Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FILSAFAT PENJAS DAN OLAHRAGA

(PENALARAN MORAL DALAM OLAHRAGA)

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

1. ILHAM (1831041111)
2. MUH. ASWAR ANWAR (1831041116)
3. AIDIL MEHDI FIQHIYA (1831041131)
4. HAEDAR RASHIF TAKDIR (1831041127)
5. MUH. ALIF HARIS (1831041134)

JURUSAN PEND. JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanyalah milik Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad Saw.

Maha suci Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen. Meskipun tak jarang kami menghadapi beberapa kesulitan. Namun berkat
motivasi dan dukungan dari dosen, teman teman Dan orang tua. Ini dapat diselesaikan dalam bentuk
yang sederhana dan banyak kekurangan.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan. Namun semoga
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Makassar, 10 September 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan adalah segenap upaya yang mempengaruhi pembinaan dan pembetukan


kepribadian, termasuk perubahan prilaku, karena itu pendidikan jasmani dan olahraga selalu
melibatkan dimensi sosial, yang bersifat fisikal yang menekankan keterampilan, ketangkasan dan
kebolehan.

Pendidikan dalam semua jenjang dan mata pelajaran sebagai alat untuk menumbuhkan
saling pengertian dan cinta damai para siswa dan masyarakatnya. Kemajuan teknologi dan informasi
dan komunikasi yang sudah mencapai tahap sangat maju, telah merubah pola para remaja dan anak-
anak, pada gaya hidup yang semakin menjauh dari semngat perkembangan total, karena lebih
mengutamakan keunggulan kecerdasan intelektual, sambil mengorbangkan kepentingan keunggulan
fisik moral dan individu.budaya hidup sedenter (kurang gerak) karenanya semakin kuat menggejalah
dikalangan anak-anak dan remaja, berkombinasi dengan semakin hilangnya ruang-ruang publik dan
tugas kehidupan yang memerlukan upaya fisik yang keras. dalam kondisi demikian, patutlah kita
pertanyakan kembali peranan dan fungsi pendidikan khususnya pendidikan jasmani

Pendidikan jasmani mempunyai tujuan pendidikan sebagai:

1. Perkembangan organ-organ tubuh untuk meningkatkan kesehata dan kebugaran jasmani


2. Perkembangan Neuro muskuletr
3. Perkembangan mental dan emosional
4. Perkembangan sosial
5. Perkembangan intelektual

Tujuan akhir pendidikan jasmani dan olahraga terletak pada peranannya sebagai wadah unik
penyempurnaan, watak dan sebagai wahana untuk memiliki dan membentuk kepribadian yang kuat,
watak yang baik dan sifat yang mulia, hanya orang-orang yang meniliki kebajikan moral seperti inilah
yang akan menjadi warga masyrakat yang berguna.

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sesuai dengan rumusan
maslah yang tertera diatas adalah:

1. Menjelaskan Pengertian pengertian Etika dan moral ?


2. Hakikat Moral ?
3. Pengajaran moral dalam pendidikan jasmani dan olahraga ?
4. Aplikasi penalaran moral dalam olahraga ?

C. tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan makalah ini adalah untuk memahami Etika dan
moral dalam pembelajara penjas dan olahraga sebagai pendidikan karakter
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

Istilah etika dan moral secara etimologis, kata ethics berasal dari kata Yunani, ethike yang
berarti ilmu tentang moral atau karakter. Studi tentang etika itu secara khas sehubungan dengan
prinsip kewajiban manusia atau studi tentang semua kualitas mental dan moral yang membedakan
seseorang atau suku bangsa. Moral berasal dari kata Latin, mos dan dimaksudkan sebagai adat
istiadat atau tata krama (Rusli Lutan, 2001). Etika tidak mempunyai pretensi untuk secara langsung
dapat membuat manusia menjadi lebih baik. Etika adalah pemikiran sistematis tentang moralitas,
dimana yang dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu pengertian yang lebih
mendasar dan kritis. (Franz MagnisSuseno,1989). Lebih lanjut dikatakan bahwa etika adalah sebuah
ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi etika dan ajaranajaran moral tidak berada di tingkat yang sama.
Untuk memahami etika, maka kita harus memahami moral.

Dalam etika mengembangkan diri, Orang hanya dapat menjadi manusia utuh kalau semua
nilai atas jasmani tidak asing baginya, yaitu nilainilai kebenaran dan pengetahuan, kesosialan,
tanggung jawab moral, estetis dan religius. Suatu usaha sangat berharga untuk menyusun nilai-nilai
dan menjelaskan makna bagi manusia dilakukan oleh Max Scheler dikemukan sebagai berikut:
mengembangkan diri, melepaskan diri dan menerima diri

B. Pengertian Moral
Istilah moral dikaitkan dengan motif, maksud dan tujuan berbuat. Moral berkaitan
dengan niat. Sedangkan etika adalah studi tentang moral. Sedangkan menurut Freeman etika
terkait dengan moral dan tingkah laku. Lebih lanjut Scott Kretchmar menyatakan bahwa etika
juga mengenai tentang rasa belas kasih dan simpati-tentang memastikan kehidupan yang baik
berbagi dengan lainnya. Suseno mengatakan bahwa moral selalu mengacu pada baik
buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat
dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk
menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baikburuknya
sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.
Perkembangan moral adalah proses, dan melalui proses itu seseorang mengadopsi
nilai-nilai dan perilaku yang diterima oleh masyarakat (Bandura, 1977). Pada dasarnya
seseorang yang konsisten menginternalisasi norma dipandang sebagai seseorang yang
bermoral. Para ahli menerapkan apa yang disebut pendekatan “kantong kebajikan”
(Kohlberg, 1981), teori ini percaya bahwa seseorang mencontoh perilaku orang lain sebagai
model atau tauladan yang ia nilai memiliki sifat-sifat tertentu atau yang menunjukkan
perilaku berlandasan nilai yang diharapkan. Untuk memahami moral Kohlberg (1981) dan
Rest (1986) menyatakan bahwa pemahaman moral berpengaruh langsung terhadap motivasi
danperilaku namun memiliki hubungan yang tak begitu kuat. Hubungan erat pada empati,
emosi, rasa bersalah, latar belakang sosial, pengalaman.

C.Hakikat moral
Moral berasal dari bahasa latin mos dan dimaksudkan sebagai adat istiadat atau tata
krama. Istilah moral dikaitkan dengan motif, maksud dan tujuan berbuat. Moral berkaitan dengan
niat sedangkan etika adalah studi tentang moral.

Menurut Franzmagnissuseno (1987) mengatakan bahwa moral selalu mengacu pada baik
buruknya manusia sebagai manusia.

4 nilai moral yang bersifat universal :

1. Keadilan

Ada beberapa bentuk yaitu:

A. distributif yaitu keadilan yang mencakup pembagian keuntungan dan beban secara relatif.

B. Prosedural yaitu persepsi terhadap prosedur yang dinilai sportif atau fair dalam menentukan
hasil.

C. Retributif yaitu persepsi yang fair sehubungan dengan hukuman yang dijatuhkan bagi
hukum.

D. Kompensasi yaitu persepsi mengenai kebaikan atau keuntungan yang diperoleh penderita
atau xg diderita pada waktu sebelumnya.

2.kejujuran

Kejujuran dan kebijakan selalu terkait dengan kesan terpercaya, dan terpercaya selalu
terkait dengan kesan tidak dusta , menipu atau terpedaya.

3.Tanggung Jawab

Merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Kedamaian

Mengadung arti :

- tidak akan menganiaya

- mencegah penganiayaan

- menghilangkan penganiayaan

- berbuat baik.
D. Pengajaran moral dalam pendidikan jasmani dan olahraga

Kita telah menyadari bahwa pendidikan jasmani harus mencoba mengajarkan etika dan nilai
dalam proses belajar mengajar, yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter
seseorang.

E .Aplikasi penalaran moral dalam olahraga

1. Kesadaran untuk bermain sportif

Kohiberg mengembangkan teori pentahapan moral yang mengikuti satu tahap, mengikuti 6
tahapan yang diorganisir sebagai berikut.

 prakonvensioal

tahap 1 : hukuman/kepatuhan, menghindari hukuman.

tahap 2 : mengikuti peraturan untuk kepentingan sendiri, yang lain berbuat demikian, untuk
melayani kebutuhan sendiri.

 Konvensional

Tahap 3 : anak baik, beraksi sesuai dengan harapan orang tua,teman sejawat , pengusaha lainya.

Tahap 4 : secara sadar mempertahankan system sosial: tugas untuk keteraturan sosial, keteraturan
masyarakat.

Pascakonvensional

Tahap 5 : kontrak hal dan individu.

Tahap6 : prinsip etika universal: berdasarkan etika universal yang konsistem.

2. Mengetahui , menilai dan berbuat

 Mengetahui

Apa arti mengetahui ? dalam istilah formal, fase ini disebut pengetahuan moral, suatu fase
kognitif dalam belajar tentang isu moral dan bagaimana memecahkannya . tahap ini berkenaan
dengan pengetahuan tentang isu romal dan dilemma, mengetahui apa yang menjadi keyakinan dan
memperlakukan nilai sekaitan dengan dilemma, mengetahui gambaran yang lebih luas disekitar di
lema, dan akhirnya mengetahui bagaimana membuat pertimbangan sehubungan dengan dilema
sampai akhirnya ditemukan hal yang baik untuk di lakukan.

 Menilai

Penalaran dan pertimbangan moral selalu berdalandaskan pada apa yang kita yakini atau
percayai mengenai diri kita, masyarakat , dan orang lain. Pertimbangan moral yang memberlakukan
nilai tertentu, berkaitan langsung dengan empati, pengendalian diri,dan kesadaran bahwa kita
berbuat terhadap orang lain.
 Berbuat

Tindakan moral adalah perilaku yang Nampak yang menyatakan dan sejalan dengan system
nilai yang di anut. Tindakan moral ini bergantung para kompetensi tentang isu moral dan nilaikita
sendiri. Apa yang kita yakini baik akan mempengaruhi keputusan kita berbuat yang baik.
Persoalannya apakah kita memiliki keberanian untuk berbuat sesuai dengan keyakinan kita pada
akhirnya tindakan moral itu juga tergantung pada kebiasaan hidup sehari-hari.

3. Implikasi dalam praktiks

4. Perkembangan moral

Sebuah kode etik adalah alat yang menyediakan standar minimum perilaku yang diharapkan
dari pelatih saat jatuh tempo menjadi profesional. Ini adalah alat untuk mendorong pelatih untuk
memberikan nilai-nilai bersama dan melakukan yang terbaik dalam pekerjaan mereka (Ring, 1992).
Dalam studi yang berhubungan dengan hubungan antara pendidikan moral dan konsep kompetisi,
telah menyatakan bahwa ada hubungan yang sensitif antara pendidikan jasmani dan pendidikan
moral dalam bahwa program pendidikan dan olahraga fisik dapat rukun dalam promosi dan
pengembangan perilaku sportivitas, etika decion keputusan keterampilan, kejujuran dan kurikulum
total untuk pengembangan karakter moral (Bergman, 2000; Carry, 1998; Sabock, 1985; Singleton,
2003; Stoll, 1995).

Robert, Imam, Krause dan Besch (1999) melakukan studi pada 631 Amerika Serikat Militer
siswa Akademi untuk menentukan apakah etika nilai mereka seleksi untuk olahraga berubah selama
4 tahun pendidikan mereka. Mereka menyimpulkan bahwa menghadiri kelas olahraga dan kompetisi
olahraga memiliki efek positif pada pengembangan etika dan pilihan etis para mahasiswa. Berurusan
dengan masalah etika semakin menjadi bagian rutin dari tugas seorang pelatih. Pelatih sedang
diperlukan untuk menghadapi isu-isu seperti sportivitas, obat-obatan dalam olahraga, kecurangan,
bullying, gangguan makan, penghormatan terhadap para pejabat, penyalahgunaan kekuasaan,
pelecehan dan menilai ketika seorang atlet harus kembali ke olahraga setelah cedera. Mengingat
peran penting bahwa pelatih bermain, cara pelatih menanggapi jenis masalah memiliki dampak yang
besar terhadap atlet. Tindakan pelatih dapat mempengaruhi kenikmatan para atlet olahraga, sikap
mereka terhadap orang lain dalam olahraga, harga diri mereka, dan apakah mereka terus tetap
terlibat dalam olahraga.

Hari ini, perilaku yang tidak etis ditampilkan dalam bidang pembinaan berkurang citra publik
pembinaan dan olahraga. Banyak olahraga internasional komunitas dan asosiasi telah menentukan
kode etik pelatih agar para pelatih untuk melakukan tugas mereka dengan hormat, objektivitas
kejujuran, dan keadilan (American National Youth Sports CoachesAssociation, 2004; Amerika
PsychologicalAssociation, 1992; Inggris Institut Olahraga Pelatih, 2001; Pelatih Profesional Kanada
Association, 2003; Pelatih Federasi Internasional, 2003; Inggris Pelatihan Strategi Association, 2002).
Kode-kode etik dapat diringkas sebagai berikut dalam dua mengkategorikan: tanggung jawab dan
hormat.

Tanggung jawab

1. Pelatih menyediakan lingkungan yang sehat bagi persaingan dan praktek,


2. Pelatih terus bekerja untuk meningkatkan pengembangan sifat-sifat yang diperlukan untuk
melakukan / pekerjaannya dengan baik,

3. Pelatih memberikan informasi yang benar dalam konferensi pers dan pengaturan umum
lainnya,

4. Pelatih mengarahkan atlet terluka untuk perawatan medis dan bertindak sesuai dengan saran
dari dokter,

5. Pelatih menyediakan bantuan untuk masalah pribadi dan keluarga dari para atlet,

6. Pelatih mendukung atlet lainnya dari / nya sendiri ketika mereka membutuhkan bantuan,

7. Pelatih menghormati setiap makhluk atlet,

8. Pelatihbekerja secara kooperatif dengan ahli yang dapat memberikan kontribusi untuk
perkembangan atlet,

9. Pelatihmemberitahu para atlet tentang bagaimana harus bersikap selama wawancara,

10. Pelatihmenghindari teknik pelatihan yang mungkin berbahaya bagi atlet,

11. Dia / ia harus berhati-hati tentang keamanan para atlet ketika memilih peralatan,

12. Pelatihterus diingat kesejahteraan para atlet ketika memberikan izin untuk mengembalikan atlet
yang terluka untuk kompetisi dan tidak harus memungkinkan mereka untuk kembali ke kompetisi
sebelum pemulihan lengkap,

13. Dia / ia memberikan kontribusi untuk perkembangan atlet dengan memberikan mereka
tanggung jawab jika sesuai,

14. Pelatihmemberitahu para atlet tentang efek berbahaya obat,

15. Dalam olahraga amatir, Pelatihharus mengatur prakt


DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….

Daftar Isi……………………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………

A. Latar Belakang…………………………………………………………………….

B. Rumusan masalah……………………………………………………………….

C. Tujuan…………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………..

A. Pengertian etika…………………………………………………………………

B. Pengertian moral………………………………………………………………..

C. Hakikat Moral……………………………………………………………………..

D. Aplikasi Penalaran Moral Dalam Olahraga………………………….

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………

A.Kesimpulan………………………………………………………………………..

B. Saran………………………………………………………………………………….

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Istilah moral dikaitkan dengan motif, maksud dan tujuan berbuat. Moral berkaitan
dengan niat. Sedangkan etika adalah studi tentang moral. Sedangkan menurut Freeman etika
terkait dengan moral dan tingkah laku. Lebih lanjut Scott Kretchmar menyatakan bahwa etika
juga mengenai tentang rasa belas kasih dan simpati-tentang memastikan kehidupan yang baik
berbagi dengan lainnya. Suseno mengatakan bahwa moral selalu mengacu pada baik
buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat
dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk
menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baikburuknya
sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kekurangan dari kesempurnaan.
Penulis akan memperbaiki makalah tersebut degan berpedoman pada banyak sumber yang dapat di
pertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran.
DAFTAR PUSTAKA

- Prof.Dr.Lutan Rusli, Drs.Sumardiantc.1999/2000.Filsafat Olahraga. Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan Direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah bagian proyek
penataran guru SLTP D-III.

- https://nahirmuhammad.blogspot.com/?m=0

Anda mungkin juga menyukai