanah.
(Kimball et al., 1994). Gaya tarik bumi menyebabkan auksin terkumpul pada bagian bawah
dari struktur tanaman. Sel-sel batang akan tumbuh lebih cepat pada sisi yang mengandung
lebih banyak auksin, sehingga pertumbuhan batang biasanya mengarah ke atas. Sel-sel akar
tumbuh lebih cepat pada sisi yang lebih sedikit mengandung auksin, sehingga
pertumbuhannya mengarah ke bawah (Van Cleave, 1991).
b. giberelin
Giberelin mula-mula ditemukan pada jamur parasit pada padi. Fungsi giberelin yaitu
menyebabkan tanaman tumbuh raksasa, menyebabkan terbentuknya buah besar dan tidak
berbiji, dan merangsang aktivitas kambium (Heddy, 1989). Selain terlibat dalam
pertumbuhan batang, giberelin tampak merupakan perangsang utama pertumbuhan akar.
Giberelin ternyata juga berperan dalam pertunasan kuncup (Kimball et al., 1994).
c. sitokinin
Sitokinin mula-mula ditemukan pada batang tembakau. Sitokinin adalah salah satu zat
pengatur tumbuh yang ditemukan pada tanaman. Zat pengatur tumbuh ini mempunyai
peranan dalam proses pembelahan sel (Abidin, 1994). Sitokinin berfungsi untuk
menggiatkan pembelahan sel dan mempengaruhi pertumbuhan tunas dan akar (Heddy,
1989).

d. gas etilen
Etilen adalah hormon yang tumbuh secara umum dan berlainan dengan auksin, giberelin,
dan sitokinin. Hormon ini berperan pada proses pematangan buah dalam fase dimacteric.
Inhibitor adalah zat yang menghambat pertumbuhan pada tanaman, sering terdapat pada
proses perkecambahan, pertumbuhan pucuk dalam keadaan dormansi (Abidin, 1994).
4. Cahaya
Cahaya memang mutlak diperlukan oleh semua tumbuhan hijau, tetapi pengaruhnya
terhadap pertumbuhan perkecambahan tumbuhan adalah penghambat. Hal itu dikarenakan
cahaya menyebabkan zat tumbuh menjadi zat yang dapat menghambat pertumbuhan
(Curtis, 1983).
5. Kelembaban
Faktor kelembaban atau kadar air juga berpengaruh terhadap perkecambahan biji. Makin
tinggi kadar air, maka pertumbuhan akan makin cepat (Curtis, 1983).
6. Suhu
Perubahan suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan meliputi reproduksi, fotosintesis,
respirasi, dan transpirasi. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menghambat
proses tersebut. Suhu optimum yang paling baik untuk pertumbuhan adalah 10 38oC.
Kandungan oksigen pun berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Jika kandungan
oksigen banyak, maka pertumbuhan akar semakin baik (Campbell, 1996).
Tropisme adalah gerakan pertumbuhan yang arahnya ditentukan oleh arah rangsangan yang
berasal atau menuju tumbuhan. Sedangkan gerak tropisme yang terjadi karena rangsangan
gaya tarik bumi disebut geotropisme positif. Jika terjadi karena rangsang cahaya disebut
gerak fototropisme (Kimball et al., 1994).

Pada prinsipnya setiap tumbuhan dapat berkembang biak secara vegetattif dan generatif.
Tumbuhan tingkat rendah lebih sering melakukan reproduksi vegetatif. Sebaliknya
tumbuhan tingkat tinggi lebih sering bereproduksi secara generatif. Perkembangbiakan
generatif umumnya menggunakan biji. Sedangkan pada vegetatif dapat dibedakan menjadi
2 yaitu vegetatif alami dan buatan. Vegetatif alami misalnya pembelahan sel, pembentukan
spora, fragmentasi, pembentukan tunas, rhizoma, umbi, dan stolon. Sedangkan vegetatif
buatan

misalnya

stek,

cangkok,

menyambung,

menempel,

dan

merunduk.

Perkembangbiakan vegetatif dapat menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat yang
sama dengan induknya dan lebih cepat berbuah dibandingkan tanaman yang berasal dari
biji. Namun, dari 1 induk hanya diperoleh keturunan yang jumlahnya terbatas (Campbell,
1996).
Banyak tumbuhan mampu berkembang biak dengan cara-cara aseksual. Reproduksi
aseksual adalah cara untuk memperoleh individu baru yang mungkin saja tidak
memperlihatkan variasi seperti itu. Keturunan yang dihasilkan secara aseksual identik
secara genetik dengan tetuanya. Batang merupakan organ tumbuhan yang paling umum
dipakai dalam reproduksi aseksual. Tumbuhan yang membentuk batang bawah tanah
(rizom, umbi, kormus, dan tuber) menggunakannya untuk reproduksi dan menyimpan
makanan. Beberapa tumbuhan dapat membentuk individu baru dari akarnya (Kimball et al.,
1994).
Umbi bawang merah (Allium cepa) berwarna lembayung dan berbentuk bulat. Bagian
atasnya melancip. Umbi sampingnya berbentuk bulat dengan ujung melancip. Daunnya
berongga dan berbentuk pita. Warnanya hijau kebiruan. Bunganya berbentuk payung
membulat. Perbanyak bawang merah ini melalui bibit. Bibit diambil dari umbi kecil, yang
ujungnya dipotong untuk merangsang keluarnya umbi samping. Fungsi bawang merah ini
sebagai campuran bumbu masak, obat tradisional, dan campuran sayur (Anonim, 1980).
Pertumbuhan bawang merah berlangsung baik bila ketiga kondisinya terpenuhi. Ketiga
kondisi itu adalah air, cahaya, dan temperatur. Bila salah satu dari kondisi tersebut tidak

terpenuhi, maka menyebabkan berhentinya pertumbuhan tanaman. Tanaman tidak dapat


tumbuh tanpa adanya air (Van Cleave, 1991).
Untuk awal pertumbuhan stolon diperlukan kadar giberelin yang tinggi dan kadar sitokinin
yang tidak terlalu tinggi. Penghambatan pemanjangan stolon dapat dilakukan tanpa
menghambat pembesarannya, tapi lazimnya proses ini berlangsung bersamaan. Etilen
menghentikan pembentukan stolon, namun etilen juga menghentikan umbi. Bila kondisi
menguntungkan, umbi mulai tumbuh. Pembentukan umbi paling baik pada suhu malam
sekitar 12oC (Salisbury, 1995).
Umbi lapis atau bulbus terdiri dari batang yang pendek dengan ruas-ruas yang sangat rapat,
dikelilingi oleh daun yang berlapis-lapis, tebal, lunak, dan berdaging. Biasanya umbi lapis
disebut siung. Daun yang berlapis-lapis itu merupakan umbi yang menyimpan cadangan
makanan. Sedangkan batangnya hanya merupakan bagian kecil pada bawag umbi lapis dan
disebut cakram. Umbi lapis misalnya terdapat pada bawang merah. Umbi lapis beserta
sedikit batang jika dipisahkan akan menjadi individu baru (Campbell, 1996).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui proses perkembangbiakan tanaman secara
seksual maupun aseksual, serta membandingkannya. Selain itu juga untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi selama pertumbuhan tanaman.

2. MATERI DAN METODE


2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas kaca, kain kasa, selotip bolakbalik, kantong plastik hitam, gunting, dan pot tanaman.
2.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kacang merah, air, bawang merah
segar (Allium cepa), dan tanah.
2.2. Metode
2.2.1. Pertumbuhan seksual tanaman
Mula-mula, 4 butir kacang merah ditempelkan pada gelas kaca dengan posisi hilum ke atas,
ke bawah, ke kanan, dan ke kiri. Selanjutnya kain kasa digulung dan dimasukkan dalam
gelas kaca. Kemudian gelas kaca diberi sedikit air. Gelas kaca tersebut disimpan di tempat
gelap. Pengamatan dilakukan selama 6 hari.
2.2.2. Pertumbuhan aseksual tanaman
Mula-mula, pot yang berisi tanah gembur disiapkan. Kemudian, umbi bawang merah
ditanam sampai 2/3 bagian siung bawang merah tersebut masuk ke tanah. Selanjutnya pot
tadi di simpan di tempat gelap. Pengamatan dilakukan 6 hari dan disiram setiap hari.

3. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan pertumbuhan seksual dan aseksual tanaman dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.
Tabel 3.1. Hasil pengamatan pertumbuhan seksual tanaman pada kacang merah
Kelo Hari
mpok
1
0

atas
Belum tumbuh
tunas
Panjang kacang:
1,5 cm

Keterangan
Bawah
kanan
Belum tumbuh
Belum tumbuh
tunas
tunas
Panjang kacang: Panjang kacang:
1,2 cm
1,5 cm

kiri
Belum tumbuh
tunas
Panjang kacang:
1,5 cm

Belum tumbuh
tunas
Panjang kacang:
1,8 cm

Belum tumbuh
tunas
Panjang kacang:
1,6 cm

Belum tumbuh
tunas
Panjang kacang:
1,6 cm

Belum tumbuh
tunas
Panjang kacang:
1,7 cm

Tumbuh tunas
(panjangnya 0,2
cm ke arah
bawah)
Panjang kacang:
1,8 cm

tumbuh tunas
(panjangnya 0,4
cm ke arah
bawah)
Panjang kacang:
1,7 cm

Belum tumbuh
tunas
Panjang kacang:
1,7 cm

tumbuh tunas
(panjangnya 0,5
cm ke arah
bawah)
Panjang kacang:
1,9 cm

atas

Gambar posisi tanaman


Bawah
kanan
Kiri

Panjang tunas 2,5 Panjang tunas 5 Tumbuh tunas


cm ke arah bawah cm ke arah bawah (Panjang 1 cm ke
Panjang kacang: Panjang kacang: arah bawah)
1,8 cm
1,7 cm
Panjang kacang:
1,8 cm

Panjang tunas 5
cm ke arah bawah
Panjang kacang: 2
cm

Panjang tunas 7 Panjang tunas 10


cm ke arah bawah cm. Tumbuh
Panjang kacang: serabut akar
2cm
Panjang kacang:
1,9 cm
Kotiledon mulai
keluar dari
kulitnya

Panjang tunas 7
cm tumbuh
serabut akar
Panjang kacang:
1,8 cm

Panjang tunas 10
cm tumbuh
serabut akar
Panjang kacang: 2
cm

Kotiledon mulai Kotiledon sudah


terlihat keluar dari keluar dari
kulitnya
kulitnya
Panjang tunas 11 Panjang tunas 19
cm
cm. Panjang
Panjang kacang: kacang: 2,3 cm
2,3 cm
Warna kacang:
coklat dan sedikit
hijau

Panjang tunas 11
cm
Panjang kacang:
2,1 cm

Kotiledon sudah
keluar dari
kulitnya dan
muncul daun
Panjang tunas
14,5cm
Panjang kacang: 2
cm
Warna kcg:
sedikit coklat dan
hijau

Belum tumbuh
tunas
1,5 cm

Belum tumbuh
tunas
1,5 cm

Belum tumbuh
tunas
1,5 cm

Belum tumbuh
tunas
1,5 cm

Belum tumbuh
tunas
1,8 cm

Belum tumbuh
tunas
1,7 cm

Belum tumbuh
tunas
1,6 cm

Belum tumbuh
tunas
1,5 cm

Tumbuh tunas
(panjang tunas:
0,8cm)
2 cm

Belum tumbuh
tunas
1,7 cm

Belum tumbuh
tunas
1,8 cm

Tumbuh tunas
(panjang tunas:
0,8 cm) 1,8 cm

Tumbuh tunas
Belum tumbuh
(panjang tunas: 5 tunas
cm)
1,8 cm
2,1 cm

Belum tumbuh
tunas
1,9 cm

Tumbuh tunas
(panjang tunas: 4
cm) 1,8 cm

Tumbuh tunas
(panjang tunas:
10cm)
Mulai tumbuh
akar
2,5 cm

Tumbuh tunas
(panjang tunas:
3,5 cm)
1,8 cm

Tumbuh tunas
(panjang tunas:4
cm)
2 cm

Tumbuh akar
(panjang tunas:
10,5 cm)
1,8 cm

Ada akar dan


daun (panjang
batang: 13,5 cm;
panjang akar 10
cm; panjang daun
3 cm)

Sudah ada akar


(panjang akar :4
cm)
2 cm

Tumbuh akar
(panjang akar:
6cm)
2 cm

Tumbuh akar,
batang, dan daun
(panjang akar: 11
cm; panjang
batang::6 cm;
panjang daun: 2,5
cm)
1,8 cm

Panjang: 1,5 cm

Panjang: 1,5 cm

Panjang: 1,5 cm

Panjang: 1,4 cm

Panjang: 1,8 cm

Panjang: 1,9 cm

Panjang: 1,6 cm

Panjang: 1,5 cm

Panjang: 2,1 cm

Panjang: 2 cm

Panjang: 1,85 cm Panjang: 1,7 cm

Panjang: 2,1 cm
Tunas: 1,5 cm

Panjang: 2,1 cm
Tunas: 1,3 cm

Panjang: 1,9 cm
Tunas: 0,7 cm

Panjang: 1,5 cm
Tunas: -

Panjang: 2,2 cm
Tunas: 6 cm
Mulai tumbuh
akar

Panjang: 2,1 cm
Tunas: 5 cm
Mulai tumbuh
akar

Panjang: 1,9 cm
Tunas: 1 cm
Mulai tumbuh
akar

Panjang: 1,8 cm
Tunas: -

Panjang: 2,2 cm
Tunas: 11 cm
Akar tambah
banyak

Panjang: 2,1 cm
Tunas: 10,5 cm
Akar tambah
banyak

Panjang: 1,9 cm
Tunas: 2,5 cm
Akar tambah
banyak

Panjang: 3,2 cm
Tunas: -

Arah
pertumbuhan:
belum tumbuh
Panjang: 1,3 cm

Arah
pertumbuhan:
belum tumbuh
Panjang: 1,5 cm

Arah
pertumbuhan:
belum tumbuh
Panjang: 1,4 cm

Arah
pertumbuhan:
belum tumbuh
Panjang: 1,4 cm

Arah
pertumbuhan:
belum tumbuh
Panjang: 1,8 cm

Arah
pertumbuhan:
belum tumbuh
Panjang: 1,8 cm

Arah
pertumbuhan:
belum tumbuh
Panjang: 1,6 cm

Arah
pertumbuhan:
belum tumbuh
Panjang: 1,8 cm

Arah
pertumbuhan:
belum tumbuh
Panjang: 1,9 cm

Arah
pertumbuhan:
belum tumbuh
Panjang: 1,9 cm

Arah
pertumbuhan:
belum tumbuh
Panjang: 1,9 cm

Arah
pertumbuhan:
belum tumbuh
Panjang: 2,2 cm

Arah
pertumbuhan:
belum tumbuh
Panjang: 1,9 cm

Arah
pertumbuhan:
belum tumbuh
Panjang: 2 cm

Arah
pertumbuhan:
belum tumbuh
Panjang: 1,9 cm

Arah
pertumbuhan:
belum tumbuh
Panjang: 2,2 cm

Arah
pertumbuhan: ke
bawah, mulai
tumbuh tunas
Panjang kacang:
1,9 cm
Tunas: 3,5 cm

Arah
pertumbuhan: ke
bawah, mulai
tumbuh tunas
Panjang kacang:
2cm
Tunas: 1,4 cm

Arah
pertumbuhan: ke
bawah, mulai
tumbuh tunas
Panjang kacang:
1,9 cm
Tunas: 1,4 cm

Arah
pertumbuhan: ke
bawah, mulai
tumbuh tunas
Panjang kacang:
2,2 cm
Tunas: 1 cm

Arah
pertumbuhan: ke
bawah, mulai
tumbuh tunas dan
akar
Panjang kacang:
1,9 cm
Tunas: 6 cm

Arah
Arah
pertumbuhan: ke pertumbuhan: ke
bawah, mulai
bawah, mulai
tumbuh tunas dan tumbuh tunas dan
akar
akar
Panjang kacang: 2 Panjang kacang:
cm
1,9 cm
Tunas: 3,5 cm
Tunas: 3 cm

Panjang kacang: Panjang kacang: Panjang kacang: Panjang kacang:


2cm
1,3cm
1,5cm
1cm

Panjang kacang: Panjang kacang: Panjang kacang: Panjang kacang:


2cm
1,5 cm
1,6 cm
1,3 cm

Arah
pertumbuhan: ke
bawah, mulai
tumbuh tunas dan
akar
Panjang kacang:
2,2 cm
Tunas: 2,5 cm

Panjang kacang: Panjang kacang: Panjang kacang: Panjang kacang:


2,1cm
1,5 cm
1,7 cm
1,6cm
Mulai tumbuh
Mulai tumbuh
Mulai tumbuh
Mulai tumbuh
tunas
tunas
tunas
tunas
Panjang tunas: 5,2 Panjang tunas: 5,8 Panjang tunas: 1,5 Panjang tunas: 4,3
cm
cm
cm
cm

Panjang kacang:
2,1cm
Panjang tunas: 7
cm

Panjang kacang: Panjang kacang: Panjang kacang:


1,7 cm
1,9 cm
1.9 cm
Panjang tunas: 3,1 Panjang tunas: 5,6 Panjang tunas: 2,1
cm
cm
cm

Panjang kacang:
2,1cm
Mulai tumbuh
akar
Panjang tunas:
15,7 cm

Panjang kacang:
1,9 cm
Mulai tumbuh
akar
Panjang tunas:
14,9 cm

Panjang kacang:
1,9 cm
Mulai tumbuh
akar
Panjang tunas:
11,5 cm

Panjang kacang:
1,9 cm
Mulai tumbuh
akar
Panjang tunas: 9,5
cm

Panjang kacang:
2,1cm
Mulai tumbuh
daun
Panjang tunas: 23
cm

Panjang kacang:
1,9 cm
Mulai tumbuh
daun
Panjang tunas: 20
cm

Panjang kacang:
1,9 cm
Mulai tumbuh
daun
Panjang tunas: 18
cm

Panjang kacang:
1,9 cm
Panjang tunas:
11,5 cm

Belum ada
pertumbuhan
panjang biji: 1,8
cm

Belum ada
pertumbuhan
Panjang biji: 1,7
cm

Belum ada
pertumbuhan
Panjang biji: 1,7
cm

Belum ada
pertumbuhan
Panjang biji: 1,5
cm

Belum ada
pertumbuhan
panjang biji: 1,8
cm

Belum ada
pertumbuhan
Panjang biji: 1,7
cm

Belum ada
pertumbuhan
Panjang biji: 1,7
cm

Belum ada
pertumbuhan
Panjang biji: 1,5
cm

Belum ada
pertumbuhan
panjang biji: 1,8
cm

Belum ada
pertumbuhan
Panjang biji: 1,8
cm

Belum ada
pertumbuhan
Panjang biji: 1,8
cm

Belum ada
pertumbuhan
Panjang biji: 1,5
cm

Belum ada
Tunas: 1,1 cm ke Tunas: 0,8 cm ke
pertumbuhan
bawah
bawah
panjang biji: 2,1 Panjang biji: 2 cm Panjang biji: 1.8
cm
cm

Tunas: 2,7 cm ke
bawah
Panjang biji: 1,5
cm

Tunas: 1,2 cm ke
bawah
Panjang biji: 2,1
cm

Tunas: 4 cm ke Tunas: 4,7 cm ke Tunas: 7,5 cm ke


bawah
bawah
bawah
Panjang biji: 2 cm Panjang biji: 2 cm Panjang biji: 1,5
Mulai tumbuh
Mulai tumbuh
cm
akar
akar
Mulai tumbuh
akar

Tunas: 1,9 cm ke
bawah
Panjang biji: 2,2
cm
Mulai tumbuh
akar

Tunas: 4,8 cm ke Tunas: 8,4 cm ke Tunas: 14,5 cm ke


bawah
bawah
bawah
Panjang biji: 2,2 Panjang biji: 2 cm Panjang biji: 1,7
cm
cm

Tabel 3.2. Hasil pengamatan pertumbuhan aseksual tanaman pada bawang merah
Kel

Hari
1

Gambar
2

Keterangan
3

1. belum tumbuh tunas, belum tumbuh


akar
2. belum tumbuh tunas, belum tumbuh
akar
3. belum tumbuh tunas, belum tumbuh
akar
2 cm

1,5 cm

2,3 cm

1. belum tumbuh tunas, belum tumbuh


akar
2. belum tumbuh tunas, belum tumbuh
akar
3. belum tumbuh tunas, belum tumbuh
akar
2 cm

1,5 cm

2,3 cm

1. tumbuh akar : 1 cm
2. tumbuh akar : 1 cm
3. tumbuh akar : 1 cm

2 cm

1,5 cm

2,3 cm

1. tumbuh akar : 1,7 cm, tumbuh siung


1. tumbuh akar : 1,7 cm, tumbuh siung
2. tumbuh akar : 2,3 cm, tumbuh siung
3. tumbuh akar : 2,6 cm, tumbuh siung

2 cm

1,5 cm

2,3 cm

1. tumbuh akar : 2,5 cm, tumbuh siung


2. tumbuh akar : 2,7 cm, tumbuh siung
3. tumbuh akar : 3 cm, tumbuh siung

2 cm

1,5 cm

2,3 cm

1. tumbuh akar : 3 cm, tumbuh siung


2. tumbuh akar : 3,2 cm, tumbuh siung
3. tumbuh akar : 3,5 cm, tumbuh siung

2 cm
2

1,5 cm

2,3 cm
1. warna ungu segar, belum ada siung,

akar masih tetap


2. warna ungu segar, belum ada siung,
akar masih tetap
3. warna ungu segar, belum ada siung,
akar masih tetap

1. warna ungu segar, belum ada siung,


akar masih tetap
2. warna ungu segar, belum ada siung,
akar masih tetap
3. warna ungu segar, belum ada siung,
akar masih tetap

1. warna ungu, ujung siung berwarna


kuning kecoklatan, akar bertambah
panjang sedikit
2. warna ungu, ujung siung berwarna
kuning kecoklatan, akar bertambah
panjang sedikit
3. warna ungu, ujung siung berwarna
kuning kecoklatan, akar bertambah
panjang sedikit

1. warna ungu, ujung siung berwarna


kuning kecoklatan, akar bertambah

panjang sedikit
2. warna ungu, ujung siung berwarna
kuning kecoklatan, akar bertambah
panjang sedikit
3. warna ungu, ujung siung berwarna
kuning kecoklatan, akar bertambah
panjang sedikit

1. warna ungu, ujung siung berwarna


kuning kecoklatan dan bertambah panjang,
akar bertambah panjang sedikit
2. warna ungu, ujung siung berwarna
kuning kecoklatan dan bertambah panjang,
akar bertambah panjang sedikit
3. warna ungu, ujung siung berwarna
kuning kecoklatan dan bertambah panjang,
akar bertambah panjang sedikit

1. warna ungu, ujung siung berwarna


kecoklatan dan bertambah panjang, akar
bertambah panjang sedikit
2. warna ungu, ujung siung berwarna
kecoklatan dan bertambah panjang, akar
bertambah panjang sedikit
3. warna ungu, ujung siung berwarna
kecoklatan dan bertambah panjang, akar
bertambah panjang sedikit

1. belum tumbuh
2. belum tumbuh
3. belum tumbuh

1. belum tumbuh
2. belum tumbuh
3. belum tumbuh

1. tumbuh akar 0,4 cm


2. belum tumbuh
3. tumbuh akar 0,5 cm

1. akar 0,8 cm
2. tumbuh akar 0,5 cm
3. akar 1,1 cm

1. akar 1 cm
2. akar 0,5 cm
3. akar 1,3 cm

1. akar 1 cm
2. akar 0,5 cm
3. akar 1,5 cm

1. belum tumbuh
2. belum tumbuh
3. belum tumbuh

1. belum tumbuh
2. belum tumbuh
3. belum tumbuh

1. tumbuh siung sedikit


2. tumbuh siung sedikit
3. tumbuh siung sedikit

1. tumbuh siung dan akar


2. terkontaminasi oleh bakteri pada bagian
siung
3. tumbuh siung dan akar

1. tumbuh siung dan akar


2. terkontaminasi oleh bakteri pada bagian
siung, pertumbuhan terhenti, terdapat
bintik-bintik merah pada siung
3. tumbuh siung dan akar

1. tumbuh siung dan akar


2. terkontaminasi oleh bakteri pada bagian
siung, pertumbuhan terhenti, terdapat
bintik-bintik merah pada siung
3. siung dan akar tumbuh semakin panjang

1. belum tumbuh
2. belum tumbuh
3. belum tumbuh

1. belum tumbuh
2. belum tumbuh
3. belum tumbuh

1. tumbuh siung sedikit


2. tumbuh siung sedikit
3. tumbuh siung sedikit

1. tumbuh siung dan akar


2. terkontaminasi oleh bakteri pada bagian
siung
3. tumbuh siung dan akar

1. tumbuh siung dan akar


2. terkontaminasi oleh bakteri pada bagian
siung, pertumbuhan terhenti, terdapat
bintik-bintik merah pada siung
3. tumbuh siung dan akar

1. tumbuh siung dan akar


2. terkontaminasi oleh bakteri pada bagian
siung, pertumbuhan terhenti, terdapat
bintik-bintik merah pada siung
3. siung dan akar tumbuh semakin panjang

1. belum tumbuh
2. belum tumbuh
3. belum tumbuh

1. belum tumbuh
2. belum tumbuh
3. belum tumbuh

1. tumbuh siung sedikit


2. tumbuh siung sedikit
3. tumbuh siung sedikit

1. tumbuh siung dan akar


2. terkontaminasi oleh bakteri pada bagian
siung
3. tumbuh siung dan akar

1. tumbuh siung dan akar


2. terkontaminasi oleh bakteri pada bagian
siung, pertumbuhan terhenti, terdapat
bintik-bintik merah pada siung
3. tumbuh siung dan akar

1. tumbuh siung dan akar


2. terkontaminasi oleh bakteri pada bagian
siung, pertumbuhan terhenti, terdapat
bintik-bintik merah pada siung
3. siung dan akar tumbuh semakin panjang

4. PEMBAHASAN
4.1. Pembahasan Kacang Merah Kelompok A 6
Menurut Campbell (1996), setiap tumbuhan dapat berkembang biak secara vegetatif dan
generatif. Tumbuhan tingkat rendah lebih sering melakukan reproduksi vegetatif.
Sebaliknya tumbuhan tingkat tinggi lebih sering bereproduksi secara generatif.
Perkembangbiakan generatif umumnya menggunakan biji. Sedangkan pada vegetatif dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu vegetatif alami dan buatan. Vegetatif alami misalnya
pembelahan sel, pembentukan spora, fragmentasi, pembentukan tunas, rhizoma, umbi, dan
stolon. Sedangkan vegetatif buatan misalnya stek, cangkok, menyambung, menempel, dan
merunduk. Perkembangbiakan vegetatif dapat menghasilkan tanaman baru yang memiliki
sifat yang sama dengan induknya dan lebih cepat berbuah dibandingkan tanaman yang
berasal dari biji. Namun, dari 1 induk hanya diperoleh keturunan yang jumlahnya terbatas.
Pada praktikum ini, kami mengamati adanya pertumbuhan pada tanaman yang berkembang
biak secara seksual, yaitu kacang merah dan secara aseksual, yaitu bawang merah.
Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran dan volume serta jumlah sel secara tidak
bolak-balik. Perkembangan adalah proses menuju keadaan yang lebih dewasa.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi antara faktor dalam dan luar.
Faktor dalam yaitu sifat genetik dan hormon yang merangsang pertumbuhan. Faktor luar
adalah faktor lingkungan (Campbell, 1996).
Pengamatan pertama yang akan dibahas adalah pengamatan pertumbuhan seksual tanaman
pada kacang merah. Kacang merah akan diamati arah pertumbuhan dan panjang setiap
bagian tanaman (misalnya akar, biji, tunas, daun) yang tumbuh dengan posisi hilum yang
menghadap arah yang berbeda (atas, bawah, kanan, dan kiri). Hilum merupakan jalur
masuknya air ke dalam biji. Hilum terdapat di tempat melekatnya biji pada funikulus (Fahn,
1991).

Setelah kacang merah ditempelkan pada gelas kaca, kain kassa digulung dan diletakkan
sedemikian rupa hingga menyentuh kacang merah. Setelah itu, air diisi ke dalam gelas
secukupnya. Bila kain kassa tidak menyentuh kacang, maka pertumbuhan akan terhambat
karena air sangat dibutuhkan pada proses dormansi. Namun, air tidak boleh mengenai
kacang karena akan menyebabkan kaang menjadi busuk. Setelah persiapan selesai,
pengamatan mulai dilakukan. (Kimball et al., 1994).
Biji kacang merah terdiri dari 3 bagian, yaitu embrio, endosperm, dan mantel biji. Embrio
terdiri dari akar dan 1 atau 2 keping biji (kotiledon). Apabila memiliki 1 maka dinamakan
monokotil. Sedangkan jika memiliki 2 dinamakan dikotil. Kacamg merah merupakan
tumbuhan dikotil karena memiliki dua keping biji. Endosperm berfungsi sebagai jaringan
penyedia makanan. Mantel biji merupakan bagian untuk melindungi permukaan biji,
terletak antara embrio dan endosperm (Johnson et al., 1984).
Pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman kacang merah diawali dengan
perkecambahan. Pada embrio (lembaga) terdapat plumula yang tumbuh menjadi batang
dan radikula yang tumbuh menjadi akar. Perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan
air ke dalam sel atau disebut juga proses dormansi. Proses ini merupakan proses fisika.
Masuknya air pada biji menyebabkan enzim bekerja (Stanley & Andrykovitch, 1984).
Yang pertama kali terbentuk pada kacang merah yang kami amati adalah tunas. Tunas
mulai tumbuh pada hari ke-3. Seharusnya, tunas dapat tumbuh pada hari ke-2. Namun, pada
hari ke-0 kain kassa yang kami letakkan tidak menyentuh kacang merah sehingga proses
dormansi menjadi terhambat (Campbell, 1996).
Setelah perkecambahan selesai, tumbuhan membentuk akar, batang, dan daun.
Pembentukan ini disebut pertumbuhan primer. Akar mulai tumbuh pada tanaman kacang
yang kami amati pada hari ke-4. Menurut Stanley & Andrykovitch (1984), akar tumbuh
terlebih dulu untuk memastikan bahwa daun baru akan sesegera mungkin menyediakan air
dan mineral. Sedangkan batang dan daun belum tumbuh selama pengamatan 6 hari. Akar

yang kami amati semakin bertambah panjang setiap harinya. Hal ini disebabkan karena
pada ujung-ujung akar terdapat sel yang senantiasa membelah diri yang disebut jaringan
meristem ujung. Akar tumbuh ke arah bawah untuk mengambil air. Selain itu, hal ini juga
dipengaruhi oleh gerak tropisme. Tropisme adalah gerakan pertumbuhan yang arahnya
ditentukan oleh arah rangsangan yang berasal atau menuju tumbuhan. Gerak tropisme yang
terjadi karena rangsangan gaya tarik bumi disebut geotropisme positif (Kimball et al., 1994;
Campbell, 1996).
Perkecambahan dipengaruhi oleh oksigen, air, suhu, hormon, dan cahaya. Oksigen dipakai
untuk menghasilkan energi (proses oksidasi). Air sangat dibutuhkan pada proses dormansi
untuk menyebabkan enzim bekerja. Makin tinggi kadar air, maka pertumbuhan akan makin
cepat (Curtis, 1983).
Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menghambat perkecambahan. Suhu
optimum yang paling baik adalah 10 38oC. Kandungan oksigen pun berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Jika kandungan oksigen banyak, maka pertumbuhan akar semakin
baik (Campbell, 1996).
Cahaya menghambat pertumbuhan perkecambahan tumbuhan. Pertumbuhan umumnya
berlangsung baik dalam keadaan gelap. Hal ini disebabkan karena hormon auksin yang
mempengaruhi perpanjangan sel akar rusak pada intensitas cahaya yang tinggi (Kimball et
al., 1994; Campbell, 1996; Curtis, 1983).
Hormon ada beberapa macam, misalnya auksin, sitokinin, giberelin, gas etilen dan
sebagainya. Auksin pada perkecambahan berfungsi untuk merangsang perpanjangan sel dan
membantu memperpanjang titik tumbuh (Van Cleave, 1991). Konsentrasi auksin mungkin
mendukung pertumbuhan dan mungkin juga menghambat pertumbuhan karena auksin akan
rusak pada intensitas cahaya yang tinggi (Stanley & Andrykovitch, 1984). Gaya tarik bumi
menyebabkan auksin terkumpul pada bagian bawah dari struktur tanaman. Sel-sel akar
tumbuh lebih cepat pada sisi yang lebih sedikit mengandung auksin, sehingga

pertumbuhannya mengarah ke bawah. Tanaman kacang merah yang kami amati diletakkan
pada tempat yang gelap. Karena kondisi gelap, auksin banyak terdapat pada akar. Hal ini
menyebabkan sel-sel akar lama tumbuhnya dan pendek (Van Cleave, 1991).
Giberelin berfungsi untuk menyebabkan tanaman tumbuh raksasa (Heddy, 1989). Selain
itu, giberelin tampak merupakan perangsang utama pertumbuhan akar (Kimball et al.,
1994). Sitokinin mempunyai peranan dalam proses pembelahan sel (Abidin, 1994).
Contohnya adalah untuk menggiatkan pembelahan sel dan mempengaruhi pertumbuhan
tunas dan akar (Heddy, 1989).
4.2. Pembahasan Kacang Merah Kelas A
Pada hari ke-0 tidak ada pertumbuhan pada biji kacang merah yang diamati. Pada hari ke-1,
biji kacang merah bertambah besar sekitar 0 - 5 cm. Semua kacang merah belum tumbuh
tunas pada hari ke-1. Hal ini disebabkan karena biji kacang merah sedang mengalami
proses dormansi, yaitu proses fisika yang menyebabkan enzim bekerja karena masuknya air
pada biji (Stanley & Andrykovitch, 1984).
Pada hari ke-2, mulai tampak perbedaan antara kacang merah kelompok yang satu dengan
yang lainnya. Kacang merah kelompok 1 dan 2 dengan kondisi kacang merah diletakkan
pada tempat yang terang, tumbuh tunas dengan panjang sekitar 0,2 - 0,8 cm. Selain itu,
kacang merah kelompok 5 dengan kondisi kacang merah diletakkan pada tempat gelap,
tumbuh tunas dengan panjang sekitar 1,5 - 5,8 cm. Sedangkan kacang merah kelompok 3,
4, dan 6 belum tumbuh tunas. Hal ini mungkin disebabkan karena proses dormansi biji
terhambat. Tunas tumbuh dengan arah ke bawah. Hal ini disebabkan karena adanya gerak
tropisme, yaitu geotropisme positif (Campbell, 1996).
Tunas kacang merah kelompok 5 tumbuh paling cepat. Kacang merah kelompok 5 tidak
terkena cahaya sehingga pertumbuhan perkecambahan tidak terhambat. Perkecambahan
bisa terhambat karena hormon auksin yang mempengaruhi perpanjangan sel akar rusak
pada intensitas cahaya yang tinggi (Kimball et al., 1994; Curtis, 1983).

Pada hari ke-3, sebagian besar kacang merah sudah tumbuh tunas, kecuali kacang merah
kelompok 2 (kacang merah dengan hilum menghadap ke bawah dan kanan), kelompok 3
(kacang merah dengan hilum menghadap ke kiri), kelompok 4 (semua kacang merah), dan
kelompok 6 (kacang merah dengan hilum menghadap ke atas). Dari pernyataan di atas, kita
dapat mengambil kesimpulan bahwa posisi hilum tidak mempengaruhi pertumbuhan tunas.
Tunas kacang merah di tempat terang yang paling panjang adalah kelompok 1 dengan
panjang tunas 5 cm. Sedangkan tunas kacang merah di tempat gelap yang paling panjang
adalah kelompok 5 dengan panjang tunas 8,1 cm.
Pada hari ke-4, semua kacang merah sudah ditumbuhi tunas dan akar. Kacang merah
kelompok 2 (posisi hilum menghadap ke kanan), kelompok 3 (posisi hilum menghadap ke
kiri), kelompok 4 (semua kacang merah), dan kelompok 6 (posisi hilum menghadap ke
atas) belum ditumbuhi akar. Hal ini berarti proses perkecambahan pada tiap tumbuhan
berbeda-beda akibat adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi pertumbuhan,
seperti oksigen, air, suhu, hormon, dan cahaya (Curtis, 1983).
Pada hari ke-5, semua kacang merah sudah ditumbuhi tunas dan akar kecuali kacang merah
kelompok 3 (posisi hilum menghadap ke kiri). Ada bebeapa kacang merah yang sudah
ditumbuhi batang dan daun, antara lain kacang merah kelompok 1 (dengan posisi hilum
menghadap ke bawah dan ke kiri), kelompok 2 (dengan posisi hilum menghadap ke atas
dan ke kiri), dan kelompok 5 (dengan posisi hilum menghadap ke atas, bawah, dan kanan).
Pembentukan batang, akar, dan daun termasuk pertumbuhan primer (Campbell, 1996).
Biji dapat terbagi atas 3 bagian, yaitu plumula, hipokotil dan radikula, kotiledon. Plumula
terdiri dari 2 daun embrionik yang akan menjadi daun sejati. Hipokotil dan radikula, yang
masing-masing akan tumbuh menjadi batang dan akar primer. Kotiledon menyimpan
makan untuk digunakan biji yang berkecambah (Van Cleave, 1991).
4.3. Pembahasan bawang merah

Pengamatan kedua yang akan dibahas adalah pengamatan pertumbuhan aseksual tanaman
pada bawang merah. Bawang merah akan diamati arah pertumbuhan dan panjang setiap
bagian tanaman (misalnya akar, cakram, dan siung). Bawang merah termasuk umbi lapis
atau bulbus yang terdiri dari batang yang pendek dengan ruas-ruas yang sangat rapat,
dikelilingi oleh daun yang berlapis-lapis, tebal, lunak, dan berdaging. Siung adalah bagian
seperti daun yang berlapis-lapis untuk menyimpan cadangan makanan. Cakram adalah
bagian seperti batang yang hanya merupakan bagian kecil pada bawang (Campbell, 1996).
Umbi bawang merah (Allium cepa) yang kami amati berwarna lembayung dan berbentuk
bulat. Bagian atasnya melancip. Umbi sampingnya berbentuk bulat dengan ujung melancip.
Bawang merah ini diperbanyak melalui bibit (Anonim, 1980).
Pertumbuhan bawang merah berlangsung baik bila ketiga kondisinya terpenuhi. Ketiga
kondisi itu adalah air, cahaya, dan temperatur. Bila salah satu dari kondisi tersebut tidak
terpenuhi, maka menyebabkan berhentinya pertumbuhan tanaman (Van Cleave, 1991).
Untuk awal pertumbuhan stolon diperlukan kadar giberelin yang tinggi dan kadar sitokinin
yang tidak terlalu tinggi. Etilen menghentikan pembentukan stolon, namun etilen juga
menghentikan umbi. Bila kondisi menguntungkan, umbi mulai tumbuh. Pembentukan umbi
paling baik pada suhu malam sekitar 12oC (Salisbury, 1995).

Setiap kelompok mengamati 3 umbi bawang merah. Mula-mula, siung bawang merah kita
potong ujungnya. Hal ini bertujuan untuk merangsang keluarnya umbi samping. Setelah itu,
bawang merah kita taman hingga 2/3 bagian ke dalam pot yang berisi tanah. Setelah itu,
bawang merah diamati dan disiram tiap harinya. Bawang merah diamati pada 2 kondisi,
yaitu pada tempat gelap (kelompok 4, 5, dan 6) dan tempat terang (kelompok 1, 2, dan 3)
(Anonim, 1980).
Pada hari ke-0, bawang merah yang kami amati belum menunjukkan pertumbuhan. Begitu
pula dengan bawang merah kelompok lain. Pada hari ke-1, bawang merah masih belum

menunjukkan adanya pertumbuhan. Pada hari ke-2, bawang merah mulai menunjukkan
adanya pertumbuhan. Akar bawang merah kelompok 1 sudah tumbuh sepanjang 1 cm, akar
bawang merah kelompok 2 juga bertambah panjang, akar bawang merah kelompok 3
tumbuh sekitar 0 0,5 cm, akar bawang merah kelompok 4, 5, dan 6 juga sudah tumbuh
sedikit.
Data kelompok 4, 5, dan 6 sama karena memakai bawang merah yang sama, yaitu bawang
merah kelompok 4. Hal ini disebabkan karena pada hari ke-2, bawang merah yang diamati
busuk karena terkontaminasi oleh mikroorganisme. Mikroorganisme tumbuh karena
bawang merah diletakkan pada tempat yang disukai sebagian besar mikroorganisme, yaitu
tempat yang gelap dan lembab. Mikroorganisme ini menyebabkan pertumbuhan bawang
merah terhenti dan pada siung terdapat bintik-bintik berwarna merah.
Pada hari ke-3, Akar bawang merah kelompok 1 tumbuh sepanjang 1,7 2,6 cm, akar
bawang merah kelompok 2 juga bertambah panjang, akar bawang merah kelompok 3
tumbuh sekitar 0,5 1,1 cm, dan akar bawang merah kelompok 4, 5, dan 6 juga tumbuh
sedikit. Bawang merah kelompok 4 yang ke-3 terkontaminasi oleh bakteri pada bagian
siung. Hal ini mungkin disebabkan karena bawang merah diletakkan pada tempat yang
gelap dan lembab. Pada hari ke-3, siung juga sudah mulai muncul. Siung adalah bagian
seperti daun yang berlapis-lapis untuk menyimpan cadangan makanan (Campbell, 1996).
Pada hari ke-4, akar bawang merah kelompok 1 tumbuh sepanjang 2,5 3 cm, akar bawang
merah kelompok 2 juga bertambah panjang, akar bawang merah kelompok 3 tumbuh
sekitar 0,5 1,3 cm, dan akar bawang merah kelompok 4, 5, dan 6 juga tumbuh sedikit.
Pada hari ke-4, siung bertambah panjang.
Pada hari ke-5, akar bawang merah kelompok 1 tumbuh sepanjang 3 3,5 cm, akar bawang
merah kelompok 2 juga bertambah panjang, akar bawang merah kelompok 3 tumbuh
sekitar 0,5 1,5 cm, dan akar bawang merah kelompok 4, 5, dan 6 juga tumbuh sedikit.
Pada hari ke-5, siung juga bertambah panjang.

Dari pernyataan di atas, kita dapat mengetahui bahwa siung yang paling cepat tumbuh dan
akar yang paling panjang adalah bawang merah di tempat yang terang, terutama kelompok
1. Hal ini disebabkan karena bawang merah kelompok 1 memenuhi syarat agar bawang
merah dapat tumbuh dengan baik, antara lain tersedianya air yang cukup, adanya cahaya,
dan temperatur yang optimum (Van Cleave, 1991).

5. KESIMPULAN

Tumbuhan dapat berkembang biak secara vegetatif dan generatif.


Tumbuhan tingkat rendah lebih sering melakukan reproduksi vegetatif. Sebaliknya
tumbuhan tingkat tinggi lebih sering bereproduksi secara generatif.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi antara faktor dalam (sifat
genetik dan hormon) dan faktor luar (faktor lingkungan).
Kadar air dalam proses dormansi harus cukup (tidak boleh kurang atau lebih) karena
bila kekurangan air maka pengaktifan enzim akan terhambat dan bila kelebihan air
maka benih menjadi cepat busuk.
Biji kacang merah terdiri dari 3 bagian, yaitu embrio, endosperm, dan mantel biji.
Kacamg merah merupakan tumbuhan dikotil karena memiliki dua keping biji.
Pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman kacang merah diawali dengan
perkecambahan. Perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air ke dalam sel
atau disebut juga proses dormansi.
Yang pertama kali terbentuk pada kacang merah yang kami amati adalah tunas. Lalu,
tumbuhan melakukan pertumbuhan primer, yaitu pembentukan akar, batang, dan daun.
Batang dan daun belum dapat tumbuh selama 6 hari.
Pertambahan panjang akar disebabkan karena pada ujung-ujung akar terdapat sel yang
senantiasa membelah diri yang disebut jaringan meristem ujung.
Akar tumbuh ke arah bawah karena dipengaruhi oleh gerak geotropisme positif.
Tunas kacang merah yang tidak terkena cahaya tumbuh paling cepat karena
pertumbuhan perkecambahan tidak terhambat akibat adanya hormon auksin yang
mempengaruhi perpanjangan sel akar.
Posisi hilum tidak mempengaruhi pertumbuhan tunas.
Proses perkecambahan pada tiap tumbuhan berbeda-beda akibat adanya faktor-faktor
tertentu yang mempengaruhi pertumbuhan, seperti oksigen, air, suhu, hormon, dan
cahaya.
Hormon yang mendukung pertumbuhan pada tanaman yaitu auksin, giberelin, dan
sitokinin. Hormon yang menghambat yaitu etilen.
6. DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (1994). Tentang Zat Pengatur tumbuh. Angkasa. Bandung.


Anonim. (1980). Ensiklopedi Indonesia. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta.
Audesirk, G. & T. Audesirk. (1989). Biology Life of Earth. Macmillan Publishing
Company, Inc. New York.
Campbell, N.A. (1996). Biology Fourth Edition. Benyamin Cummings Publishing
Company, Inc. Redwood City.
Curtis, H. (1983). Biology Fourth Edition. Worthy Publisher, Inc. New York.
Fahn, A. (1991). Anatomi Tumbuhan edisi 3. Gajahmada University Press. Yogyakarta.
Heddy, S. (1989). Hormon Tumbuhan. CV Rajawali. Jakarta.
Johnson, K.D. ; D.L. Rayle & H.L. Wedberg. (1984). Biology an Introducing. The
Benjamin / Cummings Publishing Company, Inc. USA.
Kimball, J.W. ; H.S.S. Tjitrisono & N. Sugiri. (1994). Biologi jilid 2 edisi 5. Erlangga.
Jakarta.
Melanie. (1997). Biologi Umum. AKIN St Paulus. Semarang.]
Salisbury. (1995). Fisiologi Tumbuhan jilid 3. ITB. Bandung.
Stanley, M & G. Andrykovitch. (1984). Living an Introduction Biology second edition.
Addison-Wesley Publishing Company, Inc. USA.
Van Cleave, J.P. (1991). Gembira Bermain Dengan Biologi. PT Pustaka Utama Grafiti.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai