Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKSI PERTANIAN

Abstrak
Tujuan studi ini adalah mengetahui pengaruh perubahan iklim terhadap produksi
pertanian dan strategi adaptasi yang dilakukan petani pada lahan rawan kekeringan di
Kabupaten Semarang. Data yang digunakan dalam studi ini berupa data primer yang
dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Metode pengambilan sampel yang
digunakan
adalah simple random sampling. Sampel pada studi ini adalah 90 petani di Desa Jatirunggo,
27 diantaranya adalah petani di daerah rawan kekeringan dan 63 petani di daerah normal.
Berdasarkan hasil analisis regresi log linear berganda menunjukkan bahwa variabel: luas
lahan, modal, tenaga kerja, dan keanggotaan kelompok tani berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap produksi pertanian. Sedangkan variabel daerah kekeringan berpengaruh
secara negatif. Hasil pengujian hipotesis menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa
petani yang berada di daerah kering, jenis kelamin, keanggotaan sebagai kelompok tani, dan
penggunaan pupuk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peluang kegagalan panen.
Sedangkan petani yang mengalami penurunan hasil, dan petani yang berada di daerah kering
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peluang keputusan petani dalam mengubah pola
tanam dan menggeser waktu tanam sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim.
Kata kunci: Perubahan iklim; kekeringan; produksi; strategi adaptasi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara pertanian dimana pertanian memegang peranan penting
dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk
atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian dan produk nasional yang
berasal dari pertanian (Mubyarto, 1989). Sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan
iklim karena berpengaruh terhadap pola tanam, waktu tanam, produksi, dan kualitas hasil
(Nurdin, 2011).
Iklim erat hubungannya dengan perubahan cuaca dan pemanasan global dapat
menurunkan produksi pertanian antara 5-20 persen (Suberjo, 2009). Perubahan iklim
merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan berubahnya pola iklim dunia yang
mengakibatkan fenomena cuaca yang tidak menentu. Perubahan iklim terjadi karena adanya
perubahan variabel iklim, seperti suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara terus
menerus dalam jangka waktu yang panjang hingga 50-100 tahun (Kementrian Lingkungan
Hidup, 2004). Perubahan iklim juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak stabil karna
curah hujan yang tidak menentu, sering terjadi badai, suhu udara yang ekstrim, serta arah
angin yang berubah drastis (Ratnaningayu, 2013).
Laporan yang dikeluarkan tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate
Change menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat
Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh
aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi
peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1,1 hingga 6,4 C (2,0 hingga
11,5 F) antara tahun 1990 dan 2100. Menurut Stocker, et.al; kondisi ini akan
mengakibatkan iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang
telah dilepaskan sebelumnya dan karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama
seratus tahun atau lebuh sebelum alam mampu menyerapkan kembali (Sumaryanto,
2012). Dampak dari pemanasan global (Global Warming) akan mempengaruhi pola
presipitasi, evaporasi, water run-off, kelembapan tanah dan variasi iklim yang sangat
fluktuatif secara keseluruhan dapat mengancam keberhasilan produksi pangan.
Utami, dkk. (2011) melakukan studi menge- nai El Nino, La Nina dan penawaran
pangan di Jawa. Hasil penelitiaannya menunjukkan ada- nya anomali iklim El Nino
berpengaruh negatif terhadap produksi padi di Pulau Jawa.
Solihin, dkk. (2013) melakukan studi yang bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman padi dan mengkaji apakah perubahan
iklim mempe- ngaruhi hasil pertanian dan keputusan petani untuk mencari pekerjaan
baru. Studi ini mem- peroleh hasil bahwa variabel luas lahan secara statistik signifikan
mempengaruhi produktivitas tanaman padi secara positif. Hasil yang lain mengatakan
bahwa penurunan hasil pertanian akibat perubahan iklim dapat meningkatkan
probabilitas keinginan petani untuk berganti pekerjaan.
Penurunan intensitas hujan merupakan salah satu dampak dari perubahan iklim.
Menu- rut studi yang dilakukan oleh Angles, dkk., (2011) menyebutkan bahwa
berkurangnya intensitas hujan adalah alasan terbesar dari penurunan hasil panen petani di
lahan kering di Dharmaputri, India. Penurunan hasil panen tersebut menyebabkan
penurunan pendapatan para petani. Penurunan pendapatan petani tersebut merupakan
dampak jangka pendek, sedangkan dampak jangka panjangnya adalah berakhirnya
profesi petani lahan kering (off- farm employment).
Berkurangnya intensitas hujan merupakan faktor penyebab utama penurunan hasil
panen (Angles, dkk., 2011). Variasi iklim seperti keja- dian masa kemarau panjang
memiliki dampak yang tinggi pada hasil tanaman lahan kering.
Perubahan iklim memiliki pengaruh nega- tif terhadap produksi pertanian (Utami,
dkk., 2011). Penurunan produksi pertanian ini di- karenakan terjadinya penurunan luas
lahan panen akibat dari dampak perubahan iklim. Hasil dari studi tersebut, kejadian La
Nina berpengaruh negatif terhadap produksi padi di Jawa. Variabel luas panen, dan upah
buruh berpengaruh positif terhadap produksi padi di Jawa.
Strategi adaptasi yang dilakukan oleh peta- ni berpengaruh positif terhadap
produksi tanaman pangan (Ayunwuy dkk., 2010). Hal ini mengindikasikan bahwa
strategi yang dilaku- kan petani sudah tepat dan bisa dilanjutkan guna mengurangi
dampak perubahan iklim.
Variabel pendidikan, penghasilan, penga- laman bertani, keanggotaan asosiasi
petani, dan karakter berani mengambil risiko merupakan faktor yang signifikan yang
memepengaruhi petani dalam mekanisme penyelesaian masalah guna mengurangi
dampak perubahan iklim (Angles, dkk., 2011).
Petani menyadari perubahan iklim dan dampaknya terhadap produksi tanaman
pangan telah mampu mengembangkan strategi mata pencaharian, serta adaptasi yang
mereka laku- kan dengan cara yang terus menerus bisa dilakukan untuk mengatasi
dampak perubahan iklim yang tidak menentu terhadap produksi tanaman pangan
(Ayunwuy, dkk., 2010). Soejono, dkk. (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
signifikan terhadap produksi adalah pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor
yang tidak signifikan berpengaruh terhadap produksi adalah luas lahan dan benih.
PEMBAHASAN
TINJAUAN PUSTAKA
Pengaruh atmosfer terhadap syarat pertumbuhan tanaman, produksi, dan produktivitas:
1. Pengertian atmosfer

Atmosfer adalah selimut gas yang menyelubungi sebuah planet, khususnya planet bumi.
Atmosfer megelilingi sebuah planet dengan lapisan yang sangat tebal, bahkan jaraknya sampai
ribuan kilometer dari planet tersebut ke atas atau ke luar angkasa.

 Manfaat dan fungsi atmosfer

Inilah beberapa manfaat atmosfer:

 Melindungi bumi dari berbagai macam benda luar angkasa yang jatuh ke bumi karena
terkena gaya gravitasi bumi.
 Melindungi bumi dari radiasi ultraviolet yang sangat berbahaya, untuk kehidupan
makhluk hidup yang ada di bumi dengan lapisan ozon.
 Mengandung bemacam-macam gas yang dibutuhkan manusia, hewan dan tumbuhan
untuk bernafas serta untuk keperluan yang lainnya seperti oksigen, nitrogen, karbon
dioksida, dan lain-lain.
 Media cuaca yang mempengaruhi angin, awan, salju, hujan, topan, badai dan lain
sebagainya.

Fungsi atmosfer salah satunya yaitu untuk mengatur proses penerimaan panas dari matahari,
ialah dengan cara menyerap serta memantulkan panas yang dipancarkan matahari. Sekitar
sebesar 34% panas matahari dipantulkan kembali ke angkasa oleh atmosfer, awan, dan juga
permukan bumi, lalu sekitar sebesar 19% diserap atmosfer dan awan, kemudian sekitar 47%
lagi mencapai permukaan bumi.

a. Hubungan atmosfer terhadap syarat tumbuh tanaman

Bumi memiliki lapisan gas yang disebut atmosfer yang berada pada ketinggian
0 km hingga 560 km dari atas permukaan Bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa
lapisan yang dapat dibedakan berdasarkan karakteristik seperti komposisi gas, suhu,
dan tekanan. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung
Sebagai media lingkungan, atmosfer berfungsi untuk menampung berbagai macam
gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia seperti Oksigen, Karbon dioksida, dan uap
air. Keberadaan berbagai macam gas tersebut apabila sesuai kadar maka tidak akan
berpengaruh banyak terhadap aktivitas manusia namun sebaliknya apabila keberadaan
gas-gas tersebut melebihi ukuran yang seharusnya maka dikhawatirkan dapat
membahayakan umat manusia dan kehidupan di Bumi.
Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) dapat diperbanyak dengan biji.
Upaya untuk mendapatkan hasil kedelai yang berkualitas dilakukan dengan
pemupukan tanaman. Salah satu pupuk yang dapat digunakan yaitu pupuk cair.
Penggunaan pupuk cair ini akan efektif dan hasilnya maksimal jika dilakukan saat
stomata membuka. Hal ini diperkuat oleh Novrizan (2002) bahwa penyemprotan
pupuk yang ideal adalah dilakukan pada pagi dan sore hari saat terjadi pembukaan
stomata.
Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat hari terang, sehingga
memungkinkan masuknya CO2 yang diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari
dan penutupan berlangsung bertahap menjelang sore hari. Stomata akan menutup
lebih cepat jika tanaman ditempatkan pada ruang gelap secara tibatiba. Hal inilah
yang menjadi latar belakang dari penelitian ini. Optimalisasi pembukaan stomata
dipacu dengan cara tanaman disiram dahulu sebelum dilakukan pemupukan. Hal ini
akan mempengaruhi turgor sel penutup, sehingga panjang dan lebar porusnya
bertambah seiring dengan adanya perubahan intensitas cahaya matahari setiap saat,
maka perlu pengamatan lebih lanjut tentang ukuran stomata pada waktu yang
berbeda-beda.
Menurut Dwijoseputra (l989) pada pagi hari masih kedapatan amilum di
dalam sel-sel penutup stomata. Penaruh sinar matahari ini membangkitkan klorofil-
klorofil untuk mengadak fotosintesi dalam kloroplas jaringa palisade dan spon
parenkim. Dengan adanya fotosintesis ini, maka kadar CO2 dalam sel-sel tersebutt
menurun, ini karena sebagian dari Co2 mengalami reduksi menjadi CH2O. Karena
peristiwa reduksi ini, maka berkuranglah ion-ion H, sehingga pH lingkungan jadi
lingkungan menuju basa. Kenaikan pH ini sangat baik bagi kegiatan enzim
posporilase guna mengubah amilum dalam sel penutup menjadi glukosa-l pospat.
Naiknya osmosis isi sel penutup menyebabkan masuknya air dari sel tetangga,
sehingga menaikkan turgor dan memgembanglah dinding sel tetangga yang tipis
tersebut.
Salisbury dan Ross (1995) menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata yaitu : 1. Faktor eksternal :
Intensitas cahaya matahari, konsentra si CO2 dan asam absisat (ABA). Cahaya
matahari merangsang sel penutup menyerap ion K+ dan air, sehingga stomata
membuka pada pagi hari. Konsentrasi CO2 yang rendah di dalam daun juga
menyebabkan stomata membuka. 2. Faktor internal (jam biologis) : Jam biologis
memicu serapan ion pada pagi hari sehingga stomata membuka, sedangkan malam
hari terjadi pembasan ion yang menyebabkan stomata menutup.

b. Hubungan atmosfer terhadap produksi

Laporan yang dikeluarkan tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate


Change menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat
Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Pemanasan tersebut terutama disebabkan
oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC
memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1,1 hingga
6,4 C (2,0 hingga 11,5 F) antara tahun 1990 dan 2100. Menurut Stocker, et.al;
kondisi ini akan mengakibatkan iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu
akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya dan karbon dioksida akan tetap berada
di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya
kembali (Sumaryanto, 2012). Dampak dari pemanasan global (Global Warming) akan
mempengaruhi pola presipitasi, evaporasi, water run-off, kelembaban tanah dan
variasi iklim yang sangat fluktuatif secara keseluruhan dapat mengancam
keberhasilan produksi pangan.

c. Hubungan atmosfer terhadap produktivitas tanaman

Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat


dinamik dan sulit dikendalikan. Dalam praktek, iklim dan cuaca sangat sulit untuk
dimodifikasi/dikendalikan sesuai dengan kebutuhan, kalaupun bisa memerluan biaya
dan teknologi yang tinggi. Iklim/cuaca sering seakan-akan menjadi faktor pembatas
produksi pertanian. Karena sifatnya yang dinamis, beragam dan terbuka, pendekatan
terhadap cuaca/iklim agar lebih berdaya guna dalam bidang pertanian , diperlukan
suatu pemahaman yang lebih akurat teradap karakteristik iklim melalui analisis dan
interpretasi data iklim. Mutu hasil analisis dan interpretasi data iklim, selain
ditentukan oleh metode analisis yang digunakan, juga sangat ditentukan oleh jumlah
dan mutu data. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama yang baik antar
instasi pengelola dan pengguna data iklim demi menunjang pembangunan pertanian
secara keseluruhan.
Peningkatan kebutuhan terhadap produksi pertanian akibat peningkatan
jumlah penduduk di satu sisi, dan semakin terbatasnya jumlah sumber daya pertanian
disisi lain, menuntut perlunya optimalisasi seluruh sumber daya pertanian, terutama
lahan dan air. Oleh sebab itu, sistem usahatani yang selama ini lebih berorientasi
komoditas (commodity oriented) harus beralih kepada sistem usahatani yang berbasis
sumber daya (commodity base), seperti halnya sistem usahatani agribisnis. Salah satu
aspek penting dalam pengembangan agribisnis adalah bahwa kualitas hasil sama
pentingnya dengan kuantitas dan kontinuitas hasil.
Disamping faktor tanah, produktivitas pertanian sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan air dan berbagai unsur iklim. Namun dalam kenyataannya, iklim/cuaca
sering seakan-akan menjadi faktor pembatas produksi. Hal tersebut disebabkan
kekurang selarasan sistem usahatani dengan iklim akibat kekurang mampuan kita
dalam memahami karakteristik dan menduga iklim, sehingga upaya antisipasi resiko
dan sifat ekstrimnya tidak dapat dilakukan dengan baik. Akibatnya, sering tingkat
hasil dan mutu produksi pertanian yang diperoleh kurang memuaskan dan bahkan
gagal sama sekali.
Peranan unsur-unsur iklim bagi tanaman (Tanaman Padi):
Pertumbuhan dan produksi tanaman padi merupakan hasil akhir dari proses
fotosintesis dan berbagai fisiologi lainnya. Proses fotosintesis sebagai proses awal
kehidupan tanaman pada dasarnya adalah proses fisiologi dan fisika yang
mengkonversi energi surya (matahari) dalam bentuk gelombang elektromagnetik
menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Sebagian energi kimia tersebut
direduksi/ dirombak menjadi energi kinetik dan energi termal melalui proses respirasi,
untuk memenuhi kebutuhan internal tanaman. Sedangkan bagian lainnya direformasi
menjadi beberapa jenis senyawa organik, termasuk asam amino, protein dan lain-lain
melalui beberapa proses metabolisme tanaman.
Selain radiasi surya, proses fotosintesis bulir padi sangat ditentukan oleh ketersediaan
air, konsentrasi CO2 dan suhu udara. Sedangkan proses respirasi dan beberapa proses
metabolisme tanaman secara signifikan dipengaruhi oleh suhu udara dan beberapa
unsur iklim lain. Proses transpirasi yang menguapkan air dari jaringan tanaman ke
atmosfer merealisasikan proses dinamisasi dan translokasi energi panas, air, hara dan
berbagai senyawa lainnya di dalam jaringan tanaman. Secara fisika, proses transpirasi
tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan air tanah (kelembaban udara), radiasi
surya, kelembaban nisbi dan angin.
Selain proses metabolisme, proses pembungaan, pengisian biji dan
pematangan biji atau buah tanaman padi juga sangat dipengaruhi oleh radiasi surya
(intensitas dan lama penyinaran), suhu udara dan kelembaban nisbi serta angin. Oleh
sebab itu, produkstivitas dan mutu hasil tanaman padi yang banyak ditentukan pada
fase pengisian dan pematangan biji atau buah sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur
iklim dan cuaca, terutama radiasi surya dan suhu udara.
Informasi Iklim dalam Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis
Resiko pertanian akibat pengaruh iklim antara lain terjadi melalui dampak
kekeringan, kebasahan atau banjir, suhu tinggi, suhu rendah atau “frost”, angin,
kelembaban tinggi dan lain-lain. Resiko pertanian akibat iklim tersebut, selain
menyebabkan rendahnya hasil baik secara kuantitas maupun kualitas, juga
ketidakstabilan produksi pertanian secara nasional. Faktor penyebab resiko pertanian
antara lain, fluktuasi dan penyimpangan iklim, ketidaktepatan peramalan iklim,
perencanaan usahatani dan pemilihan komoditas/varietas yang kurang sesuai dengan
kondisi iklim.
Analisis iklim dalam kaitannya dengan resiko pertanian antara lain adalah
pemodelan iklim untuk peramalan iklim dan penyimpangannya, karakteristik dan
analisis sifat curah hujan, peluang deret hari kering (tanpa hujan) dalam kaitannya
dengan kekeringan, intensitas dan pola curah hujan dalam kaitannya dengan resiko
ancaman banjir, erosi dan lain-lain.

2. Radiasi sinar matahari

Laporan yang dikeluarkan tahun 2001, Intergovernmental Panel on


Climate Change menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat
0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Pemanasan tersebut
terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah
kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global
akan meningkat 1,1 hingga 6,4 C (2,0 hingga 11,5 F) antara tahun 1990 dan
2100. Menurut Stocker, et.al; kondisi ini akan mengakibatkan iklim tetap terus
menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan
sebelumnya dan karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus
tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali (Sumaryanto,
2012). Dampak dari pemanasan global (Global Warming) akan mempengaruhi
pola presipitasi, evaporasi, water run-off, kelembaban tanah dan variasi iklim yang
sangat fluktuatif secara keseluruhan dapat mengancam keberhasilan produksi pangan.

panjang gelombang radiasi inframerah lebih panjang daripada panjang gelombang


cahaya (visible radiation)
Jumlah total radiasi yang diterima di permukaan bumi tergantung 4 (empat) faktor.
1.Jarak matahari. Setiap perubahan jarak bumi dan matahari menimbulkan variasi terhadap
penerimaan energi matahari
2.Intensitas radiasi matahari yaitu besar kecilnya sudut datang sinar matahari pada permukaan
bumi. Jumlah yang diterima berbanding lurus dengan sudut besarnya sudut datang. Sinar
dengan sudut datang yang miring kurang memberikan energi pada permukaan bumi
disebabkan karena energinya tersebar pada permukaan yang luas dan juga karena sinar
tersebut harus menempuh lapisan atmosphir yang lebih jauh ketimbang jika sinar dengan
sudut datang yang tegak lurus.

3. Panjang hari (sun duration), yaitu jarak dan lamanya antara matahari terbit dan matahari
terbenam.
4. Pengaruh atmosfer. Sinar yang melalui atmosfer sebagian akan diadsorbsi oleh gas-gas,
debu dan uap air, dipantulkan kembali, dipancarkan dan sisanya diteruskan ke permukaan
bumi.

Radiasi matahari yang diterima oleh bumi kita (energi matahari) akan diterima dengan cara
sebagai berikut:

1. Diserap oleh aerosol & awan di atmosfer bumi yang akhirnya menjadi panas. Radiasi yang
terserap ini menyebabkan naiknya temperatur gas-gas dan aerosol-aerosol. aerosol=
kumpulan cairan kecil atau partikel-partikel solid yang menyebar dalam suatu gas, seperti uap
air di atmosfir, debu-debu angkasa, etc.

2. Ditangkis oleh atmosfer (oleh gas2 dan aerosol-aerosol), dalam hal ini radiasi ditangkis
dan disebarkan ke segala penjuru. Sebagian radiasi menuju kembali ke angkasa, sebagian
sampai ke permukaan bumi.Penangkisan dan penyerapan radiasi bisa terjadi di segala lapisan
atmosfir, yang paling sering lapisan bawah di mana massa atmosfir lebih terkonsentrasi.

3. Radiasi yang tidak tertangkis maupun terserap oleh atmosfir, sampai ke permukaan bumi.
Karena bumi sangat padat, maka radiasi ini bukan ditangkis, melainkan dikembalikan satu
arah ke atmosfir (proses ini biasa disebut refleksi – walaupun sebenarnya sama saja dengan
tangkisan). Es dan salju merefleksi hampir kebanyakan dari radiasi solar yang sampai ke
permukaan bumi, sedangkan laut, merefleksi sangat sedikit.

4. Radiasi yang sampai ke permukaan bumi yang tidak direfleksi, akan diserap oleh bumi. Di
lautan, penyerapan ini sampai pada puluhan meter dari permukaan laut, sedangkan di daratan,
hanya pada level yang lebih tipis.
Seperti halnya yang terjadi pada atmosfir, penyerapan radiasi di permukaan bumi
menyebabkan naiknya temperatur permukaan tersebut.

a) Hubungan radiasi sinar matahari terhadap syarat tumbuh

Radiasi sinar matahari merupakan sumber energi dari benda hidup di bumi. Salah satu yang
membutuhkan radiasi sinar matahari adalah tanaman budidaya. Radiasi sinar matahari terdiri
dari 3 spektrum. Spektrum tersebut adalah cahaya tampak, cahaya gelombang pendek
(Ultraviolet), dan cahaya gelombang panjang (Inframerah). Cahaya tampak dan gelompang
panjang (Inframerah) berperan penting dalam proses fisiologi tanaman, khususnya pada
fotosintesis, respirasi, dan transpirasi melalui proses sintesis klorofil, fotosintesis, dan melalui
mekanisme aktifitas fototropisme dan fotoperiodik.
Cahaya dalam bentuk intensitas, kualitas, dan durasi yang benar sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman. Panjang hari dan lama penyinaran menentukan waktu pembungaan
dan mempengaruhi jumlah karbohidrat terlarut pada tanaman. Atas dasar tersebut, tanaman
diklasifikasikan kedalam 3 klasifikasi. Yaitu tanaman hari pendek, tanaman hari panjang,
danday-neutral plants. Berdasarkan kebutuhan intensitas cahaya matahari, dikenal dua tipe
tanaman yaitu C3dan C4. Tanaman C3 memiliki kompensasi cahaya rendah dan dibatasi oleh
tingginya fotorespirasi. Tanaman C4 memiliki kompensasi cahaya tinggi dan tidak dibatasi
oleh fotorespirasi.
Daun menyerap sinar matahari dalam bentuk foton. Daun tanaman menyerap secara selektif
gelombang cahayaDaun menyerap sinar matahari dalam bentuk foton. Daun tanaman
menyerap secara selektif gelombang cahaya matahari seperti yang tertera pada gambar 1.1.
cahaya yang didapat oleh daun kemudian dipergunakan dalam proses fotosintesis
untuk memproduksi gula (karbohidrat). Melalui sel-sel yang berespirasi, energi tersebut akan
dikonversi menjadi energi ATP sehingga dapat digunakan bagi pertumbuhannya. Reaksi
umum dari proses fotosintesis adalah : 6 H2O + 6 CO2 C6H12O6 + 6 O2. Tanpa adanya
sinar matahari, maka proses fotosintesis tidak akan bisa berjalan, dan proses pertumbuhan
vegetatif dan generatif tanaman akan terganggu.
b) Hubungan radiasi sinar matahri terhadap produksi

Anda mungkin juga menyukai