Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga makalah tugas Identifikasi jenis Gulma di
Perkebunan Pisang dapat kami selesaikan.
Maksud dan tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Biologi Gulma. Kami berharap makalah ini dapat digunakan
dengan baik dan dapat diambil manfaatnya dikemudian hari.
Segala kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini mohon
untuk dimaklumi karena kami masih dalam pembelajaran. Dan untuk perbaikan dan
penyempurnaan dimasa yang akan datang, kami mengharapkan saran dan kritiknya.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wasalamualaikum Wr.Wb.

Langsa , November 2018

Penyusun
Daftar isi
Cover i
Kata pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 latar belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Gulma 3
2.2 Pisang 3
BAB III METODE PENELITIAN 4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 5

4.1 Hasil 5
4.2 Pembahasan

BAB V KESIMPULAN
Daftar Pustaka
Daftar tabel
Tabel 4.1.1 Jenis gulma di Perkebunan warga Gampong Meurandeh
Tabel 4.1.2 Hasil perhituingan kerapatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pisang (Musa sp.) adalah tanaman buah yang banyak ditanam di daerah
tropis. Pisang memiliki keragaman kultivar yang tinggi (Suhartanto, 2012).
Tanaman ini berasal dari kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tanaman
pisang memiliki habitus herba dan hanya berbuah sekali (monokarpik)
kemudian mati. Buah pisang mudah didapat karena daerah distribusinya luas
serta masa berbuahnya tidak mengenal musim sehingga harganya relatif murah.
Selain itu, buah pisang banyak digemari karena rasanya yang manis dan sering
digunakan sebagai makanan penutup.
Menurut Pujaratno (2010), perkebunan pisang yang permanen dapat
ditemukan di Meksiko, Jamaika, Amerika Tengah, Panama, Kolombia,
Ekuador, dan Filipina. Di negara tersebut, budidaya pisang sudah merupakan
suatu industri yang didukung oleh kultur teknis yang prima dengan stasiun
pengepakan yang modern dan memenuhi standar internasional. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pisang merupakan komoditas perdagangan yang tidak
mungkin diabaikan. Di tingkat Asia, Indonesia merupakan negara penghasil
pisang keempat terbesar setelah India, Filipina, dan Cina.
Pisang merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini
tanaman pisang telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di
Indonesia, sebagian besar pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga atau
kebun yang sangat kecil. Standar internasional perkebunan pisang kecil adalah
10 30 ha (Pujaratno, 2010). Perkebunan pisang ini juga tidak terlepas dari
masalah-masalah pengelolaan terutama pengelolaan tehadap tanaman
pengganggu (gulma).
Gulma merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai dalam budidaya
perkebunan. Adanya gulma pada tanaman pisang merupakan saingan bagi
tanaman pokok dalam memanfaatkan hara, air, cahaya dan ruang, menurunkan
efisiensi penggunaan pupuk, mengganggu penyadapan dan menurunkan
produksi. Tertekannya pertumbuhan dan rendahnya hasil disebabkan oleh
gulma. Gulma mampu berkompetisi dengan tanaman budidaya, merupakan
hama dan penyakit, dan mengeluarkan zat allelopati yang menghambat
pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya (Moenandir. 2010).
Inventarisasi gulma sebelum tindakan pengendalian diperlukan untuk
mengetahui jenis jenis gulma dominan pada suatu ekosistem agar dapat
diterapkan pengendalian yang efektif dan efisien. Sehingga pengendalian gulma
bukan lagi merupakan usaha sambilan, tetapi merupakan bagian dari
pengelolaan organisme pengganggu yang merupakan komponen pokok dalam
proses produksi pertanian (Barus. 2003).

1.2 Tujuan
 Untuk mengetahui langkah – langkah terhadap adanya gulma
diperkebunan pisang.
 Untuk mengetahui gulma yang dominan di perkebunan kelapa pisang.

1.3 Manfaat
 Mengetahui langkah – langkah terhadap adanya gulma diperkebunan
pisang.
 Mengetahui jenis – jenis gulma yang terdapat diperkebunan pisang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gulma
Gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang kehadirannya pada lahan
pertanian dapat menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman. Kerugian akibat
gulma terhadap tanaman budidaya beragam bergantung dari jenis tanaman yang
diusahakan, iklim, jenis gulma, teknis budidaya yang diterapkan serta faktor
lainnya. Gulma dan tanaman budidaya (hortikultura, pangan dan perkebunan)
dalam pertumbuhannya saling berkompetisi memperebutkan bahan-bahan yang
dibutuhkan untuk hidupnya, apabila jumlah bahan tersebut dalam jumlah terbatas
bagi keduanya. Bahan kebutuhan hidup yang dikompetisikan adalah cahaya, air,
unsur hara dan ruang tumbuh (Sembodo. 2010.)

2.2 Pisang

Tanaman pisang (Musa spp.) tergolong ke dalam famili Musaseae. Pisang


merupakan salah satu tanaman hortikultura yang buahnya banyak digemari dan
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Pisang memiliki kandungan gizi, seperti
vitamin C, B kompleks, B6 dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmiter dalam
kelancaran fungsi otak (Syifa 2014). Berdasarkan pakar botani tanaman pisang ini
dapat diklasifikasikan dan morfologi sebagai berikut:
 Klasifikasi Tanaman Pisang
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Trachebionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super devisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Devisi : Magnolophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (Berkeping satu / Monokotil)
Sup kelas : Commelinedae
Ordo : zingiberales
Famili : Musaceae (Suku pisang – pisangan)
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca L
 Morfologi Tanaman Pisang
 Akar
Akar tanaman pisang berserabut, tidak berakar tunggang, berwarna
kecoklatan kotor, dan tumbuh dengan baik namun menyaping kepermukaan
tanah.

 Batang
Batang tanaman pisang berbentuk bulat silindris berlapis, batang tanaman
ini memiliki dua bagian yaitu batang asli atau utama dan batang semu atau
batang palsu. Batang bagian bawah ini akan tumbuh tunas baru, dan batang
pa;su akan membantu menutupi atau membentukmlapisan baru pada batang
tanaman pisang. Pada umumnya, batang tanaman ini berwarna hijau muda
dengan lapisan berwarna kecoklatan.

 Daun
Daun tanaman ini berbentuk bulat memanjang dan melebar, dengan
pertulangan daun yang besar yang berbentuk dari pelepah, bagian ujung
daun tumpul dan bagian tepi merata. Pada umumnya, daun ini memiliki
warna kehijuan, dan juga tampak garis berwarna keputihan pada permukaan
daun.

 Bunga
Bunga tanaman ini berbentuk hampir menyerupai jantung, juga berwarna
kemerahan muda, dan mahkota berwarna kekuning – kuningan serta
berserabut halus berwarna kehitaman. Pada umumnya, bunga tanaman ini
disebut bunga berani dan mucul pada ketiak daun.

 Buah
Buah tanaman ini tersusun dari tantan, dalam satu tandan terdapat dari
beberapa sisir dan juga buah ini jika belum matang dan warna kekuningan
jika sudah matang. Dalam satu sisir buah pisang ini sekitar 8 -10 buah
bahkan lebih, tergantung varietasnya. Dalam buah, dan terdapat bintik –
bintik kehitaman berbentuk bulat kecil dan juga hanya terdapat di pisang –
pisang tertentu saja.
Tanaman pisang merupakan salah satu kekayaan alam asli Asia Tenggara.
Pisang sendiri dalam analisa bisnis tertuju pada buahnya mesikpun dalam tanaman
pisang sendiri terdapat berbagai manfaat lainnya, pisang yang memiliki nama latin
Musa paradisiaca L. Jenis pisang banyak sekali ditemukan, antara lain pisang
kepok, pisang ambon, pisang raja, pisang kapas, pisang susu dan masih banyak jenis
pisang lainnya serta pisang dapat diolah menjadi beberapa produk makanan yang
menarik untuk dikonsumsi. Penanaman pisang juga membuka peluang ekonomi
bagi petani pisang itu sendiri (Amilda, 2014)

Pada umumnya di Indonesia tanaman pisang tumbuh secara sendirinya di


pekarangan atau tegalan rumah. Minimnya akan fasilitas, penegetahuan dan lain
sebagainya membuat pisang seakan tidak familiar dikalangan masyarakat Indonesia
sendiri sehingga nilai ekonomisnya pun tidak nampak karena panen tidak menentu
yang merupakan penyebab utamanya pisang dianggap tanaman liar yang
menguntungkan tanpa adanya budidaya. Pisang juga merupakan salah satu
komoditas hortikultura unggulan Indonesia dan salah satu sentra primer keragaman
pisang, baik pisang segar, olahan dan pisang liar, dengan ragam lebih dari 200 jenis
pisang. Banyaknya keragaman ini, memberikan peluang Indonesia untuk
memanfaatkan dan memilih jenis pisang yang secara komersial dibutuhkan
konsumen. Salah satu komoditas Indonesia yang memiliki potensi besar namun
selama ini masih sedikit diperhatikan adalah buah pisang. Pisang (Musa sp.)
merupakan komoditas buah yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di
Indonesia (Dimyati, 2017; Purwadaria, 2016).

Pada umumnya di lahan pertanaman / perkebunan pisang sangatlah sedikit


di temui keberadaan gulma, karena biasanya penanaman pisang di perkebunan
dalam jumlah banyak dengan pola monokultur menyebabkan timbulnya hama dan
penyakit. Tanaman pisang termasuk tanaman yang peka terhadap adanya suatu
serangan hama atau patogen. Serangan hama yang biasa dijumpai yaitu penggerek
bonggol (Cosmopolitus sordidus), penggerek batang (Odoiparus longicolis),
ngengat kudis pisang (Nacoleia octasema), serta penggulung daun pisang (Erionota
thrax) (Suhartanto et al. 2012). Penyakit yang sering dijumpai pada tanaman pisang
adalah layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp cubense), blood disease (Ralstonia
solanacearum), dan kerdil (Banana Bunchy Top) (Suhartanto et al. 2012).
Keragaman gulma penting dipelajari untuk mengetahui komposisi dan
struktur gulma pada perkebunan pisang, dan dapat menetukan pengendalian yang
tepat. Gulma dapat menurunkan hasil pertanaman melalui mekanisme persaingan
dalam hal kebutuhan unsur hara dan air dalam tanah, penerimaan sinar matahari
untuk proses fotosintesis dan persaingan ruangan untuk tempat tumbuh.

Keberadaan gulma pada areal tanaman budidaya dapat menimbulkan


kerugian baik dari segi kuantitas maupun kualitas produksi (Rukmana dan Saputra,
2013). Karena itu, keberadaan gulma di lahan pertanaman pisang harus
dikendalikan dalam upaya untuk mencegah kerugian akibat gulma.

Banyak faktor yang mempengaruhi keragaman gulma pada tiap lokasi


pengamatan, seperti cahaya, unsur hara, pengolahan tanah, cara budidaya tanaman,
serta jarak tanam atau kerapatan tanaman yang digunakan berbeda. Spesies gulma
juga dipengaruhi oleh kerapatan tanaman, kesuburan tanah, pola budidaya dan
pengolahan tanah (Hermanto et al. 2011). Gulma berinteraksi dengan tanaman
melalui persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas,
seperti cahaya, hara, dan air. Munculnya suatu jenis gulma disekitar areal tanaman
budidaya dapat dikendalikan dengan menggunakan bahan kimia yang dinamakan
dengan herbisida.
BAB III

METODE PENELITIAN

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metoda Kuadrat dengan
peletakan plot secara purposive sampling dengan ukuran plot 1x1m dan jumlah plot
10 plot pada tanaman Pisang. Kemudian pada setiap plot pengamatan dilakukan

 pencatatan tentang jenis gulma


 jumlah individu masing-masing jenis
 lalu dilakukan dan pengoleksian semua jenis gulma tersebut
 Koleksi diberi label gantung dan
 dilakukan pengambilan gambar setiap jenis gulma dengan kamera digital
 Gulma yang telah dicabut dari setiap plot dipisah setiap jenis dan
dikeringkan untuk menghitung nilai dominansi.
 Jenis gulma yang belum diketahui namanya dikoleksi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil dari penelitian ini adalah :
Gambar 4.1.1 Jenis gulma di Perkebunan warga Gampong Meurandeh
Famili Nama Daerah Spesies Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Tota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Asteraceae Bandotan Ageratum - - 1 - 4 5 3 - - - 13


conyzoides
L.
Euphorbiaceae Patikan kebo Euphorbia - 1 - - - - - - - - 1
hirta

Cyperaceae Jukut pendul Cyperus - - 3 4 - - - - - - 7


kyllingia
Endl. c.
Araceae Keladi Caladium 2 2 - - 2 - - - - 3 9
sp
: Kentangan Borreria 1 2 - - - - - - 1 - 4
Passifloraceae
latifolia
(Aubl.) K.
Sch.

Gramineae Jukut Pahit. Paspalum - - - 1 - - - - - - 1


conjugatum
Berg

Rubiaceae Goletrak Borreria - - - - - - 1 2 - 1 4


alata L
Gambar 4.1.2 Hasil perhituingan kerapatan
Famili Nama Spesies K KR F FR INP
Daerah
Asteraceae Bandotan Ageratum 6500 37,14 0,4 22,22% 59,36%
conyzoides
L.
Euphorbiaceae Patikan Euphorbia 500 2,85 0,1 5,55% 8,4%
kebo hirta

Cyperaceae Jukut Cyperus 3000 17,14 0,2 11,11% 28,25%


pendul kyllingia
Endl. c.
Araceae Keladi Caladium 4500 25,71 0,4 22,22% 47,93%
sp
Passifloraceae Kentangan Borreria 2000 11,42 0,3 16,66% 28,08%
latifolia
(Aubl.) K.
Sch.

:Gramineae Jukut Paspalum 500 2,85 0,1 5,55% 8,4%


Pahit. conjugatum
Berg
Rubiaceae Goletrak Borreria 2500 14,28 0,3 16,66% 30,94%
alata L
4.2 Pembahasan

4.2.1 Ageratum conyzoides L.


 Klasifikasi :

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)


Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides L.

 Deskripsi :

Ageratum adalah herbal tahunan yang tumbuh sekitar 60 cm tinggi dan


menghasilkan bunga-bunga pink kecil di bagian atas batang berbulu nya. Di
beberapa negara itu dianggap sebagai gulma yang sulit untuk mengontrol.
Ageratum berkisar dari tenggara Amerika Utara ke Amerika Tengah, tetapi pusat
asal di Amerika Tengah dan Karibia. Ageratum juga ditemukan di beberapa negara
di daerah tropis dan sub-tropis, termasuk Brasil.

Daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang (composite),


helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi
bergerigi, panjang 1 - 10 cm, lebar 0,5 - 6 cm, kedua permukaan daun berambut
panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya
hijau.Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh menyentuh tanah akan
mengeluarkan akar. Bunga Kecil, berwarna putih keunguan. Bunga majemuk
berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai,
warnanya putih. Panjang bonggol bunga 6 - 8 mm, dengan tangkai yang berambut.
Buah berwarna hitam dan bentuknya kecil .

Habitat Tumbuh di ketinggian 1 sampai 2100 meter di permukaan laut.


Tumbuh di sawah-sawah, ladang, semak belukar, halaman kebun, tepi jalan,
tanggul, dan tepi air.
4.2.2 Euphorbia hirta

 Klasifikasi :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Dikotiledon)
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Euphorbia
Spesies : Euphorbia hirta Linn

 Deskripsi

Euphorbia hirta Linn. merupakan tumbuhan tegak atau memanjat, tinggi 6-


60 cm, batang berambut, percabangan selalu keluar dari dekat pangkal batang dan
tumbuh lurus ke atas, jarang yang tumbuh mendatar dengan permukaan tanah,
berwarna merah atau keunguan. Akar utama adalah akar tunggang, bagian yang
paling tebal bergaris tengah ± 5 mm, akar cabang serupa serabut. Batang kecil
panjang dan bulat, berambut kasar dan kaku. Daun berhadapan, umumnya rapuh
dan mudah patah, warna hijau tua sampai hijau kelabu, bentuk jorong meruncing
sampai tumpul atau berbentuk bundar panjang dengan pangkal tidak sama,
permukaan atas dan bawah berambut, panjang helai daun 0,5 – 5 cm, lebar 0,5 –
2,5 cm, tepi daun bergerigi, seringkali terdapat noda yang berwarna ungu, berambut
jarang, panjang tangkai daun 2 -1*4 mm, daun penumpu berbentuk paku. Bunga
kecil, bergerombol dalam karangan bunga berbentuk bola yang bergaris tengah ± 1
cm. Buah berongga tiga, panjang 1 – 2 mm. Bunga mempunyai susunan yang
istimewa yaitu satu bunga dikelilingi oleh lima bunga bercabang seling, masing-
masing terdiri dari empat bunga jantan. Biji sangat kecil dan berambut. Biji
berjumlah 3 bersisi 4, berwarna coklat kemerahan.

Euphorbiae Hirtae Herba adalah seluruh bagian diatas tanah tanaman


Euphorbia hirta Linn. Daun berhadapan, umumnya rapuh dan mudah patah, warna
hijau tua sampai hijau kelabu, bentuk jorong meruncing sampai tumpul atau
berbentuk bundar, panjang dengan pangkal tidak sama, permukaan atas dan bawah
berambut, panjang helai daun 0,5 – 5 cm, lebar 0,5 – 2,5 cm, tepi daun bergerigi,
seringkali terdapat noda yang berwarna ungu, berambut jarang, panjang tangkai
daun 2- 4 mm, daun penumpu berbentuk paku. Di Indonesia banyak dijumpai pada
tempat terbuka di pantai, padang rumput, di tepi sungai atau kebun, pada ketinggian
1-1.400 m dpi.

4.2.3 Cyperus kyllingia Endl. c.


 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Cyperales

Famili : Cyperaceae

Genus : Cyperus

Spesies : Cyperus kyllingia Endl. c.

 Deskripsi

Memiliki rimpang (umbi) menjalar, berbentuk kerucut yang besar pada pangkal,
kadang melekuk, warna coklat, berambut halus dengan diameter 5-10 mm.
batangnya berbentuk segitiga, padat, licin, tumpul, berdiameter1-1,5 mm panjang
5-45 cm. daun pada tanaman ini terdiri dari 4-10 helei berjejal pada pangkal batang
membentuk roset akar dengan pelepah daun tertutup tanah, helaian daun berbangun
pita, bertulang sejajar, tepi rata, permukaan atas berwarna hijau mengkilap dengan
panjang 10-60 cm dan lebar 2-6 mm. bunga berbentuk bulir dengan 3-10 bulir kecil
yang Mempunyai 8-25 bunga yang berkumpul membentuk payung, warna kuning
/coklat kuning. buah yang terdapat adalah tipe buah batu, kecil, bentuk memanjang
sampai bulat telur terbalik.perbanyakan dapat secara generatif, dengan biji dan
vegetatif, rimpang (stolon ). Habitat : tanaman ini tumbuh liar di tempat terbuka /
sedikit terlindung Dari sinar matahari dan pada ketinggian 1-1000 m dpl pada
bermacam-macam tanah.
4.2.4 Caladium sp
 Klasifikasi

Kingdom :Plantae

Divisi :Spermatophyta

Kelas :Monocotyledonae

Ordo :Araceales

Family :Araceae

Genus :Caladium

Spesies : Caladium sp

 Deskripsi

Ciri khas keladi sebagai salah satu anggota dai Araceae adalah dalam hal bentuk
daunnya. Bentuk daun dari tanaman hias keladi adalah mempunyai tonjolan bulat
memanjang dengan ujung tumpul yang disebut spadiks. Spadiks di bungkus oleh
selundang yang disebut spata. Umumnya warna yang dimiliki oleh spadiks ini
sesuai dengan warna spatanya. Pada saat masih muda spata membungkus spadiks
dengan rapat kemudian mekar, sehingga spadiks akan terlihat. Spata
mempunyai warna yang beraneka ragam,tetapi satu spata umumnya hanya terdiri
dari satu atau dua warna.
Hampir semua keladi tidak berbatang,tetapi hanya membentuk pelepah atau
tangkai daun. Bentuk daunnya juga sangat bervariasi,dari segitiga, oval, bulat,
hingga panjang. Pangkal daun berlekuk, tulang daun sangat menunjang keindahan
daunnya serta tepi daun ada yang rata dan ada pula yang berlekuk atau bergerigi
menyerupai gergaji. Warna daun juga bervariatif, dari hijau muda, hijau kehitaman,
hijau kehitaman, hijau keunguan, kuning,putih, merah muda, merah tua, ungu,
keperakan, cokelat, atau kehitaman, hingga kombinasi dari warna warna tersebut.

4.2.5 Borreria latifolia (Aubl.) K. Sch.


 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Violales
Family : Passifloraceae
Genus : Borreria
Spesies : Borreria latifolia (Aubl.) K. Sch.
 Deskripsi
Akar Borreria latifolia (Aubl.) K.Schum. termasuk ke dalam sistem
perakaran tunggang,memiliki banyak cabang- cabang akar. Akar rumput Borreria
latifolia (Aubl.) K.Schum. memiliki banyak bulu-bulu halus. Akar Borreria latifolia
(Aubl.) K.Schum. memilik tudung akar atau kaliptera. Akar Borreria latifolia
(Aubl.) K.Schum. berwarna kecoklatan.Batang Borreria latifolia (Aubl.)
K.Schum. tumbuh tegak tingginya 15-20 cm biasanya kurang lebih 25 cm,
membentuk cabang dari bagian pangkal batang, warnanya ungu, bentuk
penampangnya segi empat, sisi-sisinya berambut halus, pada buku-bukunya
tumbuh dua helai daun yang berhadapan.Daun Borreria latifolia (Aubl.)
K.Schum. berbangun daun bulat panjang lanset, bagian pangkal melebar dan
ujungnya runcing, ukuran panjangnya 2,5-5,5 cm dan lebarnya 0,75-2 cm, tepi daun
terasa kasar bila diraba karena adanya bulu-bulu halus yang keras, permukaan atas
berwarna hijau gelap keungu-unguan dengan urat daun yang nyata.Bunga Borreria
latifolia (Aubl.) K.Schum. mempunyai dua kelopak berambut halus, mahkota
berbentuk seperti lonceng dengan 4 daun tajuk, panjangnya 3-3,75 mm, berwarna
putih. Kepala bunga kecil, terdapat di ketiak daun dan di ujung batang, ukuran
penampangnya kurang lebih 12 mm.Buah Borreria latifolia (Aubl.)
K.Schum. mempunyai bentuk lonjong, buah terbelah membujur atau longitudinal
atas dua belahann, buah Borreria latifolia (Aubl.) K.Schum. berambut di bagian
atas, sekat atau septum yang persisten jelas terlihat, ukurannya kurang lebih 1mm.

4.2.6 Paspalum conjugatum Berg.


 Kalsifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Gramineae
Genus : Paspalum
Spesies : Paspalum conjugatum Berg.

 Deskripsi
Akar Jukut Pahit (Paspalum conjugatum Berg.) merupakan akar serabut
(radix adventica) yang halus. Berwarna putih hingga kekuning-kuningan dengan
arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) mencapai 20 cm di dalam tanah. Selain itu,
akar terbentuk seperti benang (filiformis) serta tidak memiliki ruas-ruas dan tudung
akar (calyptra).
Batang agak pipih (phyllocladium) dengan tinggi 20-75 cm, serta tidak
berbulu. Warnanya hijau bercorak ungu, tumbuh tegak (erectus) dan termasuk
batang rumput (calmus). Permukaan batang berusuk (costatus) dimana terdapat
rigi-rigi yang membujur.
Daun memiliki helai daun berbentuk pita (ligulatus) dengan ujung daun
runcing (acutus). Serta berbulu di sepanjang tepinya dan pada permukannya.
Pangkal daun membulat (rotundatus), dengan panjang daun berkisar 2,5-37,5 cm
dan lebar 6-16 mm. Selain itu, tepi daun tampak berombak (repandus).
Bunga termasuk tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora) yang tumbuh
pada ujung batang (flos terminalis). Selain itu, ibu tangkai bunga tidak bercabang-
cabang, sehingga bunga langsung terdapat pada ibu tangkainya.
Buah berupa bulir yang berukuran sangat kecil, berjumlah 2-18 bulir yang
dudk saling berjauhan. Bulir pada satu sisi panjangnya mencapai 1,5-10 cm. Poros
bulir berlunas. Dan anak bulir dikedua belah sisi dari lunas berjumlah 1-2 baris.
Bulir-bulir ini akan rontok secara bersamaan. Biji berukuran sangat kecil dan hanya
berjumlah satu pada ruangnya.
4.2.7 Borreria alata L

 Klasifikasi :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Borreria

Spesies : Borreria alata L

 Deskripsi
Akar Jenis rumput tegak yang panjang, berakar dalam dan tebal. Batang
Rumput-rumputan yang tegak, tinggi 0.3 – 0.9 m. Daun berhadapan, bertangkai
sangat panjang, berbentuk ellips memanjang atau bulat telur, dengan kaki yang
menyempit demi sedikit, di atas bagian kaki yangbertepi rata bergigi beringgit,
berambut jarang atau tidak yang kukurannya 4 – 9 dan 2.5 – 5 cm. Bulir bunga
bertangkai pendek, panjang 15 – 30 cm. Daun pelindung dengan kuat menempel
kelopak, bertepi lebar serupa selaput. Kelopak bergigi 4, panjang kurang lebih 0.5
cm. Tabung mahkota melekukk dari sumbu bulir, panjang 1 cm, pecah dalam 2
kendaga. Habitat Hidup terutama di daerah dengan musim kemarau yang tegas, di
tempat cerah atau teduh sedikit, dengan ketinggian 1 – 1250 m.
BAB 5
KESIMPULAN

Komposisi vegetasi gulma yang ditemukan pada perkebunan pisang warga


jln . meurandeh terdiri dari 7 jenis yaitu Ageratum conyzoides L., Euphorbia hirta,
Cyperus kyllingia Endl. c., Caladium sp , Paspalum conjugatum Berg, Borreria
alata L yang termasuk dalam 33 famili. Jenis gulma yang dominan yaitu Ageratum
conyzoides L.
Daftar pustaka
Amilda,Yenny. 2014. Eksplorasi Tanaman Pisang Barangan (Musa acuminata) di
Kabupaten Aceh Timur. Tesis. Sumatra : Universitas Sumatera Utara.
Barus. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan, Efektifitas dan Efisiensi
Aplikasi Herbisida. Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta 101 hlm
Dimyati, A., (2017) ‘Modernisasi Sentra Produksi Jeruk Di Indonesia’,
Laboratorium Data, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika.
Tlekung-Batu, Jawa Timur.
Direktur Budidaya dan Pascapanen Buah. 2012. Pedoman Penanganan Pascapanen
Pisang. Jakarta. 93 hlm.
Gardjito, M dan Saifudin. 2011. Penanganan Pascapanen Buah-buahan Tropis.
Penerbit Kanisius. Jakarta. 208 hlm.
George, E. F., Michael A. Hall, and Geert-Jan De Klerk. 2008. Plant Propagation
by Tissue Culture. 3rd Edition. Volume 1. Springer. Dordrecht. 504 hlm.
Jumari dan A. Pudjorianto. 2000. Kekerabatan Fenetik Kultivar Pisang di Jawa.
Biologi 2(9): 534-542
Marai, Rahmawati dan Erita Hayati, 2013. Pengelompokan Berdasarkan Karakter
Morfologi Vegetatif Pada Plasma Nutfah Pisang Asal Kabupaten Aceh
Besar. Jurnal Agrista Vol. 17 No. 3
Moenandir, J. 2010. Ilmu Gulma. Universitas Brawijaya Press (UB Press).
Malang. 162 hlm
Pujaratno, B. (2010). Tanaman pisang Sistem Jajar Legowo. Jakarta: Erlangga.
Purwadaria, H.K., (2016) ‘Issues and solutions of fresh fruits export in Indonesia’,
Department of Agricultural Engineering, Bogor Agricultural University,
Indonesia.
Prawiranata, W., S. Harran dan P. Tjondronegoro. 1981. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan Jilid I. Departemen Botani Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor Reader dan Buck. 2000. Pertumbuhan Gulma pada Kondisi
Lingkungan. PT. Gramedia Press, Jakarta.
Roy, O.S, Bantawa, P, Ghosh,S.K, da Silva, J.A.T, DebGhosh, P, Mondal, T.K.
2010. Micropropagation and field performance of ‘Malbhog’ (Musa
paradisiaca, AAB group): a popular banana cultivar with high keeping
quality of North East India. Tree and Forestry Science and Biotechnology.
4. 52-58.
Rukmana, R., dan Saputra. 2013. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Kanisius.
Jakarta.
Sastroutomo, SS. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Penerbit Graha Ilmu.
Yogyakarta. 168 hlm.
Suhartanto MR, Sobir, Harti H. 2012. Teknologi Sehat Budidaya Pisang: Dari
Benih Sampai Pasca Panen. Bogor (ID): Pusat Kajian Hortikultura Tropika,
LPPM-IPB.
Syifa F. 2014. Penggunaan giberelin dalam pembibitan tiga jenis pisang (Musa
paradisiaca L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Taiz, L dan E. Zeiger, 2010. Plant Physiology. Sinaner Associates Inc. Publisher.
Sunderland. Massachusets. USA. 782 hlm.
Tjitreosoedirdjo, JW. dan IH. Utomo. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan.
PT. Gramedia. Jakarta
Untung, K. 2010. Diktat Dasar-dasar Ilmu Hama Tumbuhan. Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Produksi Tanaman Pisang di Indonesia
[internet]. [diunduh 2017 Juni 4]. Tersedia: http://bps.go.id/site/resultTab.

Anda mungkin juga menyukai