Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI MIKROBA

PENGARUH NaCl TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA

OLEH:
NAMA : SALENSTINA K.MOI
NIM : 1806050033
KELAS : A

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
I. JUDUL PRAKTIKUM
Praktikum ini berjudul “Pengaruh NaCl terhadap Pertumbuhan Mikroba”.

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan praktikum ini antara lain :
1. Mengetahui perbedaan mikroba gram positif dan negatif;
2. Mengetahui pengaruh varian konsentrasi NaCl terhadap pertumbuhan mikroba gram
positif dan negatif;
3. Mengetahui fungsi larutan NaCl sebagai media pertumbuhan mikroba.

III. DASAR TEORI


Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang
disebut medium. Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara
(nutrien) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan adanya medium pertumbuhan,
aktivitas mikroba dapat dipelajari dan dengan medium tumbuh dapat dilakukan isolasi
mikroba dengan kultur murni, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis, dan perhitungan
jumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium
tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain : harus mengandung semua zat hara yang
mudah digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan
dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh, tidak mengandung zat-zat
yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum
digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik (Sutedjo, 1990).
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikroba yang masih
hidup pada metode agar, sehingga sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop
(Fardiaz, 1993).
Metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu :
1. Metode tuang (pour plate)
2. Metode permukaan (surface / spread plate)
Pada prinsipnya dalam metode tuang, sejumlah sampel dari pengenceran yang
dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambah agar cair steril yang
sudah didinginkan (47-50ºC) dan digoyangkan supaya sampelnya menyebar secara merata.
Sedangkan pada pemupukan dengan metode permukaan, terlebih dahulu dibuat agar cawan
kemudian sampel yang telah diencerkan dipipet pada permukaan agar tersebut. Kemudian
diratakan dengan batang gelas melengkung yang steril. Perhitungan jumlah koloni akan lebih
mudah dan cepat jika pengenceran dilakukan secara decimal. Semakin tinggi jumlah mikroba
yang terdapat di dalam sample, semakin tinggi pengenceran yang harus dilakukan (Fardiaz,
1992).
Proses pengenceran adalah mencampurkan larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan
cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume air yang lebih besar. Jika suatu larutan
senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan ( Brady,
1999 ).
Berdasarkan susunan dinding sel bakteri dapat digolongkan menjadi bakteri Gram-
positif dan bakteri Gram-negatif. Gram-positif merupakan sel prokariotik yang memiliki
dinding sel terdiri atas peptidoglikan dan sedikit membran luar, sedangkan Gram-negatif
merupakan sel prokariotik yang memiliki dinding sel terdiri atas peptidoglikan yang relatif
lebih sedikit namun memiliki membran luar yang terdiri atas lipopolisakarida (LPS),
lipoprotein dan kompleks makromolekul lainnya (Madigan et al., 2003).
Karakteristik bakteri Eschericia coli adalah berbentuk batang pendek, termasuk bakteri
gram negatif yang tidak berspora, biasanya dilengkapi dengan flagella, seringkali terdapat
fimbrae dan hidup tunggal atau berpasangan serta tumbuh dengan cepat pada lingkungan cair.
Kapsul atau mikrokapsul biasanya ditunjukkan dan jika terjadi tekanan, maka E. coli akan
memproduksi  polisakarida. E. coli adalah bakteri fakultatif anaerob yang memiliki
kemampuan fermentasi dan metabolisme pernafasan. Suhu optimum bakteri tersebut adalah
37 ̊ C dan dapat tumbuh pada media biakan yang sederhana  dan pada media sintetik. Selain
itu, diperlukan kondisi absolut untuk fermentasi karbohidrat (Sussman, 1997).
Bacillus cereus merupakan bakteri patogen pangan yang bersifat Gram-positif. Ciri-ciri
morfologi B.cereus yaitu batang (basilus) besar, aerobik dan membentuk rantai, bergerak,
membentuk spora yang terletak di tengah basil yang tidak bergerak dan tahan panas. Dapat
pula bersifat anaerobik. B.cereus memiliki suhu optimum pertumbuhan berkisar antara 35-
40ºC (Granum dan Baird-Parker, 2000).
Garam dapur adalah zat yang berbentuk kristal dan mempunyai rasa asin. Garam dapur
dikenal dengan sebutan NaCl, ini merupakan bahan yang paling umum dan paling banyak
digunakan dalam proses pengawetan ikan.
Pengaruh konsentrasi adalah besarnya konsentrasi suatu zat yang dibutuhkan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri. Hasilnya akan terlihat pada media pertumbuhan bakteri
yang tidak ditumbuhi koloni bakteri setelah dilakukan penanaman bakteri pada media
tersebut. Waktu kontak adalah waktu yang dibutuhkan oleh garam dapur (NaCl) untuk
menghambat pertumbuhan bakteri dalam waktu tertentu. Pertumbuhan adalah pertambahan
jumlah sel atau pertambahan jumlah organisme (digilib.unimus.ac.id).
IV . ALAT DAN BAHAN

A. Alat : 1. Tabung reaksi


2. Rak tabung reaksi
3. Pipet mikro
4. Erlenmeyer
5. Cawan petri steril
6. Bunsen

B. Bahan : 1. Suspensi Escherichia coli


2. Suspensi Bacillus cereus
3. NaCl (1,3,5%)
4. NaCl 0,85%
5. Medium NA
6. Medium NB
7. Alkohol

V. PROSEDUR KERJA

40 ml media NB

Ditambahkan masing-masing ke dalam erlenmeyer

5 ml larutan NaCl
1,3,5%
Dimasukkan ke tiap dua erlenmeyer

5 ml mikroba

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer


Diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37ºC

Mikroba setelah inkubasi

Dilakukan pengenceran sampai 10‾³


1 ml mikroba

Dimasukkan ke dalam cawan petri steril dengan pipet mikro

Medium NA

Dimasukkan dalam keadaan hangat sekitar 45ºC

Cawan berisi campuran


mikroba + NaCl

Diputar-putar untuk meratakan medium


Diinkubasikan selama 48 jam dalam keadaan terbalik

Perhitungan koloni mikroba


VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data dalam bentuk
tabel sebagai berikut :
Kadar NaCl
Bakteri Pengenceran Koloni
(%)

Escherichia coli 1 10‾² 6,14x104

10‾² 7,56x104

10‾³ 5,2x105

10‾³ 4,56x105

3 10‾² TBUD

10‾³ 1,68x10³

5 10‾² TBUD

10‾² TBUD

10‾³ TBUD

10‾³ TBUD

Bacillus cereus 1 10‾² 6,36x104

10‾² 3,84x104

10‾³ TBUD

10‾³ 8,52x104

3 10‾² 7,36x104

10‾³ 5,32x105

5 10‾² 7,2x104

10‾² 6x104

10‾³ 2,44x105

10‾³ 2,72x105

Ket. : TBUD (Tidak bisa untuk dihitung)


6.2 Pembahasan

Tabel di atas menunjukkan pada konsentrasi NaCl 1% jumlah koloni yang dapat
dihitung lebih sedikit daripada konsentrasi 3% dan 5%, baik pada E.coli maupun
B.cereus. Hasil ini menunjukkan bahwa pengenceran berfungsi untuk mengurangi
jumlah koloni dalam suatu media, karena jumlah koloni pada pengenceran 10‾² lebih
banyak dibanding pengenceran 10‾³, hal ini didukung oleh pernyataan (Fardiaz, 1992),
yang menyatakan bahwa perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat jika
pengenceran dilakukan secara decimal. Semakin tinggi jumlah mikroba yang terdapat di
dalam sample, semakin tinggi pengenceran yang harus dilakukan. Begitupun seharusnya
pada pengenceran 10‾³ jumlah koloni bakteri akan berkurang dari jumlah bakteri pada
pengenceran 10‾². Namun adanya kesalahan dalam praktikum seperti kurangnya
ketelitian dalam membuat media dan kemungkinan suspensi mikroba terkontaminasi
oleh udara, lingkungan sekitar, dan praktikan yang kurang menjaga kebersihan
mengakibatkan data yang diperoleh tidak tepat. Pada pengamatan juga terdapat sampel
yang tidak bisa untuk dihitung (TBUD), hal ini dapat terjadi karena tidak aseptis dalam
pengerjaan dan teknik pengambilan sampel yang yang kurang tepat.
Menurut Pelczar (1986), untuk mendapatkan koloni mikroba dapat dilakukan
dengan berbagai metode, salah satunya dengan menggunakan metode cawan tuang
maupun cawan sebar. Metode ini dianggap lebih baik, dan akurat bila dibandingkan
dengan menghitung jumlah bakteri secara langsung menggunakan mikroskop karena
metode hitungan cawan hanya menghitung jumlah bakteri yang hidup dan yang
membentuk koloni saja, sedangkan yang mati tidak ikut terhitung. Selain itu, metode ini
lebih mudah dan praktis. Kelemahannya yakni membutuhkan banyak bahan.
Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini hanya dengan metode cawan
tuang (pour plate). Metode ini mudah dilakukan karena tidak membutuhkan keterampilan
khusus dengan hasil biakan yang cukup baik. Metode ini dilakukan dengan
mengencerkan sumber isolat yang telah diketahui beratnya ke dalam 5 ml garam
fisiologis (NaCl 0.85%). Larutan ini berperan sebagai penyangga pH agar sel bakteri
tidak rusak akibat menurunnya pH lingkungan. Pengenceran dapat dilakukan beberapa
kali agar biakan yang didapatkan tidak terlalu padat atau memenuhi cawan (biakan
terlalu padat akan mengganggu pengamatan). Sekitar 1 ml suspensi dituang ke dalam
cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur (nutrien agar) steril
hangat (40-50oC) kemudian ditutup rapat dan diletakkan dalam inkubator (37 oC) selama
24 jam. Penuangan dilakukan secara aseptik atau dalam kondisi steril agar tidak terjadi
kontaminasi atau tumbuh atau masuknya organisme yang tidak diinginkan. Media yang
dituang hendaknya tidak terlalu panas, karena selain mengganggu proses penuangan,
media panas masih mengeluarkan uap yang akan menempel pada cawan penutup,
sehingga mengganggu proses pengamatan. Pada metode ini koloni akan tumbuh di dalam
media agar. Kultur diletakkan terbalik, dibungkus dengan kertas koran dan diikat kuat
kemudian diletakkan dalam inkubator.
Menurut Lunggana (2002), larutan fisiologis merupakan garam NaCl yang
mempunyai keseimbangan kepekatan larutan dengan kepekatan cairan tubuh (isotonik).
Sedangkan mekanisme pengawetan NaCl adalah dengan memecahkan (plasmolisis)
membran sel mikroba, karena NaCl mempunyai tekanan osmotik yang tinggi. Di
samping itu, NaCl bersifat hidroskopis sehingga dapat menyerap air dari bahan yang
mengakibatkan aw dari bahan tersebut menjadi rendah. Selain itu, NaCl dapat
mengurangi kelarutan oksigen, sehingga mikroba aerob dapat dicegah pertumbuhannya.
Fungsi NaCl 0,9% sebagai sumber mineral mikroba karena salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu sumber mineral dan ini dapat  diperoleh dari
NaCl 0,9% yang dimana juga menjaga sel mikroba dalam keadaan yang isotonis. Karena
jika mikroba dalam keadaan hipotonis atau hipertonis maka sel mikroba akan pecah.
Selain itu, larutan NaCl merupakan larutan yang steril dimana tidak ditumbuhi atau tidak
adanya mikroba sehingga cocok untuk media.
VII. SIMPULAN

1. Mikroba gram-positif hanya tersusun satu lapis dinding sel yaitu peptidoglikan yang
tebal, sedangkan mikroba gram-negatif tersusun dua lapis dinding sel yaitu
lipopolisakarida dan lipoprotein serta peptidoglikan yang lebih tipis dari mikroba
gram-positif.
2. Semakin tinggi konsentrasi NaCl yang ditambahkan, maka semakin kecil jumlah
mikrobia yang dapat tumbuh. Namun jumlah bakteri yang tumbuh semakin besar
karena dikalikan dengan faktor pengencernya.
3. Fungsi larutan NaCl antara lain sebagai sumber mineral, mengurangi kelarutan
oksigen sehingga mikroba aerob dapat dicegah pertumbuhannya, sebagai mikroba
larutan yang steril dimana tidak ditumbuhi atau tidak adanya mikroba sehingga cocok
untuk media.

VIII. SARAN
1. Praktikum selanjutnya supaya dapat diajarkan dengan menggunakan bahan yang
berbeda, sehingga dapat diketahui perbedaan jumlah koloni yang didapat dari media
satu dan media yang lainnya.
2. Penghitungan bakteri dengan metode hitungan cawan dilakukan menggunakan isolat
bakteri yang beragam, sehingga dapat dengan mudah mengetahui jumlah berbagai
macam koloni bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa Aksara.

digilib.unimus.ac.id, diakses pada Senin, 28 Mei 2012.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : Gramedia.

Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Granum, PE., dan TC Baird-Parker. 2000. Bacillus species. Di dalam : Lund BM, Baird-
Parker TC, Gould GW editor. The Microbial Safety and Quality of Food Vol II.
Maryland : Aspen.

Lunggana, I. 2002. Minuman Isontonik Pengganti Energi. Jakarta: Republika         Online.

Madigan. Michael T et al. 2003. Biology of Microorganism 10 th ed. New York : Southern
Illinois University Carbondale.

Pelczar MJJr, Chan ECS. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi Vol 1. Jakarta : UI-Press.

Sussman, Max. 1997. Eschericia coli : Mechanisme of Virulence. Cambridge : United


Kingdom at the University Press.

Sutedjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta : Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai