Jurusan Manajemen
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis prediksi kesulitan keuangan
pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014 dengan
menggunakan metode Altman Z-score, Springate, dan Zmijewski.Penelitian ini menggunakan data
sekunder yaitu laporan keuangan tahunan Perusahaan Telekomunikasi periode 2012-2014 dengan
menggunakan teknik pecatatan dokumen dan dianalisis dengan metode Altman Z-score, Springate, dan
Zmijewski. Hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang dianalisis dengan
metode Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski pada Perusahaan Telekomunikasi Periode 2012-2014
diklasifikasikan dalam keadaan mengalami kesulitan keuangan atau Financial Distress. Hasil prediksi
financial distress menggunakan metode Altman Z-Score terdapat dua perusahaan yang mengalami
financial distress selama tiga tahun periode 2012-2014 yaitu PT Bakrie Telecom Tbk dan PT Smartfren
Tbk. Hasil prediksi financial distress menggunakan metode Springate terdapat empat perusahaan yang
mengalami financial distress yaitu PT Bakrie Telecom Tbk, PT XL Axiata Tbk, PT Smartfren Tbk, dan PT
Indosat Tbk pada tahun 2012-2014. Hasil prediksi financial distress menggunakan metode Zmijewski
terdapat dua perusahaan yang mengalami financial distress yaitu PT Bakrie Telecom Tbk dan PT
Smartfren Tbk.
Abstract
The purpose of this study was to determine and analyze the financial distress prediction of the
Telecommunication Company listed in Indonesia Stock Exchange in the period of 2012-2014 using the
method of Altman Z-score, Springate, and Zmijewski. This study used secondary data, it was the annual
financial statements of the Telecommunication Company in the period of 2012-2014 using the technique
of documentation and analyzed by the method of Altman Z-score, Springate, and Zmijewski. The final
results of this study show that financial performance analyzed by the method of Altman Z-Score,
Springate, and Zmijewski of the Telecommunication Company in the Period of 2012-2014 are classified
in a state financial distress. The Results offinancial distresspredictionusing AltmanZ-Score method, there
are two companies indicated financial distressduring three years in the period of 2012-2014, namely PT
Bakrie Telecom Tbk and PT Smartfren Tbk. The Results of financial distress prediction using Springate
method there are four companies indicated financial distress, PT Bakrie Telecom Tbk, PT XL Axiata Tbk,
PT Smartfren Tbk, and PT Indosat Tbk in 2012-2014. And the results of financial distress prediction
using Zmijewski method there are two companies indicated financial distress, PT Bakrie Telecom in
2012-2014, PT XL Axiata in 2014, and PT Smartfren in 2013-2014.
PENDAHULUAN
Krisis di Indonesia sejak pertengahan laporan laba rugi jika perusahaan terus
tahun 1998 dimulai dengan merosotnya nilai menerus rugi, dan dari laporan arus kas jika
rupiah yang sangat tajam, akibat arus kas masuk lebih kecil dari arus kas
meningkatnya permintaan Dollar As. keluar.Oleh karena itu, untuk mengatasi
Penyebab krisis ini tidak hanya karena dan meminimalisir terjadinya Financial
struktur ekonomi yang lemah, tetapi karea Distress, perusahaan dapat mengawasi
utang swasta luar negeri yang telah kondisi keuangannya dari segi neraca dan
mencapai jumlah yang cukup besar. laporan laba rugiyang ada dalam laporan
Akibatnya, tingkat suku bunga dan inflasi keuangan perusahaan dengan
meningkat tajam serta investasi berkurang menggunakan teknik-teknik analisis laporan
sehingga kesehatan perusahaan banyak keuangan.
yang mengalami penurunan bahkan Yoseph (2012:2) menyatakan
berpotensi untuk bangkrut (Gustiana, bahwa analisis financial distress yang
2014). sering digunakan adalah Analisis Z-Score
Kebangkrutan merupakan masalah model Altman, model Springate dan model
yang dapat terjadi dalam sebuah Zmijewski. Analisistersebut dikenal karena
perusahaan apabila perusahaan tersebut selain caranya mudah, keakuratan dalam
mengalami kondisi kesulitan.Darsono dan menentukan prediksi financial distress juga
Ashari (2005), menyatakan bahwa secara cukup akurat. Analisis financial distress
garis besar penyebab kebangkrutan dibagi tersebut dilakukan untuk memprediksi suatu
menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor perusahaan sebagai penilaian dan
eksternal. Dari faktor eksternal seperti pertimbangan akan suatu kondisii
kesulitan bahan baku karena supplier tidak perusahaan.
dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku Perusahaan telekomunikasi di
yang digunakan untuk produksi. Sedangkan Indonesia pada umumnya menyediakan
untuk faktor internal bisa dilihat dari segi produk berupa jasa-jasa telekomunikasi, baik
keuangan perusahaan, seperti hutang domestik maupun internasional. Saat ini
perusahaan yang membengkak dan modal perusahaan Telekomunikasi yang tercatat di
kerja yang negatif sehingga perusahaan Bursa Efek Indonesia terdiri dari enam
tidak mampu membiayai kegiatan perusahaan, yaitu PT Bakrie Telecom Tbk,
operasionalnya.Tahap awal kebangkrutan PT XL Axiata Tbk, PT Smartfren Tbk, PT
bisnis yang terjadi dalam perusahaan Indosat Tbk, PT Inovisi Tbk, dan PT
biasanya diawali terjadinya kesulitan Telekomunikasi Indonesia Tbk.
keuangan (Financial Distress). Dari laporan keuangan perusahaan
Platt (dalam Andre, 2013) menyatakan dapat diperoleh informasi tentang kinerja
bahwafinancial distress merupakan tahapan perusahaan.Menurut Hofer (1980) financial
penurunan kondisi keuangan suatu distressmerupakan kondisi dimana
perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan mengalami laba bersih negatif
ataupun likuidasi.Kondisi keuangan tersebut selama beberapa tahun. Whitaker (1999)
misalnya ditinjau dari komposisi neraca juga mengungkapkan bahwafinancial
yaitu perbandingan jumlah aktiva dan distressadalah kondisi dimana perusahaan
kewajiban dimana pada saat aktiva tidak mengalami laba bersih operasi (net
cukup atau lebih kecil daripada jumlah operation income) negatif selama beberapa
hutangnya, modal kerja yang negatif tahun dan selama lebih dari satu tahun
sehingga terjadi ketidakseimbangan modal tidak melakukan pembayaran deviden,
yang dimiliki perusahaan dengan hutang- pemberhentian tenaga kerja, atau
piutang yang dimiliki dan berdampak pada menghilangkan pembayaran deviden.
kegiatan perusahaan dimana perusahaan Berdasarkan dari kedua teori tersebut,
tidak mampu membiayai seluruh biaya maka diperoleh data kinerja keuangan
operasionalnya, seperti biaya bahan baku, perusahaan telekomunikasi dilihat dari total
biaya overhead, pembayaran kompensasi laba usaha dan total utang periode 2012-
bagi karyawan, hutang yang jatuh tempo, 2014 yang terdapat pada Tabel 1.1 berikut.
dan biaya-biaya lainnya, ditinjau dari
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
Tabel 1.Total Laba Usaha dan Total Utang “Analisis Penggunaan Metode Altman Z-
Perusahaan Telekomunikasi Score dan Metode Springate untuk
Periode 2012-2014 (dalam Mengetahui Potensi Terjadinya Financial
Miliaran Rupiah) Distress”.
Penelitian yang dilakukan oleh Ufi
Zuhriyatuz Zakkiyah, dkk (2014) dalam
Total
Kode Total jurnalnya yang berjudul “Analisis
Tahun Laba
Saham Utang Penggunaan Zmijewski (X-score) dan
Usaha
Altman Z-score untuk memprediksi Potensi
2012 -500,4 7.414,4 Kebangkrutan”.
BTEL 2013 3,6 10.135,6 Penelitian yang dilakukan oleh
2014 -947,6 11.467,3 Wijaya Adi Cahyono (2013)dalam jurnalnya
2012 4.352,5 20.085,7 yang berjudul“Prediksi Kebangkrutan
EXCL 2013 1.658,3 24.977,5 dengan Menggunakan Analisis Model Z-
2014 428,4 49.745,9 score Altman”.
2012 -1.602,6 9.355,4 Tujuan dari penelitian ini adalah
FREN 2013 -1.611,1 12.816,5 untuk mengetahui Perusahaan
2014 -968,0 13.796,7 Telekomunikasi periode 2012-2014
2012 3.190,0 35.829,7 mengalami financial distress dianalisis
dengan Metode Altman Z-Score, Springate,
ISAT 2013 1.509,2 38.003,3
dan Zmijewski.
2014 672,9 39.058,9
Hasil dari penelitian ini secara
2012 25.698,0 44.391,0
teoritis diharapkan dapat memberikan
TLKM 2013 27.846,0 50.527,0 kontribusi dan pengetahuan bagi pembaca
2014 29.377,0 54.770,0 dan perkembangan Ilmu Manajemen
Sumber:Annual Report Perusahaan Keuangan khususnya mengenai kajian
Telekomunikasi diakses melalui perusahaan mengenai analisis Financial
www.idx.co.id periode 2012-2014 Distress dengan menggunakan metode
(data diolah) Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski.
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat Selain itu, secara praktis hasil penelitian ini
bahwa laba usaha yang diperoleh PT diharapkan dapat memberi masukan dan
Bakrie Telecom Tbk mengalami penurunan informasi yang bermanfaat sebagai acuan
dari tahun 2013 ke 2014 bahkan mengalami pengambilan keputusan di masa mendatang.
rugi usaha sebesar Rp. 947 Miliar. Di tahun Rasio likuiditas digunakan untuk
2014 PT Smartfren Tbk berhasil menggambarkan seberapa likuidnya suatu
mengurangi rugi usahanya, meskipun pada perusahaan serta kemampuan perusahaan
tahun tersebut laba usahanya masih dalam untuk menyelesaikan kewajiban jangka
kondisi minus/rugi sebesar Rp 968 Miliar. pendek dengan menggunakan aktiva
Laba usaha PT XL Axiata Tbk dan PT lancar.Pentingnya likuiditas dapat dilihat
Indosat Tbk mengalami penurunan secara dengan mempertimbangkan dampak dari
berturut-turut selama tiga tahun terakhir ketidakmampuan perusahaan memenuhi
periode 2012-2014. Sedangkan PT kewajiban jangka pendeknya. Kurangnya
Telekomunikasi Indonesia Tbk memimpin likuiditas menghalangi perusahaan untuk
dengan kemampuannya meningkatkan laba memperoleh keuntungan dari kesempatan
usahanya selama tiga tahun berturut-turut. untuk mendapatkan keuntungan. Menurut
Untuk perolehan total utang, kelima Wetson (dalam Kasmir, 2012:129) rasio
perusahaan tersebut telah mengalami likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio
peningkatan selama tiga tahun berturut- yang menggambarkan kemampuan
turut dalam kurun waktu tahun 2012-2014. perusahaan dalam memenuhi kewajiban
Penelitian ini dilakukan untuk (utang) jangka pendek. Artinya apabila
mengembangkan penelitian-penelitian yang perusahan ditagih, perusahaan akan
telah ada.Penelitian tersebut diantaranya mampu untuk memenuhi utang tersebut
dilakukan oleh Rizky Amalia Burhanuddin terutama utang yang sudah jatuh
(2015) dalam skripsinya yang berjudul tempo.Rasio likuiditas yang menjadi fokus
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
dalam penelitian ini adalah jenis rasio analisis untuk bisa menilainya. Rasio
menurut Munawir (2004), yaitu rasio profitabilitas juga mempunyai arti penting
Working Capital to Total Asset (WCTA) dan dalam usaha mempertahankan
Current Ratio (CR). Hal ini dikarenakan kelangsunganhidupnya dalam jangka
kedua rasio ini terdapat pada perhitungan panjang, karena profitabilitas menunjukkan
metode financial distress yaitu, WCTA pada apakah badan usaha tersebutmempunyai
model Altman Z-Score dan Springate, prospek yang baik di masa yang akan
sedangkan CR pada model Zmijewski. datang. Menurut Kasmir (2012:196), rasio
Rasio leveragedigunakan untuk profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
mengukur kemampuan perusahaan untuk kemampuan peruasahaan dalam mencari
memenuhi kewajiban finansialnya baik keuntungan. Rasio profitabilitas yang
jangka pendek maupun jangka panjang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu
apabila sekiranya perusahaan rasio Return on Assets (ROA). Hal ini
dilikuidasi.Menurut Agnes Sawir (2000:13), dikarenakan rasio ini terdapat pada
rasio leverage mengukur tingkat solvabilitas perhitungan ketiga metode prediksi financial
suatu perusahaan. Rasio ini menunjukan distress yaitu pada model Altman Z-Score,
kemampuan perusahaan untuk memenuhi Springate, Zmijewski.
segala kewajiban finansialnya seandainya Laporan keuangan dalam suatu
perusahaan pada saat itu dilikuidasi. perusahaan mempunyai arti yang sangat
Dengan demikian solvabilitas berarti penting terutama bagi pihak yang
kemampuan perusahaan untuk membayar mempunyai kepentingan terhadap
utang-utangnya, baik jangka pendek perusahaan.Menurut Ikatan Akuntan
maupun jangka panjang. Rasio leverage Indonesia (dalam SAK, 2009:1), laporan
yang menjadi fokus dalam penelitian ini keuangan merupakan bagian dari proses
adalah jenis rasio menurut Meythi (2013), pelaporan keuangan.Laporan keuangan
yaitu rasio Book Value of Equity to Total yang lengkap biasanya meliputi neraca,
Liabilities (BVETL) dan Debt Ratio (DR). laporan laba rugi, laporan perubahan posisi
Hal ini dikarenakan kedua rasio ini terdapat keuangan (yang dapat disajikan dalam
pada perhitungan metode financial distress berbagai cara, misalnya sebagai laporan
yaitu, BVETL pada model Altman Z-Score, arus kas atau laporan arus dana), catatan
sedangkan DR pada model Zmijewski. dan laporan lain, serta materi penjelasan
Rasio Aktivitas mengukur tingkat yang merupakan bagian integral dari
efektivitas penggunaan asset laporan keuangan.Hanafi (2009:5),
perusahaan.Rasio ini juga sering disebut menjelaskan bahwa analisis terhadap
rasio perputaran atau turnover. Hasil dari laporan keuangan suatu perusahaan pada
pengukuran rasio ini untuk melihat kondisi dasarnya karena ingin mengetahui tingkat
keuangan perusahaan pada suatu periode profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko
apakah mampu atau tidak memenuhi target atau tingkat kesehatan suatu perusahaan.
yang ditentukan. Menurut Munawir Menurut Pernyataan Standar
(2002:240), rasio aktivitasyaitu rasio Akuntansi (2009), “tujuan laporan keuangan
untuk menilai adalah memberikan informasi mengenai
kemampuanperusahaandalam posisi keuangan, kinerja keuangan dan
melaksanakan aktivitassehari- arus kas entitas yang bermanfaat bagi
hariataukemampuan perusahaandalam sebagian besar kalangan pengguna laporan
penjualan,penagihanpihutangmaupunpema dalam pembuatan keputusan ekonomi”.
nfaatanaktivayang dimiliki. Rasio aktivitas Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
yang menjadi fokus dalam penelitian ini pertanggungjawaban manajemen atas
yaitu rasio Total Assets Turn Over (TATO). penggunaan sumber daya yang
Hal ini dikarenakan rasio ini terdapat pada dipercayakan kepada mereka.
perhitungan metode financial distress Platt (dalam Andre, 2013)
model Springate yaitu sales to total assets. mendefinisikan bahwa financial distress
Profitabilitasperusahaan merupakan adalah tahap penurunan kondisi keuangan
salah satu dasar penilaian kondisi suatu yang dialami oleh suatuperusahaan, yang
perusahaan, untukitu dibutuhkan suatu alat terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
ataupun likuidasi.Kondisi ini pada umumnya model Altman, model Springate dan model
ditandai antara lain dengan adanya Zmijewski (Yoseph, 2012:2).
penundaanpengiriman, kualitas produk
yang menurun, dan penundaan Model Altman Z-Score
pembayarantagihan dari bank. Menurut Analisis diskriminan Altman
Whitaker (1999), financial distressadalah merupakan salah satu teknik statistik yang
kondisi dimana perusahaan mengalami bisa digunakan untuk memprediksi adanya
laba bersih operasi (net operation income) kebangkrutan suatu perusahaan. Altman
negatif selama beberapa tahun dan selama telah mengkombinasikan beberapa rasio
lebih dari satu tahun tidak melakukan menjadi model prediksi dengan teknik
pembayaran deviden, pemberhentian statistik. Menurut Supardi (2003:11) Altman
tenaga kerja, atau menghilangkan adalah diskriminan yang digunakan untuk
pembayaran deviden. mempredikasi kebangkrutan perusahaan
Beberapa penyebab terjadinya dengan istilah yang sangat terkenal yang
financial distress menurut Lizal (dalam disebut Z-Score.
Pramuditya, 2014) adalah sebagai berikut:
1. Neoclassical model Model Altman Z-Score Pertama (1968)
Financial distress terjadi ketika Setelah melakukan penelitian
alokasi sumber daya tidak terhadap variabel dan sampel yang dipilih,
tepat.Mengestimasi kesulitan Altman menghasilkan model financial
dilakukan dengan data neraca dan distress dan kebangkrutan yang pertama.
laporan laba rugi. Persamaan kebangkrutan yang ditujukan
2. Financial model untuk memprediksi sebuah perusahaan
Financial distress ditandai dengan publik manufaktur. Persamaan dari model
adanya struktur keuangan yang Altman yang pertama adalah sebagai
salah dan menyebabkan batasan berikut:
likuiditas (liquidity constrains). Hal ini
berarti bahwa walaupun perusahaan Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6X4 + 0,999 X5
dapat bertahan hidup dalam jangka
panjang, namun demikian Keterangan:
perusahaan tersebut harus bangkrut Z = financial distress index
juga dalam jangka pendek. X1 = working capital / total asset....... (1)
3. Corporate governance model X2 = retained earnings / total asset....(2)
Financial distress menurut corporate X3 = earning before interest and taxes / total
governance model adalah ketika asset......... (3)
perusahaan memiliki susunan aset X4 = market value of equity / bookvalue of
yang tepat dan struktur keuangan total liabilities....... (4)
yang baik namun dikelola dengan X5 = sales / total asset......(5)
buruk. Nilai Z adalah indeks keseluruhan
Model peringatan dini (early warning fungsi multiple discriminant analysis.
system) sangat beguna sebagai informasi Menurut Altman, terdapat angka-angka cut
awal untuk mengantisipasi terjadinya off nilai Z yang dapat menjelaskan apakah
financial distress.Model ini dapat digunakan perusahaan akan mengalami kegagalan
sebagai sarana untuk mengidentifikasi atau tidak pada masa mendatang dan ia
terjadinya kesulitan keuangan sejak awal membaginya ke dalam tiga kategori, yaitu:
bahkan untuk memperbaiki kondisi a. Jika nilai Z <1,8 maka termasuk
perusahaan.Salah satu metode yang dapat perusahaan yang mengalami financial
digunakan untuk memprediksi apakah distress.
suatu perusahaan akan mengalami b. Jika nilai 1,8<Z<2,99 maka termasuk
financial distressatau tidak adalah dengan grey area (tidak dapat ditentukan
suatu model prediksi financial distress. apakah perusahaan sehat ataupun
Metode analisis financial distress yang mengalami financial distress). Pada
sering digunakan adalah Analisis Z-Score kondisi ini, perusahaan mengalami
masalah keuangan yang harus
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
Sumber: diolah
Dari Tabel 4.3 diatas, menunjukkan
bahwa di tahun 2012 diperoleh 1 (satu) Sumber: data diolah
perusahaan saja yang mengalami financial
distress, yaitu PT Bakrie Telecom Tbk hal Hasil penelitian ini sesuai dengan
ini ditunjukkan dari nilai X perusahaan lebih teori yang diungkapkan oleh Yoseph
dari 0, yaitu sebesar 1,95. Di tahun 2013, (2011:2) bahwa saat ini terdapat berbagai
terdapat 2 (dua) perusahaan yang berada alat analisis guna memprediksi kondisi
pada kondisi financial distress yaitu PT financial distress suatu perusahaan,
Bakrie Telecom Tbk dan PT Smartfren Tbk beberapa diantaranya adalah metode
di mana nilai X> 0 yaitu masing-masing Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski.
sebesar 3,34 dan 1,04. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
Di tahun 2014, kembali PT Bakrie menggunakan modelAltman Z-Score,
Telecom Tbk dan PT Smartfren Tbk masih Springate, dan Zimjewski terdapat
mengalami financial distress ditambah perbedaan hasil analisis yang dikarenakan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
------------------. 2004. Analisa Laporan Ufi Zuhriyatuz Zakkiyah, Topo Wijono, dan
Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan M. G. Wi Endang NP. 2014. Analisis
Ketigabelas, Yogyakarta: Liberty. Penggunaan Zmijewski (X-score) dan
Altman Z-score untuk memprediksi
Peter, Yoseph, 2012. “Analisis Potensi Kebangkrutan pada
Kebangkrutan Dengan Metode Z- Perusahaan Tekstil dan Garmen yang
score Altman, Springate dan Zwejwski Terdaftar di BEI Periode 2009-2012.
pada PT. INDOFOOD Sukses Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 12 No.
Makmur Tbk Periode 2005- 2. Malang: Fakultas Ilmu Administrasi
2009.”Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas Brawijaya.
Nomor 04 Tahun ke-2Januari-April
2011. Whitaker, Richard. 1999. The early stages
of financial distress.Journal of
Pramuditya, Andhika Yudha . 2014. economics and finance Vol. 23:
“Analisis Pengaruh Mekanisme p.123-133. Summer.
Corporate Governance Terhadap
Kemungkinan Perusahaan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)