Disusun oleh:
Nama : Mardiana Putri Agustina
NIM : 155040201111300
Kelas :C
Gambar 2. Air tidak hanya bermanfaat untuk air minum, namun juga sumber
energi dan habitat bagi makhluk lain
Sumber: http://azizarsha.files.wordpress.com
4. Sumberdaya laut, dimana laut sebagai bagian besar dalam bumi juga
memiliki berbagai manfaat bagi manusia, diantaranya:
a. Sebagai sumber mineral, khususnya garam yang sangat dibutuhkan
manusia
b. Senbagai sarana transportasi antar pulau maupun antar negara
c. Sebagai tempat rekreasi, penelitian, dan pendidikan yang bermanfaat
bagi manusia.
Sungai Brantas merupakan salah satu sungai yang berperan penting bagi
masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Timur. Keberadaan Kali Brantas diakui
sangat vital oleh masyarakat karena merupakan pemasok bahan baku air terbesar
untuk PDAM Kota Surabaya dan Malang. Wilayah administratif yang masuk di
DAS Brantas meliputi kabupaten Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Kediri,
Nganjuk, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, kota Batu, kota Malang, kota Blitar, kota
Kediri, kota Mojokerto dan kota Surabaya.
DAS Brantas terdiri dari beberapa sub DAS, dimana area di Kota Malang
masih berada dalam wilayah sub DAS Brantas terutama DAS daerah hulu.
Sebagai daerah hulu, aktivitas yang ada di daerah ini akan mempengaruhi kondisi
lingkungan di sekitarnya, termasuk kondisi sungai pada objek pengamatan.
Dengan adanya pemukiman padat penduduk dan lokasi objek pengamatan yang
berdekatan dengan perumahan yang mulai padat dan terus mengalami
pembangunan menyebabkan berbagai dampak. Dampak yang ditimbulkan dari
aktivitas rumah tangga serta penduduk yang kurang sadar akan kondisi lingkungan
ini menyebabkan masalah baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak
dari berkembangnya kawasan pemukiman di sekitar sungai (objek pengamatan)
tersebut yang terlihat secara langsung pada daerah hulu yaitu adanya
penumpukan sampah, baik sampah rumah tangga maupun sampah jenis lain pada
sungai, termasuk pada bangunan pintu sungai. Adapun sampah yang ada tersebut
telah menyumbat beberapa titik atau spot di area sungai tersebut. Dengan adanya
sampah yang tidak terurai serta tidak ditangani dengan baik, dapat mengakibatkan
terganggunya aliran air sungai yang dimanfaatkan masyarakat dan petani sekitar
untuk pengairan lahan pertanian. Menurut Yetti et all (2011) kualitas air sungai di
kawasan DAS Brantas Hulu Malang telah mengalami penurunan terutama
disebabkan oleh sampah. Semakin menurunnya kesadaran masyarakat untuk
menjaga lingkungan terutama kondisi sungai di kawasan DAS Brantas Hulu di
Malang selain kualitas air yang buruk juga dapat menyebabkan dampak-dampak
lain termasuk dalam kegiatan pertanian masyarakat di sekiitar sungai. Menurut
Indrawati (2011) adanya sampah pada sungai dapat memberikan dampak berupa
kerusakan dalam sistem pengairan yang mana dapat penyebabkan pencemaran
air serta menyebabkan pencemaran pada lahan pertanian di sekitarnya melalui
saluran irigasi. Adanya air yang tercemar tentu memberikan dampak-dampak lain
yang secara tidak langsung dapat merugikan berbagai pihak yang ada di wilayah
objek pengamatan tersebut.
Aktivitas pada suatu daerah hulu sangat mempengaruhi tentang apa yang
akan terjadi pada daerah hilir. Adanya kawasan pemukiman padat penduduk dan
adanya pembangunan perumahan di hampir sepanjang aliran sungai yang
dijadikan sebagai objek pengamatan dapat mengakibatkan tidak hanya masalah
pada daerah hulu, namun lebih dari itu, wilayah hilir juga akan mendapatkan
dampak dari berbagai masalah yang ada. Adanya sampah yang telah menyumbat
pintu sungai serta menumpuk pada area sungai dapat mengakibatkan masalah
ketika volume hujan yang terjadi besar. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
berbagai masalah di daerah hilir, seperti terjadinya banjir, erosi, sedimentasi
bahkan tanah longsor di bagian hilir sungai. Hal serupa juga diungkapkan oleh
Clark (1996) dalam Suganda (2011) yang mengatakan bahwa polusi yang berasal
dari sumber-sumber industri (sampah industri), domestik (rumah tangga dan
sampah keras), pertanian (aliran atas bahan-bahan pestisida dan pupuk) dan
sumber-sumber lain dapat mengakibatkan berbagai maslah pada daerah hulu dan
hilir. Selain itu konflik pengggunaan lahan akibat padatnya pemukiman serta
pembangunan perumahan rakyat yang terus terjadi dengan pemvapingan
permukaan tanah pada daerah hulu sungai dapat menyebabkan polusi yang
sangat tinggi di sepanjang DAS. Adanya perumahan dan pemukiman di sekitar
sungai membutuhkan kesadaran yang tinggi pada masyarakat untuk menjaga
kondisi di sekitarnya, terutama dalam pembuangan sampah rumah tangga
(domestik).
Adanya alih fungsi lahan menjadi lahan pertanian maupun non pertanian
sering menimbulkan berbagai masalah lingkungan terutama pada daerah aliran
sungai (DAS). Konservasi dan preservasi terhadap hutan untuk dijadikan daerah
pemukiman atau untuk tujuan-tujuan komersial lainnya menyebabkan timbulnya
dampak-dampak negatif lain jika kurangnya pengelolaan, pengawasan, serta
monitoring yang baik dari berbagai stakeholder yang terlibat. Suganda (2011)
menambahkan bahwa rusaknya suatu kehidupan dan kepemilikan karena banjir
yang terjadi di kawasan hilir disebabkan oleh kerusakan dan kurangnya
pengelolaan sampah di kawasan hulu. Adanya sampah yang menyumbat pintu
sungai menyebabkan fungsi pintu sungai menjadi terganggu dan aliran air pada
beberapa titik terganggu. Hal ini mengakibatkan air tidak akan merata ketika
musim kemarau dan akan mendominasi ketika musim hujan. Selain adanya
perubahan penggunaan lahan di kawasan hulu, pada kawasan hilir terjadi
perubahan berupa perubahan lahan irigasi dan persawahan untuk kepentingan
ekonomi. Adanya eksploitasi lingkungan yang terjadi baik pada kawasan hulu dan
kawasan hilir akibat pembangunan permukiman ini mengakibatkan berbagai
masalah kebersihan dan sampah yang dapat mengganggu fungsi sungai. Dengan
adanya sampah yang menumpuk serta menyumbat pintu sungai, maka ketika
musim hujan dengan intensitas besar terus terjadi akan menyebabkan debit sungai
naik sehingga dapat menimbulkan banjir di kawasan hilir karena air yang berasal
dari kawasan hulu datang dengan volume yang besar (Kompas, 2009).
Menurut Arsyad dan Rustiadi (2008) alih fungsi lahan atau konversi lahan
merupakan konsekuensi logis dari peningkatan aktivitas dan jumlah penduduk
serta proses pembangunan lainnya. Konversi lahan pada tahap tertentu wajar
terjadi, namun pada sisi lain jika tidak dikendalikan maka akan semakin
bermasalah karena umumnya alih fungsi terjadi di atas lahan pertanian yang masih
produktif. Adanya konversi lahan juga mengakibatkan terganggunya fungsi sungai
sebagai sumber pengairan pada lahan pertanian yang ada di sekitarnya. Hal ini
tentunya juga mempengaruhi kesejahteraan petani yang ada di wilayah tersebut.
Terganggunya aliran irigasi yang ada di lahan pertanian akan mengganggu suplai
air menuju lahan petak-petak lahan, sehingga mempengaruhi kualitas dan
kuantitas produksi komoditas pertanian secara tidak langsug. Meskipun seringkali
dampak tersebut tidak dirasakan oleh petani.
Kegiatan alih fungsi lahan atau konversi lahan menjadi lahan non pertanian
terutama untuk perumahan mengakibatkan meunculnya berbagai masalah
lingkungan terutama pada kawasan sungai. Banyaknya sampah-sampah rumah
tangga seperti sampah plastik, kertas, diterjen dan tinja yang menyebabkan
kualitas air turun dan penyumbatan pada pintu sungai sehingga mempengaruhi
distribusinya ke saluran-saluran irigasi (pencemaran air). Kegiatan alih fungsi
lahan yang terjadi mengakibatkan berbagai kondisi lingkungan yang juga
dipengaruhi faktor alam serta buatan saling berkaitan. Dengan adanya proses –
proses seperti hidrologi yang terus berlangsung, adanya gangguan atau
perubahan pada kondisi asal mengakibatkan berbagai masalah yang jika tidak
dikendalikan dapat menimbulkan dampak yang lebih besar dan lebih merugikan
bagi manusia. Berikut pola pikir terkait kondisi yang mempengaruhi suatu kawasan
hulu dan hilir sungai :
Kondisi:
Hidrologi (Hujan), Geografi, Sampah di
perairan, vegetasi penutup lahan dan
aktivitas manusia
- Perubahan sosial
- Perubahan tata guna lahan
- Perubahan hidrologi
- Gangguan aliran air
2. Hak dan kewajiban dalam pengelolaan DAS yang meliputi hak setiap orang
untuk mengelola sumber daya air dengan memperhatikan kewajiban melindungi,
menjaga dan memelihara kelestarian daerah aliran sungai.
Pengelolaan DAS juga dapat dimulai melalui hal yang sering dianggap
sepele, yaitu melalui pengelolaan sampah. Dimana pada objek pengamatan,
sampah merupakan salah satu dampak yang terlihat secara langsung akibat
adanya pembangunan perumahan serta pemukiman padat penduduk yang ada
disepanjang sungai. Dari permasalahan tersebut, dapat dilakukan alternatif
pemecahan masalah melalui Pengelolaan Sampah Terpadu. Sampah yang
dibiarkan menggenang pada perairan sungai serta aliran sungai tentu akan
mengganggu aliran sungai menuju lahan – lahan pertanian, mengganggu aliran
sungai, mencemari sungai, menimbulkan pencemaran air dan udara jika
menimbulkan bau, serta mengurangi estetika. Oleh karenanya dibutuhkan
pengeloloaan sampah yang baik yang dapat dilakukan melalui pengelolaan
sampah terpadu. Pengelolaan sampah terpadu juga memerlukan koordinasi
diantara berbagai pihak yang terlibat di dalamnya, baik dinas pemerintahan kota
dan daerah serta peran aktif dari masyarakat untuk mau meningkatkan kesadaran
akan bahaya membuang sampah sembarangan mengingat tempat tinggal mereka
yang berada di dekat aliran sungai.
Dampak dari adanya perumahan dan pemukiman yang ada di dekat aliran
sungai juga menyebabkan terjadinya penumpukan sampah terutama pada bagian
pintu sungai atau division boxes. Adanya sampah yang terlihat menutupi pintu
sungai tentu juga akan mengganggu fungsi bagian pintu sungai dalam mengatur
dan membagi air pada aliran di bawahnya. Oleh karenanya, manajemen DAS juga
dapat dilakukan melalui peningkatan kepedulian masyarakat terutama masyarakat
yang berada di sekitar pintu sungai. Aktivitas manusia yang ada di sekitarnya
seringkali tidak memperhatikan kebersihan dan kondisi lingkungan yang nantinya
juga bermanfaat untuk keberlanjutan dan kenyamanan hidup seluruh lapisan
masyarakat baik di kawasan hulu maupun hilir. Kegiatan pembersihan saluran di
sekitar pintu atau boks dapat dilakukan untuk meminimalisir menumpukan sampah
pada titik tersebut. Pembersihan pintu atau bokx secara berkala dapat dilakukan
pada saat pengoperasian pintu bagi atau pintu sadap. Hal ini dilakukan untuk
memperlancar aliran air agar tidak ada sampah yang menghalangi di pintu bagi
atau bagi sadap, dan tidak ada sampah yang terbawa ke saluran sekunder atau
tersier. Pembersihan pada saat kerja bakti dapat dilakukan sewaktu-waktu di
lokasi sesuai hasil koordinasi antar masyarakat di daerah tersebut.
BAB 5
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Upaya pengelolaan DAS terpadu tidak akan berjalan tanpa peran pihak
terkait baik itu pemerintah pusat, pemerintah daerah, petani, dan masyarakat
harus memiliki kesadaran akan bahayanya serta pentingnya menjaga kelestarian
dari hutan dan komponennya untuk tetap mempertahankan fungsi lingkungan.
Oleh karenanya untuk mengelolaan DAS Terpadu dibutuhkan kerjasama,
koordinasi, sinergi, integrasi, dan singkronisasi dari berbagai stakeholder yang
terlibat di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA