Anda di halaman 1dari 12

BAB 5 PROSES BIOLOGIS DALAM TANAH DAN AIR TANAH

Cindhy Ade Hapsari1, Lutfhi Adhytia Putra2, Ratu Rima Novia Rahma3, Riandy Surya Irawan4 Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper Kampus IPB, Dramaga, Bogor, 16680 Email: alchemist.genz@gmail.com1, ladhytiaputra@yahoo.com2, raturimanoviarahma@yahoo.co.id3, ndie_paulwalker@yahoo.com4

Tanah merupakan suatu ekosistem yang mendukung kehidupan flora maupun fauna. Di antara organisme yang penting dan perlu mendapat perhatian dalam kaitannya dengan keberadaan zat pencemar dalam tanah dan air tanah adalah mikroorganisme. Mikroorganisme, yang terdiri dari berbagai jenis, mampu mengubah atau melakukan transformasi biotis terhadap kontaminan, terutama kontaminan organik. Kemampuan mentransformasikan senyawa kimia yang dilakukan dalam proses metabolismenya menjadikan perhatian terhadap metabolisme mikroorganisme sangat diminati. Pengembangan spesies atau strain (galur) mikroorganisme untuk mentransformasikan kontaminan spesifik menjadikan proses biologis atau lebih tepatnya bioremediasi salah satu harapan dalam remediasi lahan dan air tanah yang telah tercemar. 5. 1. Tanah sebagai ekosistem Tanah merupakan suatu ekosistem yang mendukung kehidupan makhluk baik flora maupun fauna didalamnya. Sebagai suatu ekosistem, keberadaan makhluk tersebut pada umumnya telah membentuk suatu rangkaian aktivitas yang membentuk siklus atau hubungan yang saling tergantung. Hubungan tersebut bisa berupa hubungan saling menguntungkan (simbiose) maupun hubungan dalam rantai makanan, sebagai mangsa dan pemangsa. Aktivitas biologis yang terjadi dalam tanah, berperan penting dalam transformasi zat anorganik dan biodegradasi zat organik melalui rangkaian proses yang panjang dan kompleks. Misalnya, transformasi biotik dari zat pencemar hidrokarbon yang mencemari tanah, atau zat berbahaya xenobiotic seperti perstisida ataupun pelarut kimia dalam tanah mrupakan contoh aktivitas mikroorganisme. 5. 1. 1. Aktivitas hewan tanah Aktivitas hewan tanah terutama terjadi pada tanah permukaan. Beberapa jenis hewan tanah yang penting dalam kaitannya dengan transportasi atau transformasi zat-zat kimia dalam tanah dan air tanah antara lain: Cacing tanah Arthropoda Semut dan rayap

Resume Polusi Tanah dan Air Tanah (2012) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Pada dasarnya aktivitas binatang tersebut diatas mempermudah mobilitas zat pencemar yang bersifat konservatif. 5. 1. 2. Mikroorganisme dalam tanah Kehadiran mikroorganisme patogen yang menjadi masalah yang serius dalam kesehatan manusia, namun mikroorganisme mempunyai peran yang sangat penting dalam perombakan (degradasi) zat pencemar organik dalam tanah, melalui proses metabolismenya. Mereka mampu melakukan transformasi atau mendegradasi zat pencemar sebagai sumber energi dan untuk pertumbuhannya, yang disebut sebagai transformasi biotis atau biodegradasi. Beberapa kelompok mikroorganisme yang penting dalam kaitannya dengan mobilitas dan keberadaan zat pencemar, terutama zat organik, adalah sebagai berikut: Bakteri Merupakan kelompok mikroorganisme terpenting, dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: eubacteria, mycobacteria dan spirochetes Jamur Jamur menjadi penting karena mampu mengeluarkan suatu jenis enzim peroxidase, yaitu suatu enzim ekstraselular, yang dapat menghasilkan radikal hidroksil yang mampu merombak zat lignin (suatu zat polimer kompleks yang terdapat dalam bahan tanaman yang sangat sulit dirombak oleh enzim bakteri) dan zatzat lainnya. Salah satu sifat penting jamur lainnya adalah kemampuan untuk hidup dalam kisaran pH yang lebih luas bila dibandingkan dengan bakteri umumnya. Algae Algae, dalam hal ini ganggang biru hijau (Cyannobacteria), sering diklasifikasikan sebagai bakteri. Cyannobacteria hidup dengan baik pada lingkungan dimana cahaya dan kelembaban mencukupi. Mereka mempunyai peran yang penting pada tanah yang tergenang, dalam mengikat nitrogen dari udara dan melepaskan oksigen sebagai hasil asimilasi ke dalam air tanah. Protozoa Dari keempat kelompok diatas, kelompok pertama dan kedua mempunyai peran yang paling penting.

Resume Polusi Tanah dan Air Tanah (2012) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

5. 2. Metabolisme mikroorganisme 5. 2. 1. Sistem energi mikroorganisme Proses biologis terutama dilakukan oleh mikroba untuk memperoleh energi yang digunakan untuk hidup, bergerak, dan memperbanyak diri. Energi yang diperolehnya tersebut mungkin berasal dari energi fisik, seperti cahaya matahari ataupun dari penguraiaan zat kimia yang disebut sebagai substrat yang akan memberikan energi. Energi fisik atau kimiawi tersebut dikonversi menjadi energi yang dapat digunakan secara biologis dalam metabolisme mikroorgansime, dan disimpan di dalam sel. Mikroorganisme hidup dalam konsorsium sinergis ataupun soliter, dalam memanfaatkan zat organik atau zat lain sebagai substrat, menjadi produk akhir (proses mineralisasi) yang umumnya CO2 dan H2O. Suatu proses metabolisme mikroorganisme yang dilakukan oleh konsorsium mikroorganisme berakhir dengan mineralisasi. Produk aktivitas suatu konsorsium mikroorganisme, yaitu hasil degradasi, mungkin masih merupakan produk antara. Hal ini tergantung dari jenis mikroorganisme yang ada, sifat dari subtstrat, dan faktor lingkungan yang mendukungnya. 5. 2. 2. Reaksi redoks dalam proses metabolisme a. Akseptor elektron dan pendonor elektron Proses metabolisme pada prinsipnya merupakan proses redoks, yang dapat disebut juga sebagai proses biotransformasi atau biodegradasi zat organik. Zat organik atau zat lain yang berfungsi sebagai substrat digunakan sebagai sumber energi dan pertumbuhan, disebut sebagai electron donor, sedangkan energi yang diperoleh oleh mikroorganisme tersebut dapat dilepas atau digunakan untuk bereaksi dengan electron acceptor. Proses katabolisme sebagian besar adalah proses oksidasi. b. Phosphorilasi dan chemiosmoitis Reaksi penghasil energi oleh dan bagi mikroorganisme dapat dilakukan dengan dua mekanisme, yaitu: 1. Phosphorilasi pada tingkat sustrat Phosphorilasi pada tingkat substrat dilakukan oleh mikroorganisme yang tumbuh dan hidup tanpa kehadiran oksigen (anaerobik). 2. Proses chemiosmotik Proses chemiosmotic diusulkan oleh Mitchel (1996) yang menerangkan mekanisme transpor proton dan elektron melewati dinding sel yang bersifat sebagai membran. Teori ini menganggap bahwa ada gradien elektrokimia dalam bentuk gradien pH dan potensial elektris antara bagian luar membran

Resume Polusi Tanah dan Air Tanah (2012) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

sel dan bagian dalamnya, dan enzim ATPase yang mengkatalis reaksi tersebut berada dalam membran. c. Urutan penggunaan elektron penerima dalam reaksi redoks Adanya urutan reaksi akibat preferensi elektron akseptor dan termodinamika seperti di atas mengakibatkan dominasi mikroorganisme dalam lingkungan atau sistem tersebut. Mikroorganisme yang dominan adalah mereka yang mampu memanfaatkan substrat atau elektron akseptor yang menghasilkan atau mempunyai potensi menghasilkan energi yang paling besar. Bila oksigen telah hjabis, maka reduksi nitrat (denitrifikasi) akan memberikan energi yang paling besar, sehingga sistem disebut dalam kondisi denitrifikasi, kemudian disusul dengan reduksi sulfat, demikian seterusnya. Bila proses berjalan terus, karbondioksida akan menjadi elektron akseptor, dan prosesnya disebut sebagai metanogenesis. d. Reaksi generik degradasi senyawa organik Seringkali diperlukan suatu cara untuk memperkirakan jumlah akseptor elektron atau nutrien utama untuk mendegradasi suatu jumlah kontaminan tertentu. Pendekatan teoritis ini misalnya dilakukan terlebih dahulu dalam studi pendahuluan untuk memperbaiki kualitas tanah yang tercemar oleh kontaminan organik, dan juga digunakan untuk pertimbangan dalam biaya operasinya. Hal ini penting misalnya dalam rangka melakukan studi treatability dari kontaminan oleh mikroorganisme setempat (indigeneous microorganisms) atau mikroorganisme spesifik yang diinokulasikan. Metode prakiraan berdasarkan pendekatan stokiometrik berbasis reaksi redoks dapat dilakukan untuk keperluan tersebut. 5. 2. 3. Klasifikasi mikroorganisme Ditinjau dari sumber energi untuk melakukan metabolismenya, mikroorganisme dapat dibagi menjadi dua kategori sebagai berikut: Mikroorganisme phototrophs, yaitu mikroorganisme yang memperoleh energi untuk metabolismenya dari sinar matahari. Mikroorganisme chemotrophs, yaitu mikroorganisme yang memperoleh energi dari senyawa kimia. Mikroorganisme juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber karbon yang digunakannya, seperti: Mikroorganisme autototrophis, yaitu mikroorganisme yang menggunakan CO2 sebagai sumber utama karbon. Mikroorganisme heterotrophis, yaitu mikroorganisme yang memanfaatkan zat organik sebagai sumber karbon.

Resume Polusi Tanah dan Air Tanah (2012) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Selain itu, mikroorganisme juga dapat dikategorikan berdasarkan sumber elektron (elektron donor) dalam proses metabolismenya, yaitu: Mikroorganisme organotroph, yaitu mikroorganisme yang menggunakan zat organik sebagai elektron donor dalam proses metabolismenya. Mikroorganisme lithotroph, yaitu mikroorganisme yang menggunakan zat anorganik sebagai sumber elektron utama dalam proses metabolismenya. Suatu mikroorganisme mungkin termasuk dalam lebih dari satu kategori seperti disebutkan di atas. Mikroorganisme juga mempunyai beberapa cara dalam melakukan metabolismenya. Ditinjau dari proses metabolismenya, mikroorganisme dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: Mikroorganisme aerobik, yaitu mikroorganisme yang melakukan metabolisme dengan reaksi aerobik, yaitu reaksi yang terjadi dengan kehadiran molekul oksigen, dan molekul oksigen bertindak sebagai elektron akseptor. Mikroorganisme anaerobik, yaitu mikroorganisme yang melakukan metabolisme tanpa adanya molekul oksigen. Reaksi anaerobik dapat dikelompokkan menjadi proses respirasi anaerobik, fermentasi, dan fermentasi methan. Salah satu proses penting dari aktivitas mikroorganisme yang perlu diperhatikan adalah cometabolisme. Cometabolisme didefinisikan sebagai degradasi suatu senyawa atau komponen, yang terjadi bila ada senyawa organik lain yang berfungsi sebagai sumber energi utama (McCarty, 1987). Hal penting lain yang perlu diperhatikan dalam proses metabolisme adalah adanya kecenderungan untuk memilih dalam menggunakan substrat sebagai sumber energi. Kecenderungan untuk memilih (preferential substrate degradation) ini menyebabkan terjadinya urutan dalam proses degradasi. Umumnya substrat atau kontaminan yang mempunyai potensi memberikan atau melepas energi yang paling tinggi akan didegradasi terlebih dahulu. 5. 2. 4. Konsorsium mikroorganisme Mikroorganisme umumnya bekerja sama dalam suatu kelompok yang disebut sebagai konsorsium. Suatu kelompok atau konsorsium mikroorganisme diperlukan dan secara alamiah akan terjadi, karena secara sinergis mereka mempunyai kemampuan yang lebih untuk mendegradasi suatu senyawa organik. Hal ini berarti semakin memperbesar kemungkinan untuk memperoleh energi, dan bertahan hidup.

Resume Polusi Tanah dan Air Tanah (2012) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Beberapa keuntungan dari adanya konsorsium mikroorganisme antara lain: mereka dapat melakukan degradasi secara berurutan, konsorsium dapat menghasilkan (mensintesa) zat atau enzim yang dibutuhkan, konsorsium dapat meningkatkan laju degradasi substrat secara keseluruhan, konsorsium mikroorganisme dapat mempermudah oksidasi, karena dapat mencari jalur atau proses yang secara termodinamik paling mudah. 5. 2. 5. Enzim Proses biodegradasi terjadi karena adanya enzim yang dihasilkan oleh sel mikroorganisme dan berfungsi sebagai katalis dalam reaksi degradasi (penguraian) tersebut. Seperti telah diuraikan, peran enzim sangat penting bagi metabolisme mikroorganisme. Sebagai katalis, enzim mempunyai sifat umum katalis sebagai berikut: Enzim tersebut efektif dalam jumlah yang sangat sedikit. Enzim tidak berubah selama reaksi berlangsung. Enzim tidak mengubah kesetimbangan reaksi kimia. Umumnya enzim sangat spesifik dalam hal kemampuannya untuk mempercepat rekasi kimia. Produksi enzim dan juga penurunan efektivitas enzim dapat terhalang oleh adanya katabolit. Penurunan produksi dan efektivitas enzim terjadi bila metabolit dalam suatu tahapan reaksi menghalangi fungsi enzim dengan masih mengikat enzim dalam bentuk senyawa kompleks. Hal ini dapat dihindari dengan menyertakan mikroorganisme lain yang mengurangi akumulasi metabolit yang mengikat enzim tersebut. Fenomena alam seperti pengenceran yang terjadi akibat hujan misalnya, juga dapat mengurangi akumulasi metabolit dalam lingkungan tanah yang menghambat produksi dan efektivitas enzim tersebut. 5. 3. Reaksi penting yang dimediasi mikroorganisme 5. 3. 1. Reaksi transformasi biotis Dengan begitu banyaknya mikroorganisme yang hidup dalam tanah, maka reaksi biotis yang terjadi juga bervariasi. Beberapa reaksi penting yang terjadi akibat aktivitas mikroorganisme, baik sebagai upaya langsung dalam metabolisme, ataupun cometabolisme, antara lain adalah sebagai berikut:

Resume Polusi Tanah dan Air Tanah (2012) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Reaksi hidrolisa Hidrolisis merupakan reaksi sederhana, tetapi penting dalam proses biodegradasi. Hidrolisis terjadi karena perekahan atau pemutusan molekul organik dengan adanya air. Reaksi cleavage (pemecahan atau pemutusan rantai) Reaksi ini merupakan reaksi penting dimana suatu terminal karbon akan dipecah, atau dilepaskan dari rantai organiknya. Reaksi oksidasi reduksi Reaksi dehidrogenasi Yaitu reaksi oksidasi-reduksi dimana dua taom hidrogen dilepaskan. Reaksi dehidrohalogenasi Yaitu reaksi dimana halogen seperti khlorida, bromida atau fluorida dilepaskan dari molekul organiknya. Reaksi substitusi Reaksi substitusi merupakan suatu reaksi dimana suatu atom diganti oleh atom yang lain, reaksi ini dapat terjadi tanpa katalis enzim. 5. 3. 2. Jalur proses (pathway) dalam transformasi biotis Jalur reaksi atau pathway yang terjadi tentu tidak sama dengan yang terjadi pada debradasi glukosa. Mekanisme transformasi merupakan rekasi enzimatis dimana kaidah termodinamika juga ikut menentukan jalur reaksi. Selain itu, dominasi jenis mikroorganisme juga ditentukan oleh keberadaan elektron akseptor. Kecenderungan pemilihan elektron akseptor yang menghasilkan energi paling tinggi inilah yang dalam proses degradasi kontaminan akan menentukan jalur degradasi (pathway) dari suatu kontaminan. Di alam, proses menjadi lebih rumit karena keanekaragaman mikroorganisme yang ada lebih banyak. Keanekaragaman mikroorganisme tersebut, seperti keterlibatan jamur dan mungkin algae, juga turut menentukan jalur reaksi tersebut. Mekanisme degradasi dan jalur reaksi (pathway) dari senyawa organik telah banyak diketahui dan dipelajari. Pengetahuan mengenai hal ini terus berkembang dan dirasakan sangat bermanfaat dalam menangani masalah pencemaran lingkungan seperti pencemaran tanah dan air tanah. Hidrokarbon dan pestisida merupakan contoh pathway dari kontaminan yang telah dikenal secara luas.

Resume Polusi Tanah dan Air Tanah (2012) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

5. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses biologis dalam tanah Proses biologis dalam tanah dapat berlangsung dengan baik bila keempat faktor dalam proses tersebut mendukung. Keempat faktor tersebut adalah: Mikroorganisme sebagai pelaku; Substrat, dan nutrien (dalam hal ini sebagai kontaminan); Penerima elektron (electron acceptor); dan Faktor lingkungan 5. 4. 1. Mikroorganisme sebagai pelaku Keberadaan mikroorganisme dalam arti jumlah dan variasi mikrooorganisme jelas merupakan faktor utama dalam proses tersebut. Variasi mikroorganisme akan menentukan berhasil tidaknya suatu proses degradasi terjadi secara lengkap. Dalam suatu ekosistem mikroorganisme, mungkin akan ditemui suatu spesies dengan jumlah yang dominan, tetapi umumnya mereka akan bekerja sama dengan mikroorganisme lain. 5. 4. 2. Substrat dan nutrien Substrat diperlukan sebagai sumber energi dan sumber karbon untuk pertumbuhan dan perbanyakan sel. Selain substrat sebagai sumber energi dan pertumbuhan, mikroorganisme juga memerlukan nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan atau perbanyakan mereka. Mikroorganisme harus mendapat nutrien ini dari lingkungannya. Kebutuhan mikroorganisme akan nutrien ini kurang lebih sama dengan komposisi selnya yang terdiri dari 4 elemen utama, yaitu karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. 5. 4. 3. Penerima elektron (akseptor elektron) Semua reaksi transformasi biologis pada dasarnya merupakan reaksi oksidasi-reduksi yang melibatkan substrat teroksidasi (donor elektron) yang memerlukan akseptor elektron. Beberapa akseptor elektron yang penting yaitu: SO42-, NO3-, O2, CO2. 5. 4. 4. Faktor Lingkungan Lingkungan di mana mikroorganisme berada sangat mempengaruhi kehidupan mikroorganisme. Beberapa faktor lingkungan yang penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme adalah: a. Kelembaban tanah Kelembaban tanah merupakan variable yang sangat penting bagi kehidupan mikroorganisme dan apabila kelembabannya rendah, maka akan menghalangi aktivitas bakteri karena menghalangi gerakan sel dan reaksi metabolisme. Selain itu, kelembaban juga mempengaruhi transfer substrat atau

Resume Polusi Tanah dan Air Tanah (2012) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

kontaminan ke sel mikroorganisme, transfer gas, pergerakan mikroba, dan lainnya. Kelembaban tanah dengan kadar air kurang lebih 80% dari kapasitas lapang atau kurang lebih 15% kandungan air merupakan kondisi optimal bagi mikroorganisme. Nair dan Schnoor (1991) mengusulkan formula empirik untuk mengetahui pengaruh kadar air yaitu: k = ko(T-20) [O2] X fom/KO2[O2] b. Temperatur Pengaruh temperatur cukup nyata pada laju degradasi oleh mikroorganisme. Suatu pengikatan temperature sebesar 10oK dapat meningkatkan laju reaksi aktivitas mikroorganisme. Persamaan yang sering digunakan untuk memperkirakan perubahan temperature yaitu: k2 = k1 (T2-T1) Dimana k1 adalah konstanta laju degradasi orde pertama pada temperature T1, k2 adalah konstanta laju degradasi orde pertama untuk temperature T2. T1 dan T2 masing-masing adalah temperature dalam oC. c. pH tanah Aktivitas metabolisme mikroorganisme dipengaruhi oleh pH. Pentingnya pengaruh pH pada reaksi abiotis dan mempengaruhi transformasi biotis. Hampir semua mikroorganisme akan tumbuh baik pada pH yang mendekati normal. Kisaran pH yang umum bagi mikroorganisme untuk hidup cukup baik dalam tanah adalah sekitar 5 sampai 10. d. Kandungan garam dalam larutan air tanah Kadar garam terlarut seperti nutrien ataupun garam anorganik akan mempengaruhi tekanan osmotis dari larutan air tanah atau kelembaban yang ada. Kadar garam atau elektrolit akan berpengaruh pada mekanisme transpor elektron yang salah satu faktornya adalah gradien elektrokimia seperti pH dan muatan elektrostatis yang dipengaruhi oleh konsentarsi garam. 5. 5. Kinetika reaksi biotranformasi 5. 5. 1. Pertumbuhan mikroorganisme dalam sistem batch Dalam proses biodegradasi, pertumbuhan mikroorganisme sangat tergantung oleh waktu (time-dependent). Untuk mengukur laju pertumbuhan mikroorganisme tersebut dapat menggunakan sistem batch. Sistem batch terdiri dari tiga fase yang memperlihatkan aktivitas mikroorganisme. Fase-fase pertumbuhan mikroorganisme tersebut adalah fase lag, fase eksponensial, serta

Resume Polusi Tanah dan Air Tanah (2012) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

fase stasioner. Untuk lebih mengenal pertumbuhan mikroorganisme, perhatikan sistem batch pada gambar.

Gambar 1.

Tipikal kurva pertumbuhan mikroorganisme dalam sistem batch

Fase lag merupakan periode dimana mikroorganisme berusaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan substrat yang baru. Lama fase ini tergantung pada kemampuan mikroorganisme tersebut untuk menyesuaikan diri, dimana aktivitas metabolisme cukup tinggi. Setelah fase lag, fase pertumbuhan berikutnya adalah fase eksponensial dimana bakteri membelah diri secara aktif sampai substrat dan nutrien yang mendukung tidak lagi tersedia. Setelah substrat habis, maka pertumbuhan bakteri pun ikut berhenti. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mikroorganisme sangatlah bergantung pada substrat serta nutrien yang mendukungnya. 5. 5. 2. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap pertumbuhan a. Kinetika Monod Laju pertumbuhan mikroorganisme sangat bergantung pada ketersediaan substra. Semakin tinggi konsentrasi substrat, maka laju pertumbuhan mikroorganisme akan semakin tinggi sampai pada akhirnya mencapai nilai maksimum. Hal ini dirangkum dalam sebuah persamaan Monod, yaitu: = m Sb / (Ksb + Sb) Dimana dapat ditentukan konstanta laju pertumbuhan sel atau mikroorganisme maksimum, konstanta laju kematian biomassa rata-rata, biomassa yang aktif, serta koefisien pertumbuhan. Kinetika Monod digunakan untuk memperkirakan laju penguraian substrat dan laju pertumbuhan biomass dari mikroorganisme. b. Kontaminan yang berfungsi sebagai substrat sekunder Suatu kontaminan dikatakan sebagai substrat sekunder apabila kontaminan tersebut memiliki jumlah yang jauh lebih sedikit dari jumlah kontaminan lainnya. Dengan mengikuti prinsip kinetika Monod yang mengatakan bahwa semakin rendah substrat maka

Resume Polusi Tanah dan Air Tanah (2012) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

laju pertumbuhan mikroorganisme akan mengalami penurunan, maka dapat ditentukan konsentrasi substrat minimum dimana energi yang diperoleh tidak mampu lagi untuk menunjang sintesa sel. Kondisi substrat minimum tersebut merupakan substrat sekunder. c. Biofilm pada butir tanah Dalam beberapa kondisi, mikroorganisme dalam tanah akan membentuk lapisan biofilm pada permukaan butiran tanah. Konsentrasi suatu jenis substrat yang tinggi dalam tanah akan menunjang terbentuknya lapisan biofilm yang berfungsi sebagai substrat primer. 5. 6. Interaksi Mikroorganisme dengan Logam 5. 6. 1. Spesies logam dan bioavailability Logam merupakan komponen penyusun tanah secara alamiah. Walaupun beberapa sifat logam dapat menjadi racun bagi mikroorganisme, namun demikian pada tanah yang terkontaminaasi oleh logam dapat dilakukan proses remediasi yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Kaitan akan logam dan mikroorganisme dalam tanah sangatlah erat. Spesies logam dalam tanah dipengaruhi oleh potensial redoks, pH, serta kekuatan ion. Sementara mikroorganisme memiliki kemampuan untuk mengubah spesies logam dalam air maupun larutan tanah. Beberapa mikroorganisme mampu mereduksi logam sehingga logam akan terlarut dan pH menurun. Sementara bioavailability merupakan spesies logam yang terlarut dalam tanah. Jika semakin tinggi kelarutan suatu logam, maka tingkat racun logam tersebut terhadap mikroorganisme juga semakin tinggi. 5. 6. 2. Interaksi logam dengan mikroorganisme Berbagai proses interaksi logam dapat meningkatkan mobilitas logam ataupun dapat menghambat pergerakan logam di dalam tanah. Beberapa proses yang berperan dalam interaksi antara mikroorganisme dan logam dalam tanah diantaranya adalah oksidasi-reduksi, proses kompleksasi, serta metilasi. Mikroorganisme memiliki kemampuan untuk menurunkan bioavailable metal dengan cara mereduksi atau mengoksidasi logam. Interaksi antara mikroorganisme dan logam juga dapat terjai melalui proses kompleksasi. Kompleksasi metal oleh mikroorganisme khususnya bakteri tergantung oleh besar pH dan jenis logamnya. Interaksi selanjutnya adalah proses metilasi. Proses metilasi merupakan penambahan metal atau gugus alkil pada logam yang akan membentuk metal logam. Metilasi akan membentuk senyawa yang mudah menguap (volatile). Proses metilasi logam merupakan upaya mikroorganisme untuk mengurangi atau

Resume Polusi Tanah dan Air Tanah (2012) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

menghilangkan kadar racun dari logam tersebut. Karena melalui metilasi logam menjadi senyawa yang mudah menguap, maka jumlah logam akan dapat berkurang melalui volatilasi. Dengan berkurangnya jumlah logam, maka kadar toksisitas bagi mikroorganisme disekitarnya pun juga akan berkurang. 5. 7. Biosurfaktan atau Bioemulsifier Selain dapat menghasilkan enzim, biakan mikroorganisme juga membentuk surfaktan yang disebut dengan biosurfaktan. Fungsi biosurfaktan adalah dapat melarutkan hidrokarbon yang berguna sebagai sumber energi. Biosurfaktan juga berfungsi untuk meningkatkan bioavailability, serta membantu proses adhesi dan desorpsi. Biosurfaktan terdiri dari campuran yang kompleks atas protein, lipid, dan karbohidrat.

Resume Polusi Tanah dan Air Tanah (2012) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai