Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MAKALAH

ARTHROLOGI EXTREMITAS SUPERIOR

Oleh

Alif Rizqullah/P27227019094

PROGRAM STUDI ORTOTIK PROSTETIK


POLTEKES KEMENKES
SURAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuk yang telah di berikan

sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang “ARTHROLOGI EXTREMITAS

SUPERIOR” ini dengan lancar.

  Isi dari Makalah karya kami ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kritik

dan saran dari para pembaca yang budiman sangat kami harapkan. Kami berharap, dengan

membaca Makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah

wawasan kita mengenai Arthrologi, khususnya bagi penulis sendiri. Memang Makalah ini masih

jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan

menuju arah yang lebih baik.

Akhirnya dengan segala kelebihan dan kekurangan mohon maaf , semoga Makalah ini

dapat berguna dan bermanfaat.

Aceh, 15 April 2020

Alif Rizqullah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar
Belakang....................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Defenisi dan Pengertian arthrologi...........................................................................................2
B. Klasifikasi arthrologi dan persendian.......................................................................................2
C. Macam-macam persambungan dan persendian........................................................................4
D. Kemungkinan gerak
persendian..................................................................................................................................5
E. Faktor yang memperkuat
persendian..................................................................................................................................5
F. Insersio dan origo extremitas
atas...........................................................................................................................................20
BAB 3 PENUTUP........................................................................................................................25
A. Kesimpulan.............................................................................................................................25
B. Saran.......................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Arthron adalah sendi dan logos adalah ilmu. Arthrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
sendi, yaitu hubungan antara dua / lebih komponen. Persendian atau artikulasio adalah suatu
hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat
pada bagian luar dan pada bagian dalam. Terdapat rongga sendi dengan permukaan tulang yang
dilapisi oleh tulang rawan. Umumnya rangka tulang terbentuk dari tingkat pendahuluan dari
jaringan rawan,ada juga sebagai pengganti jaringan rawan, pada keadaan tertentu tingkat
pendahuluan tulang rawan diganti dengan tulang pengganti(tulang keras) dan jaringan ikut
sebagai jaringan penutup. Sendi adalah tempat dua tulang atau lebih saling berhubungan baik
terjadi pergerakan atau tidak. Dalam perkembangan jaringan ikat diganti oleh jaringan rawan.
Fungsi dari sendi secara umum adalah untuk melakukan gerakan pada tubuh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan pengertian dari arthrologi?
2. Jelaskan Klasifikasi arthrologi dan persendian?
3. Apa saja macam-macam persendian extremitas superior ?
4. Apa saja ligamen yang memperkuat persendian ?
5. Apa saja insersio dan origo dari setiap persendian?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi dan pengertian dari arthrologi
2. Untuk mengetahui klasifikasi arthrologi dan persendian
3. Untuk mengetahui macam-macam persendian extremitas superior
5. Untuk mengetahui ligamen yang memperkuat persendian
6. Untuk mengetahui macam insersio dan origo dari setiap persendian

BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian
“Arthron adalah sendi dan logos adalah ilmu”. Arthrologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang sendi, yaitu hubungan antara dua / lebih komponen. Sendi merupakan pertemuan antara
dua atau beberapa tulang dari kerangka yang dihubungkan dengan kapsul sendi, jaringan ikat
fibrosa, ligament, tendon, fascia, maupun otot. Kapsul sendi, yaitu lapisan serabut yang melapisi
sendi dan membentuk persendian. Ligamen, yaitu jaringan ikat yang mengikat ujung tulang
dengan persendian sehingga tidak terjadi dislokasi tulang. Minyak sinovial, yaitu pelumas sendi
yang terdapat pada sendi. Tulang rawan hialin, yaitu jaringan tulang rawan yang membentuk
sendi.

II. Klasifikasi Arthrologi dan persendian


1. Berdasarkan Struktural persendian
a. Persendian Fibrosa
Tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan ikat fibrosa
b. Persendian kartilago
Tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan kartilago
c. Persendian sinovial
Memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan kapsul dan ligamen artikular yang
membungkusnya
2. Berdasarkan Fungsional Persendian
a. Sendi Sinartrosis
Secara struktural, persendian ini dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau
kartilago.
- Sutura : adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa rapat dan
hanya ditemukan pada tulang tengkorak. Contoh sutura adalah sutura sagital dan
sutura parietal
- Sinkondrosis : Tulang rawan yang mengisi sendi berupa tulang rawan hialin
yang termasuk jenis ini adalah cakram epifise pada tulang-tulang yang masih
tumbuh dan sendi antara costa dengan sternum.
b. Amfiartosis
Amfiartosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya
sedikit pergerakan sebagai respon terhadap torsi dan kompresi
- Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan denan diskus kartilago,
yang menjadi bantalan sendi dan memungkinkan terjadinya sedikit gerakan.
Contoh simfisis adalah simfisis pubis antar tulang-tulang pubis dan diskus
intervertebralis antar badan vertebra yang berdekatan.
- Sindesmosis terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan dihubungkan dengan
serat-serat jaringan ikat kolagen. Contoh sindesmosis dapat ditemukan pada
tulang yang terletak bersisian dan dihubungkan dengan membran interoseus.,
seperti pada tulang radius dan ulna, serta tibia dan fibula.
- Gonposis adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk dengan pas
dalam kantong tulang. Seperti pada gigi yang tertanam pada alveoli (kantong
tulang rahang. Pada contoh tersebut, jaringan ikat fibrosa yang terlibat adalah
ligamen peridontal.
c. Diartosis
Diartosis adalah sendi yang dapat bergerak bebas disebut juga sendi sinovial (berasal
dari kata yunani yang berarti “dengan telur”). Sendi ini memiliki rongga sendi yang
berisi cairan sinovial. Suatu kapsul sendi (artikular) yang menyambung kedua tulang,
dan ujung tulang pada sendi sinovial dilapisi kartilago artikular. Ciri- ciri diarthosis
adalah: memiliki facies articularis yang bersifat licin, facies articularis ditutupi
oleh cartilage articularis yang pada umumnya adalah kartilago hialin, dan
mempunyai capsula articularis yang membungkus persendian. Ruangan di dalamnya
disebut cavum articulare berisi cairan sinovial

III. Macam-macam persendian


1. Sendi Geser
Permukaan sendi biasanya datar, hanya mungkin melakukan gerakan kiri kanan
dan muka belakang. Persendian yang memungkinkan gerak pada dua bidang datar seperti
ini disebut persendian dua sumbu (biaksial). Contoh: persendian antara tulang-tulang
karpal, antara tulang-tulang tarsal, antara sternum dan klavikula dan antara skapula dan
klavikula.
2. Sendi engsel
Permukaan sendi tulang pertama cekung, sedangkan permukaan sendi tulang
kedua cembung dan permukaan cembung tepat dapat masuk ke permukaan cekung.
Persendian ini memungkinkan gerakan hanya pada satu bidang datar, termasuk
persendian satu sumbu (monaksial) dan merupakan gerak fleksi dan ekstensi seperti
gerak membuka-menutup pintu. Gerak fleksi adalah suatu gerakan yang mengacu pada
gerak mengecilkan sudut, sedangkan gerak ekstensi mengacu pada gerak membesarkan
sudut.  Contoh sendi engsel adalah sendi pada siku dan sendi pada lutut.
3. Sendi putar
Pada sendi putar, permukaan tulang pertama yang membulat, meruncing atau
berbentuk kerucut, bersendi dengan lekuk yang dangkal dari tulang lain. Memungkinkan
gerak utama memutar dan merupakan persendian monaksial. Contoh sendi putar adalah
persendian antara tulang atlas dan dasar tulang tengkorak yang menghasilkan gerak
menggelengkan kepala, persendian antara ujung proksimal tulang radius dan ulna yang
menghasilkan gerakan supinasi dan pronasi tapak tangan.
4. Sendi pelana
Pada sendi pelana, permukaan ujung tulang pertama berbentuk cekung masuk ke
permukaan tulang kedua berbentuk cembung. Persendian ini memungkinkan gerak
menyamping (kanan-kiri) dan gerak muka belakang, sehingga persendian ini termasuk
persendian biaksial. Contoh sendi pelana adalah persendian antara tulang trapesium dan
metakarpal dari ibu jari.
5.  Sendi peluru
Pada sendi peluru, permukaan sendi tulang pertama yang berbentuk seperti bola
masuk ke permukaan cekung seperti mangkuk dari tulang kedua, sehingga
memungkinkan terjadinya gerak triaksial, yaitu gerak fleksi dan ekstensi, abduksi dan
aduksi, serta gerak rotasi. Contoh sendi peluru adalah persendian antara tulang lengan
atas dengan tulang belikat dan persendian antara tulang paha dengan tulang pinggul.
6. Sendi elipsoidal
Pada sendi elipsoidal, ujung tulang yang berbentuk oval masuk ke cekungan
tulang lain yang berbentuk elips. Persendian ini memungkinkan gerak kiri-kanan dan
muka-belakang, sehingga termasuk persendian biaksial. Contoh sendi elipsoidal adalah:
persendian antara tulang radius dan tulang karpal yang memungkinkan gerak tapak
tangan ke atas-bawah dan ke kanan-kiri.

IV. Faktor yang memperkuat persendian


a. Ligament dan capsula mengikat dan membungkus tulang-tulang  menjadi suatu
persendian  dan mengontrol gerakan agar tidak berlebihan.

Lig. Sternoclavicularis
lig. Interclavicularis lig. Costoclavicularis

lig.Acromioclavicularis
lig.coracoclavicularis lig.Coracoacromiale
lig.coracohumerale lig.glenohumerale

lig.colateral ulnae ant. Lig.anulare radii


Lig.colateral radiale

b. Otot-otot selain turut memperkuat sendi bersama ligament dan capsula, juga
menarik tulang-tulang itu satu terhadap lainnya supaya tetap pada tempatnya.
c. Bentuk extremitas articularis yang bersesuaiaan menambah kekokohan.
d. Kohesi yang disebabkan oleh adanya lendir membasahi extremitas artikularis
yang bersangkutan.
e. Tekanan atmosfiris, menahan agar ligamenta dan otot-otot tetap pada tempatnya.

V. Arthrologi Extremitas Superior


1. ARTICULUC CINGULU MEMBRI SUPERIORIS
a. ARTICULATIO STERNOCLAVICULARIS.
Dibentuk oleh ujung pars sternalis calviculare, manubrium sterni dan ujung pars
cartilaginis costa I. Ujung clavicula terletak menonjol di cranialis menubrium sterni.
Cavum articulare dibagi menjadi dua bagian oleh suatu discus articularis, yang di satu
pihak melekat pada ujung clavicula di bagian cranialis dan di pihak lain melekat pada
ujung costa I. Discus articularis berfungsi untuk membuat kedua permukaan sendi lebih
serasi dan juga berfungsi untuk menahan dorongan clavicula ke arah medial. Capsula
articularis diperkuat oleh ligamentum sternoclavicularis anterius dan ligamentum
sternoclavicularis posterius. Ligamentum lainnya yang juga memperkuat capsula
articularis adalah ligamentum interclaviculare, yang melekat pada kedua ujung
clavicula, dan ligamentum costoclaviculare (=rhomboid ligament) yang mengikat osta I
pada clavicula, dan berada di sebelah lateral capsula articularis. Ligamentum
costoclavicularis sangat kuat, merupakan faktor stabilisasi yang kuat bagi articulus
bersangkutan. Pada posisi protraksi dan hyperabduksi ligamentum ini menjadi tegang.
Di bagian ventral dari articulatio ini terdapat tendo caput sternalis
m.sternocleidomastoideus; di bagian dorsal terdapat tendo m.sternohyoideus dan
m.sternothyreoideus.

Ligamen Sterno-Clavicularis
Innervasi : Nervi supraclaviculares ( C3 –4 ), dipercabangkan oleh plexus cervicalis.
Pergerakan : Titik tumpu dari gerakan pada articulus ini berada pada ligamentum
costoclaviculare, yang menyebabkan gerakan dari kedua ujung clavicula saling
berlawanan. Apabila pars acromialis claviculae diangkat ke atas maka pars sternalis
claviculare akan bergerak turun, demikian sebaliknya pula.
- ROTASI dari clavicula adalah gerakan yang pasif, oleh karena tidak ada otot rotator
yang bekerja pada articulus ini. Gerakan ini merupakan hasil dari gerakan rotasi
scapula yang diteruskan kepada clavisula oleh ligamentum coracoclaviculare. Pada
gerakan anteflexi humerus, dilanjutkan dengan hyperanteflexi dan kemudian extensi,
maka terjadi gerakan pada clavicula sebesar 40 derajat. Pada gerakan rotasi ini ujung
clavicula bersama-sama dengan discus articularis berputar pada manabium sterni.
- ELEVASI dan DEPRESI pars acromialis claviculae merupakan akibat daripada
gerakan pars sternalis claviculae ke arah caudal dan cranial, dan gerakan ini terjadi
antara ujung clavicula dengan discus articularis; axisnya adalah axis sagitalis.
- Gerakan ke ventral dan dorsal terjadi pada bidang horizontalis terhadap sumbu
vertikal, dan dilakukan oleh ujung clavicula bersama dengan discus articularis
terhadap manubrium sterni.
b. ARTICULATIO ACROMIOCLAVICULARIS.
Dibentuk oleh facies articularis acromialis claviculae dengan vacies articularis
acromii. Capsula articularis tipis dan kurang berperan dalam memfiksasi clavicula pada
scapula. Pada articulus ini terdapat discus articularis. Yang berperan dalam stabilisasi
articulus ini adalah ligamentum coracoclaviculare, yang memfiksir clavidula pada
prosessus coracoideus, jadi merupakan suatu syndesmosis. Ligamentum ini terdiri atas
dua bagian, yaitu (1) ligamentum trapexoideum dan (2) ligamentum conoideum.
Ligamentum conoideum berbentuk konus terbalik dengan apexnya melekat pada
processus coracoideus dan basisnya melekat pada tuberculum conoideum claviculae.
Ligamentum trapezoideum berada di sebelah antero-lateral ligamentum conoideum, dan
letaknya hampir horizontal.

Ligamen Acromioclavicularis
Innervasi : Nervi supraclaviculares laterales yang dipercabangkan oleh plexus
cervicallis (C4).
Pergerakan : Gerakan pada articulus ini adalah pasif, oleh karena tidak ada otot yang
melekat pada kedua ujung tulang bersangkutan yang bekerja langsung pada persendian
ini. Gerakan pada clavicula merupakan akibat daripada gerakan scapula. Gerakan
scapula terhadap dinding thorax dapat dibagi menjadi 3 jenis, sebagai berikut:
- PROTRAKSI dan RETRAKSI
- ROTASI
- ELEVASI dan DEPRESI
c. ARTICULATIO HUMERI
Tipe articuluc ini adalah Ball and Socket, mempunyai gerakan yang sangat luas.
Dibentuk oleh caput humeri dengan cavitas glenoidalis, dilengkapi dengan labrum
glenoidale (suatu fibrocartilago yang berbentuk cincin). Capsula articularis melekat
pada tepi labrum glenoidale, dan di pihak humerus pada tepi caput humeri, kecuali di
bagian inferior perlekatannya berada 2 – 3 cm di caudalis dari tepi permukaan
persendian. Capsula articularis ini longgar sehingga memungkinkan gerakan menjadi
luas (tampak jelas pada posisi adduksi humerus). Bagian anterior dari capsula articularis
menebal dan membentuk Ligamentum glenohumeral. Caput longum m.biceps brachii
berjalan di dalam sulcus intertubercularis, dan menembusi capsula articularis.
Ligamentum corachohumerale, suatu ligamentum extra capsularis, berjalan ke arah
lateral dari processus coracoideus dan bercampur dengan bagian cranialis capsula
articularis beserta dengan tendo m.suprapinatus, mengadakan perlekatan pada
tuberculum majus et minus. Ligamentum ini menghalangi gerakan rotasi lateral dan
adduksi. Pada umumnya kekuatan suatu articulus ditentukan oleh bentuk tulang,
ligamenta dan otot-otot; pada articulus humeri terutama tergantung dari otot. Otot-otot
yang berada di sekitar articulatio humeri terdiri dari otot-otot yang bertendo panjang,
berperan untuk gerakan, dan yang bertendo pendek dengan fungsi utamanya
mempertahankan caput articulare agar tetap berada di dalam cavitas articularisnya.
Keadaan ini dibantu oleh arcus coraco-acromialis yang menghalangi dislokasi humerus
ke arah cranialis. Arcus coraco-acromialis dibentuk oleh prosessus coracoideus,
ligamentum coraco-acromiale dan acromion. Ligamentum coraco-acromiale berbentuk
segitiga dengan apexnya melekat pada ujung acromion di sebelah anterior articulatio
acromioclavicularis dan basisnya melekat pada tepi lateral processus coracoideus. Di
antara acromion dan tendo m.supraspinatus terdapat bursa subacromialis, yang meluas
ke caudal dan berada di antara m.deltoideus dan tuberculum majus humeri. Bursa ini
bersama-sama dengan arcus coraco-acromialis menghalangi dislokasi humerus ke arah
cranialis. Ada empat buah otot yang tendo-tendonya memperkuat capsula articularis,
membentuk Rotator Cuff, terdiri dari (1) m.supraspinatus di sebelah cranial, (2)
m.infraspinatus, (3) m.teres minor, kedua otot terakhir ini berada di bagian dorsal, dan
(4) m. subscapularis berada di sebelah ventral. Di bagian caudal capsula articularis tidak
diperkuat sama sekali. Pada posisi abduksi humerus maka tendo-tendo dari m.triceps
brachii caput longum dan m.teres major menempel pada capsula articularis di bagian
caudal, sehingga memberi stabilitas pada posisi ini.
Innervasi : Capsula articularis dipersarafi oleh cabang-cabang dari nervus axillaries,
nervus musculocutaneus dan nervus supraclavicularis, yang ketiga-tiganya mengikuti
Hilton’ law (= suatu saraf yang melayani persendian, memberi percabangannya kepada
kulit yang menutupi articulus tersebut serta memberi ramus muscularisnya kepada otot-
otot yang bekerja pada articulus bersangkutan).

Ligamen Glenohumeral Ligamen Coracohumerale


Pergerakan : Banyak kali gerakan pada articulus ini diikuti oleh gerakan scapula pada
dinding thorax serta gerakan clavicula. Ada tiga gerakan dasar, yaitu: (1) Flexi dan
Extensi, (2) Abduksi dan Adduksi dan (3) Rotasi. Gerakan circumductio adalah
kombinasi dari gerakan-gerakan tersebut tadi.
Facies articularis caput humeri mempunyai luas yang empat kali lebih besar daripada
permukaan cavitas glenoidalis. Untuk kepentingan klinik dapat dicatat bahwa
epicondylus medialis humeri letaknya searah dengan caput humeri (medio-caudal). Luas
pergerakan pada articuluc ini selain ditentukan oleh ligamentum yang menjadi tegang
dan kontraksi otot, dipengaruhi juga oleh facies articularis yang saling bertemu.
Bilamana tepi permukaan persendian daripada kedua ujung tulang bersangkutan sudah
saling bertemu, maka gerakan selanjutnya tidak dimungkinkan lagi, terkecuali kalau
disertai dengan dislokasi. Melakukan gerakan Abduksi dari Posisi Anatomi hanya dapat
dilakukan sampai 90 derajat, gerakan selebihnya dihambat oleh:
1) Tertumbuknya tuberculum majus humeri pada acromion )=Arcus
coracoacromialis)
2) Facies articularis caput humeri tidak mendapatkan ruang gerak lagi pada cavitas
glenoidalis. Bilamana gerakan Abduksi dipaksakan, maka dapat terjadi
dislokasi dari humerus. Gerakan hyperabduksi dapat dilakukan kalau disertai
dengan gerakan rotasi lateral dari humerus. Menempatkan humerus tegak lurus
disamping kepala dapat dicapai melalui gerakan flexi – hyperflexi, tanpa rotasi
dari humerus, dan melalui gerakan abduksi – hyperflexi, tetapi disini disertai
dengan rotasi dengan rotasi lateral dari humerus. Sebenarnya gerakan abduksi
sampai 120 derajat adalah semata-mata terjadi pada articulatio humeri, dan
selanjutnya abduksi 60 derajat berikutnya (mencapai 180 derajat) adalah akibat
dari berputarnya scapula.
Gerakan abduksi terutama dilakukan oleh m.deltoideus, dibantu oleh
m.supraspinatus (kedua-duanya bertindak sebagai prime mover). Bertindak
sebagai antagonist adalah m.subcapularis, m.infrapinatus dan m.teres minor,
yang mencegah caput humeri tertarik ke cranial dan bahkan mempertahankan
posisi facies articularis caput humeri agar tetap berkontak dengan cavitas
glenoidalis. Gerakan Adduksi yang dilakukan dari posisi abduksi kembali
kepada posisi Anatomi dipengaruhi oleh gaya gravitasi, relaksasi otot-otot
abductor dan kontraksi m.deltoideus pars posterior, m.pectoralis major,
m.coracobrachialis, m.teres major, m.latissimus dorsi dan m.triceps brachiio
caput longum. Gerakan flexi terjadi terhadap axis transversalis dan dapat
mencapai 180 derajat tanpa kesulitan; otot-otot yang berperan adalah
m.deltoideus pars clavicularis, m.pectoralis major pars clavicularis,
m.coracobrachialis dan m.biceps brachii. Gerakan extensi dilakukan oleh
m.deltodeus pars posterior, m.teres major, m.latissimus dorsi, m.triceps brachii
caput longum dan dibantu oleh m.pectoralis major pars sternocostalis. Gerakan
Rotasi dari humerus dapat dilakukan pada setiap posisi, dilakukan terhadap axis
longitudinalis; gerakan ini dihambat oleh capsula articularis yang menjadi
tegang dan keadaan permukaan persendian yang saling bertemu (luas
permukaan persendian yang semakin berkurang). Terdiri dari Rotasi lateral dan
Rotasi Medial. Gerakan Rotasi Lateral dilakukan oleh m.infraspinatus, m.teres
minor dan m.deltoideus pars posterior. Gerakan Rotasi Medial dikerjakan oleh
m.pectoralis major, m.deltoideus pars anterior, m.subscapularis, m.teres major
dan m.latissimus dorsi.
d. ARTICULATIO CUBITI
Articulus ini termasuk tipe Ginglymus, yang hanya memberi kemungkinan gerakan
Flexi dan Extensi. Articulus ini dibentuk oleh tiga buah tulang, yaitu (a) ujung distal
humerus, (b) ujung proximal radius dan (c) ujung proximal ulna. Secara structural
terbentuk tiga buah articulus, masing-masing (1) articulatio humeroradialis, (2)
articulatio humeroulnaris dan (3) articulatio radioulnaris proximalis. Ketiga-tiganya
berada dalam satu capsula articularis. Articulatio humeroradialis dibentuk oleh
capitulum humeri dengan fovea capituli radii. Articulatio humeroulnaris dibentuk oleh
trochlea humeri dengan incisura semilunaris ulnea. Articulatio radioulnaris proximalis
dibentuk oleh capitulum radii (circumferentia articularis) dengan incisura radialis ulnea.
Capsula articularis dari persendian ini bentuknya tipis di bagian anterior dan di bagian
posterior, ditutupi oleh m.brachialis dan m.triceps brachii, mengadakan perlekatan di
bagian anterior pada humerus di sebelah cranialis dai fossa radialis dan fossa
coronoidea, dan di bagian caudal melekat pada ligamentum anulare radii dan pada
processus coronoideus. Di bagian dorsal capsula articuralis melekat pada tepi cranialis
olecranon. Di bagian medial dan lateral capsula articularis diperkuat oleh ligamentum
collateral ulnare (mediale) dan ligamentum collaterale radiale (laterale). Ligamentum
collaterale ulnare berbentuk segitiga, pars anterior adalah bagian yang paling kuat,
melekat dari epicondylus humeri menuju ke tepi medialis processus coronoudeus,
sedangkan pars posterior melekat pada processus coronoideus dan pada tepi medialis
olecranon; bagian ke tiga atau pars intermedia menghubungi kedua bagian tersebut tadi
satu sama lain, terletak agak ke profundus dan menutupi (melindungi) nervus ulnaris.
Ligamentum collaterale radiale berbentuk datar, melekat pada humerus di bagian
distalis dari tempat origo otot-otot “common extensor” dan di pihak lain melekat
(bergabung) dengan ligamentum anulare radii. Ligamentum anulare radii melekat pada
tepi inicura radialis ulnae, membungkus capitulum radii dan collum radii; ligamentum
ini tidak melekat pada radius sehingga memberi kebebasan bagi radius untuk bergerak
di dalamnya.

lig. Anulare radii


Innevarvasi : N.musculocutaneus, n.medianus, n.ulanaris dan n.radialis (Hilton’s Law).
Pergerakan : Gerakan yang mungkin hanyalah Flexi dan Extensi. Gerakan Flexi
dibatasi oleh tebalnya otot-otot brachium. Gerakan extensi dibatasi oleh tertumbuknya
olecranon pada fossa olecranii. Gerakan Flexi dihasilkan oleh kontraksi m.brachialis,
m.biceps brachii dan m.brachioradialis. Gerakan Extensi dilakukan oleh m.triceps
brachii dan m.anconeus. Pada Posisi Anatomi sumbu antebrachium membentuk sudut
sebesar 165 derajat pada wanita dengan sumbu longitudinal brachium, sehingga pada
wanita kelihatannya antebrachium lebih bengkok ke lateral daripada pria. Sudut ini
dinamakan “carrying angle”. Apabila dilakukan gerakan flexi dari posisi Extensi, maka
antebrachium bergerak ke cranial dan medial. “Bringing the Hand to the Mouth” berarti
terjadi flexi penuh pada articulatio cubiti disertai rotasi medial humerus pada articulatio
cubiti dan pronasi pada articulatio radio-ulnaris proximalis.

e. ARTICULATIO RADIO-ULNARIS
Antara radius dan ulna terbentuk tiga buah articulus, yaitu (a) articulatio radio-
ulnaris proximalis, (b) articulatio radio-ulnaris distalis dan (c) syndesmosis, di bagian
tengah (membrana interossea antebrachii). Articulatio radio-ulnaris proximalis dibentuk
oleh capitulum radii dengan incisura radialis ulnae. Capitulum radii berada di dalam
ligamentum anularea radii (dilingkari) sehingga capitulum radii dapat berputar dengan
bebas. Incisura radialis ulnae merupakan ¼ bagian dari sebuah lingkaran dan
ligamentum tersebut membentuk ¾ bagian selanjutnya. Ligamentum ulnarea radii
berbentuk corong yang membesar di bagian proximal dan mengecil di bagian distal,
sehingga dengan demikian capitulum radii tidak dapat terlepas daripadanya. Articulatio
radio-ulnaris proximalis termasuk di dalam articulatio cubiti dengan alasan:
1) Berada di dalam satu cavum articulare yang sama.
2) Ligamentum collaterale laterale melekat pada ligamentum anulare radii.
3) Baik pada flexi-extensi maupun pada gerakan pronasi-supinasi capitulum radii
berputar terhadap dan pada capitulum humeri. Antara corpus radii dan corpus
ulnae terdapat Chorda obliqua dan Membrana Interossea Antebrachii, membentuk
persendian berupa syndesmosis. Chorda obliqua melekat pada tuberositas ulnea,
menuju ke arah infero-lateral dan melekat di bagian caudalis tuberositas radii.
Membrana interossea antebrachii melekat pada crista interossea radii dan pada
crista interossea ulnea, arahnya dari cranio-lateral menuju ke infero-medial. Pada
membrana interossea ini terdapat perlekatan dari otot-otot flexor dan extensor
lapisan profunda antebrachium. Articulatio radio-ulnaris distalis (inferior)
dibentuk oleh capitulum ulnea dengan circumferentia articularisnya di satu pihak
dengan incisura ulnaris radii di pihak lain. 
Mempunyai capsula articularis yang tipis. Pada articulus ini terdapat sebuah discus
articularis yang berbentuk segitiga, memisahkan ujung ulna daripada ossa carpalia.
Apex dari discus articularis melekat pada sisi lateral processus styloideus ulnae, dan
basisnya melekat pada margo distalis incisura ulnaris radii. Fungsi discus articularis
adalah menghindari pemisahan ujung radius daripada ujung ulna. Dibagian ventral
dan dorsal discus articularis mengadakan perlekatan pada capsula articularis dari
Wrist Joint.
Innervasi : Nervus medianus (Hilton’ Law)
Pergerakan : Gerakan radius terhadap ulna menghasilkan gerakan rotasi dari
antebrachium, yang terjadi pada axis longitudinalis. Pada gerakan rotasi ini radius
berputar terhadap ulna dan humerus, gerakan yang dimaksud adalah pronasi dan
supinasi. Kedua gerakan ini berada di antara 135 – 180 derajat, dan bervariasi secara
individual. Axis dari gerakan ini dinamakan axis pronasi-supinasi, yang letaknya
miring (oblique) melalui capitulum radii dan processus syloideus ulnae. Gerakan
Pronasi dilakukan oleh m.pronator teres dan m.pronator quadratus. Gerakan
Supinasi dilakukan oleh m.biceps brachii dan m.supinator. manus mengikuti
gerakan dari radius.
f. ARTICULATIO RADIOCARPALIS (= WRIST JOINT)
Articulus ini bertipe Ellipsoidea, dibentuk oleh os naviculare manus, os lunatum dan
os triquetrum yang membentuk permukaan konveks dan di pihak lain adalah ujung
distal radius bersama-sama dengan discus articularis yang membentuk permukaan
konkaf. Capsula articularis melekat pada ujung distal radius dan ulna, dan di pihak
lain melekat pada permukaan anterior dan posterior ossa carpalia deretan proximal.
Ligamentum collaterale carpi ulnare meluas dari ujung processus styloideus ulnae
sampai pada os pisiforme dam os triquetrum. Ligamentum collaterale carpi radiale
melekat pada processus styloideus radii dan pada os naviculare manus.

Pergerakan : Gerakan Flexi dan Extensi terjadi pada transversalis. Gerakan


Abduksi (=deviasi radialis) dan Adduksi (=deviasi ulnaris) terjadi terhadap axis
antero-posterior. Abduksi ulnaris lebih luas daripada Abduksi radialis oleh karena
processus styloideus radii lebih jauh menjulang ke distal daripada processus
styloideus ulnae. Gerakan Extensi pada wrist joint biasanya kurang luas daripada
gerakan Flexi (extensi sebesar 60 derajat dan flexi sebesar 80 derajat) dan disertai
dengan gerakan ke ventral dari os scaphoideum, os trapezium dan os trapezoideum
sehingga tuberculum ossis navicularis lebih mudah dapat dipalpasi. Otot-otot yang
berperan pada Extensi adalah m.extensor carpi radialis longus, m.extensor carpi
radialis brevis dan m.extensor carvi ulnaris. Gerakan Abduksi lebih terbatas
daripada gerakan Adduksi, oleh karena processus styloideus radii terletak lebih ke
arah distal daripada processus styloideus ulnae, sehingga celah yang berada di antara
processus styloideus ulnae dan os triquetrum adalah lebih besar daripada celah yang
terbentuk di antara processus styloideus radii dengan os naviculare. Gerakan
Abduksi dilakukan oleh m.flexor carpi radialis, m.extensor carpi radialis longus dan
m.extensor carpi radialis brevis. Gerakan Adduksi dilakukan oleh m.flexor carpi
ulnaris dan m.extensor carpi ulnaris.

g. ARTICULATIO INTERCARPALIS
Ossa carpalia deretan proximalis membentuk articulus dengan ossa carpalia deretan
distalis membentuk ARTICULATIO MEDIOCARPALIS. Pada articulus ini
permukaan persendian yang konveks dibentuk oleh os hamatum dan os capitatum,
permukaan yang cekung dibentuk oleh os scaphoideum, os lunatum dan os
triquetrum, sementara itu permukaann yang konveks dari bagian distal os
scaphoideum membentuk persendian dengan permukaan yang konkaf yang dibentuk
oleh os trapexium dan os trapezoideum.
Pergerakan : Gerakan pada articulatio intercarpalis selalu dikombinasikan dengan
gerakan pada Wrist Joint. Gerakan yng dimaksud terjadi antara ossa carpalia deretan
distalis dengan ossa carpalia deretan proximalis, yang terjadi pada articulatio
mediocarpalis. Pada posisi flexi jari-jari, maka kemungkinan flexi pada wrist joint
menjadi terbatas, yang disebabkan oleh insufficiensi pasif dari otot-otot extensor
dari jari-jari.
h. ARTICULATIO CARPOMETACARPALIS
Ada lima buah articulatio carpometacarpalis. Yang pertama dibentuk oleh basis
ossis metacarpalis dengan os multangulum majus. Basis metacarpalis II membentuk
persendian dengan os multangulum majus, os multangulum minus dan os capitatum.
Basis metacarpalis III membentuk articulus dengan os capitatum. Basis metacarpalis
IV membentuk articulus dengan os capitatum dan os hamatum. Selanjutnya
terbentuk persendian antara basis metacarpalis II,III dan IV satu sama lainnya.
Articulatio carpometacarpalis I mempunyai bentuk (tipe) Saddle (=pelana), yang
dapat melakukan gerakan flexi-extensi, abduksi-adduksi dan gerakan opposisi-
reposisi. Capsula articularis dari articulus ini terpisah daripada articulatio
carpometacarplis lainnya.
Pergerakan :
- Gerakan Flexi-Extensi dari ibu jari terjadi pada bidang yang sama dengan
gerakan Abduksi-Adduksi jari-jari lainnya. Extensi adalah gerakan jari I ke arah
lateral, sedangkan gerakan Flexi adalah sebaliknya. Gerakan Abduksi-Adduksi
dari jari I terjadi pada bidang yang sama dengan gerakan flexi-extensi dari jari-
jari lainya. Gerakan Abduksi jari I dapat juga disebut Abduksi plamaris dan
gerakan Extensi adalah sama dengan gerakan Abduksi radialis.
- Gerakan Abduksi dilakukan oleh m.abduktor pollicis longus dan m.abductor
pollicis brevis. Gerakan Adduksi dilakukan oleh m.adduktor pollicis.
- Gerakan Flexi dan Rotasi Medial dilakukan oleh kontraksi m.flexor pollicis
longus, m.flexor pollicis brevis dan m.opponens pollicis. Yang dimaksud dengan
gerakan Opposisi adalah gabungan gerakan flexi, rotasi medial dan adduksi
sehingga ujung jari I dapat berpindah-pindah (bertemu) dengan ujung-ujung jari
lainnya.
Articulatio carpometacarpalis II dan III pada dasarnya kurang bergerak,
sedangkan articulatio carpometacarpalis V mempunyai kemampuan gerakan flexi
yang lebih baik sehingga dapat mempertahankan benda-benda dalam genggaman
dengan sempurna.
i. ARTICULATIO METACARPOPHALANGEALIS
Dibentuk oleh basis phalanx I (proximalis) yang mempunyai permukaan konkaf
dengan capitulum metacarpalis yang berbentuk bola.
j. ARTICULATIO INTERPHALANGEALIS
Dibentuk antara caput phalangis pada satu phalanx (proximalis) dengan basis
phalangis dari phalanx berikutnya (distalis). Pergerakan pada articulatio
metacarpophalangealis dan articulatio interphalangealis pada keempat jari yang
mesial adalah gerakan flexi dan extensi.

Pergerakan : Gerakan Flexi jari-jari yang dilakukan secara lambat dan tidak begitu
kuat adalah hasil dari kontraksi m.flexor digitorum profundus pada kedua
persendian tersebut tadi. Dan apabila gerakan Flexi dilakukan secara cepat dan kuat
maka m.flexor digitorum superficialis turut ambil bagian. Pada kontraksi yang kuat
m.lumbricalis turut berperan. Gerakan Extensi jari-jari yang dilakukan dari posisi
fleksi dikerjakan oleh m.extensor digitorum communis, m.extensor indicis proprius,
m.extensor digiti quinti minimi dan mm.lumbricales.
Origo dan Insersio Bagian Bahu
1. M. Deltoideus
Origo: Spina + Acromion Scapula
Insertio: Tuberositas Deltoideus
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Scapulohumeralis, Adduksi lengan atas
2. M. Supraspinata
Origo: Fossa Supra Spinata
Insertio: Tuberculum Mayor (Humerus)
Fungsi: menegangkan articulatio scapula humeralis

3. Infraspinata
Origo: Fossa Infra Spinata
Insertio: Tuberculum Mayor
Fungsi: membengkokkan articulatio scapula humeralis, Adduksi lengan atas

4. M. Teres minor
Origo:Tuberculum Infraglenoidale (Scapulae)
Insertio: Tuberositas Deltoideus
Fungsi:membengkokkan articulatio scapulo humeralis, abduksi lengan atas.

1. Mm. Medial Bahu

2. M. Sub scapularis
Origo: Fossa Sub Scapularis
Insertio: Eminentia posterior dari Tuberositas Medialis Os Humerus
Fungsi: Mengadduksi kaki (pada art. Scapulohumeralis)

3. M. Teres Mayor
Origo:Tepi Caudal Scapula
Insertio: Tuberositas Teres
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Scapulo humeralis

4. M. Coracobrachialis (Menyilangi muka medial art.Scapulohumeralis)


Origo: Processus Coracoideus
Insertio: Proksimal, Medial Humerus
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Scapulo humeralis, Anjing: menegangkan Art.
Scapulo humeralis
1. Mm. Bagian Cranial Brachium

2. M. Bicep Brachii
Origo: Tuber Scapulae
Insertio: Tuberositas Radialis
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Cubiti, Menegangkan Art. Scapulohumeralis

3. M. Brachialis
Origo: 1/3 Proksimal muka posterior Humerus
Insertio: Proksimal Radius + Ulna
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Cubiti

1. Mm. Bagian Caudal Brachium

Mm.Triceps brachii
Origo: Tepi caudal Scapula(Longum) , Proksimal Humerus (kedua caput yang lain)
Insertio: Tuber Oleocrani dari Oleocranon
Fungsi: Menegangkan articulatio Cubiti, membengkokkan articulatio Scapulo Humeralis
(Longum)
1. Otot otot lengan bawah

a. M.Pronator teres:
O: caput humerale: epicondylus medialis humeri
Caput ulnare: prossesus coronoideus
I: tuberositas pronatoria pada pertengahan pinggir lateral radius

b. M.Flesor carpi radialis:


O: epicondylus medialis humeri
I; basis pada ossium metacarpalium II dan III

c. M. Palmaris longas:
O: epicondylus medialis humeri
I: aponeurosis palmatis

d. M. Fleksor carpi ulnaris:


O: caput humerale,: epicpndylus medialis humeri
Caput ulnare: pinggir dorsal ulna
I: os pisiforme
e. M. Fleksor digitorum sublimes:
O: caput humerale: epicondylus medialis humeri
Caput ulnae: prosessus coronoideus ulnae
Caput radiale: permukaan volar radius
I: sisi volar phalanx tengah jari II – V

f. M. Fleksor digitorum profuridus:


O: facies volaris ulnae,,Membrana interosea
I: basis phalanx terakhir jari II – V

g. M. Fleksor pollicis longus:


O: facies volaris radii,,Membrana interossea
I: basis phalanx terakhir ibu jari

h. M. pronator quadratus:
O: facies volaris ulnae bagian distal
I: facies volaris radii bagian distal

i. M. Brachioradialis:
O: pinggir radial humerus,,Septum intermuscularis lateral
I: prosessus styloideus radii

j. M. Extensor carpi radialis longus:


O: seperti m, brachioradialis
I: basis ossis metacarpalis II

k. M. Exstensor carpaI radialis brevis:


O: epicondylus lateralis humeri
I: basis ossis metacarpalis III

l. M. supinator:
O: epicondylus lateralis humeri,,Lig. Collateraleclaterale,,Lig. Anularevradii,,Crista
supinatoria ulnae
I: radius di atas insersi m. pronator teres

m. M. anconeus:
O: epicondylus lateralis humeri. Permukaan belakang simpai sendi art. Cubiti
I: permukaan lateraloceclanon,,Facies dorsalis ulnae

n. M. ekstensor digitorum communis:


O: epicondylus lateralis humeri,,Fascia antrebachii
I: aponeurosis dorsalis jari II-V

o. M. ekstensor digiti V propius:


O: bersatu erat dengan origo m. extensor digitorum communis
I: aponeurosis dorsalis kelingking

p. M. ekstensor carpi ulnaris:


O: epicondylus lateralis humeri
I: basis ossis metacarpalis V

q. M. abductor pollicis longus:


O: facies dorsalis ulnae et radii,,Membrane interrosea antebrachii
I: basis ossis interossea antebrachii

r. M. ekstensor poilicis:
O: facies dorsalis radii,,Membrane interorocea
I: basis phalang pertama ibu jari

s. M. extensor indicis proprius:


O: facies dorsalis ulnae,,Membrane interossea antebrachii
I: aponeurosis dorsalis telunjuk

6. Otot-otot tangan

a. M. abductor pollicis brevis:


O: lig. Carpi transverses,,Tuberositas ossis navicularis, m. abductor pollicis longus
I: sisi lateral basis phalanx proximal ibu jari

b. M. opponens pollicis:
O: lig. Carpi transverses,,Os multangulum majus
I: sisi lateral os metacarpalea

c. M. flexor pollicis brevis:


O: caput superficlale, lig. Carpa transversum, Caput provundus ossa multangula dan os
capitan
I: os sesamoideum laterale dan basis phgalanx proximal ibu jari

d. M. adbuctor pollicis:
O: caput obligum: basis pada ossa metacarpia II dan III os capitatum ikat-ikat disekitar os
capitatum, Caput transversum: facies volaris ossis metacarpalis III
I: basis phalanx proximal ibu jari os sesamoideum mediale

e. M. palmaris brevis:
O: aponeurosis palmaris bagian medial
I: jaringan bawah kulit didaerah hyphotenar

f. M. abductor digiti V:
O: os pisiforme
I: basis phalanx pertama kelingking

g. M. flexor digiti V brevis:


O: hamulus ossis hamat,,Lig. Carpi transversum
I: bersama dengan m. abductor digiti V

h. M. opponent digiti V:
O: hamulus ossis hamati,,Lig. Carpi transversum
I: margo medialis ossis metacarpal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Arthrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sendi yaitu hubungan antara dua atau lebih
komponen kerangka. Klasifikasi arthrologi dibedakan berdasarkan structural persendian dan
fungsional persendian. Sendi dibedakan atas sendi geser,sendi peluru,sendi engsel,sendi
pelana,sendi putar dan ellipsoidal.
Gerakan pada sendi terbagi menjadi osteokinetik dan arthrokinematik. Gerakan ini terdiri dari
fleksi,ekstensi,abduksi,adduksi,rotasi interna dan rotasi eksterna. Persendian dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Dan didalam persendian terdapat arthrologi khusus,arthrologi ini
menjelaskan tentang Articuluc cingulu membri superior.

B. Saran
Melalui makalah ini penulis mencoba untuk memeberikan beberapa materi tentang arthrologi
atau persendian. Semoga dengan makalah ini kita lebih bisa mengetahui tentang persendian dan
dapat menambah wawasan kita tentang arthrologi atau ilmu persendian.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ross dan Wilson. 2018. Dasar-Dasar Anatomi Dan Fisiologi. Jakarta: Salemba Medika

2. Paulsen F & Waschke J, 2010; Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Jilid 1, Edisi 23, EGC,
Jakarta
3. LeMonne, Pricilla, dkk. 2019. Panduan Sistem Anatomi Tubuh Dan Terapan. Jakarta:
Salemba Medika

4. Noor Zairin, 2012; Buku Ajar Gangguan Muskuluskeletal, Salemba Medika, Jakarta
selatan

5. M. Black, Joike, dkk. 2018. Anatomi Klinis Kedokteran UI. Jakarta: EGC

6. Muttaqim,S. 2017; Buku Saku Gangguan Muskulosskeletal Aplikasi pada praktik


klinik kedokteran, Buku kedokteran EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai