Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM BIOPROSES

Hari/tanggal : Kamis, 01 November 2018


Judul Praktikum : Melihat Bakteri Jamur Pada Roti, Tempe dan Air
Asisten Laboratorium : 1. Eti Nurpita Purnamasari, M.T
2. Wida Fatmasari, M.T

I. Tujuan Percobaan
Untuk melihat bakteri jamur pada roti, tempe dan air.

II. Bahan Dan Alat


a. Bahan yang digunakan
1. Roti bagus dan roti busuk
2. Tempe bagus dan tempe busuk
3. Yogurt original
4. Alkohol 70%
5. Air mineral, air selokan, dan air kolam
b. Alat yang digunakan
1. Mikroskop
2. Kaca preparat
3. Pipet tetes

III. Gambar Alat


No. GAMBAR NAMA ALAT
1. Kaca Preparat

1
2. Mikroskop

3. Pipet tetes

IV. Dasar Teori


Mikroorganisme atau mikroba adalah makhluk hidup yang berukuran
sangat kecil (biasanya kurang dari 1 mm) sehingga untuk mengamatinya
diperlukan alat bantuanseperti mikroskop. Mikroorganisme seringkali bersel
tunggal (uniselular) meskipun beberapa protista bersel tunggal masih
terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat
mata telanjang. Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut
mikrobiologi. Orang yang bekerja dibidang ini disebut mikrobiolog.
Jamur atau fungi terdiri dari kapang dan khamir. Jamur adalah
organisme heterotrofik, mereka memerlukan senyawa organic untuk
nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organic mati yang terlarut mereka
disebut saprofit. Jamur mempunyai dinding sel yang kaku dan berbentuk
uniseluler atau multiseluler sebagian mempunyai ukuran yang mikroskopis
sedangkan yang lainnya mempunyai ukuran yang cukup besar seperti jamur
merang. Jamur tidak mengandung klorofil sehingga tidak berfotosintesis.
Fungi tidak menelan makanannya tetapi harus berupa nutrient yang larut

2
agar dapat diabsorpsi. Fungi yang multiseluler menghasilkan filament yaitu
struktur mikroskopis seperti benang yang disebut hifa. Kumpulan hifa
disebut miselium, fungi uniseluler yang terkenal adalah ragi dengan
berbagai bentuk seperti bulat hingga oval, elips hingga ke bentuk filament.
Jamur sudah tidak asing lagi bila kita lihat misalnya warna biru dan hijau
pada buah jeruk dan keju warna putih seperti bulu pada roti, jamur di
lapangan.
Jamur adalah organisme eukariotik (mempunyai inti sel) tidak
mempunyai klorofil, mempunyai spora, struktur somatic atau talus berupa
sel tunggal (uniseluler) dan umumnya berupa filament atau benang-benang
bercabang (multiseluler), berkembangbiak secara seksual dan aseksual,
dinding sel umumnya terdiri dari kitin dan selulosa atau keduanya. Jamur
merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga ia tidak
mampu untuk memproduksi makan sendiri karena jamur tidak bisa
memanfaatkan karbondioksida sebagai sumber karbonnya. Karbon berasal
dari sumber anorganik misalnya glukosa. Oleh karena itu jamur
memerlukan senyawa organic baik dari bahan organic mati maupun dari
organisme hidup sehingga jamur dikatakan heterotroph. Jamur ini ada yang
hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup da nada pula yang
memperoleh makanan dari bahan organic mati seperti sisa-sisa hewan atau
tumbuhan. Jamur hidup dan memperoleh makanan dari bahan organic mati
dinamakan saprofit, sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan dari
organisme hidup dinamakan parasite. Beberapa spesies dapat menggunakan
nitrogen, itulah sebabnya mengapa medium biakan untuk jamur biasanya
berupa pepton, suatu produk protein yang terhidrolisis (Kusnadi, 2003).
Jamur adalah sel mikroskopis yang tumbuh memanjang seperti benang
yang dikenal dengan hifa. Diameter hifa hanya beberapa micrometer, tetapi
dapat tumbuh memnjang hingga mencapai beberapa meter. Hifa yang
tumbuh membentuk masa disebut misellium atau tebal menyerupai kawat
dan disebut sebagai rhizomorphs yang tampak seperti akar. Jamur yang
tumbuh dengan cara memperpanjang hifa pada ujungnya dikenal sebagai
pertumbuhan apical atau pada bagian tengah hifa yang disebut pertumbuhan

3
iterkalar. Hifa pada beberapa kapang mempunyai penyekat melintang atau
septa dan adanya septa ini dipergunakan untuk identifikasi. Hifa tersebut
memanjang diatas atau tembus melalui medium dimana kapang itu tumbuh
(Soekarto, 2008).
Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organic
yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah
mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besaar jamur saprofit
mengeluarkan enzim hydrolase pada substrat makanan untuk
mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga
mudah diserap oleh hifa. Selain itu juga hifa dapat langsung menyerap
bahan makanan organic dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan
inangnya. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang
kompleks menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih
sederhanameningkatkan kesuburannya. Sebaliknya mereka juga dapat
merugikan kita bilamana mereka mebusukkan kayu, tekstil, makanan dan
bahan-bahan lain (Anonim, 2008)

V. Prosedur Kerja
1. Siapakanlah mikroskop untuk pengamatan
2. Lalu bersihkan kaca preparat dengan menggunakan alcohol
3. Kemudian teteskan 1 air comberan ke atas kaca objek (preparat) dengan
menggunakan pipet tetes, lalu lakukan juga demikian juga pada roti
busuk, roti bagus, tempe bagus, dan tempe busuk, ambil sedikit bagian
lalu letakan pada objek (preparat).
4. Setelah itu tutup dengan kaca penutup
5. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x/1.25, 4x/0.10,
10x/0.25, 40x/0.65
6. Fokuskan gambar dengan makrometer lalu catatlah hasil pengamatan.

VI. Data Pengamatan


No Sampel P. P. P. P. 100x/1,25
4x/0.10 10x/0.2 40x/0.6

4
5 5
1. Roti Tidak Tidak Tidak
busuk terlihat terlihat terlihat

2. Air Tidak Tidak Tidak


Com- terlihat terlihat terlihat
beran

3. Tempe Tidak Tidak Tidak


busuk terlihat terlihat terlihat

5
4. Tempe Tidak Tidak Tidak
bagus terlihat terlihat terlihat

5. Roti Tidak Tidak Tidak


bagus terlihat terlihat terlihat

VII. Analisa Percobaan


Dari percobaan yang telah dilakukan setelah diteteskan 1 air comberan
ke atas kaca objek (preparat) dengan menggunakan pipet tetes, dan juga
pada roti busuk, roti bagus, tempe bagus, dan tempe busuk, yang telah
diambil sedikit bagian lalu di letakan pada objek (preparat), kemudian
dilakukan penelitian menggunakan mikroskop dan terdapat beberapa
mikroorganisme, yaitu:
1. Pada roti yang telah basi, terdapat jamur-jamur yang telah tumbuh pada
roti, jamur ini memiliki hifa tipis bercabang-cabang dan berfungsi
sebagai akar (rizoid) untuk melakukan diri serta menyerap zat-zat yang
diperlukan dari substratdan terdapat pula sporangiofor hifa yang
mencuat keudara dan mengandung banyak inti sel, dibagian ujungnya
terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora) pada jenis jamur
rhizopus stolonifer dengan Pembesaran 100x/1.25.

6
2. Pada tempe bagus terdapat jamur menguntungkan yang membantu
proses pembuatan tempe dengan bantuan jamur rhizopus oryzae.
Selama masa pertumbuhan jamur rhizopus oryzae yang berbentuk
benang-benang hifa dan berwarna hitam, tekstur kompak dan flavor
spesifik, juga diperkirakan banyak jenis mikroorganisme lain yang
mungkin turun campur. Pada tempe busuk terbentuknya spora-spora
baru yang berwarna putih-kehitaman dengan aroma bau amoniak
terutama pada tempe yang dibiarkan atau disimpan dalam suhu kamar.
Pada Pembesaran 100x/1.25.
3. Pada air comberan terdapat habitat dari stylonychila mytillus yaitu
biasanya terdapat pada air tawar dan tanah, ditemukan pada lumut dan
juga partikel sedimen, yang memiliki cilia dikelompokkan menjadi
membran sel bersama dengan mulut dan ciri tubuh. Yang merupakan
karnivora dan memangsa protozoa lainnya seperti uroncentrum.

VIII. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut pada roti basi
terdapat jamur Rhizopus stolonofer, pada tempe bagus terdapat jamur
Rhizopus Oryzae, dan pada air comberan (Got) terdapat Stylonchia mytilus.
Saran dari praktikum yang telah dilakukan :
 Pengamatan air pada mikroskop harus dilakukan dengan teliti agar
dapat diketahui air yang mengandung mikroorganisme.
 Sebaiknya praktikum ini perlu dikaji tentang keanekaragaman
mikroorganisme pada makanan fermentasi sepeerti keju dan lain-lain.

7
Palembang, 22 November 2018
Praktikum Asisten,
Diah Ayu Pertiwi ( ) 1. Eti Nurpita Purnamasari,M.T. ( )
2. Wida fatmasari, M.T. ( )

Mengetahui
Kepala Laboratorim Bioproses

Ir. H. M. Arif Karim, M.Sc

8
Judul Praktikum : Sterilisasi Pembuatan Media Pengenceran
Inokulasi
Asisten Laboratorium : 1. Eti Nurpita Purnamasari, M.T.
: 2. Wida Fatmasari, M.T.

I. Tujuan Percobaan
Dapat melakukan inokulasi dan peremajaan biakan secara goresan
maupun tusukan dengan baik pada media padat maupun cair dengan teknik
kerja aseptis.

II. Bahan Dan Alat


a. Bahan yang digunakan
1. Media nutrien agar cair bersuhu 50 0C
2. Media nutrient broth
3. Pseudomonas Aeruginosa
4. Bacillus Subtilis
5. Escherichia Coli
b. Alat yang digunakan
1. Cawan petri steril
2. Tabung reaksi steril
3. Rak tabung reaksi
4. Pipet agar 20 ml steril
5. Pipet ukur 5 ml dan 10 ml steril
6. Pinset
7. Jarum Ose bundar dan lurus
8. Bunsen
9. Papan pembentuk agar miring
10. Inkubator 37 0C
III. Gambar Alat
Gambar Nama Alat

9
Tabung reaksi

Rak tabung reaksi

Cawan petri

Bunsen

Inkubator

10
Jarum Ose Bulat dan Lurus

IV. Teori
Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptik ke dalam media
steril baik pada media padat maupun media cair. Inokula adalah bahan
yang mengandun mikroba baik dalam keadaan cair maupun padat. Tujuan
inokulasi adalah untuk memurnikan, mengidentifikasi, meremajakan, dan
menyimpan mikroba. Untuk meningkatkan keberhasilan inokulasi mikroba
diperlukan beberapa media yaitu media tumbuh, perlatan, dan metode
inokulasi.
 Media tumbuh
Media ini merupakan media yang di persiapkan untuk digunakan
menumbuhkan mikroba. Komposisi media tumbuh disesuaikan
dengan mikroba yang akan ditumbuhkan. Berdasarkan bentuknya,
media tumbuh dapat dibagi menjadi cair (borth) dan media padat
(agar). Perbedaan dari kedua media ini yaitu penambahan tepung
adalah untuk memadatkan media. Sedangkan media padat dibagi
menjadi tiga macam, yaitu media agak tegak (deep agar), agar miring
(slants agar), dan lempeng agar (plate agar).
 Peralatan
Peralatan utama yang diperlukan dalam melaksanakan inokulasi dan
peremajaan biakan dalam media padat dan media cair ini adalah
perlatan sterilisasi, inokulasi, dan inkubasi. Peralatan sterilisasi
meliputi oven, alkohol, dan bunsen. Macam – macam peralatan

11
inokulasi adalah jarum Ose, swab stick, blend glass, tabung reaksi dan
cawan petri. Peralatan inkubasi adalah inkubator.
Metode inokulasi
Metode-metode yang dilakukan saat inokulasi adalah media cair dan
media padat.
 Media cair
Pada media cair prinsip utama dalam menginokulasikan mikroba
atau biakan adalah menumbuhkan mikroba tersebut dan mengamati
pola pertumbuhannya.
 Media padat
Pada media padat prinsip utama dalam menginokulasikan mikroba
atau biakan adalah menumbuhkan mikroba yang sudah di tentukan
dalam praktikum dan mengamati karakteristik morfologisnya.
Inokulasi pada media padat dilakukan dengan teknik agar miring,
teknik agar tegak,dan teknik lempeng agar.
Inokulasi mikroba dengan teknik lempeng agar dapat dilakukan dengan
beberapa metode, yaitu :
 Metode gores (streak plate)
Metode gores ini termasuk kedalam media plat agar dan media
kering.
 Metode tuang (pour plate)
 Metode tusuk
 Metode sebar (spread plate)
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat baru untuk
membebaskan alat-alat baru dari segala macam bentuk kehidupan,
terutama mikroba. Alat-alat dari medium yang steril sangat diperlukan
dalam praktek mikrobiologi. Adanya pertumbuhan mikroorganisme
menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan proses
sterilisasi tidak sempurna. Sterilisasi dengan pemanasan di bedakan atas 4
macam, yaitu:
1. Sterilisasi dengan pemijaran

12
2. Sterilisasi dengan udara panas (kering) biasanya dipakai oven.
Pensterilisasian dengan menggunakan oven dilakukan selama 2 atm
dengan suhu 170 0C.
3. Sterilisasi dengan uap air panas, biasanya dipakai steamer.
4. Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan, menggunakan autoclave.
Sampel air sangat dibutuhkan untuk hampir seluruh kejadian kasus
penyakit. Sampel air dapat digunakan untuk analisa kimia air seperti pH,
oksigen, BOD, total disolved solid, amoniak, nitrat, nitrit, phosfat, logam
berat, residu pestisida dan lain-lain yang sangat mendukung dalam
diagnosa penyakit. pH, oksigen dan suhu sebaiknya di periksa secara
langsung di lokasi karena kemungkinan akan terjadi perubahan selama
proses transportasi.
Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba, diperlukan
suatu substrat yang disebut media. Sedangkan media itu sendiri sebelum
dipergunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh
mikroba lain yang tidak diharapkan. Susunan bahan baik berbentuk bahan
alami (toge, kentang, daging, tahu, wortel) atau bahan buatan (senyawa
kimia organik atau anorganik) yang digunakan dan pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroba dinamakan medium. Medium adalah suatu
bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang dipakai untuk
menumbuhkan mikroba.

V. Prosedur Kerja
Pembuatan plat agar, agar miring, agar tegak, dan media cair dalam
tabung:
 Bunsen dinyalakan, nyala api diatur hingga berwarna biru. Dibiarkan
menyala selama 10 menit.
 Tabung reaksi steril disiapkan dan di letakkan pada rak tabung reaksi.
 Cawan steril di letakkan diantara dua api bunsen.
a. Pembuatan plat agar
1. 20 ml media cair nutrien agar 50 0C di pepet.
2. Di masukkan cawan petri steril.

13
3. Dibiarkan memadat.
b. Pembuatan agar miring
1. 5 ml media cair nutrien agar 50 0C di pipet.
2. Tabung reaksi steril, diletakkan miring pada papan miring.
3. Dibiarkan memadat.
c. Pembuatan agar tegak
1. 10 ml media cair nutrien agar 50 0C di pipet.
2. Tabung reksi steril, diletakkan tegak pada rak tabung.
3. Dibiarkan memadat.
d. Pembuatan media cair dalam tabung
1. 10 ml media nutrien broth bersuhu kamar di pipet.
2. Tabung reaksi steril.
Teknik inokulasi pada plat agar, agar miring, agar tegak, dan media cair:
a. Inokulasi plat agar
1. Empat area plat agar di buat menggunakan spidol di permukaan
luar cawan petri bagian alas.
2. Inokulasi dengan jarum Ose bundar.
3. Bakteri di inokulasikan ke setiap bagian plat agar di goreskan
rapat.
b. Inokulasi agar miring
1. Inokulasi di ambil dengan jarum Ose bundar.
2. Bakteri di inokulasikan pada media, digores secara rapat secara
zig-zag dari bawah sampai atas media agar miring.
c. Inokulasi agar tegak
1. Inokulasi di ambil dengan jarum Ose lurus.
2. Bakteri di inokulasikanpada media, dengan cara jarum Ose di
tusuk tepat pada poros tengah tabung sampai mndekati dasar
tabung.
3. Ditarik perlahan
d. Inokulasi media cair
1. Bakteri di inokulasi pada media cair dengan pipet pasteur.

14
2. Bakteri yang di inokulasi dari agar miring diambil dengan jarum
Ose bundar.
3. Disuspensikan pada nutrien broth.

VI. Data Pengamatan


1. Inokulasi pada plat agar
a. Jenis biakan hasil inokulasi dengan goresan.
b. Bacillus subtilis tidak ada bakteri.
c. Stapylococcus aureus posisi zig-zag tidak teratur, dan sangat
banyak.
d. Escherichia coli posisi bakteri zig-zag di seluruh permukaan, dan
sangat banyak.
e. Pseudomonas aeruginosa posisi bakteri di seluruh permukaan
menjulur kedalam, di pinggir tidak ada.
2. Inokulasi pada agar miring
a. Jenis biakan bakteri hasil ditambah nutrien
b. Bacillus subtilis posisi bakteri diatas permukaan dan agar berwarna
kuning.
c. Stapylococcus aureus posisi bakteri di ats permukaan agar-agar
membentuk zig-zag berwarna putih dan agar berwarna putih ke
kuningan.
d. Escherichia coli posisi bakteri diatas permukaan agar-agar dan
pada dinding tabung.
3. Inokulasi pada agar tegak
a. Jenis biakan bakteri hasil di tambah nutrien.
b. Bacillus subtilis diatas permukaan, panjang melintang, dan warna
agar kuning.
c. Staphyloccus aureus bakteri diatas permukaan, panjang melintang,
dan warna agar kuning.
d. Escherichia coli bakteri diaras permukaan agar panjang melintang.
4. Inokulasi pada media cair
Jenis bakteri hasil inokulas:

15
a. Bacillus subtilis posisi bakteri melayang menggumpal diatas
permukaan warna larutan bening.
b. Stapylococcus aureus posisi bakteri tersebut (serabut putih), warna
larutan bening.
c. Escherichia Coli posisi dibawah permukaan (putih menggumpal)
warna larutan putih keruh.

Waktu inokulasi pada tanggal 22 November 2018


Waktu pengamatan pada tanggal 24 November 2018
Warna media sebelum di inokulasitidak ada perubahan, tetapi setelah di
inkubator warna bakteri pada cawan petri dan tabung rekasi ada perubahan
a. Pada media plat agar bakteri S.aureus terlihat jelas bantuk tumbuhnya
zig-zag sesuai dengan awal mulai dibiakan dengan metode gores zig-
zag, dan medianya berwarna lebih tua dari sebelum di inkubator.
Sedangkan di tabung reaksi pada media agar tegak, S. aureus dengan
menggunakan metode tusuk terlihat bakteri tumbuh sesuai dengan
posisi awal pada saat ditusuk, warna mediapun menjadi kuning keruh.
Pada media agar miring S.aureus tumbuh dengan pola zig-zag pula
sesuai dengan metode gores zig-zag dan warna medianya tidak
berubah tetap berwarna kuning. Dalam media cair S.aureus tumbuh
dibawah tabung reaksi dan di permukaan tabung, warna medianya
menjadi kuning bening. Maka S. aureus ini merupakan bakteri aerob
fakultatif.
b. Pada media plat agar bakteri B. Subtilis tidak terlihat adanya bakteri
yang tumbuh pada media, warna mediapun tidak berubah. Dalam
media agar tegak bakteri B. Subtilis yang dibiakan menggunakan
metode tusuk, tumbuh diatas permukaan tabung karena bakteri
B.subtilis bersifat aerob. Sedangkan dalam agar miring B. Subtilis
bakteri terlihat tumbuh dipermukaan miring tersebut, tetapi posisi
tumbuh bakteri tidak sesuai dengan metode gores zig-zag yang
dilakukan. Pada media cair B. Subtilis tumbuh menggumpal diatas
permukaan tabung dan warna media berubah menjadi agak bening.

16
c. Pada media plat agar bakteri E.Coli terlihat jelas bentuk tumbuhnya
dengan menggunakan metode zig-zag yang sangat teratur sesuai
dengan awal mula dibiakan dan warna media menjadi kuning bening.
Dalam media agar tegak bakteri E. Coli tumbuh baik dengan
menggunakan metode tusuk, terlihat bakteri tumbuh sesuai dengan
sesuai posisi awal pada saat ditusuk, warna media pun menjadi kuning
keruh, sedangkan dengan media agar miring bakteri E.coli tumbuh
tidak rapi ketika melakukan metode gores secara zig-zag, warna media
menjadi putih keruh. Pada media cair bakteri E. Coli tidak terlihat
tumbuh, tetapi warna media berwarna putih keruh, sehingga bakteri E.
Coli bersifat aerob fakultatif.
d. Pada media plat agar bakteri P. Aeruginosa terlihat kurang jelas,
bentuk tumbuhnya zig-zag sesuai dengan awal mula dibiakan dengan
metode gores zig-zag, dan medianya berwarna putih bening.

VII. Analisa Percobaan


Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu bacil (batang), coccus (bulat),
dan spirilium atau spiral. Bakteri yang berbentuk batang maupun coccus
dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu
basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil. Coccus dibagi monococcus (satu
buah bakteri berbentuk kotak), diplococcus, sampai stapylococcus
(bentuknya mirip buah anggur). Khususnya pada spiral hanya dibagi 2
yaitu, setengah melengkung dan tidak melengkung.
Bakteri juga dapat dibedakan melalui teknik pewarnaan gram. Teknik
pewrnaan gram tersebut dapat menghasilkan warna merah dan unggu.
Bakteri gram positif ungu dan bakteri negatif berwarna merah.
Tipe-tipe biakan bakteri yaitu:
a. Staphloccus aereus
Pada pewarnaan gram diketahui ungu sehingga termasuk bakteri
gram positif. Bakteri ini berbentuk basil, koloninya tersusun berjajar
seperti rantai memanjang. Jenis ini memiliki endospora yang terletak
pada sentral. Stapylococcus aereus adalah gram positif yang terbentuk

17
coccus atau lingkaran seperti sterik dengan diameter sel mencapai 1
𝜇𝑚,dan koloninya seperti buah anggur. Peranannya adalah dapat
meghasilkan racun sebagai penyebab sindrom trauma yang diderita
pria, wanita, dan anak-anak. Sindrom racun trauma tersebut berupa
kejang, pingsan, turunannya tekanan darah. Bakteri ini bersifat aerob
fakultatif. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas
dan kulit. Stapylococcus aerues juga menghasilkan katalise yaitu yang
mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang
menyebabkan fibrin berkoagulasi dan menggumpal. Habitat bakteri ini
pada manusia di daerah kulit, hidung, mulut, dan usus besar.
b. Bacillus subtilis
Bacillus subtilis merupakan bakteri yang berbentuk batang yang
gram positif bersifat aerob. Bakteri ini tersusun atas peptidoglikan,
yang nerupakan polimer dari gula dan asam amino. Peptidoglikan yang
di temukan di bakteri dikenal sabagai murein. Sel membentuk tembok
penghalang antara lingkungan dan bakteri sel yang berguna untuk
mempertahankan bentuk sel dan withstanding sel yang tinggi internal
tekanan turgor. Habitat endospora bakteri ini adalah tanah, mikroba
tersebut dalam bentuk spora yang kekurangan nutrisi. Organisme ini
dapat menghasilkan antibiotik, contohnya polymyxin,
difficidin,subtilin, dan mycobacillin. Banyak dari mikroba bacillus
dapat menurunkan polimer seperti protein,pati, dan pektin. Sehingga
bakteri ini merupakan penyumbang penting kepada siklus karbon dan
nitrogen, akan tetapi apabila terkontaminasi dapat menyebabkan
pembusukan. Berdasarkan pewarnaan sel vegetatif di dapatkan warna
kemerahan dan warna endosporanya adalah hijau.
c. Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif aerob
obligat, berkapsul, mempunyai flagella polar, berukuran sekitar 0,5-1,0
𝜇𝑚. Bakteri ini tidak menghasilkan spora dan tidak dapat
menfermentasikan karbohidrat. Pada uji bio kimia, bakteri ini
menghasilkan hasil negatif pada uji merah metil, dan Voges-Proskauer.

18
Bakteri ini secara luas dapat di temukan di lingkungan alam,
contohnya di tanah , air, tanaman, dan hewan P aeruginosa adalah
patogen oportunistik. Bakteri ini merupakan penyebab utama infeksi
pneumonia nosokomial. Meslipun begitu, bakteri ini dapat
berkolonisasi pada manusia normal tanpa menyebabkan penyakit.
d. Escherichia coli
Escherichia coli atau biasa disingkat E-Coli, adalah salah satu
jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang
ditemukan oleh Theodor Escherich ini hidup pada tinja, dan dapat
menyebabkan masalah kesehatan pada manusia seperti diare,
muntaber, dan masalah pencernaan lainnya. E. Coli banyak digunakan
dalam teknologi rekayasa genetika, biasa digunakan sebagai vektor
untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk di
kembangkan E. Coli dipilih karena perumbuhannya sangat cepat dan
mudah dalam penanganannya.
 Perbandingan bakteri dalam beberapa media diperoleh
berdasarkanpermukaan luas, volume media, dan metode inokulasi
yang baik. Pada media plat agar hampir semua bakteri memiliki
permukaan luas yang sama dan jumlah yang banyak, kecuali pada
bakteri Basillus Subtilis dan Eschericia coli. Karena pada B. Subtilis
tidak terlihat bakteri yang tumbuh dan media.
 Sedangkan pada E. Coli permukaan luasnya hanya pada tengah cawan
petri saja, hal ini dikarenakan melakukan metode inokulasinya tidak
baik sehingga bakteri tidak merata.
 Dalam tabung reaksi pada metode agar tegak dengan menggunakan
metode tusuk, semua bakteritumbuh banyak sesuai dengan pola
metode tusuk kecuali bakteri B. Subtilis. B Subtilis tumbuhnya tidak
baik sehingga bakteri ini tidak merata. Dalam tabung reaksi pada
bakteri ini tidak merata.
 Dalam tabung reaksi pada media agar tegak dengan menggunakan
metode tusuk, semua bakteri tumbuh banyak sesuai dengan pola
metode tusuk kecuali bakteri B. Subtilis bersifat aerob, yaitu bakteri

19
yang memerlukan oksigen yang umbuh. Pada media agar miring
dengan menggunakan metode gores secara zig-zag semua bakteri
tumbuh dengan pola metode gores secara zig-zag kecuali B. Subtilis.
Hal ini terjadi pada saat menggoreskan bakteri pada media, metode
inokulasi yang di lakukan tidak baik sehingga hasil yang didapat tidak
sesuai.
VIII. Kesimpulan dan Saran
Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptil kedalam media steril
baik pada media padat maupun media cair. Sedangkan inokula merupakan
bahan yang mengandung mikroba baik dalam keadaan cair maupun padat.
Tujuan inokulasi yaitu untuk memurnikan , mengindentifikasi ,
meremajakan, dan menyimpan mikroba. Media yang digunakan dalam
inokulasi adalah media plat agar, media agar miring, media agar tegak ,
dan media cair dalam tabung. Metode –metode inokulasi mikroba yang
digunakan yaitu, metode gores, metode tusuk, dan metode sebar.
Saran
Dibutuhkan ketelitian dan keseriusan mahasiswa dalam melakukan
praktikum. Alat dan bahan perlu di lengkapi di dalam laboratorium agar
mahasiswa/i bisa memaksimalkan praktikum yang di lakukan.

Palembang, 22 November 2018


Praktikum Asisten,
Diah Ayu Pertiwi ( ) 1. Eti Nurpita Purnamasari,M.T. ( )
2. Wida fatmasari, M.T. ( )

Mengetahui
Kepala Laboratorim Bioproses

Ir. H. M. Arif Karim, M.Sc

20
Hari/Tanggal : Kamis, 13 Desember 2018
Judul Praktikum : Sabun Kecantikan/Transparan
Asisten Laboratorium : 1. Eti Nurpita Purnamasari, M.T.
: 2. Wida Fatmasari, M.T.

I. Tujuan Percobaan
Diharapkan mahasiswa/i mengetahui cara pembuatan sabun transparan dan
menambah kreativitas mahasiswa/i.

II. Bahan Dan Alat


a. Bahan yang digunakan
1. VCO 8 ml
2. Gula 12:3
3. Gliserin 20 ml
4. Alkohol 96% 20 ml
5. Asam stereat 7,5 gr
6. NaOH 37%
7. Pewarna
8. Pewangi
9. Aquadest
b. Alat yang digunakan
1. Baki
2. Kabel
3. Neraca analitik
4. Hot plate
5. Tisue
6. Pipet tetes
7. Gelas ukur
8. Gelas kimia
9. Spatula
10. Cetakan
11. Saringan keci

21
III. Gambar Alat
Gambar Nama alat
Beaker Glass

Spatula

Hot plate

Gelas ukur

Pipet tetes

22
IV. Teori
Sabun transparan yang dibuat dari minyak kelapa murni atau VCO
(Virgin Coconut Oil) memiliki manfaat yang baik untuk wajah. Perbedaan
sabun transparan dan sabun biasa terletak pada penampilan fisiknya.
Sabun transparan terlihat lebih bening dibandingkan dengan sabun biasa.
Namun demikian, dasar teori pembuatan sabun transparan itu sama dengan
sabun biasa.
Saat ini, sabun bening atau transparan dianggap sebagai sabun
kecantikan yang memiliki nilai bisnis fantastis. Menurut M Yashleen,
sabun transparan adalah jenis sabun dari gliserin yang bagiannya tersusun
atas garam sabun dan pelarut. Natrium hidroksida yang digunakan dalam
pembuatan sabun menyebabkan terbentuknya kristal di dalam sabun.
Kristal tersebut mengakibatkan sabun menjadi buram (opaque).
Untuk membuat sabun jadi transparan, maka kristal di dalam sabun
harus dilarutkan dengan pelarut sehingga ukuran kristal menjadi sangat
kecil. Kecilnya ukuran kristal tersebut membuat cahaya bisa menembus
sabun dengan bebas, sehingga membuat sabun terlihat transparan
(transparent). Tidak ada ukuran pasti tentang berapa jumlah pelarut yang
dibutuhkan untuk membuat sabun menjadi transparan. Cara terbaik yang
bisa dilakukan untuk menemukan jumlah pelarut tersebut adalah dengan
menggunakan rasio (perbandingan). Anda bisa memulainya dengan rasio
pelarut dan sabun adalah 60:40. Selanjutnya anda bisa bereksperimen
dengan rasio pelarut sabun adalah 50:50 dan seterusnya. Sabun transparan
adalah salah satu jenis sabun unik karena tembus pandang yang digunakan
untuk wajah dan badan. Sabun kecantikan jenis ini memiliki kelebihan
dalam hal penampilannya yang transparan atau tembus cahaya sehingga
menarik mata pelanggan.

V. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

23
2. Memasukkan VCO dan asam stearat. Panaskan di hot plate pada suhu
75 0C sampai homogen.
3. Masukkan NaOH aduk sampai terjadi proses saponifikasi dan
menambahkan alkohol sebagai pelarut. Homogenkan.
4. Masukkan gliserin dan gula aduk sampai homogen.
5. Matikan hot plate, didinginkan dan tambahkan pewarna pada suhu 40
0
C.
6. Saring dan cetak.
7. Tunggu sampai keras.

VI. Data Pengamatan


Data hasil percobaan sabun trasnparan
Data Hasil
Berat sabun 19,61 gram
Warna Kuning
Bau Lemon
pH 9,3
Busa Sedikit berbusa
Transparan Transparan
Dokumentasi
Sabun yang sudah
jadi

VII. Analisa Percobaan


Pada percobaan sabun transparan ini metode yang digunakan adalah
metode saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh
ada nya basah lemah (NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah
gliserol. Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam

24
karboksilat. Hidrolisis ester dalam suasana basa bisa disebut juga
saponnifikasi. Reaksi kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai
berikut:

Dalam percobaan ini bahan yang pertama dimasukkan kedalam gelas


beker adalah asam stearat yang kemudian di lelehkan, fungsi nya untuk
membantu mengeraskan sabun dan mensterilkan busa, khususnya minyak
dari tumbuhan yang di gunakan. Penggunaannya dengan mencairkan
diatas hot plate. Setelah semua cair, bahan yang dimasukkan lainnya
adalah minyak. Dimana fungsi minyak bahan utama pembuatan sabun.
Setelah minyak dan asam stearat larut secara homogen kemudian di
tambahkan NaOH yaitu sebagai basa alkali. Setelah sempurna proses
saponifikasi kemudian di tambahkan alkohol dan gliserin. Fungsi dari
penambahan alkohol adalah sebagai pelarut untuk mencairkan kembali
campuran asam stearat. Selain itu, alkohol juga berfungsi untuk
menghasilkan penampakan yang transparan dan memberikan
kelembembaban pada kulit (humektan).
Setelah menambahkan alkohol dan gliserin kedalam sabun, kemudian
menambahkan glukosa yang berfungsi membantu perkembangan kristal
pada sabun, semakin putih warna gula akan semakin jernih sabun
transparan yang dihasilkan, terlalu banyak glukosa produk sabun menjadi
lengket.

25
VIII. Kesimpulan dan Saran
Hasil sabun transparan yang dihasilkan cukup transparan walaupun
masih tergolong sabun translucent dengan massa sabun yang dihasilkan
sebesar 19,61 gram, dan pH hasil percobaan sebesar 9,3.
Saran
Untuk percobaan sabun transparan selanjutnya di harapkan
menggunakan variasi bahan berupa penambahan atau pengurangan
kuantitas gula yang di gunakan, penggantian jenis minyak yang digunakan
supaya terlihatnya perbedaan hasil yang didapatkan.

Palembang, 22 November 2018


Praktikum Asisten,
Diah Ayu Pertiwi ( ) 1. Eti Nurpita Purnamasari,M.T. ( )
2. Wida fatmasari, M.T. ( )

Mengetahui
Kepala Laboratorim Bioproses

Ir. H. M. Arif Karim, M.Sc

26

Anda mungkin juga menyukai