Disusun Oleh:
NAMA : MAI KRISMONIKA
RIKA YULIA
ROMANTINA EZER SITORUS
SINTA SUGIANTI
MATA KULIAH : FISOLOGI HEWAN
DOSEN PENGAMPU : KARTIKA APRILIA PUTRI S.Pd,.M.Si
PRODI BIOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAMUDRA
2018
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karunia-Nya kepada kita semua. Salah satu karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah fisiologi hewan yang berjudul “Respon otot terhadap rangsangan”.Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas matakuliah fisiologi hewan dan juga sebagai bahan penambah
ilmu pengetahuan serta informasi khusus nya kami sendiri dan juga bagi yang membaca.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak hal yang perlu
diperbaikin lagi. Jadi, kami harapkan kepada Ibu selaku dosen pengampu pada matakuliah ini
agar meberikan saran yang membangun dari hasil penyusunan makalah kami ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
i
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Ion natrium akan masuk ke dalam sel dan ion kalium bersama ion Cl akan keluar dari dalam
sel. Muatan ion di dalam sel menjadi lebih positif dan muatan ion di dalam sel menjadi lebih
negatif. Keadaan ini disebut depolarisasi. Membran sel dalam keadaan permeable terhadap ion.
Perjalanan impuls syaraf dapat diblokir oleh rangsang dingin, panas, atau tekanan pada serabut
saraf. Pemblokiran yang sempurna dicapai dengan memberikan zat anastetik.
1.2 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kontraksi otot rangka dapat terjadi hanya jika otot pertama kali dirangsang oleh saraf.
Jenis saraf yang mempersarafi otot rangka adalah saraf motorik atau somatik. Saraf motorik
datang dari korda spinalis dan mensuplai beberapa serat otot pada perangsangan saraf. Daerah
dimana saraf motorik bertemu dengan otot disebut neuromuscular junction (NMJ). Struktur di
dalam NMJ meliputi membran di ujung saraf, ruang yang ada antara ujung saraf dan membran
otot, dan tempat reseptor pada membran otot.
3
2.2 Ambang Rangsang Saraf
Sel saraf mempunyai ambang rangsang yang rendah. Rangsang dapat berupa rang-
sang listrik, kimiawi atau mekanis. Terbentuk dua jenis perubahan fisiokimiawi lokal, poten-
sial aksi yang tidak menyebar disebut potensi sinaps, generator atau potensial elektronik,
bergantung kepada lokasinya dan perubahan yang menyebar disebut Potensial Aksi atau Aksi
Potensial. Ini merupakan satu-satunya respon listrik pada neuron dan jaringan peka rangsang
lainnya dan merupakan sifat utama sistem saraf. Aksi potensial mempunyai beberapa
karakteristik yang penting antara lain:
1. Aksi potensial dimulai dengan proses depolarisasi. Rangsangan yang mengawali
aksi potensial pada neuron menyebabkan menurunnya membran potensial atau
4
depolarisasi membran. Biasanya depolari-sasi ditimbulkan oleh stimulasi dari luar,
misalnya stimulasi berupa regangan otot, tekanan pada persendian atau stimulasi dari
dari neuron lain, misalnya transmisi impulse dari neuron sensoris ke neuron motoris
pada refleks-refleks fisiologis.
2. Aksi potensial dapat ditimbulkan jika depo-larisasi membran mencapai nilai
ambang rangsang tertentu atau sering disebut Threshold potensial.
3. Aksi potensial merupakan proses yang menunjukkan peristiwa gagal atau tuntas
atau All or None. Artinya bahwa jika rangsangan yang diterima mencapai nilai
ambang rangsang pada neuron tertentu maka akan timbul reaksi potensial, sedang-kan
jika rangsangan yang ada tidak men-capai atau berada dibawah nilai ambang rangsang
neuron maka aksi potensial tidak akan terjadi.
4. Selama terjadi aksi potensial, maka poten-sial yang terjadi akan melebihi nilai 0
mV sehingga bagian dalam dari sel akan menjadi lebih positif untuk sementara.
Keadaan ini disebut overshoot dari aksi potensial yang umumnya terjadi pada kisaran
+35 mV. Setelah mencapai puncak aksi potensial membran potensial akan berbalik
dimana bagian dalam sel menjadi kurang positif. Potensial aksi yang terjadi kembali
mengalami repolarisasi kearah membran potensial istirahat yang disebut undershoot
dari potensial aksi.
Proses aksi potensial terjadi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
Fase Istirahat Keadaan istirahat merupakan keadaan sebelum aksi potenial terjadi.
Pada keadaan ini membran sel dalam keadaan polarisasi oleh karena pada tahap ini
membran potensial adalah negatif.
Fase Depolarisasi Jika terdapat rangsangan yang menca-pai nilai ambang rangsang
neuron, maka pada fase ini membran menjadi permeabel terhadap ion Na, sehingga
sejumlah besar ion Na akan masuk kedalam sel. Potensial dengan cepat akan
meningkat menjadi positif (depolarisasi) sampai mengalami overshoot. Umumnya
pada sebagian neuron pada susunan saraf pusat aksi potensial tidak mencapai
overshoot, dan hanya mencapai 0 mV.
Tahap Repolarisasi Terjadinya proses dimana Na chanel mulai tertutup dan K chanel
terbuka, kemudian terjadi difusi pasif dari ion K ke luar sel dan menyebabkan membran
potensial kembali ke keadaan istirahat, proses tersebut terjadi saat permeabilitas ion
Na mencapai maksimal dalam beberapa msec. Kecepatan rambat impuls atau kece-
patan aksi potensial untuk bergerak dari satu titik ke seluruh akson bervariasi dari satu
5
akson ke akson lainnya. Penyebaran aksi potensial mengakibatkan aksi potensial
tersebut semakin melemah jika semakin jauh jarak yang harus di tempuh oleh aksi
potensial tersebut. Terjadinya penyebaran aksi potensial dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, terutama oleh faktor diameter serabut saraf dan sifat dari membran sel
saraf. Semakin besar diameter serabutnya maka semakin cepat impuls bergerak diban-
dingkan propagasi impulse pada serabut saraf diameter yang lebih kecil.
7
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah Kontraksi otot rangka dapat terjadi hanya jika otot
pertama kali dirangsang oleh saraf. Jenis saraf yang mempersarafi otot rangka adalah saraf
motorik atau somatik. Saraf motorik datang dari korda spinalis dan mensuplai beberapa serat
otot pada perangsangan saraf. Daerah dimana saraf motorik bertemu dengan otot disebut
neuromuscular junction (NMJ). Struktur di dalam NMJ meliputi membran di ujung saraf, ruang
yang ada antara ujung saraf dan membran otot, dan tempat reseptor pada membran otot.
Sel saraf mempunyai ambang rangsang yang rendah. Rangsang dapat berupa rang-sang
listrik, kimiawi atau mekanis. Terbentuk dua jenis perubahan fisiokimiawi lokal, poten-sial
aksi yang tidak menyebar disebut potensi sinaps, generator atau potensial elektronik,
bergantung kepada lokasinya dan perubahan yang menyebar disebut Potensial Aksi atau Aksi
Potensial. Proses aksi potensial terjadi melalui tahapan-tahapan yaitu fase istirahat, fase
depolarisasi , dan fase repolarisasi .
8
DAFTAR PUSTAKA
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Sari, Lela Juwita. 2008. Fisiologi Sistem Saraf pada Katak. UNJ. Jakarta.
Seeley, R. R., dkk. 2003. Essentials of Anatomy dan Physiology fourth edition. McGraw-Hill
Companies.
William E. Prentice, “Therapeutic Modalities For Sports Medicine and Athletic Training”,
Mc Graw Hill Company, New York, 2003.