Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KULIAH

MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI


Berkembangnya Kawasan Pemukiman di Kawasan
Resapan dan Masalah Sampah di Perairan DAS Brantas di
Kota Malang

Dosen Pengampu: Ir. Didik Suprayogo, M.Sc.,Ph.D.

Disusun oleh:
Nama : Mardiana Putri Agustina
NIM : 155040201111300
Kelas :C

MINAT MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
BAB 1
Potensi dan Manfaat Sumberdaya Alam bagi Masyarakat

Sumberdaya alam merupakan segala sumber persediaan yang secara


potensial dapat dimanfaatkan atau didayagunakan (Sulistyowati, dkk, 2005).
Sumberdaya alam terdiri atas sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam non
hayati dan sumberdaya buatan. Sumberdaya alam mempunyai peranan cukup
penting bagi kehidupan manusia (Hidayat, 2011). Bagi berbagai komunitas di
Indonesia, sumberdaya alam bukan hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga nilai
atau makna sosial, budaya dan politik. Sumberdaya alam turut berperan penting
dalam pembentukan peradaban pada kehidupan manusia, sehingga setiap
budaya dan etnis memiliki konsepsi dan pandangan dunia tersendiri tentang
penguasaan dan pengelolaan dari sumberdaya alam. Sumberdaya alam sebagai
suatu berkah yang telah ada di bumi yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
serta mensejahterakan kehidupan manusia sangat membantu keberlansungan
manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak potensi dari sumberdaya alam
yang bisa dimanfaatkan dan menjadi salah satu penunjang kehidupan manusia.
Dalam berbagai aspek kehidupan, potensi sumberdaya alam selalu ada
disekeliling manusia. Pada dasarnya, potensi dari sumberdaya alam yang bisa
didapatkan dan dimanfaatkan diantaranya adalah potensi sumber daya air,
sumber daya darat dan bagian dalam bumi.

Potensi sumberdaya laut yang melimpah dapat dimanfaatkan manusia


untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sumber daya air tidak hanya mencakup
ikan laut, namun juga kekayaan biota laut serta pengairan yang ada di suatu
wilayah yang mampu menghidupi keberlangsungan hidup manusia. Sedangkan
sumberdaya darat sangat bervariasi dan melimpah yang mampu menunjang
kehidupan manusia. Salah satu sumberdaya darat yang memiliki potensi untuk
dimanfaatkan manusia adalah hutan. Menurut Sulistyowati, dkk (2005) hampir
50% kebutuhan yang menunjang kehidupan manusia berasal dari hutan.
Sumberdaya bagian dalam bumi juga sangat berguna untuk kehidupan serta
kesejahteraan manusia. Adapun sumberdaya bagian dalam bumi yang sangat
mempengaruhi kelangsungan hidup manusia seperti minyak bumi, batu bara dan
gas bumi.

Sumberdaya alam tersebut memiliki manfaat yang sangat besar bagi


manusia. Berbagai potensi sumberdaya alam tersebut memiliki fungsinya
tersendiri dalam mendukung keberlanjutan kehidupan manusia. Menurut Setiawan
(2005) manfaat dari masing-masing sumberdaya alam tersebut adalah:
1. Sumberdaya hutan, dimana memiliki berbagai manfaat bagi manusia,
diantaranya:
a. Sumber pangan dan obat-obatan pada masa ini dan masa yang akan
datang
b. Melindungi tanah dari erosi dan berbagai kerusakan lainnya
c. Sebagai habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna
d. Sebagai pengaturan tata air, sehingga tidak semua air hujan mengalir
sebagai air limpasan namun juga masuk ke dalam tanah untuk menjaga
kebutuhan air
e. Sebagai pengatur keadaan iklim
f. Fungsi ilmiah, edukatif, serta fungsi rekreasi.
Gambar 1. Sumberdaya hutan yang memiliki berbagai fungsi
Sumber: http://fithraw.files.wordpress.com

2. Sumberdaya air, memiliki manfaat besar dalam kehidupan manusia serta


makhluk hidup lainnya, yaitu:
a. Dalam kehidupan manusia untuk memenuhi air minum, mandi dan
mencuci
b. Sebagai prasarana transportasi
c. Sebagai bahan pendingin mesin, baik pada kendaraan bermotor
maupun mesin-mesin pabrik sehingga secara tidak langsung juga
bermanfaat untuk kegiatan manusia.

Gambar 2. Air tidak hanya bermanfaat untuk air minum, namun juga sumber
energi dan habitat bagi makhluk lain
Sumber: http://azizarsha.files.wordpress.com

3. Sumberdaya tanah, dimana tanah merupakan bagian bumi yang sangat


berkaitan erat dengan kegiatan manusia, manfaatnya bagi manusia
diantaranya;
a. Sebagai tempat pemukiman, terutama tanah-tanah di daerah datar
atau dataran rendah
b. Sebagai tempat untuk lahan pertanian dan kehutanan yang sangat
bermanfaat bagi manusia
c. Sebagai bahan mentah industri (pembuatan genteng, keramik, dan
lain-lain)
Gambar 3. Sumberdaya tanah
Sumber: http://i.ehow.com

4. Sumberdaya laut, dimana laut sebagai bagian besar dalam bumi juga
memiliki berbagai manfaat bagi manusia, diantaranya:
a. Sebagai sumber mineral, khususnya garam yang sangat dibutuhkan
manusia
b. Senbagai sarana transportasi antar pulau maupun antar negara
c. Sebagai tempat rekreasi, penelitian, dan pendidikan yang bermanfaat
bagi manusia.

Gambar 4. Sumberdaya laut


Sumber: photobucket.com

5. Sumberdaya mineral, dimana sumberdaya ini telah banyak menjadi


sumber pendapatan dari masyarakat. Sumberdaya alam mineral memiliki
manfaat sebagai berikut:
a. Sumber energi baik berupa gas bumi, minyak bumi dan batu bara
b. Sebagai bahan berbagai jenis industri
c. Sebagai bahan untuk menunjang kehidupan manusia, seperti untuk
bahan konstruksi.
Gambar 5. Sumberdaya mineral
Sumber: http://abc.net
BAB 2
Permasalahan Gangguan Fungsi DAS

2.1. Fakta Lapangan Gangguan Ekosistem DAS

Sungai Brantas merupakan salah satu sungai yang berperan penting bagi
masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Timur. Keberadaan Kali Brantas diakui
sangat vital oleh masyarakat karena merupakan pemasok bahan baku air terbesar
untuk PDAM Kota Surabaya dan Malang. Wilayah administratif yang masuk di
DAS Brantas meliputi kabupaten Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Kediri,
Nganjuk, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, kota Batu, kota Malang, kota Blitar, kota
Kediri, kota Mojokerto dan kota Surabaya.

Gambar 6. Peta Sub DAS SWP Brantas


Sumber: http://sipdas.menlhk.go.id/documents/346

Berdasarkan lokasi observasi yang dilakukan di sungai di Jalan Ikan


Tombro, Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang didapatkan fakta
lapang bahwa pada objek pengamatan berupa sungai pada daerah disekitarnya
telah mengalami perubahan, dimana pada daerah sisi Timur sungai telah
digunakan sebagai pemukiman masyarakat yang padat, serta terdapat perumahan
yaitu Golden Residence dan perumahan lain yang berada di dekat pemukiman
masyarakat. Selain berada disampung bangunan perumahan, di sepanjang sisi
sungai juga terdapat lahan pertanian yang ketika dilakukan observasi, lahan
tersebut digunakan untuk menanam padi sawah. Objek pengamatan / observasi
juga didapatkan fakta bahwa sungai tersebut banyak terdapat sampah, terutama
sampah domestik yang berasal dari rumah tangga, baik sampah plastik maupun
sampah rumah tangga lainnya. Sampah yang terdapat pada sungai tersebut juga
memenuhi bagian bangunan sungai yaitu pada bagian pintu sungai. Sampah-
sampah terutama sampah rumah tangga ini menumpuk pada beberapa spot di
area sungai yang di amati. Selain adanya sampah pada sungai itu, terlihat juga
bahwa arus aliran air pada sungai tersebut tenang, hal ini terlihat dari kondisi air
yang tidak banyak bergerak menuju daerah yang lebih rendah.

Gambar 7. Kondisi Sungai dan Sekitarnya sebagai Lokasi Pengamatan

2.2. Dampak Masalah terhadap Masyarakat dan Petani di Daerah Hulu

DAS Brantas terdiri dari beberapa sub DAS, dimana area di Kota Malang
masih berada dalam wilayah sub DAS Brantas terutama DAS daerah hulu.
Sebagai daerah hulu, aktivitas yang ada di daerah ini akan mempengaruhi kondisi
lingkungan di sekitarnya, termasuk kondisi sungai pada objek pengamatan.
Dengan adanya pemukiman padat penduduk dan lokasi objek pengamatan yang
berdekatan dengan perumahan yang mulai padat dan terus mengalami
pembangunan menyebabkan berbagai dampak. Dampak yang ditimbulkan dari
aktivitas rumah tangga serta penduduk yang kurang sadar akan kondisi lingkungan
ini menyebabkan masalah baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak
dari berkembangnya kawasan pemukiman di sekitar sungai (objek pengamatan)
tersebut yang terlihat secara langsung pada daerah hulu yaitu adanya
penumpukan sampah, baik sampah rumah tangga maupun sampah jenis lain pada
sungai, termasuk pada bangunan pintu sungai. Adapun sampah yang ada tersebut
telah menyumbat beberapa titik atau spot di area sungai tersebut. Dengan adanya
sampah yang tidak terurai serta tidak ditangani dengan baik, dapat mengakibatkan
terganggunya aliran air sungai yang dimanfaatkan masyarakat dan petani sekitar
untuk pengairan lahan pertanian. Menurut Yetti et all (2011) kualitas air sungai di
kawasan DAS Brantas Hulu Malang telah mengalami penurunan terutama
disebabkan oleh sampah. Semakin menurunnya kesadaran masyarakat untuk
menjaga lingkungan terutama kondisi sungai di kawasan DAS Brantas Hulu di
Malang selain kualitas air yang buruk juga dapat menyebabkan dampak-dampak
lain termasuk dalam kegiatan pertanian masyarakat di sekiitar sungai. Menurut
Indrawati (2011) adanya sampah pada sungai dapat memberikan dampak berupa
kerusakan dalam sistem pengairan yang mana dapat penyebabkan pencemaran
air serta menyebabkan pencemaran pada lahan pertanian di sekitarnya melalui
saluran irigasi. Adanya air yang tercemar tentu memberikan dampak-dampak lain
yang secara tidak langsung dapat merugikan berbagai pihak yang ada di wilayah
objek pengamatan tersebut.

Gambar 8. Dampak adanya pemukiman dan pembangunan perumahan di


sekitar sungai (sampah di perairan sungai)
2.3. Dampak masalah terhadap masyarakat daerah hilir DAS

Aktivitas pada suatu daerah hulu sangat mempengaruhi tentang apa yang
akan terjadi pada daerah hilir. Adanya kawasan pemukiman padat penduduk dan
adanya pembangunan perumahan di hampir sepanjang aliran sungai yang
dijadikan sebagai objek pengamatan dapat mengakibatkan tidak hanya masalah
pada daerah hulu, namun lebih dari itu, wilayah hilir juga akan mendapatkan
dampak dari berbagai masalah yang ada. Adanya sampah yang telah menyumbat
pintu sungai serta menumpuk pada area sungai dapat mengakibatkan masalah
ketika volume hujan yang terjadi besar. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
berbagai masalah di daerah hilir, seperti terjadinya banjir, erosi, sedimentasi
bahkan tanah longsor di bagian hilir sungai. Hal serupa juga diungkapkan oleh
Clark (1996) dalam Suganda (2011) yang mengatakan bahwa polusi yang berasal
dari sumber-sumber industri (sampah industri), domestik (rumah tangga dan
sampah keras), pertanian (aliran atas bahan-bahan pestisida dan pupuk) dan
sumber-sumber lain dapat mengakibatkan berbagai maslah pada daerah hulu dan
hilir. Selain itu konflik pengggunaan lahan akibat padatnya pemukiman serta
pembangunan perumahan rakyat yang terus terjadi dengan pemvapingan
permukaan tanah pada daerah hulu sungai dapat menyebabkan polusi yang
sangat tinggi di sepanjang DAS. Adanya perumahan dan pemukiman di sekitar
sungai membutuhkan kesadaran yang tinggi pada masyarakat untuk menjaga
kondisi di sekitarnya, terutama dalam pembuangan sampah rumah tangga
(domestik).

Adanya alih fungsi lahan menjadi lahan pertanian maupun non pertanian
sering menimbulkan berbagai masalah lingkungan terutama pada daerah aliran
sungai (DAS). Konservasi dan preservasi terhadap hutan untuk dijadikan daerah
pemukiman atau untuk tujuan-tujuan komersial lainnya menyebabkan timbulnya
dampak-dampak negatif lain jika kurangnya pengelolaan, pengawasan, serta
monitoring yang baik dari berbagai stakeholder yang terlibat. Suganda (2011)
menambahkan bahwa rusaknya suatu kehidupan dan kepemilikan karena banjir
yang terjadi di kawasan hilir disebabkan oleh kerusakan dan kurangnya
pengelolaan sampah di kawasan hulu. Adanya sampah yang menyumbat pintu
sungai menyebabkan fungsi pintu sungai menjadi terganggu dan aliran air pada
beberapa titik terganggu. Hal ini mengakibatkan air tidak akan merata ketika
musim kemarau dan akan mendominasi ketika musim hujan. Selain adanya
perubahan penggunaan lahan di kawasan hulu, pada kawasan hilir terjadi
perubahan berupa perubahan lahan irigasi dan persawahan untuk kepentingan
ekonomi. Adanya eksploitasi lingkungan yang terjadi baik pada kawasan hulu dan
kawasan hilir akibat pembangunan permukiman ini mengakibatkan berbagai
masalah kebersihan dan sampah yang dapat mengganggu fungsi sungai. Dengan
adanya sampah yang menumpuk serta menyumbat pintu sungai, maka ketika
musim hujan dengan intensitas besar terus terjadi akan menyebabkan debit sungai
naik sehingga dapat menimbulkan banjir di kawasan hilir karena air yang berasal
dari kawasan hulu datang dengan volume yang besar (Kompas, 2009).

2.4. Analisis Akar Masalah Secara Komperhensif

Kemajuan perekonomian serta kehidupan yang banyak terjadi di daerah


perkotaan lebih cepat dibandingkan daerah pedesaan yang aksesnya lebih jauh
dan berbeda. Permasalahan yang umum dihadapi oleh berbagai kota besar di
Indonesia termasuk kota Malang adalah pertumbuhan jumlah penduduk perkotaan
yang tinggi. Ditambah adanya pendatang dari luar daerah yang menetap di Malang
baik untuk tujuan studi maupun untuk menetap di Malang. Adanya kondisi seperti
ada disebabkan pertumbuhan penduduk alamiah dan faktor urbanisasi. Kedua
faktor penyebab ini pada akhirnya berdampak lahirnya berbagai persoalan di
perkotaan seperti kurangnya ruang untuk kebutuhan perumahan. Wilayah yang
sebelumnya berupa kawasan hutan banyak mengalami alih fungsi lahan dengan
adanya pembukaan lahan menjadi lahan pertanian maupun non pertanian,
terutama untuk pemukiman dan perumahan.

Dampak yang selalu melekat dari meningkatnya kebutuhan akan ruang di


daerah perkotaan adalah tingginya permintaan lahan, terutama untuk kebutuhan
papan. Namun kenyataannya, penyediaan lahan di pusat kota semakin terbatas
dengan tingginya penambahan jumlah penduduk, serta mahalnya lahan maupun
tanah di daerah perkotaan sehingga tidak semua lapisan masyarakat dapat
mengaksesnya. Hal ini mengakibatkan perkembangan perkotaan yang semakin
meningkat menyebabkannya merambah dengan penggunaan wilayah pinggiran
perkotaan yang masih alami dan lebih murah (Prihatin, 2015). Prihatin (2015) juga
menambahkan bahwa secara umum, setiap pertambahan jumlah penduduk akan
disertai dnegan adanya tuntutan akan pertambahan kebutuhan dasar baik
sandang, pangan dan papan. Kebutuhan akan pangan dan sandang biasanya
berasal dari produksi pertanian, sedangkan kebutuhan bahan perumahan
umumnya berasal dari sumberdaya alam.

Menurut Arsyad dan Rustiadi (2008) alih fungsi lahan atau konversi lahan
merupakan konsekuensi logis dari peningkatan aktivitas dan jumlah penduduk
serta proses pembangunan lainnya. Konversi lahan pada tahap tertentu wajar
terjadi, namun pada sisi lain jika tidak dikendalikan maka akan semakin
bermasalah karena umumnya alih fungsi terjadi di atas lahan pertanian yang masih
produktif. Adanya konversi lahan juga mengakibatkan terganggunya fungsi sungai
sebagai sumber pengairan pada lahan pertanian yang ada di sekitarnya. Hal ini
tentunya juga mempengaruhi kesejahteraan petani yang ada di wilayah tersebut.
Terganggunya aliran irigasi yang ada di lahan pertanian akan mengganggu suplai
air menuju lahan petak-petak lahan, sehingga mempengaruhi kualitas dan
kuantitas produksi komoditas pertanian secara tidak langsug. Meskipun seringkali
dampak tersebut tidak dirasakan oleh petani.

Munculnya kawasan pemukiman maupun perumahan di pinggiran


perkotaan yang mana umumnya merupakan daerah yang dekat dengan aliran
sungai seringkali menjadi sumber masalah terutama masalah lingkungan. Aktivitas
masyarakat yang ada di sekitar sungai menyebabkan meningkatnya masalah
sampah yang ada di aliran sungai. Akibatnya banyak sekarang ini di daerah
pinggiran sungai mengalami masalah sampah yang mengakibatkan terganggunya
fungsi sungai. Pencemaran sungai oleh sampah-sampah rumah tangga maupun
sampah lainnya ini mengakibatkan berbagai masalah lingkungan baik di kawasan
hulu maupun hilir. Aliran air yang terganggu pada daerah hulu sungai, memberikan
dampak yang lebih besar pada kawasan hilir.
BAB 3
Tinjauan Pustaka

Kegiatan alih fungsi lahan atau konversi lahan menjadi lahan non pertanian
terutama untuk perumahan mengakibatkan meunculnya berbagai masalah
lingkungan terutama pada kawasan sungai. Banyaknya sampah-sampah rumah
tangga seperti sampah plastik, kertas, diterjen dan tinja yang menyebabkan
kualitas air turun dan penyumbatan pada pintu sungai sehingga mempengaruhi
distribusinya ke saluran-saluran irigasi (pencemaran air). Kegiatan alih fungsi
lahan yang terjadi mengakibatkan berbagai kondisi lingkungan yang juga
dipengaruhi faktor alam serta buatan saling berkaitan. Dengan adanya proses –
proses seperti hidrologi yang terus berlangsung, adanya gangguan atau
perubahan pada kondisi asal mengakibatkan berbagai masalah yang jika tidak
dikendalikan dapat menimbulkan dampak yang lebih besar dan lebih merugikan
bagi manusia. Berikut pola pikir terkait kondisi yang mempengaruhi suatu kawasan
hulu dan hilir sungai :

Kondisi:
Hidrologi (Hujan), Geografi, Sampah di
perairan, vegetasi penutup lahan dan
aktivitas manusia

- Perubahan sosial
- Perubahan tata guna lahan
- Perubahan hidrologi
- Gangguan aliran air

Berdasarkan pola tersebut dibutuhkan suatu alternatif untuk penyelesaian


masalah-masalah lingkungan yang umumnya terjadi akibat adanya alih fungsi
lahan atau konversi lahan, dimana dampak yang sering dirasakan oleh masyarakat
adalah adanya daerah genangan serta masalah banjir pada musim hujan. Sudarto
(2009) menjelaskan bahwa suatu masalah yang terjadi di DAS perlu adanya
alternatif penyelesaian yang menyeluruh dalam mengatasi masalah tersebut, baik
di kawasan hulu maupun kawasan hilir DAS. Dimana hal ini berarti pada kawasan
hulu diperlukan kearifan dalam pemanfaatan lingkungan dalam menunjang
kependingan manusia, sehingga dapat menghindari terjadinya pencemarin
lingkungan dan air, erosi, tanah longsor maupun kelangkaan air, sedangkan pada
kawasan hilir diperlukan suatu perencanaan dan pembangunan yang matang
dalam penataan tata ruangnya dengan konsep perencanaan dan pembangunan
yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (sustainable). Dari hal tersebut
diharapakan mampu menciptakan lingkungan DAS yang baik sehingga dapat
meminimalkan dampak dari adanya permasalahan alih fungsi lahan yang saat ini
banyak terjadi. Perencanaan untuk menciptakan kondisi yang baik pada kawasan
hulu dan hilir ini tentu juga membutuhkan koordinasi yang melibatkan seluruh
stakeholder dalam menangani mitigasi bencana serta didapatkan kelengkapan
dari data-data aktual dan informatif untuk penyelesaian permasalahan lingkungan,
terutama masalah yang mempengaruhi fungsi sungai dan alirannya.

Adanya risiko banjir, terutama di daerah hilir merupakan suatu masalah


yang sering menjadikan aktivitas manusia terkendala. Suganda (2009)
menjelaskan bahwa untuk mengatasi permasalahan banjir di sungai perlu
dilakukan suatu identifikasi dari berbagai permasalahan penyebabnya dan
pemecahannya, dalam usaha ini dapat dilakukan melalui diantaranya yaitu dengan
memperbaiki pola tata guna lahan yang sebelumnya telah mengalami banyak
perubahan akibat adanya konversi lahan menjadi kawasan pemukiman serta
perumahan dan penghutanan kembali (reboisasi) lahan yang kritis atau beralih
fungsi. Penghutanan kembali atau reboissasi mampu menciptakan lingkungan
atau kawasan yang memiliki fungsi menyerupai hutan untuk menjaga dan
mengatur siklus hidrologi yang terjadi. Dengan adanya kondisi yang stabil maka
dampak yang ada dapat diminimalisir.

Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Alam (2008) juga


menjelaskan bahwa dalam teknik pemecahan masalah di daerah aliran sungai
atau DAS dalam rangka memulihkan dan mendayagunakan sungai dan
pemeliharaan kelestarian DAS.

Skema 1. Model Pengelolaan DAS


Berdasarkan pengelolaan DAS yang ada pada skema tersebut, maka
rekomendasi ke depan perlu disusun kebijakan (peraturan) pemerintah yang
mengatur tentang pengelolaan DAS terpadu, yang mana dapat memuat :

1. Pengelolaan DAS terpadu yang meliputi :

a. Keterpaduan dalam proses perencanaan, yang mencakup keterpaduan


dalam penyusunan dan penetapan rencana kegiatan di daerah aliran sungai.

b. Keterpaduan dalam program pelaksanaan, yang meliputi keterpaduan


penyusunan program-program kegiatan di daerah aliran sungai, termasuk
memadukan waktu pelaksanaan, lokasi dan pendanaan serta mekanismenya.

c. Keterpaduan program-program kegiatan pemerintah pusat dan daerah yang


berkaitan dengan daerah aliran sungai, sejalan dengan adanya perundangan
otonomi daerah.

d. Keterpaduan dalam pengendalian pelaksanaan program kegiatan yang


meliputi proses evaluasi dan monitoring.

e. Keterpaduan dalam pengendalian dan penanggulangan erosi, banjir dan


kekeringan.

2. Hak dan kewajiban dalam pengelolaan DAS yang meliputi hak setiap orang
untuk mengelola sumber daya air dengan memperhatikan kewajiban melindungi,
menjaga dan memelihara kelestarian daerah aliran sungai.

3. Pembagian kewenangan yang jelas antara daerah kabupaten/kota, daerah


propinsi dengan pemerintah pusat dalam mengelola DAS secara terpadu.

4. Badan pengelola daerah aliran sungai (aspek kelembagaan) dapat berupa


badan usaha atau badan/instansi pemerintah. Badan-badan tersebut ditetapkan
oleh pemerintah baik pusat maupun daerah sesuai dengan kewenangan yang
berlaku.

5. Kebijakan pemerintah ini selain mengatur tentang peran serta masyarakat


dalam pengelolaan DAS terpadu, juga mengatur sanksi (hukuman) bagi
masyarakat yang tidak mengindahkan peraturan pemerintah dalam pengelolaan
DAS terpadu baik pada DAS lokal, regional maupun nasional.
BAB 4
Rencana Aksi Manajemen DAS

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan fakta bahwa


pada kawasan sungai yang diamati yang berada di Jalan Ikan Tombro banyak
terjadi pembangunan perumahan di pinggiran perkotaan dimana dekat dengan
aliran sungai yang ada disana. Adanya aktivitas manusia di pemukiman yang
dominan menyebabkan berbagai masalah berupa sampah rumah tangga tidak
dikelola dengan baik. Sampah rumah tangga (domestik) ini banyak terdapat pada
perairan sungai dan menutupi pintu sungai. Hal ini berakibat sampah yang ada di
saluran irigasi berasal dari sampah di sungai yang terbawa aliran air masuk ke
saluran irigasi dan sampah yang dibuang langsung ke saluran irigasi. Potensi
sampah masuk ke dalam saluran irigasi sangat besar dengan posisi rumah yang
bersisian dengan saluran. Sampah masuk ke irigasi melalui penyapuan sampah
di halaman dan dimasukan ke saluran irigasi. menumpuk sampah di dekat saluran
irigasi. Dengan adanya pembangunan yang semakin intens terjadi, dampak
berupa masalah sampah tentu tidak dapat dihindari. Oleh karenanya perlu suatu
manajemen untuk meminimalisir dampak negative yang mungkin terjadi akibat
kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kondisi DAS
yang ada disekitarnya. Model pengelolaan DAS yang baik sendiri berupa
pengelolaan DAS Terpadu. Dimana pengelolaan DAS terpadu menurut Kodoatie
dan Sjarief (2010) merupakan penanganan integral yang mengarahkan semua
stakeholders dalam pengelolaan banjir. Dengan melibatkan semua stakeholder
yang terlibat dalam suatu DAS maka diharapkan dapat memberikan suatu bentuik
koordinasi yang sinergis dan baik sehingga kondisi DAS yang baik dapat tercipta.

Pengelolaan DAS juga dapat dimulai melalui hal yang sering dianggap
sepele, yaitu melalui pengelolaan sampah. Dimana pada objek pengamatan,
sampah merupakan salah satu dampak yang terlihat secara langsung akibat
adanya pembangunan perumahan serta pemukiman padat penduduk yang ada
disepanjang sungai. Dari permasalahan tersebut, dapat dilakukan alternatif
pemecahan masalah melalui Pengelolaan Sampah Terpadu. Sampah yang
dibiarkan menggenang pada perairan sungai serta aliran sungai tentu akan
mengganggu aliran sungai menuju lahan – lahan pertanian, mengganggu aliran
sungai, mencemari sungai, menimbulkan pencemaran air dan udara jika
menimbulkan bau, serta mengurangi estetika. Oleh karenanya dibutuhkan
pengeloloaan sampah yang baik yang dapat dilakukan melalui pengelolaan
sampah terpadu. Pengelolaan sampah terpadu juga memerlukan koordinasi
diantara berbagai pihak yang terlibat di dalamnya, baik dinas pemerintahan kota
dan daerah serta peran aktif dari masyarakat untuk mau meningkatkan kesadaran
akan bahaya membuang sampah sembarangan mengingat tempat tinggal mereka
yang berada di dekat aliran sungai.

Dampak dari adanya perumahan dan pemukiman yang ada di dekat aliran
sungai juga menyebabkan terjadinya penumpukan sampah terutama pada bagian
pintu sungai atau division boxes. Adanya sampah yang terlihat menutupi pintu
sungai tentu juga akan mengganggu fungsi bagian pintu sungai dalam mengatur
dan membagi air pada aliran di bawahnya. Oleh karenanya, manajemen DAS juga
dapat dilakukan melalui peningkatan kepedulian masyarakat terutama masyarakat
yang berada di sekitar pintu sungai. Aktivitas manusia yang ada di sekitarnya
seringkali tidak memperhatikan kebersihan dan kondisi lingkungan yang nantinya
juga bermanfaat untuk keberlanjutan dan kenyamanan hidup seluruh lapisan
masyarakat baik di kawasan hulu maupun hilir. Kegiatan pembersihan saluran di
sekitar pintu atau boks dapat dilakukan untuk meminimalisir menumpukan sampah
pada titik tersebut. Pembersihan pintu atau bokx secara berkala dapat dilakukan
pada saat pengoperasian pintu bagi atau pintu sadap. Hal ini dilakukan untuk
memperlancar aliran air agar tidak ada sampah yang menghalangi di pintu bagi
atau bagi sadap, dan tidak ada sampah yang terbawa ke saluran sekunder atau
tersier. Pembersihan pada saat kerja bakti dapat dilakukan sewaktu-waktu di
lokasi sesuai hasil koordinasi antar masyarakat di daerah tersebut.
BAB 5
Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan ini adalah:


1. Permasalahan daerah aliran sungai Brantas yang berada di Jalan Ikan
Tombro sebagai bagian sub DAS Brantas dan sekitarnya adalah proporsi tata
lahan yang tidak tepat akibat alih fungsi lahan hutan menjadi pemukiman
penduduk dan perumahan baru sehingga menyebabkan berbagai masalah
karena sampah yang banyak terdapat pada permukaan sungai.
2. Pencemaran air dan udara yang terjadi di aliran sungai yang menunjukkan
kurang sehatnya sub DAS tersebut akibat adanya tumpukan sampah yang
dibuang sembarangan serta tidak adanya penanganan lebih lanjut. Dimana
hal ini dapat mempengaruhi kegiatan baik di kawasan hulu maupun hilir,
termasuk kegiatan pertanian yang ada di sekitarnya.
3. Upaya perbaikan dapat dilakukan melalui pengelolaan DAS Terpadu dengan
melibatkan berbagai stakeholder yang terlibat di dalamnya untuk menciptakan
kondisi DAS yang sehat, diantaranya melalui alternatif pengelolaan sampah
terpadu dan pembersihan berkala pintu sungai sebagai usaha yang dapat
dilakukan masyarakat dengan bantuan dinas pemerintahan.
4. Upaya pengelolaan DAS tidak akan berjalan tanpa peran pihak terkait baik itu
pemerintah pusat, pemerintah daerah, petani, dan masyarakat harus memiliki
kesadaran akan bahayanya serta pentingnya menjaga kelestarian dari DAS
dan komponennya untuk tetap mempertahankan fungsi lingkungan.

5.2 Saran

Upaya pengelolaan DAS terpadu tidak akan berjalan tanpa peran pihak
terkait baik itu pemerintah pusat, pemerintah daerah, petani, dan masyarakat
harus memiliki kesadaran akan bahayanya serta pentingnya menjaga kelestarian
dari hutan dan komponennya untuk tetap mempertahankan fungsi lingkungan.
Oleh karenanya untuk mengelolaan DAS Terpadu dibutuhkan kerjasama,
koordinasi, sinergi, integrasi, dan singkronisasi dari berbagai stakeholder yang
terlibat di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. dan E. Rustiadi. 2008. Penyelamatan tanah, air dan lingkungan.


Crestpent. Press dan Yayasan Obor Indonesia. Bogor
Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Alam. 2008. Kajian Model
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu.
http://www.bappenas.go.id/ diakses pada 18 Februari 2018
Hidayat. 2011. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Kelembagaan Lokal.
Jurnal Sejarah CITRA LEKHA. Vol. XV. No. 1
Kodoatie, R. J. Dan R. Sjarief. 2010. Tata Ruang Air. Penerbit ANDI. Yogyakarta
Kompas. 2009. Bencana Situ Gintung. Kompas April 2009. Diakses pada 18
Februari 2018
Prihatin, Rohani Budi. 2015. Alih Fungsi Lahan di Perkotaan (Studi Kasus di Kota
Bandung dan Yogyakarta). Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan
Informasi (P3DI). Sekretariat Jenderal DPR RI
Setiawan, Iwan dan Malik, Yakub( 2005). Keruskan Alam dan Ancaman
Lingkungan. Bandung: Jurnal GEA vol 5 no 2 Oktober 2005. ISSN 1412-
0313 hal 96-100. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung
Sudarto. 2009. Analisis Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap
Peningkatan Jumlah Aliran Permukaan (Studi Kasus pada DAS Kali
Gatak di Surakarta, Jawa Tengah). Tesis Program Pasca Sarjana.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Suganda, Emirhadi., Yandi Andri Yatmo., Paramita Atmodiwirjo. 2009.
Pengelolaan Lingkungan Dan Kondisi Masyarakat Pada Wilayah Hilir
Sungai. Jurnal Makara, Sosial Humaniora. Vol. 13, No.2 : 143-153
Sulistyowati, Endang dan Susy Yunita Prabawati. 2005. Dampak Pemanfaatan
Sumber Daya Alam Terhadap Keseimbangan Lingkungan. Jurnal
Kaunia, Vol. 1, No. 1
Yetti, Elvi., Dedi Soedharma, Sigid Haryadi. 2011. Evaluasi Kualitas Air Sungai-
Sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang Dalam Kaitannya
Dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas Masyarakat di Sekitarnya.
JPSL Vol 1: 10-15

Anda mungkin juga menyukai