Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN AGROEKOSITEM

SAWAH

Disusun Oleh :

Herdy
(1903016056)

AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, puji syukur kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat-Nya
sehingga Saya dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.

Laporan ini dibuat guna memenuhi nilai Praktikum Pengantar Agroekosistem Tropika
Basah.. Dalam laporam ini, materi yang disajikan membahas tentang AGROEKOSISTEM
SAWAH. Walaupun laporan ini dapat selesai dengan baik, saya menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan ini masih banyak kekurangannya.

Untuk kesempurnaan dalam membahas laporan ini, saya mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca, terutama Pak Raden Nur Hartantanto, S.P, M.Si. agar saya bisa memperbaikinya
di kemudian hari.

Terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dengan baik dan
ikhlas dalam penyelesaian laporan ini. Saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Muara Kaman, 03 Juni 2020

Herdy

i
DAFTAR TABEL
1.1 Kuisoner Pengamatan Agroekosistem Sawah……………………………………………...…6
DAFTAR GAMBAR

iii
DAFTAR LAMPIRAN

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengelolaan unsur penyusun ekosistem pertanian dan interaksinya di sumberdaya pertanian

dan perkebunan harus memperhatikan sifat ekosistem secara keseluruhan karena agroekosistem

ini merupakan sub-sistem binaan dari ekosistem wilayah yang sudah stabil. Agroekosistem

merupakan ilmu yang mempelajari mengenai hubungan timbal balik antara faktor biotik dan

abiotik dalam lingkungan pertanian untuk mendapatkan produksi yang maksimum.

Pengembangan agroekosistem dengan komoditas tunggal mudah mengalami instabilitas secara

teknis, ekonomis maupun ekologis.

Wilayah apabila hanya dikembangkan satu komoditas unggulan, bila terjadi serangan

hama atau penyakit tanaman maka serangannya akan sporadis keseluruhan wilayah, dan

kegagalan panennya akan berimplikasi pada kestabilan ekonomi wilayah. Secara ekonomis,

fluktuasi harga suatu produk sangat ditentukan oleh harga pasar di tingkat regional, nasional

maupun internasional. Pengetahuan pergantian komponen fisik, kimia dan biologi tanah

pertanian di bawah pola tanam yang berbeda sangat penting untuk pengelolaan ekosistem.

Berdasarkan proses pembentukannya, ekosistem terbagi menjadi dua, yaitu ekosistem

alami dan ekosistem pertanian. Ekosistem pertanian biasa disebut agroekosistem, dalam sistem

ini manusia memberi pengaruh yang sangat besar dengan harapan mendapatkan produksi

tanaman yang tinggi dari tanaman yang dipilih. Namun, keikutsertaan manusia dalam mengelola

lingkungan tentu memberi beberapa akibat, diantaranya terjadi ketidakseimbangan makhluk

hidup. Serangga yang biasanya menjadi hewan liar bisa dikatakan sebagai hama karena

komoditas tanaman yang ada berubah.


Suatu ekosistem baik itu ekosistem yang terbuat secara alami maupun ekosistem yang

terbuat karena perbuatan manusia seperti agroekosistem harus dijaga kestabilannya. Dilihat dari

keadaan ekosistem pertanian yang sudah sangat tidak stabil ini, PHT belum cukup untuk

meningkatkan kestabilan ekosistem itu sendiri sehingga dilakukan beberapa usaha lain. Misalnya

dengan peningkatan keanekaragaman hayati atau keanekaragaman organisme di lahan pertanian.

Dilakukannya beberapa konservasi secara berkelanjutan guna memperbaiki ekosistem yang telah

rusak, menetralisir kandungan residu tanah. Semua usaha ini ditujukan untuk meningkatkan

kestabilan agroekosistem mencapai batas maksimal.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah:

1.        Untuk mengetahui jenis dan fungsi agroekosistem di lingkungan tropika lembab

2.        Untuk mengenal komponen ekosistem pertanian

3.        Untuk menentukan keputusan pengelolaan agroekosistem


II. TINJAUAN PUSTAKA

Secara sederhana, ekosistem adalah keseluruhan formasi makhluk hidup (biom) beserta

tempat hidupnya (Kartawinata, 2010). Secara menyeluruhnya, ekosistem adalah komunitas

alami yang berinteraksi satu sama lain dengan faktor fisik dan kemis seperti: energi matahari,

temperatur udara, angin, kelembapan udara, air, tanah, dan sebagainya. Ekosistem juga

didefinisikan sebagi unit fungsional yang meliputi komponen biotik (tumbuhan, hewan, dan

manusia) dan komponen abiotik (lingkungan fisiko-kemis) dari area spesifik (Sumiasri, 2011).

Analisis agroekosistem merupakan kegiatan terpenting dalam pengelolaan hama dan

penyakit terpadu, kegiatan ini dapat dianggap sebagai teknik pengamatan terhadap hal yang

mendasari petani dalam membuat keputusan-keputusan pengelolaan lahan pertaniannya

(Mangan, 2002).

Agroekosistem atau ekosistem agrikultural merupakan gabungan istilah ekosistem dan

agrikultural. Ekosistem adalah komunitas alami yang berinteraksi satu sama lain, dan dengan

faktor fisik dan kemis seperti: energi matahari, temperatur udara, angin, kelembapan udara, air,

tanah, dan sebagainya. Agrikultural merupakan kata sifat yang berkaitan dengan pertanian

(budidaya tanaman). Dengan demikian, agroekosistem merupakan ekosistem pertanian dalam

arti luas. Agroekosistem dapat dicirikan berdasarkan kenampakan (fisiognomi) vegetasinya.

Vegetasi adalah kumpulan keseluruhan tumbuhan yang tumbuh bersama (hidup ber-sama) pada

area khusus dan dapat dicirikan oleh baik spesies penyusunnya maupun oleh gabungan struktur

dan karakter fungsionalnya; atau keseluruhan tumbuhan yang tumbuh di suatu tempat

dipermukaan bumi; seluruh tumbuhan penutup suatu area. Ada beberapa tipe agroekosistem,

antara lain: agroekosistem persawahan, agroekosistem perkebunan, agroekosistem pertamanan,


agroekosistem ladang atau tegalan. Sementara sawah masih dibedakan menjadi sawah oncoran

(irigasi) dan sawah tadah hujan (Sumiasri, 2011).

Komponen agroekosistem dan interaksinya terdiri dari tanah, biota tanah, vegetasi,

manusia, teknologi, nutrisi/pemupukan, pestisida, hewan ternak, dan sungai/air. Komponen

agroekosistem tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Tanah komponen sumber

daya alam yang mencakup semua bagian atas permukaan bumi, termasuk yang di atas dan di

dalamnya yang terbentuk dari bahan induk yang dipengaruhi kinerja iklim dan biota tanah.

Tanah yang diberikan pestisida kimia yang berlebihan dapat membuat tanah kekurangan nutrisi,

musuh alami menjadi berkurang, dan ledakan hama (Reni, 2012).

Berdasarkan proses pembentukannya, ekosistem dibagi menjadi dua, yaitu ekosistem alami

dan ekosistem pertanian. Ekosistem alami merupakan sistem hubungan timbal balik antara

lingkungan fisik/kimia dengan tumbuhan, hewan atau mikrobia. Indonesia diperkirakan memiliki

tidak kurang dari 47 tipe ekosistem alami (Astirin, 2000). Sedangkan ekosistem pertanian atau

agroekosistem merupakan sekelompok wilayah yang keadaan fisik lingkungannya hampir sama

di mana keanekaragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak akan berbeda nyata.

Komponen utama pembentuk agroekosistem yaitu iklim, fisiografi, dan jenis tanah (Amien,

1997).

Analisis agroekosistem (AAES) merupakan kegiatan terpenting dalam pengelolaan hama

dan penyakit terpadu, kegiatan ini dapat dianggap sebagai teknik pengamatan terhadap hal yang

mendasari petani dalam membuat keputusan-keputusan pengelolaan lahan pertaniannya.

Kegiatan ini dilakukan dengan melihat beberapa faktor seperti : hama, penyakit, musuh alami,

serangga netral, cuaca, air, kondisi lahan dan gulma (Gerald, 2013).
III. METODELOGI

A. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan terdiri dari pensil, penghapus, handphone (untuk informasi
data-data cuaca dan koordinat), papan scener, kuisioner, kertas gambar, kamera, dan kantong
plastik.

B. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Pergi ke lapangan (lahan sawah) untuk mengamati komponen agroekosistem sawah.
3. Identifikasi komponen-komponen agroekosistem sesuai dengan yang telah diamati,
kemudian kelompokkan berdasarkan komponen abiotik dan biotik.
4. Amati keadaan umum agroekosistem sawah, kemudian digambar.
5. Lakukan analisis terkait agroekosistem yang telah diamati
6. Hasil pengamatan dituangkan di dalam laporan.

C. Hasil Pengamatan
KUISONER PENGAMATAN AGROEKOSISTEM SAWAH

Nama : Simon Wastam


Tanggal : 02 Juni 2020
Koordinat : 116°58’3,71” BT 0°10’46,73” LS
Desa/Kecamatan : Desa Sumber Sari Kecamatan Sebulu

Tabel 1.1
No
Uraian
.
1. Jenis Agroekosistem : Sawah
2. Luas : 7500 m2
3. Komponen Ekosistem : (uraikan kondisinya, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif).
Komponen Uraian
1. Abiotik
Tanah/lumpur Media tumbuh
Air Pengairan
Udara Komponen tumbuh.
Cahaya matahari Penyinaran
Pupuk Nutrient

2. Biotik
Padi Tanaman utama
Katak Predator
Rumput tinggi Tumbuhan pengganggu
Rumput pendek Tumbuhan pengganggu
Hama (wereng, ulat,
belalang, tikus, dan Pengganggu
keong)
Petani Pengolah
Mikroba/fungi Pengurai
Ular Predator

4. Pengelolaan agroekosistem :
Pengolahan sawah tadah hujan. Sawah tadah hujan merupakan contoh
ekosistem sawah yang mengandalkan air hujan untuk mengairi lahan pertanian.
Seperti namanya, sawah ini memanfaatkan hujan sepenuhnya sebagai sumber air.
Sementara itu, ketika musim kemarau, sawah dibiarkan begitu saja tanpa adanya
pengelolaan karena air sulit didapat atau tidak ada sama sekali. Intensitas
penggunaan tenaga kerja di sawah tadah hujan lebih tinggi karena petani harus
menyulam (menanam kembali) lebih sering dibandingkan sawah beririgasi,
akibat suplai air yang tidak stabil. Namun, sawah tadah hujan memiliki potensi
untuk lebih produktif apabila mengelola air hujan dan kelembaban tanah lebih
efektif.
5. Permasalahan/Kendala :
Karena hanya dikelola saat musim penghujan, hal ini membuat tingkat
produktivitas sawah tadah hujan tergolong rendah. Tidak seperti sawah lain yang
bisa panen 3 kali dalam setahun, sawah tadah hujan hanya bisa dipanen sekali
saja tiap tahunnya.
6. Saran terhadap pengelolaan Agroekosistem :
Sebaiknya,petani membuat sumur pantek agar bisa memenuhi kebutuhan air
sawah ketika memasuki musim kemarau. Namun, apabila pembuatan sumur itu
tidak bisa dilaksanakan, lahan sawah tadah hujan tadi bisa digunakan untuk
menanam tanaman lain yang cocok dengan agroekosistem lahan tersebut ketika
musim kemarau, agar kita bisa tetap memperoleh keuntungan ekonomi.

D. Pembahasan
Sawah adalah ekosistem buatan berupa lahan usaha pertanian yang secara fisik
berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman
budidaya lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi. Komponen
ekosistem sawah dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Komponen Abiotik 
Komponen abiotik adalah komponen yang terdiri dari penyusunan ekosistem yang berupa
benda-benda tidak hidup. Komponen abiotik yang ada di sawah diantaranya tanah, air, udara,
suhu, cahaya matahari, batu, dan pupuk.

2. Komponen Biotik
    Komponen biotik adalah komponen yang terdiri dari penyususnan ekosistem yang berupa
makhluk-makhluk hidup. Komponen biotik dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Autotrof (Produsen)
Autotrof adalah makhluk yang dapat membuat makanannya sendiri. Sebagian
tumbuhan merupakan komponen autotrof. Pada ekosistem sawah, yang merupakan
komponen autotrof adalah tanaman padi dan gulma. Padi dan gulma mampu secara
mandiri membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis.
b. Heterotof (Konsumen)
Heterotof adalah makhluk yang tidak dapat membuat makanan nya sendiri,
sehingga mereka memakan bahan organik yang disediakan oleh organisme lain
disekitarnya. Contoh heterotof di ekosistem sawah adalah keong, ulat, belalang, burung
pipit, tikus, ular, katak, elang,kucing, ayam. Mereka sebagai konsumen memiliki
beberapa tingkatan yaitu konsumen primer, sekunder tersier, dan selanjutnya tergantung
bagaimana alur makan dan dimakan dalam jaring-makanannya.
c. Dekomposer (Pengurai)
Dekomposer adalah organisme yang memakan organisme mati dan produk-
produk limbah dari organisme lain. berperan dalam proses pembusukan atau
penguraian. Yang termasuk dekomposer adalah mikroba dan fungi.

Ciri-Ciri Ekosistem Sawah


1. Ekosistem berada di daratan dengan permukaan yang rata dan biasanya terletak di daratan
tinggi.
2. Adanya mahluk hidup yang beradaptasi dengan daratan tinggi atau pegunungan.
3. Area berlumpur dan juga selalu digenangi air.
4. Terjadi/adanya rantai makanan.
IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang Saya dapat dari laporan yang Saya buat adalah

1. Sawah adalah ekosistem buatan berupa lahan usaha pertanian yang secara fisik
berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau
tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi.
2. Ada banyak interaksi yang terjadi pada ekosistem sawah, baik itu antara komponen
biotik-biotik, biotik-abiotik, dan abiotik-abiotik. Interaksi itu bisa saja bersifat
mutualisme, komensalisme, dan parasitisme.
3. Stabilitas dan produktivitas ekosistem mempengaruhi keberlanjutan suatu ekosistem. Itu
berarti ekosistem sawah memiliki peluang keberlanjutan yang baik, meskipun ekosistem
sawah mudah mendapat tekanan namun ia akan cepat pulih
4. Sawah tadah hujan memiliki potensi untuk lebih produktif apabila mengelola air hujan
dan kelembaban tanah lebih efektif.

B. Saran

Saya tahu sekarang ini sedang Pandemi Covid-19, tetapi saya berharap agar pelaksanaan
praktikum tidak secara individu dengan penjelasan melalui daring seperti ini lagi. Lebih baik
menunggu musibah ini selesai, karena kami para mahasiswa cukup kesulitan. Tapi Saya tidak
juga sepenuhnya mengeluh, karena praktikum seorang diri seperti ini juga bisa mengasah
kemampuan mahasiswa untuk bertindak lebih aktif dan berani.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kartawinata, K. 2010. Dua Abad Mengungkap Kekayaan Flora dan Ekosistem Indonesia.
Jakarta.
2. Sumiarsini, N. 2011. Model Agrosistem di Kabupaten Jember. Jurnal Bioma. Vol. 1 (2): 97-
104.
3. Mangan, J. 2002. Pedoman SL-PHT untuk Pemandu. Proyek PHT-PR/IPM-SECP.
Agromedia, Jakarta.
4. Reni, I. 2012. Hubungan Faktor Biotik dan Abiotik pada Agroekosistem. Universitas
Brawijaya. Malang.
5. Astirin, O. P. 2000. Permasalahan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Indonesia
(Problem of Biodiversity Management in Indonesia). Biodiversitas. 1. 36-40
6. Amien. 1997. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode
“Discovery” dan “Inquiry”. Jakarta;Depdikbud Dikti PPLPTK
7. Gerald, G. Marten, 2013. Productivity, Stability, Sustainability, Equitability and Autonomy
as Properties for Agroecosystem Assessment. Jurnal Sistem Pertanian Vol. 3(26): 291-316.
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................1
DAFTAR TABEL......................................................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................................1
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................................................1
I. PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................3
III. METODELOGI..................................................................................................................................5
A. Alat dan Bahan..........................................................................................................................5
B. Prosedur Kerja..........................................................................................................................6
C. Hasil Pengamatan………………………………………………………………………………………………………………………..8
D. Pembahasan...............................................................................................................................8
Sawah adalah ekosistem buatan berupa lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan
rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya
lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi. Komponen ekosistem sawah
dibedakan menjadi 2, yaitu:.............................................................................................................8
IV. PENUTUP..........................................................................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................................................10
Kesimpulan yang Saya dapat dari laporan yang Saya buat adalah...............................................10
1. Sawah adalah ekosistem buatan berupa lahan usaha pertanian yang secara fisik
berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman
budidaya lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi...........................10
2. Ada banyak interaksi yang terjadi pada ekosistem sawah, baik itu antara komponen biotik-
biotik, biotik-abiotik, dan abiotik-abiotik. Interaksi itu bisa saja bersifat mutualisme,
komensalisme, dan parasitisme.......................................................................................................10
3. Stabilitas dan produktivitas ekosistem mempengaruhi keberlanjutan suatu ekosistem. Itu
berarti ekosistem sawah memiliki peluang keberlanjutan yang baik, meskipun ekosistem sawah
mudah mendapat tekanan namun ia akan cepat pulih..................................................................10
4. Sawah tadah hujan memiliki potensi untuk lebih produktif apabila mengelola air hujan dan
kelembaban tanah lebih efektif.......................................................................................................10
B. Saran........................................................................................................................................10
Saya tahu sekarang ini sedang Pandemi Covid-19, tetapi saya berharap agar pelaksanaan
praktikum tidak secara individu dengan penjelasan melalui daring seperti ini lagi. Lebih baik
menunggu musibah ini selesai, karena kami para mahasiswa cukup kesulitan. Tapi Saya tidak
juga sepenuhnya mengeluh, karena praktikum seorang diri seperti ini juga bisa mengasah
kemampuan mahasiswa untuk bertindak lebih aktif dan berani...................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................11
LAMPIRAN.............................................................................................................................................12

Anda mungkin juga menyukai