Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH IKLIM TROPIS TERHADAP PERTANIAN

DAN CARA BERCOCOK TANAMNYA

Ditulis oleh:

1. Herdy (1903016056)
2. Rozaq Okta Alviannur Hari (1903016054)

FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan iklim terjadi di berbagai belahan dunia, sehingga menyebabkan
perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara, serta peningkatan
kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan merupakan beberapa dampak
serius perubahan iklim yang dihadapi masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Alam
yang salah atau akibat ulah manusia yang serakah sehingga merusak alam. Menurut
beberapa ahli, perubahan iklim di Indonesia akan menyebabkan:
a) Seluruh wilayah Indonesia mengalami kenaikan suhu udara, dengan laju yang lebih
rendah dibanding wilayah subtropis.
b) Wilayah Selatan Indonesia mengalami penurunan curah hujan, sedangkan wilayah
Utara akan mengalami peningkatan curah hujan. Perubahan pola hujan tersebut
menyebabkan berubahnya awal dan panjang musim hujan.
Di wilayah Indonesia bagian Selatan, musim hujan yang makin pendek akan
menyulitkan upaya meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) apabila tidak tersedia varietas
yang berumur lebih pendek dan tanpa rehabilitasi jaringan irigasi. Meningkatnya hujan
pada musim hujan menyebabkan tingginya frekuensi kejadian banjir, sedangkan
menurunnya hujan pada musim kemarau akan meningkatkan risiko kekekeringan.
Sebaliknya, di wilayah Indonesia bagian Utara, meningkatnya hujan pada musim hujan
akan meningkatkan peluang indeks penanaman, namun kondisi lahan tidak sebaik di
Jawa. Tren perubahan ini tentunya sangat berkaitan dengan sektor pertanian.
Strategi antisipasi dan teknologi adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan
aspek kunci yang harus menjadi rencana strategis Departemen Pertanian dalam rangka
menyikapi perubahan iklim. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan pertanian yang
tahan (resilience) terhadap variabilitas iklim saat ini dan mendatang. Upaya yang
sistematis dan terintegrasi, serta komitmen dan tanggung jawab bersama yang kuat dari
berbagai pemangku kepentingan sangat diperlukan guna menyelamatkan sektor
pertanian. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu disusun kebijakan kunci Departemen
Pertanian dalam rangka melaksanakan agenda adaptasi mulai tahun 2007 sampai 2050,
yang meliputi rencana aksi yang bersifat jangka pendek, jangka menengah, dan jangka

1
panjang. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengkaji dan membahas
masalah perubahan iklim khususnya yang terjadi pada sektor pertanian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian iklim?
2. Apa pengaruh iklim tropika terhadap pertanian?
3. Bagaimanakah sistem bertanam daerah tropika?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian iklim.
2. Mengetahui pengaruh iklim tropika terhadap pertanian.
3. Mengetahui sistem bercocok tanam di daerah tropika.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Iklim
Iklim adalah suatu kondisi rata-rata dari cuaca, dan untuk mengetahui kondisi iklim
suatu tempat, diperlukan nilai rata-rata parameter-parameternya selama kurang lebih 10-
30 tahun. Iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang
kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Iklim merupakan komponen ekosistem dan
faktor produksi yang sangat sulit dikendalikan. Dalam praktik iklim adalah keadaan
rata-rata cuaca di suatu daerah yang luas dalam jangka waktu yang lama. Iklim dan
cuaca sangat sulit untuk dimodifikasi/dikendalikan sesuai dengan kebutuhan, kalaupun
bisa memerlukan biaya dan teknologi yang tinggi. Iklim/cuaca sering seakan-akan
menjadi faktor pembatas produksi.
Pertanian adalah salah satu sektor dimana di dalamnya terdapat penggunaan
sumberdaya hayati untuk memproduksi suatu bahan pangan, bahan baku industri, dan
sumber energi. Bagian terbesar penduduk dunia adalah bermata pencaharian dalam
bidang-bidang pertanian dan pertanian juga mencakup berbagai bidang, tetapi pertanian
hanya menyumbang 4% dari PDB dunia.
Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan
produksi tanaman. Jenis dan sifat iklim bisa menentukkan jenis-jenis tanaman yang
tumbuh pada suatu daerah serta produksinya. Oleh karena itu, kajian klimatologi dalam
bidang pertanian sangat diperlukan. Dampak perubahan iklim bukan hanya soal
naiknya permukaan air laut perubahan suhu permukaan Bumi. Lebih penting lagi
dampak perubahan iklim yang dapat dirasakan secara dekat dan nyata adalah dapat
menyebabkan kerentanan pangan. Perubahan iklim merupakan tantangan dan ancaman
nyata sektor pertanian dalam menjaga keberlangsungan produksi.
Tidak hanya menjadi perhatian pada forum Internasional, perubahan iklim
telah menjadi isu strategis Nasional berbagai negara dalam menghadapi fenomena
tersebut. Seiring dengan semakin berkembangnya isu pemanasan global dan akibatnya
pada perubahan iklim, membuat sektor pertanian begitu terpukul. Tidak teraturnya
perilaku iklim dan perubahan awal musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan

3
musim hujan membuat para petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan
masa panen.
2.2 Pengaruh Iklim Tropika Terhadap Pertanian

Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan pada proses
pertumbuhan dari tumbuhan dan hewan. Indonesia adalah salah satu negara yang
memiliki sumber daya alam yang berlimpah dan di dukung oleh iklim yang bagus untuk
perkembangan usaha pertanian. Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris, yaitu
sebagian besar penduduk indonesia bekerja pada bidang pertanian.
Seiring dengan perkembangan zaman, maka pertanian di Indonesia juga mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Pertanian berkembang seiring dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan yang diperoleh oleh manusia dalam menciptakan pertanian yang
mampu menghasilkan produk pertanian yang dapat mencukupi kebutuhan hidup
manusia.
Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan
pertanian, karena pada umumnya tanaman pertanian tidak mampu hidup pada iklim
yang terlalu panas atau terlalu dingin. Namun bagi negara di daerah tropis seperti
Indonesia, iklim bukanlah faktor yang dapat menghambat perkembangan pertanian,
karena daerah tropis hanya mengalami dua musim yaitu musim panas dan musim hujan.
Sehingga dengan keadaan iklim yang seperti ini dapat diatur kapan musim tanam yang
bagus untuk tanaman pertanian, dengan harapan menghasilkan produk pertanian yang
memuaskan.
Daerah tropis adalah daerah yang sangat cocok untuk perkembangan pertanian
dibandingkan dengan daerah lain di dunia. Karena daerah tropis memiliki pencahayaan
matahari yang cukup untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini berbeda dengan daerah
subtropis maupun daerah lain yang hanya memiliki 1/4 musim panas dalam satu tahun.
Akan tetapi melihat keadaan sekarang kita merasa miris karena pertanian di daerah
tropis khususnya Indonesia sangat jauh tertinggal dengan pertanian yang ada di daerah
yang memiliki 4 musim seperti Jepang.

4
Seharusnya ini menjadi fokus perhatian kita. Dilihat dari daerahnya tentu cara
pengolahan atau proses perkembangan pertanian di daerah tropis memiliki perbedaan
dengan daerah lainnya. Maka dalam tulisan ini penulis akan menjelaskan sedikit tentang
perkembangan pertanian dan sistem bertanam pada daerah tropis. Tujuannya adalah
dapat meningkatkan kemauan para petani didaerah tropis untuk mengembangkan
pertanian sehingga mampu menjadi negara yang mampu ber-swasemabada.
2.3 Cara Bercocok Tanam di Iklim Tropis
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk bercocok tanam di daerah yang
beriklim tropis, yaitu:
a. Sistem Perladangan Berpindah
Pada awalnya, sistem perladangan berpindah terjadi saat pertama kali
manusia mengenal bercocok tanam. Manusia pada waktu itu belum mengenal
pengelolaan lahan dan teknologi yang digunakan karena tingkat pengetahuan
yang masih rendah, sehingga sistem perladangan ini disebut sistem asal tanam.
Ladang Berpindah adalah kegiatan pertanian yang dilakukan dengan cara
berpindah-pindah tempat. Ladang dibuat dengan cara membuka hutan atau
semak belukar. Pohon atau semak yang telah ditebang setelah kering kemudian
dibakar. Setelah hujan tiba, ladang kemudian ditanami dan ditunggu sampai
panen tiba. Setelah ditanami 3 – 4 kali, lahan kemudian ditinggalkan karena
sudah tidak subur lagi.
Akibat yang ditimbulkan dari sistem perladangan berpindah ini adalah
menurunnya kesuburan lahan dengan cepat karena belum mengenal pemupukan.
Ketika lahan sudah tidak produktif lagi, mereka pindah lalu membuka hutan
baru atau kembali mengerjakan lahan yang sudah lama ditinggal dan sudah pulih
kesuburan tanahnya. Namun dinegara lain, seperti Afrika, sistem pertanian
berpindah ini bukan lagi beronotasi negatif. Dengan teknologi yang terus
diperbaiki, sistem ini merupakan alternatif yang cocok untuk dikembangkan.

5
b. Sistem Tadah Hujan Semi Intensif dan Intensif
Sistem bertanam adalah pola-pola tanam yang digunakan petani dan
interaksinya dengan sumber-sumber alam dan teknologi yang tersedia.
Sedangkan pola tanam adalah penyusunan cara dan saat tanam dari jenis-jenis
tanaman yang akan ditanam berikut waktu-waktu kosong (tidak ada tanaman)
pada sebidang lahan tertentu. Pola tanam ini mencakup beberapa bentuk sebagai
berikut:
 Multiple Cropping (Sistem Tanam Ganda)
Multiple cropping adalah sistem penanaman lebih dari satu jenis tanaman
pada sebidang tanah yang sama dalam satu tahun. Sistem pertanian ganda ini
sangat cocok bagi petani dengan lahan sempit di daerah tropis, sehingga dapat
memaksimalkan produksi dengan input luar yang rendah sekaligus
meminimalkan resiko dan melestarikan sumberdaya alam.
 Seguantial Cropping (Pergiliran Tanaman)
Seguantial cropping adalah sistem penanaman lebih dari satu jenis tanaman
pada sebidang lahan dalam satu tahun, dimana tanaman kedua ditanam setelah
tanaman pertama dipanen. Demikian pula bila ada tanaman ketiga, tanaman ini
ditanam setelah tanaman kedua dipanen.
 Maximum Cropping (Siatem Tanam Maksimum)
Maximum cropping adalah pengusahaan lahan untuk mendapatkan hasil panen
yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan aspek ekonomisnya (biaya,
pendapatan atau keuntungan) dan apalagi aspek kelestarian produksinya dalam
jangka panjang.
 Sole Cropping atau Monoculture (Sistem Tanam Tunggal)
Monoculture adalah sistem penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan
periode waktu yang sama. Penataan tanaman secara tunggal dilaksanakan di atas
tanah dan dalam waktu tertentu (sepanjang umur tanaman) hanya ditanam satu
jenis tanaman. Setelah dilakukan penanaman dengan satu tanaman, dan
selanjutnya tanah tersebut ditanam kembali dengan jenis tanaman yang sama
atau jenis tanaman lain.

6
c. Sistem Irigasi
Irigasi adalah pemberian air kepada tanah di mana tanaman tumbuh sehingga
tanaman tidak mengalami kekurangan air selama hidupnya. Pengairan
merupakan salah satu faktor penting dalam usaha penigkatan produksi pertanian
melalui panca usaha tani. Air adalah syarat mutlak bagi kehidupan dan
pertumbuhan tanaman. Air dapat berasal dari air hujan dan pengairan yang
diatur oleh manusia. Kedua hal tersebut harus disesuaikan agar tanaman benar-
benar mendapatkan air yang cukup, tidak kurang dan tidak pula berlebih.
Pengairan ini meliputi pengaturan kebutuhan air bagi tanaman, termasuk
drainase.
Tujuan dari irigasi yang utama adalah untuk memenuhi kebutuhan tanaman
akan air bagi keperluan pertumbuhan. Manfaat lain tersedianya air irigasi
adalah :
a. Mempermudah untuk pengolahan tanah.
b. Membantu mengatur suhu tanah dan tanaman.
c. Membatu proses pemupukan agar dapat terserap oleh tanaman secara
maksimal.
d. Mencegah tumbuhnya tanaman pengganggu.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pertanian dapat berkembang tergantung pada perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang pertanian. Pertanian di Indonesia telah mengalami perkembangan
yang cukup nyata yaitu dimulai dari pemburu dan pengumpul, pertanian primitif,
pertanian tradisional, pertanian modern dan sekarang menuju pada pertanian
berkelanjutan yang ramah lingkungan. Sistem bertanam pada daerah tropika berbeda
dengan daerah yang memiliki iklim sedang dan dingin.
Pada daerah tropis, ada lima bentuk sistem bertanam yang sering digunakan, yaitu:
sistem perladangan berpindah; sistem tadah hujan semi intensif; sistem tadah hujan
intensif; sistem irigas; sistem campuran tanaman semusim; dan sistem campuran
tanaman tahunan. Tujuan dari penerapan sistem bertanam pada daerah tropis ini adalah
untuk meningkatkan hasil produk pertanian dengan biaya produksi yang rendah dan
tetap dapat menjaga kesuburan tanah dan melestarikan lingkungan.

3.2 Saran
Indonesia sebagai salah satu negara yang beriklim tropis mempunyai kesempatan
untuk mengembangkan pertanian jauh lebih bagus dibandingkan dengan daerah
subtropis dan lainnya. Hal ini didukung dengan faktor iklim yang bagus, curah hujan
cukup dan penyiran matahari yang memadai. Oleh sebab itu, kita perlu meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia sehigga dapat mengelola sumber daya alam yang
melimpah di negara kita ini, dengan harapan kita mampu meningkatkan perekonomian
masyarakat dengan perkembangan pertanian.

8
DAFTAR PUSTAKA

Soetriono, Suwandari dan Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. Bayu Media Publishing,
Malang.
Soverda, Nerty. Dkk (Tim Penulis Dasar-dasar Agronomi). 2010. Diktat Dasar-dasar
Agronomi. UNJA, Jambi.
Sukoco, Y. 2006. Pertanian Masa Depan (terjemahan). Kasinus, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai