Anda di halaman 1dari 13

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN


METODE ALTMAN Z-SCORE, SPRINGATE, DAN ZMIJEWSKI
PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI

Fitriani Rahayu, I Wayan Suwendra, Ni Nyoman Yulianthini

Jurusan Manajemen
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: fiemaykeroro@gmail.com, ycgedea@gmail.com,


yulianthini_nyoman@yahoo.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis prediksi kesulitan keuangan
pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014 dengan
menggunakan metode Altman Z-score, Springate, dan Zmijewski.Penelitian ini menggunakan data
sekunder yaitu laporan keuangan tahunan Perusahaan Telekomunikasi periode 2012-2014 dengan
menggunakan teknik pecatatan dokumen dan dianalisis dengan metode Altman Z-score, Springate, dan
Zmijewski. Hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang dianalisis dengan
metode Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski pada Perusahaan Telekomunikasi Periode 2012-2014
diklasifikasikan dalam keadaan mengalami kesulitan keuangan atau Financial Distress. Hasil prediksi
financial distress menggunakan metode Altman Z-Score terdapat dua perusahaan yang mengalami
financial distress selama tiga tahun periode 2012-2014 yaitu PT Bakrie Telecom Tbk dan PT Smartfren
Tbk. Hasil prediksi financial distress menggunakan metode Springate terdapat empat perusahaan yang
mengalami financial distress yaitu PT Bakrie Telecom Tbk, PT XL Axiata Tbk, PT Smartfren Tbk, dan PT
Indosat Tbk pada tahun 2012-2014. Hasil prediksi financial distress menggunakan metode Zmijewski
terdapat dua perusahaan yang mengalami financial distress yaitu PT Bakrie Telecom Tbk dan PT
Smartfren Tbk.

Kata-kata kunci :financial distress, metode altman z-score, springate, zmijewski

Abstract
The purpose of this study was to determine and analyze the financial distress prediction of the
Telecommunication Company listed in Indonesia Stock Exchange in the period of 2012-2014 using the
method of Altman Z-score, Springate, and Zmijewski. This study used secondary data, it was the annual
financial statements of the Telecommunication Company in the period of 2012-2014 using the technique
of documentation and analyzed by the method of Altman Z-score, Springate, and Zmijewski. The final
results of this study show that financial performance analyzed by the method of Altman Z-Score,
Springate, and Zmijewski of the Telecommunication Company in the Period of 2012-2014 are classified
in a state financial distress. The Results offinancial distresspredictionusing AltmanZ-Score method, there
are two companies indicated financial distressduring three years in the period of 2012-2014, namely PT
Bakrie Telecom Tbk and PT Smartfren Tbk. The Results of financial distress prediction using Springate
method there are four companies indicated financial distress, PT Bakrie Telecom Tbk, PT XL Axiata Tbk,
PT Smartfren Tbk, and PT Indosat Tbk in 2012-2014. And the results of financial distress prediction
using Zmijewski method there are two companies indicated financial distress, PT Bakrie Telecom in
2012-2014, PT XL Axiata in 2014, and PT Smartfren in 2013-2014.

Keywords: financial distress, altman z-score, springate, zmijewski method


e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

PENDAHULUAN
Krisis di Indonesia sejak pertengahan laporan laba rugi jika perusahaan terus
tahun 1998 dimulai dengan merosotnya nilai menerus rugi, dan dari laporan arus kas jika
rupiah yang sangat tajam, akibat arus kas masuk lebih kecil dari arus kas
meningkatnya permintaan Dollar As. keluar.Oleh karena itu, untuk mengatasi
Penyebab krisis ini tidak hanya karena dan meminimalisir terjadinya Financial
struktur ekonomi yang lemah, tetapi karea Distress, perusahaan dapat mengawasi
utang swasta luar negeri yang telah kondisi keuangannya dari segi neraca dan
mencapai jumlah yang cukup besar. laporan laba rugiyang ada dalam laporan
Akibatnya, tingkat suku bunga dan inflasi keuangan perusahaan dengan
meningkat tajam serta investasi berkurang menggunakan teknik-teknik analisis laporan
sehingga kesehatan perusahaan banyak keuangan.
yang mengalami penurunan bahkan Yoseph (2012:2) menyatakan
berpotensi untuk bangkrut (Gustiana, bahwa analisis financial distress yang
2014). sering digunakan adalah Analisis Z-Score
Kebangkrutan merupakan masalah model Altman, model Springate dan model
yang dapat terjadi dalam sebuah Zmijewski. Analisistersebut dikenal karena
perusahaan apabila perusahaan tersebut selain caranya mudah, keakuratan dalam
mengalami kondisi kesulitan.Darsono dan menentukan prediksi financial distress juga
Ashari (2005), menyatakan bahwa secara cukup akurat. Analisis financial distress
garis besar penyebab kebangkrutan dibagi tersebut dilakukan untuk memprediksi suatu
menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor perusahaan sebagai penilaian dan
eksternal. Dari faktor eksternal seperti pertimbangan akan suatu kondisii
kesulitan bahan baku karena supplier tidak perusahaan.
dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku Perusahaan telekomunikasi di
yang digunakan untuk produksi. Sedangkan Indonesia pada umumnya menyediakan
untuk faktor internal bisa dilihat dari segi produk berupa jasa-jasa telekomunikasi, baik
keuangan perusahaan, seperti hutang domestik maupun internasional. Saat ini
perusahaan yang membengkak dan modal perusahaan Telekomunikasi yang tercatat di
kerja yang negatif sehingga perusahaan Bursa Efek Indonesia terdiri dari enam
tidak mampu membiayai kegiatan perusahaan, yaitu PT Bakrie Telecom Tbk,
operasionalnya.Tahap awal kebangkrutan PT XL Axiata Tbk, PT Smartfren Tbk, PT
bisnis yang terjadi dalam perusahaan Indosat Tbk, PT Inovisi Tbk, dan PT
biasanya diawali terjadinya kesulitan Telekomunikasi Indonesia Tbk.
keuangan (Financial Distress). Dari laporan keuangan perusahaan
Platt (dalam Andre, 2013) menyatakan dapat diperoleh informasi tentang kinerja
bahwafinancial distress merupakan tahapan perusahaan.Menurut Hofer (1980) financial
penurunan kondisi keuangan suatu distressmerupakan kondisi dimana
perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan mengalami laba bersih negatif
ataupun likuidasi.Kondisi keuangan tersebut selama beberapa tahun. Whitaker (1999)
misalnya ditinjau dari komposisi neraca juga mengungkapkan bahwafinancial
yaitu perbandingan jumlah aktiva dan distressadalah kondisi dimana perusahaan
kewajiban dimana pada saat aktiva tidak mengalami laba bersih operasi (net
cukup atau lebih kecil daripada jumlah operation income) negatif selama beberapa
hutangnya, modal kerja yang negatif tahun dan selama lebih dari satu tahun
sehingga terjadi ketidakseimbangan modal tidak melakukan pembayaran deviden,
yang dimiliki perusahaan dengan hutang- pemberhentian tenaga kerja, atau
piutang yang dimiliki dan berdampak pada menghilangkan pembayaran deviden.
kegiatan perusahaan dimana perusahaan Berdasarkan dari kedua teori tersebut,
tidak mampu membiayai seluruh biaya maka diperoleh data kinerja keuangan
operasionalnya, seperti biaya bahan baku, perusahaan telekomunikasi dilihat dari total
biaya overhead, pembayaran kompensasi laba usaha dan total utang periode 2012-
bagi karyawan, hutang yang jatuh tempo, 2014 yang terdapat pada Tabel 1.1 berikut.
dan biaya-biaya lainnya, ditinjau dari
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

Tabel 1.Total Laba Usaha dan Total Utang “Analisis Penggunaan Metode Altman Z-
Perusahaan Telekomunikasi Score dan Metode Springate untuk
Periode 2012-2014 (dalam Mengetahui Potensi Terjadinya Financial
Miliaran Rupiah) Distress”.
Penelitian yang dilakukan oleh Ufi
Zuhriyatuz Zakkiyah, dkk (2014) dalam
Total
Kode Total jurnalnya yang berjudul “Analisis
Tahun Laba
Saham Utang Penggunaan Zmijewski (X-score) dan
Usaha
Altman Z-score untuk memprediksi Potensi
2012 -500,4 7.414,4 Kebangkrutan”.
BTEL 2013 3,6 10.135,6 Penelitian yang dilakukan oleh
2014 -947,6 11.467,3 Wijaya Adi Cahyono (2013)dalam jurnalnya
2012 4.352,5 20.085,7 yang berjudul“Prediksi Kebangkrutan
EXCL 2013 1.658,3 24.977,5 dengan Menggunakan Analisis Model Z-
2014 428,4 49.745,9 score Altman”.
2012 -1.602,6 9.355,4 Tujuan dari penelitian ini adalah
FREN 2013 -1.611,1 12.816,5 untuk mengetahui Perusahaan
2014 -968,0 13.796,7 Telekomunikasi periode 2012-2014
2012 3.190,0 35.829,7 mengalami financial distress dianalisis
dengan Metode Altman Z-Score, Springate,
ISAT 2013 1.509,2 38.003,3
dan Zmijewski.
2014 672,9 39.058,9
Hasil dari penelitian ini secara
2012 25.698,0 44.391,0
teoritis diharapkan dapat memberikan
TLKM 2013 27.846,0 50.527,0 kontribusi dan pengetahuan bagi pembaca
2014 29.377,0 54.770,0 dan perkembangan Ilmu Manajemen
Sumber:Annual Report Perusahaan Keuangan khususnya mengenai kajian
Telekomunikasi diakses melalui perusahaan mengenai analisis Financial
www.idx.co.id periode 2012-2014 Distress dengan menggunakan metode
(data diolah) Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski.
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat Selain itu, secara praktis hasil penelitian ini
bahwa laba usaha yang diperoleh PT diharapkan dapat memberi masukan dan
Bakrie Telecom Tbk mengalami penurunan informasi yang bermanfaat sebagai acuan
dari tahun 2013 ke 2014 bahkan mengalami pengambilan keputusan di masa mendatang.
rugi usaha sebesar Rp. 947 Miliar. Di tahun Rasio likuiditas digunakan untuk
2014 PT Smartfren Tbk berhasil menggambarkan seberapa likuidnya suatu
mengurangi rugi usahanya, meskipun pada perusahaan serta kemampuan perusahaan
tahun tersebut laba usahanya masih dalam untuk menyelesaikan kewajiban jangka
kondisi minus/rugi sebesar Rp 968 Miliar. pendek dengan menggunakan aktiva
Laba usaha PT XL Axiata Tbk dan PT lancar.Pentingnya likuiditas dapat dilihat
Indosat Tbk mengalami penurunan secara dengan mempertimbangkan dampak dari
berturut-turut selama tiga tahun terakhir ketidakmampuan perusahaan memenuhi
periode 2012-2014. Sedangkan PT kewajiban jangka pendeknya. Kurangnya
Telekomunikasi Indonesia Tbk memimpin likuiditas menghalangi perusahaan untuk
dengan kemampuannya meningkatkan laba memperoleh keuntungan dari kesempatan
usahanya selama tiga tahun berturut-turut. untuk mendapatkan keuntungan. Menurut
Untuk perolehan total utang, kelima Wetson (dalam Kasmir, 2012:129) rasio
perusahaan tersebut telah mengalami likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio
peningkatan selama tiga tahun berturut- yang menggambarkan kemampuan
turut dalam kurun waktu tahun 2012-2014. perusahaan dalam memenuhi kewajiban
Penelitian ini dilakukan untuk (utang) jangka pendek. Artinya apabila
mengembangkan penelitian-penelitian yang perusahan ditagih, perusahaan akan
telah ada.Penelitian tersebut diantaranya mampu untuk memenuhi utang tersebut
dilakukan oleh Rizky Amalia Burhanuddin terutama utang yang sudah jatuh
(2015) dalam skripsinya yang berjudul tempo.Rasio likuiditas yang menjadi fokus
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

dalam penelitian ini adalah jenis rasio analisis untuk bisa menilainya. Rasio
menurut Munawir (2004), yaitu rasio profitabilitas juga mempunyai arti penting
Working Capital to Total Asset (WCTA) dan dalam usaha mempertahankan
Current Ratio (CR). Hal ini dikarenakan kelangsunganhidupnya dalam jangka
kedua rasio ini terdapat pada perhitungan panjang, karena profitabilitas menunjukkan
metode financial distress yaitu, WCTA pada apakah badan usaha tersebutmempunyai
model Altman Z-Score dan Springate, prospek yang baik di masa yang akan
sedangkan CR pada model Zmijewski. datang. Menurut Kasmir (2012:196), rasio
Rasio leveragedigunakan untuk profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
mengukur kemampuan perusahaan untuk kemampuan peruasahaan dalam mencari
memenuhi kewajiban finansialnya baik keuntungan. Rasio profitabilitas yang
jangka pendek maupun jangka panjang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu
apabila sekiranya perusahaan rasio Return on Assets (ROA). Hal ini
dilikuidasi.Menurut Agnes Sawir (2000:13), dikarenakan rasio ini terdapat pada
rasio leverage mengukur tingkat solvabilitas perhitungan ketiga metode prediksi financial
suatu perusahaan. Rasio ini menunjukan distress yaitu pada model Altman Z-Score,
kemampuan perusahaan untuk memenuhi Springate, Zmijewski.
segala kewajiban finansialnya seandainya Laporan keuangan dalam suatu
perusahaan pada saat itu dilikuidasi. perusahaan mempunyai arti yang sangat
Dengan demikian solvabilitas berarti penting terutama bagi pihak yang
kemampuan perusahaan untuk membayar mempunyai kepentingan terhadap
utang-utangnya, baik jangka pendek perusahaan.Menurut Ikatan Akuntan
maupun jangka panjang. Rasio leverage Indonesia (dalam SAK, 2009:1), laporan
yang menjadi fokus dalam penelitian ini keuangan merupakan bagian dari proses
adalah jenis rasio menurut Meythi (2013), pelaporan keuangan.Laporan keuangan
yaitu rasio Book Value of Equity to Total yang lengkap biasanya meliputi neraca,
Liabilities (BVETL) dan Debt Ratio (DR). laporan laba rugi, laporan perubahan posisi
Hal ini dikarenakan kedua rasio ini terdapat keuangan (yang dapat disajikan dalam
pada perhitungan metode financial distress berbagai cara, misalnya sebagai laporan
yaitu, BVETL pada model Altman Z-Score, arus kas atau laporan arus dana), catatan
sedangkan DR pada model Zmijewski. dan laporan lain, serta materi penjelasan
Rasio Aktivitas mengukur tingkat yang merupakan bagian integral dari
efektivitas penggunaan asset laporan keuangan.Hanafi (2009:5),
perusahaan.Rasio ini juga sering disebut menjelaskan bahwa analisis terhadap
rasio perputaran atau turnover. Hasil dari laporan keuangan suatu perusahaan pada
pengukuran rasio ini untuk melihat kondisi dasarnya karena ingin mengetahui tingkat
keuangan perusahaan pada suatu periode profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko
apakah mampu atau tidak memenuhi target atau tingkat kesehatan suatu perusahaan.
yang ditentukan. Menurut Munawir Menurut Pernyataan Standar
(2002:240), rasio aktivitasyaitu rasio Akuntansi (2009), “tujuan laporan keuangan
untuk menilai adalah memberikan informasi mengenai
kemampuanperusahaandalam posisi keuangan, kinerja keuangan dan
melaksanakan aktivitassehari- arus kas entitas yang bermanfaat bagi
hariataukemampuan perusahaandalam sebagian besar kalangan pengguna laporan
penjualan,penagihanpihutangmaupunpema dalam pembuatan keputusan ekonomi”.
nfaatanaktivayang dimiliki. Rasio aktivitas Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
yang menjadi fokus dalam penelitian ini pertanggungjawaban manajemen atas
yaitu rasio Total Assets Turn Over (TATO). penggunaan sumber daya yang
Hal ini dikarenakan rasio ini terdapat pada dipercayakan kepada mereka.
perhitungan metode financial distress Platt (dalam Andre, 2013)
model Springate yaitu sales to total assets. mendefinisikan bahwa financial distress
Profitabilitasperusahaan merupakan adalah tahap penurunan kondisi keuangan
salah satu dasar penilaian kondisi suatu yang dialami oleh suatuperusahaan, yang
perusahaan, untukitu dibutuhkan suatu alat terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

ataupun likuidasi.Kondisi ini pada umumnya model Altman, model Springate dan model
ditandai antara lain dengan adanya Zmijewski (Yoseph, 2012:2).
penundaanpengiriman, kualitas produk
yang menurun, dan penundaan Model Altman Z-Score
pembayarantagihan dari bank. Menurut Analisis diskriminan Altman
Whitaker (1999), financial distressadalah merupakan salah satu teknik statistik yang
kondisi dimana perusahaan mengalami bisa digunakan untuk memprediksi adanya
laba bersih operasi (net operation income) kebangkrutan suatu perusahaan. Altman
negatif selama beberapa tahun dan selama telah mengkombinasikan beberapa rasio
lebih dari satu tahun tidak melakukan menjadi model prediksi dengan teknik
pembayaran deviden, pemberhentian statistik. Menurut Supardi (2003:11) Altman
tenaga kerja, atau menghilangkan adalah diskriminan yang digunakan untuk
pembayaran deviden. mempredikasi kebangkrutan perusahaan
Beberapa penyebab terjadinya dengan istilah yang sangat terkenal yang
financial distress menurut Lizal (dalam disebut Z-Score.
Pramuditya, 2014) adalah sebagai berikut:
1. Neoclassical model Model Altman Z-Score Pertama (1968)
Financial distress terjadi ketika Setelah melakukan penelitian
alokasi sumber daya tidak terhadap variabel dan sampel yang dipilih,
tepat.Mengestimasi kesulitan Altman menghasilkan model financial
dilakukan dengan data neraca dan distress dan kebangkrutan yang pertama.
laporan laba rugi. Persamaan kebangkrutan yang ditujukan
2. Financial model untuk memprediksi sebuah perusahaan
Financial distress ditandai dengan publik manufaktur. Persamaan dari model
adanya struktur keuangan yang Altman yang pertama adalah sebagai
salah dan menyebabkan batasan berikut:
likuiditas (liquidity constrains). Hal ini
berarti bahwa walaupun perusahaan Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6X4 + 0,999 X5
dapat bertahan hidup dalam jangka
panjang, namun demikian Keterangan:
perusahaan tersebut harus bangkrut Z = financial distress index
juga dalam jangka pendek. X1 = working capital / total asset....... (1)
3. Corporate governance model X2 = retained earnings / total asset....(2)
Financial distress menurut corporate X3 = earning before interest and taxes / total
governance model adalah ketika asset......... (3)
perusahaan memiliki susunan aset X4 = market value of equity / bookvalue of
yang tepat dan struktur keuangan total liabilities....... (4)
yang baik namun dikelola dengan X5 = sales / total asset......(5)
buruk. Nilai Z adalah indeks keseluruhan
Model peringatan dini (early warning fungsi multiple discriminant analysis.
system) sangat beguna sebagai informasi Menurut Altman, terdapat angka-angka cut
awal untuk mengantisipasi terjadinya off nilai Z yang dapat menjelaskan apakah
financial distress.Model ini dapat digunakan perusahaan akan mengalami kegagalan
sebagai sarana untuk mengidentifikasi atau tidak pada masa mendatang dan ia
terjadinya kesulitan keuangan sejak awal membaginya ke dalam tiga kategori, yaitu:
bahkan untuk memperbaiki kondisi a. Jika nilai Z <1,8 maka termasuk
perusahaan.Salah satu metode yang dapat perusahaan yang mengalami financial
digunakan untuk memprediksi apakah distress.
suatu perusahaan akan mengalami b. Jika nilai 1,8<Z<2,99 maka termasuk
financial distressatau tidak adalah dengan grey area (tidak dapat ditentukan
suatu model prediksi financial distress. apakah perusahaan sehat ataupun
Metode analisis financial distress yang mengalami financial distress). Pada
sering digunakan adalah Analisis Z-Score kondisi ini, perusahaan mengalami
masalah keuangan yang harus
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

ditangani dengan penanganan termasuk grey area (tidak dapat


manajemen yang tepat. Jika ditentukan apakah perusahaan sehat
terlambat dan tidak tepat ataupun mengalami financial
penanganannya, perusahaan dapat distress).
mengalami kebangkrutan. Jadi pada c. Jika nilai Z> 2,9 maka termasuk
grey area ini ada kemungkinan perusahaan yang tidak mengalami
perusahaan bangkrut dan ada pula financial distress atau dalam keadaan
yang tidak tergantung bagaimana pihak sehat (safe).
manajemen perusahaan dapat segera
mengambil tindakan untuk segera Model Altman Z-Score Modifikasi (1995)
mengatasi masalah yang dialami oleh Ramadhani (2009) mengungkapkan
perusahaan. bahwa seiring dengan berjalannnya waktu
c. Jika nilai Z>2,99 maka termasuk dan penyesuaian terhadap berbagai jenis
perusahaan yang tidak mengalami perusahaan, Altman kemudian merevisi
financial distress atau dalam keadaan modelnya supaya dapat diterapkan pada
sehat (safe). semua perusahaan, seperti manufaktur,
non manufaktur, dan perusahaan penerbit
Model Altman Z-Score Revisi (1983) obligasi di negara berkembang (emerging
Modelyang dikembangkan oleh market). Dalam Z-score modifikasi ini
Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi Altman mengeliminasi variable X5 (sales to
yang dilakukan oleh Altman merupakan total asset) karena rasio ini sangat
penyesuaian yang dilakukan agar model bervariatif pada industri dengan ukuran aset
prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk yang berbeda-beda. Berikut persamaan Z-
perusahaan manufaktur yang go public Score yang di modifikasi Altman (1995):
melainkan juga dapat diaplikasikan untuk
Z = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4
perusahaan-perusahaan di sektor swasta.
Model yang lama mengalami perubahan
pada salah satu variabelyang digunakan. Keterangan:
Altman mengubah pembilang Market Value Z= financial distress index
Of Equity pada X4menjadi book value of X1 = working capital/total asset ........ (11)
equity karenaperusahaan privat tidak X2 = retained earnings / total asset ..... (12)
memiliki harga pasar untuk ekuitasnya. X3 = earning before interest and taxes/total
Berikut formula yang dihasilkan (Supardi, asset ....... (13)
2003:11): X4 = book value of equity/book value of total
Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,108 X3 + 0,42 X4 liabilities....... (14)
Klasifikasi perusahaan yang sehat
+ 0,988 X5 dan bangkrut didasarkan pada nilai Z-score
model Altman Modifikasi yaitu:
Keterangan: a. Jika nilai Z < 1,1 maka termasuk
Z = financial distress index perusahaan yang mengalami financial
X1 = working capital / total asset........... (6) distress.
X2 = retained earnings / total asset ...... (7) b. Jika nilai 1,1 < Z < 2,6 maka termasuk
X3 = earning before interest and taxes / total grey area (tidak dapat ditentukan apakah
asset ..... (8) perusahaan sehat ataupun mengalami
X4 = book value of equity / bookvalue of total financial distress).
liabilities......... (9) c. Jika nilai Z > 2,6 maka termasuk
Klasifikasi perusahaan yang sehat perusahaan yang tidak mengalami
dan bangkrut didasarkan pada nilai Z- financial distress.
Scoremodel Altman (1983), yaitu:
a. Jika nilai Z< 1,23 maka termasuk Model Springate
perusahaan yang mengalami Menurut Ayu (2008:18) model
financial distress. Springate dikembangkan pada tahun 1978
b. Jika nilai 1,23<Z<2,9 maka oleh Gorgon L.V. Springate. Ia
menggunakan metode yang sama dengan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

Altman (1968) yaitu MultipleDiscriminant prediksinya.Zmijewski menggunakan probit


Analysis (MDA). Jumlah rasio awalnya yaitu analisis yang diterapkan pada 40
19 rasio. Setelah melalui uji yang sama perusahaan yang telah bangkrut dan 800
dengan yang dilakukan Altman (1968), perusahaan yang masih bertahan saat
Springate memilih 4 rasio yang dipercaya itu.Zmijewski telah mengukur akurasi
bisa membedakan antara perusahaan yang modelnya sendiri, dan mendapatkan nilai
mengalami distress dan yang tidak distress. akurasi 94,9%. Berikut model persamaan
Sampel yang digunakan Springate yang berhasil dikembangkan Zmijewski:
berjumlah 40 perusahaan yang berlokasi di
Kanada. X = -4,3 – 4,5X1 + 5,7X2 + 0,004X3
Model ini memiliki akurasi 92,5%
dalam tes yang dilakukan Springate.Model Keterangan:
yang dihasilkan Springate (1978) adalah X = financial distress index
sebagai berikut: X1 = Return On Assets (ROA)....... (19)
X2 = DebtRatio (DR) .................... (20)
S = 1.03A + 3.07B + 0.66C + 0.4D X3 = Current Ratio (CR)................ (21)
Model Zmijewski memiliki nilai
Keterangan: cutoff sebesar 0, dengan kriteria penilaian
S = financial distress index apabila:
A = working capital/total asset...... (15) a. Jika skor perusahaan kurang dari 0
B = earnings before interest and taxes / (X < 0), maka perusahaan tersebut
total asset ....... (16) masuk dalam nonfinancial distress
C = earning before taxes/total assets ... (17) (sehat).
D = sales/total assets....... (18) b. Jika skornya lebih dari 0 (X > 0),
Springate mengemukakan nilai maka perusahaan diprediksi
cutoff yang berlaku untuk model ini adalah mengalami financial distress.
0,862 dengan kriteria penilaian apabila:
a. Nilai S < 0,862 menunjukkan bahwa METODE
perusahaan tersebut diprediksi Model penelitian yang digunakan
mengalami financial distress. yaitu dengan analisis kuantitatif deskriptif.
b. Nilai 0,862 < S < 1,062 maka Menurut Sugiyono (2013), metode deskriptif
menunjukkan bahwa pihak adalah metode yang mampu menjelaskan
manajemen harus hati-hati dalam rumusan masalah yang berkenaan dengan
mengelola aset-aset perusahaan agar pertanyaan terhadap keberadaan variabel
tidak terjadi financial distress (daerah mandiri, baik hanya satu variabel atau lebih
rawan). (variabel mandiri adalah variabel yang
c. Nilai S>1,062 maka menunjukkan berdiri sendiri, bukan variabel independen,
perusahaan dalam kondisi keuangan karena kalau variabel independen selalu
yang sehat dan tidak mempunyai dipasangkan dengan variabel
permasalahan dengan keuangan dependen),sehingga dari penelitian ini
(tidak mengalami financial distress). peneliti tidak membuat perbandingan
variabel itu pada sampel lain, dan mencari
Model Zmijewski hubungan variabel itu dengan variabel lain.
Zmijewski (1984) mensyaratkan satu Menurut Sugiyono (2013), penelitian
hal yang krusial.Proporsi dari sampel dan kuantitatif, yaitu penelitian dengan
populasi harusditentukan di awal, sehingga memperoleh data yang berbentuk angka
didapat besaran frekuensi prediksi financial dalam hal ini adalah data laporan keuangan
distress perusahaan. Frekuensi ini tahunan pada Perusahaan Telekomunikasi
diperoleh dengan membagi jumlah sampel Periode 2012-2014.
yang mengalami financial distress dengan Subjek dalam penelitian ini adalah
jumlah sampel keseluruhan. Zmijewski Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar
menggunakan analisis rasio yang di Bursa Efek Indonesia, sedangkan yang
mengukur kinerja, leverage, dan likuiditas menjadi objek penelitian ini adalah kinerja
suatu perusahaan untuk model keuangan berdasarkan rasio dalam metode
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski Sumber: data diolah


periode 2012-2014. Dari perhitungan Tabel 2, dapat
Populasi dalam penelitian ini adalah dilihat bahwa perusahaan Telekomunikasi
perusahaan telekomunikasi di Indonesia. pada tahun 2012 yang mengalami kondisi
Perusahaan telekomunikasi yang terdaftar kesulitan keuangan (Financial Distress)
di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014 terdiri dari dua perusahaan yaitu PT Bakrie
saat ini berjumlah 6 perusahaan. Pada Telecom Tbk (BTEL) dan PT Smartfren Tbk
penelitian ini peneliti menggunakan teknik (FREN) hal ini ditunjukkan pada nilai Z
pengambilan sampel secara purposive masing-masing perusahaan kurang dari
sampling dan diperoleh 5 (lima) perusahaan 1,10 yaitu sebesar -3,31 dan -2,99.
dari berbagai kriteria pengambilan sampel. Sedangkan pada tahun 2013, PT
Berdasarkan sifatnya, jenis data Bakrie Telecom Tbk dan PT Smartfren Tbk
dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. masih dalam kondisi keuangan yang tidak
Sedangkan sumber data dalam penelitian baik disusul dengan PT Indosat Tbk yang
ini menggunakan sumber data sekunder. juga dalam kondisi yang sama setelah pada
Sumber data tersebut diperoleh dari situs tahun 2012 berada pada grey area artinya
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), ketiga perusahaan tersebut mengalami
berupa laporan keuangan tahunan Financial Distress di mana nilai Z<1,10
perusahaan yang dipublikasikan periode yaitu masing-masing sebesar -6,10, -4,01,
2012-2014 yang berhubungan erat dengan dan 0,63.
pembahasan dalam kaitannya dengan Pada tahun 2014, diperoleh empat
penelitian ini. perusahaan yang berada pada kondisi
Teknik pengumpulan data yang keuangan yang tidak baik atau mengalami
digunakan penulis adalah dengan metode Financial Distress di antaranya adalah PT
pencatatan dokumen. Selain itu, untuk Bakrie Telecom Tbk, PT XL Axiata Tbk, PT
memperoleh berbagai macam data dan Smartfren Tbk, dan PT Indosat Tbk.
informasi yang terkait dengan hal ini maka Keempat perusahaan tersebut masing-
penulis juga menggunakan teknik masing memiliki nilai Z<1,10 yaitu masing-
pengumpulan data seperti kepustakaan masing sebesar -10,46, 0,55, -3,86, dan -
(library research) dan mengakses website 0,47 sehingga termasuk dalam kategori
dan situs-situs yang menyediakan informasi perusahaan yang mengalami Financial
yang berkaitan dengan masalah dalam Distress.
penelitian ini. Teknis analisis yang Tabel 3. Hasil Perhitungan Analisis Model
digunakan dalam penelitian ini Springate
menggunakan metode Altman Z-
ScoreModifikasi, Springate, dan Zmijewski.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 2. Hasil Perhitungan Analisis Model
Altman Z-Score

Sumber: data diolah


e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

Dari perhitungan Tabel 3 menunjukkan dengan satu perusahaan lagi yaitu PT XL


bahwa perusahaan Telekomunikasi pada Axiata yang juga mengalami kesulitan
tahun 2012 hingga 2014 diperoleh 4 (empat) keuangan di tahun yang sama. Hal ini
perusahaan berada pada kondisi keuangan ditunjukkan pada nilai X ketiga perusahaan
yang tidak sehat artinya perusahaan- tersebut lebih dari 0 (nol), yaitu sebesar
perusahaan tersebut mengalami kesulitan 6,02 pada PT Bakrie Telecom Tbk, 1,04
keuangan (Financial Distress) hal ini pada PT Smartfren Tbk, dan 0,20 pada PT
ditunjukkan pada nilai S<0,862. Keempat XL Axiata. Total perusahaan yang
perusahaan tersebut di antaranya adalah mengalami financial distress pada tahun
PT Bakrie Telecom Tbk, PT XL Axiata Tbk, 2014 sebanyak tiga perusahaan.
PT Smartfren Tbk, dan PT Indosat Tbk.
Nilai S selama tiga tahun pada PT Bakrie Pembahasan
Telecom Tbk adalah sebesar -1,129, - Pembahasan hasil analisis data
0,820, dan -1,338. Pada PT XL Axiata Tbk menggunakan Model Altman Z-Score,
masing-masing tahun sebesar 0,744, 0,390, Springate, dan Zmijewski dapat dilihat pada
dan 0,102. Pada PT Smartfren Tbk sebesar Tabel 5 berikut.
-0,531, -0,797, dan -0,489. Dan pada PT
Indosat Tbk sebesar 0,322, -0,021, dan -
0,095.
Tabel 4. Hasil Perhitungan Analisis Model Tabel 5. Perbandingan Hasil Analisis
Zmijewski Metode Altman Z-Score,
Springate, dan Zmijeski

Sumber: diolah
Dari Tabel 4.3 diatas, menunjukkan
bahwa di tahun 2012 diperoleh 1 (satu) Sumber: data diolah
perusahaan saja yang mengalami financial
distress, yaitu PT Bakrie Telecom Tbk hal Hasil penelitian ini sesuai dengan
ini ditunjukkan dari nilai X perusahaan lebih teori yang diungkapkan oleh Yoseph
dari 0, yaitu sebesar 1,95. Di tahun 2013, (2011:2) bahwa saat ini terdapat berbagai
terdapat 2 (dua) perusahaan yang berada alat analisis guna memprediksi kondisi
pada kondisi financial distress yaitu PT financial distress suatu perusahaan,
Bakrie Telecom Tbk dan PT Smartfren Tbk beberapa diantaranya adalah metode
di mana nilai X> 0 yaitu masing-masing Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski.
sebesar 3,34 dan 1,04. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
Di tahun 2014, kembali PT Bakrie menggunakan modelAltman Z-Score,
Telecom Tbk dan PT Smartfren Tbk masih Springate, dan Zimjewski terdapat
mengalami financial distress ditambah perbedaan hasil analisis yang dikarenakan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

adanya perbedaan atas nilai-nilai variabel tersebut dapat dilihat padatingkat


yang digunakan atau dalam hal ini nilai-nilai likuiditasdan profitabilitas yang semakin
rasio keuangan yangberbeda pada masing- rendah pada masing-masing perusahaan
masing metode. Dalam perhitungan model setiap tahunnya akibat modal kerja yang
Altman Z-Score, Springate, dan negatif sehingga perusahaan tidak efektif
Zimjewskimemberikan penilaian yang dan efesien dalam menghasilkan laba
berbeda terhadap kelima perusahaan usahanya.Penelitian ini mendukung
telekomunikasi, hal ini dikarenakan penelitian dari Rizky Amalia Burhanuddin
rasioyang digunakan dalam mengukur (2015), dimana hasilprediksi
tingkat kesulitan keuangan perusahaan financialdistress
berbeda-beda.Berdasarkan dari hasil menggunakanmetodeSpringate terdapat
penelitian, maka akan dibahas satu persatu satu perusahaan yang mengalami financial
sesuai dengan metode analisis yang distress.
digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan berdasarkan metode
Pada Tabel 5, Perusahaan dari Zmijewski diperoleh dua dari lima
Telekomunikasi selama periode 2012-2013 perusahaan yang dikategorikan mengalami
berdasarkan hasil analisis modelAltman Z- financial distress, yaitu PT Bakrie Telecom
Score diperoleh tiga dari lima perusahaan Tbk dan PT Smartfren Tbk. Dengan kata
dikategorikan mengalami financial distress. lain, perusahaan telekomunikasi dengan
Ini berarti bahwa menurut metode Altman metode Zmijewski tidak diklasifikasikan
Z-Score sebagian besar perusahaan tidak mengalami financial distress
telekomunikasi mengalami financial distress sepanjang periode 2012-2013. Penelitian ini
sepanjang periode tersebut. Perusaahaan sejalan dengan penelitian yang dilakukan
tersebut diantaranya adalah PT Bakrie oleh Ufi Zuhriyatuz Zakkiyah, dkk
Telecom Tbk, PT Smartfren Tbk, dan PT (2014:9)dimana berdasarkan metode
Indosat Tbk.Hal ini disebabkan perusahaan Zmijewski (X-Score) sebagian besar
memiliki tingkat likuiditas dan profitabilitas perusahaan dalam kondisi keuangan yang
yang rendah artinya perusahaan tidak sehat.
mampu mengelola dan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dan tidak PENUTUP
dapat mengelola assetnya secara efektif Simpulan
dan efesien di dalam menghasilkan laba Berdasarkan hasil penelitian dan
usahanya. Penelitian ini mendukung pembahasan, maka dapat ditarik
penelitian yang dilakukan oleh Wijaya Adi kesimpulan sebagai berikut:
Cahyono (2013:8), dimana berdasarkan 1) Hasil perhitungan berdasarkan analisis
metode Altman Z-Scoredari modelAltman Z-Score pada perusahaan
sepuluhperusahaan terdapat Telekomunikasi selama periode 2012-
limaperusahaanyang mengalami financial 2013 diperoleh tiga dari lima
distress danlima lainnya berada dalam perusahaan dikategorikan mengalami
keadaan sehatpada tahun 2011 dan enam financial distress. Ini berarti bahwa
perusahaanyang mengalami menurut metode Altman Z-Score
financialdistresssementara empat sebagian besar perusahaan
perusahaan dalamkeadaan sehat di tahun telekomunikasi mengalami financial
2012. distress sepanjang periode
Berdasarkan metode Springate tersebut.Perusaahaan tersebut
diperoleh empat dari lima perusahaan diantaranya adalah PT Bakrie Telecom
dikategorikan dalam kondisi financial Tbk, PT Smartfren Tbk, dan PT Indosat
distress, yang berarti bahwa sebagian Tbk. Hal ini disebabkan perusahaan
besar perusahaan telekomunikasi memiliki tingkat likuiditas dan
mengalami financial distress sepanjang profitabilitas yang rendah artinya
periode 2012-2013. Perusahaan tersebut perusahaan tidak mampu mengelola
diantaranya adalah PT Bakrie Telecom Tbk, dan memenuhi kewajiban jangka
PT XL Axiata Tbk, PT Smartfren Tbk, dan pendeknya dan tidak dapat mengelola
PT Indosat Tbk. Adapun penyebab kondisi
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

assetnya secara efektif dan efesien di modal kerja sebagian besar


dalam menghasilkan laba usahanya. perusahaan mengalami penurunan
2) Hasil perhitungan berdasarkan metode dari tahun ke tahun berdasarkan
Springate diperoleh empat dari laporan keuangan periode 2012-2013
limaperusahaan dikategorikan dalam bahkan terdapat modal kerja yang
kondisi financial distress, yang berarti bernilai negatif.
bahwa sebagian besar perusahaan 2) Bagi parainvestor yang ingin
telekomunikasi mengalami financial berinvestasi disarankan untuk berhati-
distress sepanjang periode 2012-2013. hati dalam memilih perusahaan dan
Perusahaan tersebut diantaranya dapat menggunakan hasil penelitian
adalah PT Bakrie Telecom Tbk, PT XL sebagai salah satu rujukan dalam
Axiata Tbk, PT Smartfren Tbk, dan PT membuat keputusan investasi serta
Indosat Tbk. Adapun penyebab kondisi memilih perusahaan terutama
tersebut dapat dilihat padatingkat perusahaan yang menunjukkan
likuiditas dan profitabilitas yang semakin peningkatan kinerja keuangan atau
rendah pada masing-masing perusahaan yang memiliki kinerja
perusahaan setiap tahunnya akibat keuangan baik menjadi pilihan yang
modal kerja yang negatif sehingga lebih aman.
perusahaan tidak efektif dan efesien 3) Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya
dalam menghasilkan laba usahanya. menambah periode pengamatan
3) Berdasarkan metode Zmijewski mengenai kondisi financial distress
diperoleh dua dari lima perusahaan perusahaan dan dapat menambah
yang dikategorikan mengalami financial metode analisis lain seperti metode
distress, yaitu PT Bakrie Telecom Tbk Olhson dan Grover.
dan PT Smartfren Tbk. Dengan kata
lain, perusahaan telekomunikasi DAFTAR RUJUKAN
dengan metode Zmijewski tidak Andre, Orina. 2013. Pengaruh Profitabilitas,
diklasifikasikan tidak mengalami Likuiditas Dan Leverage
financial distress sepanjang periode Dalammemprediksi Financial Distress
2012-2013. (Studi Empiris Pada Perusahaan
4) Berdasarkan hasil perhitungan dari Aneka Industri Yang Terdaftar di BEI).
ketiga metode diperoleh dua dari tiga Skripsi. Padang: Program Studi
metode menunjukkan perusahaan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dikategorikan dalam kondisi financial Universitas Negeri Padang.
distress, maka dapat diartikan bahwa
perusahaan Telekomunikasi selama Ayu, Niki. 2008. “Perbandingan Analisis
periode 2012-2014 sebagian besar Prediksi Kebangkrutan Menggunakan
berada pada kondisi mengalami Model Altman Pertama, Altman
kesulitan keuangan (financial distress). Revisi, dan Altman Modifikasi Dengan
Ukuran dan Umur Perusahaan
Saran Sebagai Variabel Penjelas (Studi
Berdasarkan dari beberapa simpulan Pada Perusahaan Manufaktur Yang
yang telah dikemukakan, maka penulis Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”.
dapat ajukan saran-saran sebagai berikut. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1,
1) Untuk perusahaan yang terindikasi April 2009 Hal: 15–28.
mengalami kondisi kesulitan keuangan
(financial distress) sebaiknya Cahyono, Wijaya Adi. 2013. Prediksi
manajemen perusahaan segera Kebangkrutan Perusahaan
menindaklanjutikondisi keuangan Pertambangan Batu Bara yang Listing
perusahaan, misalnya dengan cara di Bursa Efek Indonesia Periode
mengurangi liabilitas dan meningkatkan 2011-2012 dengan Menggunakan
profit perusahaan dengan melakukan Analisis Model Z-score Altman. E-
efisiensi biaya agar tidak Jurnal. Malang: Fakultas Ekonomi
terjadifinancial distress. Mengingat dan Bisnis Universitas Brawijaya.
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

Mengalami Kondisi Financial Distress


Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman (Studi Empiris Perusahaan
Praktis Memahami Laporan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Efek Indonesia Tahun 2010-2012).
Skripsi.Semarang : Program Sarjana
Halim, Abdul dan Mamduh M. Hanafi. 2009. (S1) Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4. Universitas Diponegoro
Yogyakarta. UPP STIM YKPN.
Ramadhani dan Lukviarman. 2009.
Hidayat, Gustiana. 2014. Analisis Perbandingan Analisis Prediksi
Kebangkrutan Model Atlman Modifikasi Kebangkrutan Menggunakan Model
Z-Score dan Springate pada Altman Pertama, Altman Revisi, dan
Perusahaan Telekomunikasi yang Altman Modifikasi Dengan Ukuran
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Dan Umur Perusahaan Sebagai
Periode 2008-2012. Bandung: Variabel Penjelas (Studi Pada
Universitas Widyatama. Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).
Hofer, C. W. 1980. Turnaround Padang.
Strategies.Jurnal Strategi Bisnis
Sawir, Agnes. 2000.Analisis Kinerja
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Keuangan dan Perencanaan
Akuntansi Keuangan. Jakarta: Keuangan Perusahaan, cetakan
Salemba Empat. kedua, PT.Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan.
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Meythi. 2013. Rasio Keuangan Terbaik Untuk Kualitatif, dan R&D).Bandung :
Memprediksi Nilai Perusahaan. Jurnal Alfabeta.
Keuangan dan Perbankan Vol. 17 No. 2.
Bandung: Universitas Kristen Supardi, 2003. Validitas Penggunaan Z-
Maranatha. Score Altman untuk Menilai
Kebangkrutan pada Perusahaan
Munawir, S, 2002. Analisis Laporan Perbankkan Go Publik Di Bursa Efek
Keuangan, Edisi Kedua, Yogyakarta: Jakarta. Magister Manajemen
YPKN. Universitas Pandjajaran.

------------------. 2004. Analisa Laporan Ufi Zuhriyatuz Zakkiyah, Topo Wijono, dan
Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan M. G. Wi Endang NP. 2014. Analisis
Ketigabelas, Yogyakarta: Liberty. Penggunaan Zmijewski (X-score) dan
Altman Z-score untuk memprediksi
Peter, Yoseph, 2012. “Analisis Potensi Kebangkrutan pada
Kebangkrutan Dengan Metode Z- Perusahaan Tekstil dan Garmen yang
score Altman, Springate dan Zwejwski Terdaftar di BEI Periode 2009-2012.
pada PT. INDOFOOD Sukses Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 12 No.
Makmur Tbk Periode 2005- 2. Malang: Fakultas Ilmu Administrasi
2009.”Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas Brawijaya.
Nomor 04 Tahun ke-2Januari-April
2011. Whitaker, Richard. 1999. The early stages
of financial distress.Journal of
Pramuditya, Andhika Yudha . 2014. economics and finance Vol. 23:
“Analisis Pengaruh Mekanisme p.123-133. Summer.
Corporate Governance Terhadap
Kemungkinan Perusahaan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

Zmijewski, ME. 1984. Methodological


Issues Related to The Estimation of
FinancialDistress Model.Journal of
Accounting Research,p59-82.

Anda mungkin juga menyukai