Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Ilmu Faal Olahraga


Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Pendidikan Jasmani yang dibina oleh:

Khatmir Rusli, S.Pd

Disusun olehYafira Aisyahadatina Indra Puteri

YAYASAN PENDIDIKAN KITA (SANDIKTA)


SMA SANDIKTA
Jalan Raya Hankam No. 208 Pondok Melati Kota Bekasi Kode Pos 17414
Telp. (021)8466569, Website : http://sma.sandikta.net, E-mail : smasandikta@gmail.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Ilmu Faal Olahraga ini.

Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan makalah, tidak lain adalah untuk


memenuhi tugas Pendidikan Jasmani yang telah ditugaskan kepada saya oleh yang
terhormat Bapak Khatmir Rusli, S.Pd selaku Guru Pendidikan Jasmani, sehingga saya
dan para pembaca sekalian dapat mengetahui ilmu fisiologi olahraga.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Guru Pendidikan Jasmani, Khatmir
Rusli, S.Pd yang telah membimbing. Serta kepada orangtua yang telah memberi
dukungan baik secara moril dan materiil, dan pihak pihak lain yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
sudilah kiranya para pembaca memberikan kritik dan saran sehingga isi makalah ini
dapat menjadi lebih baik. Saya mohon maaf yang sebesar besarnya apabila ada
kesalahan penulisan atau kata kata yang kurang berkenan dalam karya tulis ilmiah ini.

Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta wawasan
bagi siapa saja yang memerlukannya di masa yang akan datang.

Bekasi, 14 Desember 2016,

Penyusun

1
BAB 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Ilmu Faal merupakan Ilmu yang mempelajari Faal atau fungsi bagian dari alat
atau jaringan tubuh.
Psikologi faal adalah suatu ilmu yang mempelajari mekanisme tubuh manusia
dan kaitannya dengan perilaku manusia. Dalam psikologi faal akan dipelajari
bagaimana suatu perilaku dapat mempengaruhi mekanisme tubuh manusia dan juga
sebaliknya.
Definisi ilmu kedokteran olahraga menurut A. Venerando (1975) adalah Aplikasi
ilmu kedokteran pada olahraga dan aktivitas fisik umumnya, agar didapat
keuntungan segi preventif dan kemungkinan terapoetis dari berolahraga untuk
mempertahankan keadaan sehat dan menghindari setiap keadaan yang
berhubungan dengan kelebihan atau kekurangan latihan fisik (Karhiwikarta, 1978).

2
BAB 2
Pembahasan

2.1 Bioenergi
Dalam suatu program latihan atau olahraga seringkali dilakukan variasi
gerakan yang akan menimbulkan efek fisiologis yang berbeda. Adaptasi tubuh
terhadap kondisi fisiologis tersebut akan merangsang terjadinya sejumlah reaksi
kimia enzimatis dalam tubuh guna mempertahankan prinsip homeostatis. Selain
itu, terjadi oksidasi berbagai sumber makanan dalam rangka menjaga
kontinyuitas suplai energi. Penentuan sumber energi yang akan dioksidasi
(energy predominant) sangat tergantung dengan kondisi fisiologis tubuh. Dengan
demikian terdapat keterkaitan antara variasi gerakan dengan sumber energi
yang digunakan untuk melakukan gerakan-gerakan tersebut.

2.2 Konsep Otot Dan Saraf (Neuromuscular Junction)


Semua aktifitas tubuh manusia yang dilakukan secara sadar maupun tidak
sadar dikoordinasi oleh sistem saraf yang bekerja sama dengan dengan sistem
hormon sebagai pusat pengatur. Sistem saraf terdiri dari benang-benang
panjang yang terbentang mulai dari otak, sumsum tulang belakang dan ganglion
yang menyebar ke seluruh tubuh. Aktifitas seperti mengetik dan menulis
dikoordinasi oleh sistem saraf berupa mengkoordinasi mata dengan tangan,
begitu pula dengan aktifitas olahraga seperti berlari, berenang, dsb, dikoordinasi
oleh sistem saraf.
Ketika sistem saraf memberikan perintah kepada otot maka terjadilah
gerakan. Perintah tersebut dirambatkan melalui sel-sel saraf yang ada di dalam
tubuh ke otot, antara sistem saraf dengan serabut otot ada semacam hubungan
yang menyebabkan terjadinya gerakan yang disebut neuromuscular junction.
Pada saat melakukan aktifitas fisik atau olahraga tubuh kita bergerak
sesuai perintah dari sistem saraf. Perintah tersebut disampaikan pada otot
melalui neuromuscular junction, impuls-impuls saraf tersebut disampaikan

3
dengan bantuan cairan neurotransmitter. Penerapan konsep neuromuscular
junction pada kegiatan olahraga dan proses atau mekanisasi terjadinya gerakan
otot yang berawal dari adanya rangsang kemudian saraf memberi perintah ke
otot melalui neuromuscular junction serta efek dari intensitas suatu aktifitas yang
berlebihan terhadap neuromuscular junction.
a. Anatomi Sel Saraf
Saraf atau neuron terdiri atas 3 bagian yaitu :
a. Badan sel
b. Neurit (axon) merupakan ekor dari sel saraf.
c. Dendrit yaitu berupa penjuluran yang keluar dari badan sel dan berfungsi
untuk menerima rangsangan.

b. Jenis Saraf Dengan Fungsinya


a. Saraf motorik (saraf penggerak)
Fungsinya : membawa rangsangan dari sistem saraf pusat menuju ke otot
dan kelenjar, akibatnya otot menegang (kontraksi) dan kelenjar
mengeluarkan getah.
b. Saraf sensorik (saraf perasa)
Fungsinya : saraf yang membawa rangsangan dari luar menuju saraf
pusat.

c. Sinapsis
Sinapsis adalah titik temu antara terminal aksonsalah satu neurondengan neuron
lain. Sinapsis dibentuk oleh terminal aksonyang membengkak. Di dalam
sitoplasmasinapsis, terdapat vesikula sinapsis. Ketika impuls mencapai ujung
neuron, vesikula akan bergerak, lalu melebur dengan membran pra-sinapsis dan
melepaskan asetilkolin. Asetilkolin berdifusi melalui celah sinapsis, lalu menempel
pada reseptor di membran pasca-sinapsis. Penempelan asetilkolin pada reseptor
menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Enzim asetilkolinesterase
menguraikan asetilkolin yang tugasnya sudah selesai.

4
d. Impuls Saraf
Dalam peristiwa perambatan impuls saraf ada media yang berperan penting
yaitu membran potensial. Membran potensial adalah membran yang mampu
menghantarkan impuls dan mengadakan perubahan potensial listrik disepanjang
kedua sisi membran.

Istilah dengan peristiwa perambatan impuls :


a. Polarisasi membran : membran sel saraf dalam keadaan normal.
b. Depolarisasi memrbran : membran sel saraf tereksitasi/terjadi arus listrik
yang dirambatkan disepanjang membrane.
c. Repolarisasi membran : proses pemulihan muatan positif dan muatan
negatif yang ada dalam membran sel saraf pada keadaan normal.

e. Neuromuscular Junction
Suatu berkas syaraf mempunyai cabang-cabang yang mengendalikan beberapa
serabut otot. Kira-kira 100 150 serabut otot dapat dikendalikan oleh satu motor
unit (saraf motorik beserta serabut otot yang dilayaninya). Hubungan antara saraf
dengan serabut sehingga terjadi gerakan disebut neuromuscular junction atau
myoneural junction. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Dalam hubungan antara saraf dengan otot, ujung serabut saraf mengeluarkan
cairan apabila ada sinyal. Cairan yang keluar dari ujung saraf disebut: chemical
transmitter, misalnya acetyl cholin. Acetyl cholin ini berfungsi sebgai zat yang
mampu untuk mengeksitasi serabut otot sehingga terjadi arus listrik dan
meningkatkan permiabilitas membran sehingga membran otot tersebut mudah untuk
dilalui/dirambati impuls. Dengan keadaan demikian akan mempercepat terjadinya
gerakan oleh efektor.

f. Timbulnya Kontraksi Otot


Timbulnya kontraksi pada otot mulai dengan potensial aksi (Potensial aksi
adalah aliran ionik positif dan negatif yang bergerak di membran sel) dalam serabut
serabut otot. Potensial aksi ini menimbulkan arus listrik yang menyebar ke bagian

5
dalam serabut, dimana menyebabkan dilepaskannya ion-ion kalsium dari retikulum
sarkoplasma. Selanjutnya, ion kalsium menimbulkan peristiwa-peristiwa kimia
proses kontraksi.

g. Perangsangan Serabut Otot oleh Saraf


Dalam fungsi tubuh normal, serabut serabut otot dirangsang oleh serabut
serabut saraf bermielin. Serabut serabut saraf ini melekat pada serabut otot dalam
hubungan saraf otot (neuromuscular junction) yang terletak di pertengahan otot.
Ketika potensial aksi sampai pada neuromuscular junction, terjadi depolarisasi dari
membran saraf, menyebabkan dilepaskan Acethylcholin, kemudian akan terikat
pada motor end plate membrane, menyebabkan terjadinya pelepasan ion kalsium
yang menyebabkan ikatan actin myosin yang akhirnya terjadi kontraksi otot. Oleh
karena itu, potensial aksi menyebar dari tengah serabut ke arah kedua ujungnya,
sehingga kontraksi hampir bersamaan terjadi di selururh sarkomer otot.
Gerakan-gerakan yang ditimbulkan melalui kontraksi otot muncul dari adanya
perintah dari saraf yang dikirim berupa impuls melalui sel-sel saraf yang ada dalam
tubuh kita. Perambatan impuls tersebut dihantarkan ke otot melalui neuromuscular
junction sehingga sampailah apa yang diperintahkan oleh saraf terhadap otot.
Dalam hubungan antara saraf dengan otot, ujung serabut saraf mengeluarkan
cairan apabila ada sinyal. Cairan yang keluar dari ujung saraf disebut: chemical
transmitter, misalnya acetyl cholin. Acetyl cholin ini berfungsi sebgai zat yang
mampu untuk mengeksitasi serabut otot sehingga terjadi arus listrik dan
meningkatkan permiabilitas membran sehingga membran otot tersebut mudah untuk
dilalui/dirambati impuls. Dengan keadaan demikian akan mempercepat terjadinya
gerakan oleh efektor.

6
2.3 Sistem Sirkulasi Dan Respirasi

A. SISTEM SIRKULASI
Sistem sirkulasi adalah penghubung antara lingkungan eksternal dan
lingkungan cairan internal tubuh. Sistem ini membawa nutrien dan gas kedalam
sel, jaringan, organ dan produk akhir metabolik keluar.
1. KOMPONEN :
a) Sistem Kardiovaskuler :
1) Jantung
2) Pembuluh darah
3) Darah
b) Sistem Limfatik > Limfe > Kelenjar getah bening
c) Organ pembentuk dan penyimpan darah(limfe, hati, sumsum
tulang, dan lien)
2. FUNGSI :
a) Transportasi
b) Mempertahankan suhu tubuh
c) Perlindungan
d) Buffering (Pengatur keseimbangan asam-basa~pH)
B. JANTUNG
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut berongga dan basis
diatas, puncaknya di bawah, cenderung miring ke kiri.Berat kira-kira 220-260
gram.
1. Kedudukan jantung
didalam thorax, antara kedua paru, di belakang sternum, lebih kekiri.
2. Struktur jantung
a) Ukuran jantung kurang kurang lebih sebesar kepalan tangan
orang dewasa.
b) Jantung terbagi oleh sebuah sekat menjadi 2, kiri dan kanan.

7
c) Setiap belahan dibagi menjadi 2 ruang atas dan bawah :
atrium & ventrikel.Antara atrium dan ventrikel ada lubang
atrioventrikuler, yang terdiri dari :
1) katup kanan : tricuspidalis (3)
2) katup kiri : mitral/ bicuspidalis (2)

3. Susunan otot jantung adalah khusus,


yaitu berupa otot bergaris, serabutnya bercabang, anastomose,
serta berkontraksi otomatis dan ritmis.

4. 3 bagian pada otot jantung:


a) Pericardium : luar
b) Miocardium : tengah
c) Endokardium : dalam

5. Ketebalan dinding otot jantung tidak sama.


Dinding ventrikel lebih besar dari atrium, Ventrikel kiri mempunyai
dinding paling tebal daripada ventrikel kanan. Karena fungsi ventrikel kiri
untuk memompa darah keseluruh tubuh-kontraksinya pun lebih besar.

6. Jantung adalah sebuah pompa


Gerakan jantung berasal dari nodus sinus atrial (sinoatrial node/
SA node) kedua atrium berkontraksi, rangsang kontraksi kemudian
menyebar ke seluruh atrium kanan dan mencapai atrioventricular
node (AV node). AV Node kemudian meneruskan rangsang dari atrium ke
ventrikel melalui berkas His (Bundle His). Dari atrioventicular
bundle berjalan lewat ventricular septum dan mengirim cabang ke
ventrikel kanan dan kiri. Cabang-cabang yang mendapat rangsang
kemudian mengirim impuls ke apex kemudian kearah luar. Cabang-
cabang tadi kemudian menyebar ke ke seluruh ventrikel dengan cabang
terminalnya berupa Purkinje fiber ventrikel kontraksi.

8
7. STRUKTUR JANTUNG MIKROSKOPIK
Otot jantung (miocardium) menyerupai otot rangka yang mempunyai
peran :
a) Merupakan otot lurik
b) Mengandung actin dan myosin
c) Menerapkan sliding filament theory
Namun ada yang membedakan diantara keduanya, antara lain :
a) Sel otot jantung lebih pendek
b) Kandungan mioglobin dan mitokondria lebih banyak
c) Energi yang digunakan adalah aerobic (memerlukan oksigen)
d) Menggunakan glukosa, laktat, dan FFA
e) Pada otot jantung terdapat intercalated disc yang berfungsi untuk
membentuk gap junction yang tahanan listriknya sedikit lebih
rendah dibanding yang lain.
f) Kontraksi otot jantung dimulai dari atrium sebelum menuju ke
ventrikel, mekanisme ini sinkron dengan gerakan darah dalam
jantung.
g) Ada 2 jenis Sirkulasi darah:
1) Sistemik (aliran sirkulasi darah dari jantung-seluruh tubuh-
jantung)
2) Paru (aliran sirkulasi darah dari jantung-paru-jantung)
h) Mekanisme : Ventrikel kanan arteri pulmonalis paru-paru
oksigenasi vena pulmonalis atrium kiri ventrikel kiri aorta seluruh
tubuh vena cava superior dan inferior atrium kanan.
i) Katup-katup pada Jantung
1) Katup Atrioventrikuler (AV) terdiri
dari trikuspidalis dan mitral/ bicuspidalis
Fungsi: mencegah pengaliran balik darah dari ventrikel ke
atrium selama sistolik.
2) Katup Semilunaris, terdiri dari katup aorta dan
katup pulmonal

9
Fungsi: mencegah aliran balik darah dari aorta dan arteri
pulmonalis kedalam ventrikel selama diastolik
j) Sifat jaringan otot jantung: otoritmisitas (diluar kontrol
kesadaran)
8. Sistem Eksitasi dan Konduktif Khusus Jantung
a) S-A Node (simpul S-A= simpul sinoatrial) dalam keadaan
normal timbul impuls eksitasi berirama
b) A-V Node (simpul A-V= simpul atrioventricular) > impuls dari
atrium ditunda sebelum masuk ventrikel
c) Berkas His > menghantarkan impuls dari atrium ke ventrikel
d) Serabut-serabut purkinje berkas kiri dan kanan
> menghantarkan impuls jantung ke seluruh bagian ventrikel
Siklus Jantung:
a) Periode pada akhir kontraksi jantung sampai akhir periode
berikutnya
b) Tiap siklus dimulai oleh timbulnya potensial aksi secara spontan
pada SA Node, yang terdiri dari:
c) Periode relaksasi: diastolik
d) Periode kontraksi: sistolik

10
C. SISTEM RESPIRASI

1. Pengertian Paru-Paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum), dilindungi
oleh struktur tulang selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu
sekat disebut diafragma. Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram,
sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram. Masing-masing paru-paru
dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar
serta struktur-struktur lain di dalam rongga dada. Selaput yang
membungkus paru-paru disebut pleura. Paru-paru terbenam bebas dalam
rongga pleuranya sendiri. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang
bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua yaitu:
a) Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput
paru yang langsung membungkus paru.
b) Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada
luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut
kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara,
sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit
cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura,
menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada
gerakan bernafas.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri
atas tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas (lobus superior), gelambir
tengah (lobus medius), dan gelambir bawah (lobus inferior). Sedangkan
paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir atas (lobus superior)
dan gelambir bawah (lobus inferior). Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan
yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai sepuluh
segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan lima buah
segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen,
yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada

11
lobus medial, dan tiga buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen
ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang
berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus
terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-
cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir
pada alveolus yang diameternya antara 0,2 0,3 mm.
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli, atau alveolus). Pada
gelembung inilah terjadi pertukaran udara di dalam darah, O2 masuk ke
dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Gelembung alveoli ini terdiri
dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya
90m2. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700juta buah.
Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi anatomisnya, semakin negatif
tekanan intrapleura di apeks, ukuran alveolus akan semakin besar. Ada
dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I berukuran besar, datar dan berbentuk
skuamosa, bertanggungjawab untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe II,
yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta dalam pertukaran udara. Sel-sel
tipe II inilah yang memproduksi surfaktan, yang melapisi alveolus dan
mencegah kolapnya alveolus.

2. Fungsi Paru-Paru
Paru-paru berfungsi sebagai pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang tidak dibutuhkan tubuh. Selain itu masih banyak lagi
fungsi paru-paru diantaranya sebagai penjaga keseimbangan asam basa
tubuh. bila terjadi acidosis, maka tubuh akan mengkompensasi dengan
mengeluarkan banyak karbondioksida yang bersifat asam ke luar tubuh.
Dalam sistem ekskresi, fungsi paru-paru adalah untuk mengeluarkan
karbondioksida dan uap air. Dalam sistem pernapasan, fungsi paru-paru
adalah untuk proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di dalam
darah. Dalam sistem peredaran darah, fungsi paru-paru adalah untuk

12
membuang karbondioksida di dalam darah dan menggantinya dengan
oksigen.
Didalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen
dan karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah
menangkap karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan
dibawa ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan
dan dikeluarkan dari paru-paru melalui hidung.

3. Bagian-Bagian Paru-Paru
Berikut adalah bagian-bagian paru-paru. Semua penjelasannya
menggunakan Bahasa Indonesia.
Sistem pernapasan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa paru-paru
terdiri dari:
a) Trakea
b) Bronkus
c) Rongga pleura
d) Paru-paru kanan
e) Paru-paru kiri
f) Tulang rusuk
g) Otot intercosta
h) Diafragma
Berikut adalah penjelasan dari beberapa bagian penting paru-paru:
a) Trachea atau batang tenggorokan berupa pipa tempat
lalunya udara. Udara yang dihirup dari hidung dan mulut akan
ditarik ke trachea menuju paru-paru.
b) Bronchi merupakan batang yang menghubungkan paru-paru
kanan dan kiri dengan trachea. Udara dari trachea akan di bawa
keparu-paru lewat batang ini.
c) Bronchioles merupakan cabang-cabang dari bronchi berupa
tabung-tabung kecil yang jumlahnya sekitar 30.000 buah untuk

13
satu paru-paru. Bronchioles ini akan membawa oksigen lebih jauh
ke dalam paru-paru.
d) Alveoli merupakan ujung dari bronchioles yang jumlahnya
sekitar 600 juta pada paru-paru manusia dewasa. Pada aveoli ini
oksigen akan didifusi menjadi karbondioksida yang diambil dari
dalam darah.

D. Pada Kondisi Olahraga/Latihan (Exercise)


Latihan/olahraga yang dilakukan dengan level yang tinggi dapat
mengakibatkan stress yang ekstrim pada tubuh. Perbandingannya sebagai
berikut seorang yang sakit demam akan mengalami peningkatan metabolisme
100% di atas normal, tetapi seorang atlete maraton metabolisme di dalam
tubuhnya akan meningkat 2000% di atas normal (Suleman, 2006). Ventilasi
paru-paru umumnya diketahui mempunyai hubungan linear dengan konsumsi
oksigen pada tingkat latihan yang berbeda. Pada saat latihan yang intensif
konsumsi oksigen akan meningkat. Seorang atlet yang latihan teratur
mempunyai kapasitas paru yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang
tidak pernah berlatih (Adegoke and Arogundade, 2002).
Pada kondisi normal laju respirasi selama istirahat dalam lingkungan
termonetral yaitu 12 kali/menit, dan tidal volume 500 ml. Dengan demikian
volume udara pernapasan dalam satu menit (minute ventilation) sama dengan 6
liter. Namun pada saat latihan yang intesif laju respirasi meningkat 35-45
kali/menit. Pada seorang atlet yang terlatih laju respirasi dapat mencapai 60-70
kali/menit selama latihan maksimal. Tidal volume juga meningkat 2 liter atau
lebih selama latihan. Pada atlet pria, ventilasi paru dapat meningkat 160
liter/menit selama latihan maksimal(Anonim, 2008d). Beberapa penelitian
melaporkan bahwa volume ventilasi paru dalam satu menit dapat mencapai
200liter, bahkan pada atlet football profesional dapat mencapai 208 liter (Wilmore
dan Haskel, 1972).
Terdapat hubungan yang kecil antara volume dan kapasitas paru dengan
bermacam-macam jenis olah raga. Seperti pada pelari maraton dibandingkan

14
dengan yang bukan pelari dengan ukuran tubuh yang sama, tidak ada
perbedaan yang nyata untuk nilai fungsi paru (seperti dilihat pada tabel di
bawah). Lebih besarnya volume paru dan kemampuan respirasi pada seorang
atlet dimungkinkan karena faktor genetik. Beberapa peningkatan fungsi paru
merupakan refleks kekuatan otot paru-paru terhadap latihan yang spesifik
(Anonim, 2008d)
Volume paru ditentukan juga oleh luas permukaan tubuh untuk pertukaran
gas. Salah satu kemungkinannya adalah volume paru dan luas permukaan yang
besar dapat memberikan keuntungan untuk pertukaran gas pada saat latihan
aerobic. Namun hal tersebut tidak terlihat pada kasus tertentu, seperti pelari
marathon mempunyai volume paru yang tidak berbeda dengan seorang yang
bukan pelari dengan ukuran tubuh yang sama (Brian, 2004). Luas permukaan
paru yang besar ditemukan pada seorang yang memerlukan pertukaran gas
lebih banyak, seperti pada atlet perenang mempunyai volume paru yang besar
dibandingkan dengan bukan perenang. Volume paru yang besar pada seorang
perenang mungkin karena perubahan adaptif pada saat respirasi (Brian, 2004).

5. Respirasi Pada Kondisi Ketinggian Yang Berbeda


Pengetahuan terapan hukum-hukum fisika yang berhubungan sistem
pernapasan pada kondisi ketinggian tertentu (penyelaman, penerbangan dan
puncak gunung) adalah sangat penting. Hal tersebut disebabkan perubahan sifat
atmosfer pada ketinggian tertentu dapat merugikan faal tubuh khususnya dan
kesehatan pada umumnya (Danusastro, 2008). Hukum gas berguna untuk
menjelaskan gangguan fisiologi pada penerbangan atau penyelaman (Anonim
2008a; Danusastro, 2008).
a) Hukum Difusi Gas
Hukum difusi gas ini penting untuk menjelaskan pernapasan, baik
pernapasan luar maupun dalam. Hukum ini mengatakan bahwa gas akan
berdifusi
i. A = jumlah gas yang larut
ii. P = takanan parsial gas pada pemukaan cairan

15
dari tempat yang bertekanan parsialnya tinggi ke tempat yang tekanan
parsialnya rendah. Selanjutnya kecepatan berdifusi ditentukan oleh
besarnya selisih tekanan parsial tersebut dan tebalnya dinding pemisah.
b) Hukum Boyle
Hukum ini penting untuk menjelaskan masalah penyakit
dekompresi. Hukum Boyle ini mengatakan bahwa apabila volume suatu
gas tersebut berbanding terbalik dengan tekanannya.
i. P.V = C P = pressure atau tekanan; C = constant atau tetap; V =
volume atau isi
c) Hukum Dalton
Hukum ini penting untuk menghitung tekanan parsial gas delam
suatu campuran gas, misalnya menghitung tekanan parsial oksigen dalam
udara pernapasan pada beberapa ketinggian guna menjelaskan hipoksia.
Hukum ini mengatakan bahwa tekanan total suatu campuran gas sama
dengan jumlah tekanan parsial gas-gas penysusn campuran tersebut.
i. Pt = P1 + p2 + .... + Pn
ii. Pt = tekanan total campuran gas
iii. P1, P2 dan seterusnya adalah tekanan parsial
iv. masing-masing gas
d) Hukum Henry
Hukum ini penting untuk menjelaskan penyakit dekompresi, seperti
bends, chokes, dan sebagainya yang dasarnya adalah penguapan gas
yang larut. Hukum ini mengatakan bahwa jumlah gas yang larut dalam
suatu cairan tertentu berbanding lurus dengan tekanan parsial gas
tersebut pada permukaan cair tersebut.
i. A1 x P2 = A2 x P2
e) Hukum Charles
Hukum ini penting untuk menjelaskan tentang turunnya tekanan
oksigen atau berkurangnya persediaan oksigen bila isi tetap, maka
tekanan gas tersebut berbanding lurus denan suhu absolutnya. Jadi
apabila seseorang membawa oksigen dalam botol pada penerbangan

16
tinggi, suhunya akan lebih rendah, maka tekanan gas tersebut akan
menurun pula atau dengan kata lain persediaan oksigen akan berkurang.
Bila isi tetap:
i. P1 : P2 = T1 : T2 P1 = Tekanan semula
ii. P2 = tekanan yang baru
iii. T1 = takanan absolut mula-mula
iv. T2 = Suhu absolut kemudian

6. Kondisi Penyelaman
Bernapas merupakan sesuatu hal yang sangat penting pada kehidupan,
terutama bagi seorang penyelam. Pada saat penyelaman tekanan atmosfer di
permukaan laut dengan di dalam laut berbeda. Tekanan atmosfer akan menurun
pada ketinggian karena atmosfir diatasnya berkurang, sehingga udara pun
berkurang. Demikian sebaliknya tekanan akan meningkat bila seorang
menyelam di bawah permukaan air. Hal tersebut disebabkan perbedaan berat
dari atmosfir dan berat dari air di atas penyelam. Berdasarkan hukum pascal
yang menyatakan bahwa tekanan terdapat di permukaan cairan akan menyebar
ke seluruh arah secara merata dan tidak berkurang pada setiap tempat di bawah
pemukaan laut. Tekanan akan meningkat sebesar 760 mmHg (1 atmosfir) untuk
setiap kedalaman 10 m (33 kaki). Satuan-satuan dari jumlah tekanan adalah
atmosfir absolut (ATA), sedangkan ukuran tekanan (Gauge Pressure)
menunjukkan tekanan yang terlihat pada alat pengukur dimana terbaca 0 pada
tingkat permukaan, karena tekanan tersebut selalu 1 atmosfer lebih rendah
daripada tekanan absolut (Anonim, 2008a).
Kedalaman (depth) Tekanan Absolut (Gauge Pressure)
Dipermukaan :
a) 1 ATA
b) 0 ATG
c) 10 meter
d) 2 ATA
e) 1 ATG

17
f) 20 meter
g) 3 ATA
h) 2 ATG
i) 30 meter
j) 4 ATA
k) 3 ATG
Seorang penyelam yang menghirup napas penuh di permukaan akan
merasakan paru-parunya semakin lama semakin tertekan oleh air di
sekelilingnya sewaktu penyelam tersebut turun. Sebelum penyelaman, tekanan
udara di dalam paru-paru seimbang dengan tekanan udara atmosfer, yang rata-
rata 760 mmHg atau 1 atmosfer pada permukaan laut. Namun pada saat
menyelam, udara mengalir ke dalam paru, tekanan udara di dalam paru harus
lebih rendah daripada tekanan udara atmosfer. Kondisi tersebut diperoleh
dengan membesarnya volume paru. Menurut hukum Boyle tekanan gas di dalam
tempat tertutup berbanding terbalik dengan besarnya volume. Bila ukuran tempat
diperbesar, tekanan udara di dalamnya turun. Bila ukuran diperkecil, tekanan
udara di dalamnya naik. Hukum Boyle berlaku terhadap semua gas-gas di dalam
ruangan-ruangan tubuh sewaktu penyelam masuk ke dalam air maupun sewaktu
naik ke permukaan (Anonim, 2008a).
Sebagai contoh, apabila seorang penyelam Scuba menghirup napas
penuh (6 liter) pada kedalaman 10 meter (2 ATA), menahan napasnya dan naik
ke permukaan (1 ATA), udara di dalam dadanya akan berlipat ganda volumenya
menjadi 12 liter, maka penyelam tersebut harus menghembuskan 6 liter udara18
selagi naik untuk menghindari agar paru-parunya tidak meledak. Sesuai hokum
Boyle maka perhitungannya sebagai berikut :
a) P1V1 = P2V2
b) P1V1 = 2 x 6
c) P1 = 2 ATA
d) V2 = 12
e) V1 = 6 liter
f) 1 P2 = 1 ATA

18
g) V2 = 12 liter
h) V2 = ?

Di permukaan laut (1 ATA) dalam tubuh manusia terdapat kira-kira 1 liter


larutan nitrogen. Apabila seorang penyelam turun sampai kedalaman 10
meter (2 ATA) tekanan parsial dari nitrogen yang dihirupnya menjadi 2 kali
lipat dan akhirnya yang terlarut dalam jaringan juga menjadi 2 kali lipat (2
liter). Waktu sampai terjadinya keseimbangan tergantung pada daya larut gas
di dalam jaringan dan pada kecepatan suplai gas ke dalam jaringan oleh
darah. Hal tersebut sesuai dengan hukum Henry yang menyatakan bahwa
pada suhu tertentu jumlah gas yang terlarut di dalam suatu cairan berbanding
lurus dengan tekanan partial dari gas tersebut di atas cairan (Anonim,
2008a).
Pada kondisi di atas permukaan laut gas nitrogen terdapat dalam udara
pernapasan sebesar 79%. Nitrogen tidak mempengaruhi fungsi tubuh karena
sangat kecil yang larut dalam plasma darah, sebab rendahnya koefisien
kelarutan pada tekanan di atas permukaan laut. Tetapi bagi seorang
penyelam Scuba atau pekerja Caisson (pekerja pembangun saluran di bawah
air) yang berada pada kondisi udara pernapasan di bawah tekanan tinggi,
jumlah nitrogen yang terlarut dalam plasma darah dan cairan interstitial
sangat besar. Hal tersebut mengakibatkan pusing atau mabuk, yang disebut
dengan gejala nitrogen narcosis (Soewolo, et al. 1999). Bila seorang
penyelam di bawa ke permukaan perlahan-lahan, nitrogen terlarut dapat
dihilangkan melalui paru. Namun demikian bila seorang penyelam naik ke
permukaan dengan cepat, nitrogen keluar larutan dilepas melalui respirasi
dengan cepat sekali, malahan akan membentuk gelembung gas dalam
jaringan, yang mengakibatkan decompression sickness atau cassion atau
cassion bends. Penyakit ini khusus akibat dari adanya gelembung gas dalam
jaringan saraf, bisa pada tingkat sedang atau hebat bergantung pada jumlah
gelembung gas yang terbentuk. Gejalanya meliputi rasa sakit di persendian,
terutama lengan dan kaki, pening, napas pendek, sangat lelah, paralisis dan
rasa tidak enak badan. Hal tersebut dapat dicegah dengan cara menaikkan

19
secara perlahan ke atas permukaan laut (Soewolo, et al. 1999).

7. Respirasi Pada Tempat Tinggi


Tekanan barometer di berbagai ketinggian tempat berbeda. Pada
ketinggian permukaan laut tekanan barometer 760 mmHg, sedangkan pada
ketinggian 10.000 kaki di atas permukaan laut hanya 523 mmHg, dan pada
50.000 kaki adalah 87 mmHg. Penurunan tekanan barometer merupakan dasar
penyebab semua persoalan hipoksia pada fisiologi manusia di tempat tinggi. Hal
tersebut dapat dijelaskan bahwa seiring dengan penurunan tekanan barometer
akan terjadi juga penurunan tekanan oksigen parsial yang sebanding, sehingga
tekanan oksigen selalu tetap sedikit lebih rendah 20%-21% dibanding tekanan
barometer total. Jadi pada ketinggian permukaan laut total tekanan atmosfer 760
mmHg, ketika di atas 12.000 kaki tekanan barometernya hanya 483mmHg
Dalam hal ini terjadi penurunan total tekanan atmosfer, yang berarti lebih sedikit
40% molekul per pernapasan pada saat berada di tempat tinggi dibandingkan
dengan permukaan laut (Anonim, 2008c).
Apabila seseorang berada di tempat yang tinggi selama beberapa hari,
minggu, atau tahun, menjadi semakin teraklimatisasi terhadap tekanan parsial
oksigen yang rendah, sehingga efek buruknya terhadap tubuh makin lama
semakin berkurang.Proses aklimatisasi umumnya antara satu sampai tiga hari
(Anonim, 2008c). Prinsip-prinsip utama yang terjadi pada aklimatisasi ialah
peningkatan ventilasi paru yang cukup besar, sel darah merah bertambah
banyak, kapasitas difusi paru meningkat, vaskularisasi jaringan meningkat, dan
kemampuan sel dalam menggunakan oksigen meningkat, sekalipun tekanan
parsial oksigennya rendah (Guyton, 1994).
Aklimatisasi meliputi beberapa perubahan struktur dan fungsi tubuh,
seperti mekanisme kemoreseptor meningkat, tekanan arteri pulmonalis
meningkat. Selanjutnya tubuh memproduksi sel darah merah lebih banyak di
dalam sumsum tulang untuk membawa oksigen, tubuh memproduksi lebih
banyak enzim 2,3- biphosphoglyserate yang memfasilitasi pelepasan oksigen
dari hemoglobin ke jaringan tubuh. Proses aklimatisasi secara perlahan

20
menyebakan dehidrasi, urinasi, meningkatkan konsumsi alkohol dan obat-
obatan. Dalam waktu yang lama dapat meingkatkan ukuran alveoli, menurunkan
ketebalan membran alveoli, yang diikuti dengan perubahan pertukaran gas
(Anonim, 2008b).
Setelah mengalami aklimatisasi seseorang di tempat yang tinggi akan
mengalami peningkatan kapasitas difusi oksigen. Kapasitas difusi normal
oksigen ketika melalui membran paru kira-kira 21 ml/mmHg/menit. Kapasitas
difusi tersebut dapat meningkat sebanyak tiga kali lipat selama olahraga.
Sebagian dari peningkatan tersebut disebabkan oleh volume darah kapiler paru
yang sangat meningkat. Sebagian lagi disebabkan oleh peningkatan volume
paru yang mengakibatkan meluasnya permukaan membran alveolus. Terakhir
disebabkan peningkatan tekanan arteri paru. Tekanan tersebut akan mendorong
darah masuk lebih banyak ke kapiler alveolus (Guyton, 1994).
Seorang atlete untuk kompetisi pada tempat dengan lokasi ketinggian
yang bervariasi perlu melakukan proses aklimatisasi sebelum perlombaan.
Seorang pemanjat gunung pada ketinggian sedang akan mengalami penurunan
tekanan atmosfer 7-8%. Orang tersebut akan mengalami penurunan pemasukan
oksigen sehingga diduga dapat menurunkan kekuatan otot 4-8% tergantung
durasi kompetisi. Hal tersebut tidak menguntungkan untuk mencapai finis,
apabila hal tersebut terjadi tanpa melakukan aklimatisasi terlebih dahulu
(Anonim, 2008c). Meskipun seorang atlete yang melakukan persiapan (exercise)
dan aklimatisasi dengan baik, tidak akan sama dengan penduduk asli di
pegunungan Andes, yang memiliki kapasitas dada yang besar, alveoli dan
pembuluh kapiler besar dan jumlah sel darah merah lebih banyak (Anonim,
2008c).
Aklimatisasi alami pada orang yang tinggal di tempat tinggi, seperti
penduduk yang tinggal di pegunungan Andes dan Himalaya (ketinggian 13.000-
19.000 kaki) mempunyai kemampuan yang sangat superior dalam hubungannya
dengan sistem respirasi, dibandingkan dengan penduduk dari tempat rendah
dengan kemampuan aklimatisasi yang terbaik tinggal di tempat tinggi. Proses
aklimatisasi tersebut telah dimulai semenjak bayi. Terutama ukuran dadanya

21
sangat besar, sedangkan ukuran tubuhnya sedikit lebih kecil, sehingga rasio
kapasitas ventilasi terhadap massa tubuh menjadi besar. Selain itu, jantungnya
terutama jantung kanan jauh lebih besar dari pada jantung orang yang tinggal di
temapat rendah. Jantung kanan yang besar tersebut menghasilkan tekanan yang
tinggi dalam arteri pulmonalis sehingga dapat mendorong darah melalui kapiler
paru yang telah sangat melebar (Guyton, 1994).
Pengangkutan oksigen oleh darah ke jaringan lebih mudah pada orang
yang telah teraklimatisasi di tempat tinggi. Tekanan parsial O2 pada orang-orang
yang tinggal di tempat tinggi hanya 40 mmHg, tetapi karena jumlah
haemoglobinnya lebih banyak, maka jumlah oksigen dalam darah arteri menjadi
lebih banyak dibanding oksigen dalam darah pada penduduk yang tinggal di
tempat yang rendah. Selanjutnya tekanan parsial O2 vena pada penduduk di
tempat tinggi 15 mmHg lebih rendah daripada tekanan parsial O2 vena pada
penduduk di tempat rendah, sekalipun tekanan parsial O2 nya rendah. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pengangkutan oksigen ke jaringan adalah lebih
baik pada penduduk yang secara alami telah mengalami aklimatisasi (Guyton,
1994).

8. Cara Menjaga Paru-paru agar Tetap Sehat


Dewasa ini kita menemukan banyak sekali orang yang menderita penyakit
paru-paru. Penyakit pada organ pernapasan ini terjadi karena beberapa faktor
yang sebenarnya merupakan sebuah akibat dari kelalaian dan gaya hidup yang
kurang sehat yang dapat dihindari jika seseorang mengerti dan mencintai
kesehatannya. Pada ulasan berikut ini kita akan bersama-sama membahas
tentang bagaimana cara menjaga paru-paru agar tetap sehat dengan cara-cara
alami.

9. Cara Menjaga Paru-Paru


Jika anda menginginkan untuk memiliki paru-paru yang sehat maka yang
harus anda lakukan pertama kali adalah dengan meninggalkan kebiasaan
merokok. Rokok memiliki berbagai zat berbahaya layaknya nikotin yang dapat

22
mengakibatkan berbagai kerusakan pada organ dalam tubuh kita layaknya
jantung dan paru-paru.
Udara yang bersih dan segar merupakan sebuah hal yang dapat
menyehatkan paru-paru. Karenanya sangat penting untuk memiliki lingkungan
dengan udara yang bersih dan rendah polusi. Hal ini bisa didapat dengan
menanam pepohonan di sekitar tempat tinggal.
Membiasakan olahraga secara teratur di pagi hari maupun di sore hari
akan membuat tubuh menjadi lebih segar dan termasuk juga paru-paru akan
menjadi lebih sehat dan segar.
Asap kendaraan dan debu jalanan merupakan sebuah bahaya yang harus
anda atasi saat berada di perjalanan. Oleh karena itu sangat disarankan untuk
selalu mengenakan masker saat sedang berkendara ketika sedang melakukan
perjalanan jauh. Hal ini sangat penting untuk anda perhatikan guna menghindari
masuknya zat-zat berbahaya yang terdapat di jalanan ke dalam tubuh kita.
Memakan makanan yang sehat. Buah dan sayur merupakan makanan
yang sangat disarankan bagi semua orang. Karena buah dan sayur memiliki
berbagai macam manfaat yang salah satunya adalah menguatkan fungsi paru-
paru.
Rumah sebagai tempat kita menghabiskan sebagian besar aktivitas
sehari-hari membuatnya penting untuk diperhatikan. Rumah yang sehat untuk
paru-paru adalah rumah yang memiliki sirkulasi udara yang baik dengan adanya
ventilasi yang cukup.
Selanjutnya anda juga perlu memeriksakan diri ke dokter untuk
mengetahui keadaan paru-paru anda.

23
BAB 3
Penutup

3.1 Kesimpulan
Ilmu faal olahraga adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia dan bagian-
bagiannya pada waktu olahraga. Faal olahraga sebagai ilmu amalan (Applied Science)
merupakan dasar dari ilmu kedokteran olahraga.
Fisiologi olahraga sebagai salah satu disiplin kedokteran berusaha untuk
mempelajari efek latihan terhadap tubuh, mempelajari bagaimana efisiensi tubuh
manusia dapat diperbaiki dengan latihan, mempelajari metoda yang paling sesuai untuk
menilai 13 perbedaan parameter fisik dan fisiologis dan mempelajari bermacam-macam
tes yang cocok untuk mengukur keadaan kesegaran jasmani (Giam, 1993).

24

Anda mungkin juga menyukai