Sutedjo (1991) menyatakan bahwa dekomposisi adalah proses penguraian jasad dari
makhluk hidup yang telah mati menjadi bahan organik dan senyawa yang lebih sederhana
oleh dekomposer. Dekomposisi serasah adalah perubahan secara fisik maupun kimiawi yang
sederhana oleh mikroorganisme tanah (bakteri, fungi, dan hewan tanah lainnya) atau sering
disebut pula mineralisasi yaitu proses penghancuran bahan organik yang berasal dari tanaman
menjadi senyawa-senyawa organik yang sederhana.
Setiadi (1983) berpendapat bahwa serasah merupakan material organik yang mampu
diuraikan oleh mikroorganisme dan organisme kecil lain. Material organik diuraikan oleh
mikroorganisme karena berperan sebagai sumber energi dan makanan bagi mikroorganisme
tersebut. Hasil penguraian oleh mikroorganisme akan berguna sebagai penyediaan hara
tanaman. Jadi penambahan bahan organik disamping sebagai sumber energi bagi
mikroorganisme juga sebagai sumber hara bagi tanaman.
Sampah daun dan kayu yang mencapai tanah akan membusuk dan secara bertahap akan
dimasukkan ke dalam horizon mineral tanah melalui aktivitas organisme tanah. Proses
dekomposisi berjalan secara bertahap, dimana laju dekomposisi paling cepat terjadi pada
minggu pertama. Hal ini dikarenakan pada serasah yang masih baru masih banyak persediaan
unsur-unsur yang merupakan makanan bagi mikroba tanah atau bagi mikroorganisme
pengurai, sehingga serasah cepat hancur (Zamroni, 2008).
Menurut Arisandi (2002) kombinasi mikroorganisme yang tepat dan keragamannya
dipertimbangkan untuk mencukupi kebutuhan fungsi ekologis dan keseimbangan ekosistem
dalam waktu yang lama dalam siklus nutrien di alam. Tingginya keragaman mikroba di
dalam komunitas dalam mendegradasi serasah dapat mempengaruhi kecepatan dekomposisi
serasah. Semakin beranekaragam mikroba yang terkandung di dalamnya, maka dekomposisi
akan semakin cepat.
Menurut Setiadi (1983), dekomposer adalah mikroorganisme yang menyerang bangkai
hewan dan sisa tumbuhan mati, kemudian memecah bahan organik kompleks ke dalam ikatan
yang lebih sederhana, dan proses dekomposisi itu disebut humifikasi yang menghasilkan
humus. Transformer, yaitu mikroorganisme yang meneruskan proses dekomposisi dengan
mengubah ikatan organik sederhana ke dalam bentuk bahan anorganik yang siap
dimanfaatkan lagi oleh produsen (tumbuh-tumbuhan), dan proses dekomposisi itu disebut
mineralisasi yang menghasilkan zat hara.
Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang
atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun
senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan
ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya.
Sumber Bahan Organik Tanah
Bahan organic tanah dapat berasal dari:
(1) sumber primer, yaitu: jaringan organik
(a) daun,
(c) batang,
(e) akar.
(2) sumber sekunder, yaitu: jaringan organik
dan mikrofauna.
(3) sumber lain dari luar, yaitu: pemberian
pupuk organik berupa:
4.Komposisi Biokimia Bahan Organik
Menurut Waksman (1948) dalam Brady (1990) bahwa biomass bahan organik yang berasal
dari biomass hijauan, terdiri dari:
(2) biomass kering (25%).
Komposisi biokimia bahan organik dari biomass kering tersebut, terdiri dari:
(1) karbohidrat (60%),
(2) lignin (25%),
(3) protein (10%),
(4) lemak, lilin dan tanin (5%).
Karbohidrat penyusun biomass kering tersebut, terdiri dari:
(1) gula dan pati (1% -s/d- 5%),
(2) hemiselulosa (10% -s/d- 30%), dan
(3) selulosa (20% -s/d- 50%).
6. Dekomposisi Bahan Organik
Proses dekomposisi bahan organik melalui 3 reaksi, yaitu:
(1) reaksi enzimatik atau oksidasi enzimatik, yaitu: reaksi oksidasi senyawa
hidrokarbon yang terjadi melalui reaksi enzimatik menghasilkan produk akhir berupa
karbon dioksida (CO2), air (H2O), energi dan panas.
(2) reaksi spesifik berupa mineralisasi dan atau immobilisasi unsur hara essensial
berupa hara nitrogen (N), fosfor (P), dan belerang (S).
(3) pembentukan senyawa-senyawa baru atau turunan yang sangat resisten berupa
humus tanah.
Berdasarkan kategori produk akhir yang dihasilkan, maka proses dekomposisi bahan
organic digolongkan menjadi 2, yaitu:
(1) proses mineralisasi, Proses mineralisasi terjadi terutama terhadap bahan organik dari
senyawa-senyawa yang tidak resisten, seperti: selulosa, gula, dan protein. Proses akhir
mineralisasi dihasilkan ion atau hara yang tersedia bagi tanaman.
(2) proses humifikasi. Proses humifikasi terjadi terhadap bahan organik dari senyawa-
senyawa yang resisten, seperti: lignin, resin, minyak dan lemak. Proses akhir humifikasi
dihasilkan humus yang lebih resisten terhadap proses dekomposisi.
Urutan kemudahan dekomposisi dari berbagai bahan penyusun bahan organik tanah
dari yang terdekomposisi paling cepat sampai dengan yang
terdekomposisi paling lambat, adalah sebagai berikut:
(1) gula, pati, dan protein sederhana,
(2) protein kasar (protein yang leih kompleks),
(3) hemiselulosa,
(4) selulosa,
(5) lemak, minyak dan lilin, serta
(6) lignin.
Humus
Humus dapat didefinisikan sebagai senyawa kompleks asal jaringan organik tanaman
(flora) dan atau fauna yang telah dimodifikasi atau disintesis oleh mikrobia, yang
bersifat agak resisten terhadap pelapukan, berwarna coklat, amorfus (tanpa
bentuk/nonkristalin) dan bersifat koloidal.
Ciri-Ciri Humus
Beberapa cirri dari humus tanah sebagai berikut:
(1) bersifat koloidal (ukuran kurang dari 1mikrometer),karena ukuran yang kecil
menjadikan humus koloid ini memiliki luas permukaan persa bobot lebih tinggi,
sehingga daya jerap tinggi melebihi liat. KTK koloid organik ini sebesar 150 s/d 300
me/100 g yang lebih tinggi daripada KTK liat yaitu 8 s/d 100 me/100g. Humus
memiliki daya jerap terhadap air sebesar 80% s/d 90% dan ini jauh lebih tinggi dari
pada liat yang hanya 15% s/d 20%. Humus memiliki gugus fungsional karboksil dan
fenolik yang lebih banyak.
(2) daya kohesi dan plastisitas rendah,sehingga mengurangi sifat lekat tanah
dan membantu granulasi aggregate tanah.
(3) Tersusun dari lignin, poliuronida, dari protein kasar.
(4) berwarna coklat kehitaman, sehingga dapat menyebabkan warna tanah menjadi
gelap.
Mineralisasi
Pelapukan bahan organik Membantu terpeliharanya reaksi
menghasilkan CO2, NH4+, tanah yang seragam Sumber hara
NO3-,PO43- dan SO42- untuk pertumbuhan tanaman
7. Peranan Bahan Organik Terhadap Tanah
Bahan organik dapat berpengaruh terhadap perubahan terhadap sifat-sifat tanah
berikut:
(1) sifat fisik tanah,
Peranan bahan organik terhadap perubahan sifat fisik tanah, meliputi:
(1) stimulant terhadap granulasi tanah,
(2) memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah,
(3) menurunkan plastisitas dan kohesi tanah,
(4) meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan, kelemb
aban dan temperatur tanah menjadi stabil,
(5) mempengaruhi warna tanah menjadi coklat sampai hitam,
(6) menetralisir daya rusak butir-butir hujan,
(7) menghambat erosi, dan
(8) mengurangi pelindian (pencucian/leaching).
(2) sifat kimia tanah,
Peranan bahan organik terhadap perubahan sifat kimia tanah, meliputi:
(1) meningkatkan hara tersedia dari proses mineralisasi bagian bahan organic yang
Mudah terurai,
(2) menghasilkan humus tanah yang berperanan secara koloidal dari senyawa
sisa mineralisasi dan senyawa sulit terurai dalam proses humifikasi,
(3) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah 30 kali lebih besar
ketimbang koloid anorganik,
(4) menurunkan muatan positif tanah melalui proses pengkelatan terhadap
mineral oksida dan kation Al dan Fe yang reaktif, sehingga menurunkan fiksasi P
tanah,
(5) meningkatkan ketersediaan dan efisiensi pemupukan serta melalui
peningkatan pelarutan P oleh asam- asam organik hasil dekomposisi bahan
organik.