Anda di halaman 1dari 17

NILAI – NILAI DALAM OLAHRAGA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat dan Sejarah Olahraga
Semester Ganjil/Tahun 2021

Kelompok 2/ Kelas PKO A – 2021


Nama :
Albert Somasi Harefa (6213121113)
Ahmad Sharil Ginting (6213121125)
Alberto Fujimori Simbolon (6213121003)
Alfredo Pranata sinamo(6213121131)
Alif Hamzah (6213121048)
Amjah (6213121053)
Putri Ayu Nengsi Siagian (6213121068)
Saur Egidia Sidabutar (6213121033)
Sarnida Simbolan (6212421015)
Donni Tinambunan (6213121042)
Achmad Djibran Anshori (6211121026)
Nurul Ramadani (6213121080)
Dosen Pengampu : Irwansyah Siregar, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya dan karunia-Nya kepada kita semua yang hadir disini,
sehingga kita dapat merasakan hari yang cerah ini. Dengan bantuan rahmat-Nya
juga makalah ini dapat selesai tepat waktunya yang berjudul “NILAI – NILAI
DALAM OLAHRAGA ”. Kami juga berterimakasih kepada dosen pengampuh
mata kuliah sejarah dan filsafat olahraga bapak Irwansyah Siregar, S.Pd., M.Pd yang
telah mempercayakan tugas makalah ini bagi kelompok kami.
Tidak lupa juga kepada pihak-pihak yang berwajib yang telah ikut serta
dalam penyelesaian makalah tersebut, sehingga makalah tersebut dapat
diselesaikan dengan baik dan benar. Untuk itu kami mengucapkan banyak
trimakasih kepada pihak berwajib. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dari makalah ini, baik dari materi, konsep maupun teknik penyajiannya,
mengingat akan kurangannya pengetahuaan dan pengalaman dalam bersosialisasi.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
yang dapat menyempurnakan makalah ini.

Medan, 08 Desember 2021


Penulis

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………….. i
Daftar Isi……………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….. 1
1.2 Identifikasi Masalah……………………………………………….. 1
1.3 Rumusan Masalah……………………………..…………………... 1
1.4 Tujuan………………………………………………………………1
BAB II TINJAUAN TEORI…………………………………………………. 2
2.1 Pendidikan Olahraga…………………………………………..…... 2
2.2 Tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan…….……... 2
2.3 Hakikat Olahraga dan karakter……………………………………. 3
BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………….5
3.1 Pengertian Nilai……………………………………………………. 5
3.2 Nilai – Nilai dalam Olahraga ……………………………………... 7
3.3 Upaya yang harus dilakukan untuk membentuk nilai
watak seorang atlet………………………………………………... 12
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………………………………….. 13
4.2 Saran………………………………………………………………… 13
Daftar Pustaka………………………………………………………………... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, olahraga bukanlah suatu hal yang langka lagi di kalangan masyarakat,
sudah hampir semua sering mengikuti olahraga. Baik olahraga atletik maupun olahraga
sepak bola, bola voli, dan berbagai pencak silat bahkan banyak lagi olahraga lainnya.
Seiring perkembangannya waktu, unsur olahraga pun mengalami perkembangan juga
termasuk nilai-nilai olahraga. Semua bidang olahraga pasti memiliki nilai masing-masing
dan keindahan Yang Tersendiri. Mulai dari keindahan cara bermain, teknik dan taktik
dalam permainan.
Disinilah penulis akan menjelaskan mengenai nilai-nilai olahraga secara rinci.
Disini membuat makalah akan memaksimalkan supaya pembaca mengerti dan
memahami arti dan tujuan makalah ini. Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca
makalah dapat mengerti dan makalah ini ini berguna bagi setiap kalangan pelajar maupun
dewasa. Semoga dengan makalah ini pengetahuan pembaca mengenai nilai-nilai olahraga
semakin bertamba.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan nilai ?
2. Apa saja nilai nilai yang terkandung dalam olaharga ?
3. Apakah seorang atlet harus memiliki nilai?
4. Bagaimana upaya yang harus dilakukan dalam menjalankan suatu etika dalam
olahraga ?
5. Apakah pelatih juga berperan dan terlibat dalam mewujudkan nilai dan etika
dalam olahraga?
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan nilai ?
2. Apa saja nilai nilai yang tekandung dalam olahraga
3. Bagaimana upaya yang harus dilakukan dalam menjalankan suatu etika dalam
olahraga
1.4 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami nilai nilai yang tekandung dalam olahraga
2. Mahasasiwa mampu memahami dan menjelaskan etika dalam olahraga

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pendidikan Olahraga


Pendidikan yang benar akan membentuk manusia yang mempunyai mental dan
karakter baik, tidak terkecuali dalam pendidikan olahraga.Berdasarkan UU No.3 tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN), menjelaskan bahwa Keolaharagaan adalah
segala aspek yang berkaitan dengan olaharaga yang memerlukan pengaturan, pendidikan,
pembinaan, pengembangan dan pengawasan. Keolahraan nasional adalah keolahragaan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negera Republik Indonesia Tahun 1945
yang berakar pada nilai – nilai keolaharagaan, kebudayaan naasional Indonesia, dan tanggap
terhadap tuntutan perkembangan olahraga.
Oleh karena itu, pendidikan olahraga harus memiliki nilai – nilai olaharaga yang
dapat diaplikasikan oleh masing – masing atlet. Jiwa fairplay, spotivitas, team work,
nasionasilme dapat dibangun melalui olahraga. Olahraga bukan sekedar kegiatan yang
berorientasi kepada faktor fisik belaka, olahraga juga dapat membentuk karakter dan mental
seseorang.
Dengan demikian, jelaslah bahwa pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting dan
mutlak bagi umat manusia. Oleh karena itu, pendidikan bukan hanya sekedar transfer of
knowledge kepada peserta didik tetapi lebih kepada transfer of value. Tujuan pendidikan
sesungguhnya menciptakan pribadi yang memiliki sikap dan kepribadian yang positif.
Maksum (2009:26), melalui olahraga orang dapat belajar banyak hal tentang nilai-nilai
keutamaan hidup, seperti nilai persamaan dan kebersamaan, fair play, kedisiplinan, tanggung
jawab, dan perjuangan.Nilai-nilai tersebut dapat membentuk karakter dan perilaku seseorang
yang melakukan aktifitas olahraga baik dalam bentuk individu maupun kelompok.

2.2 Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan memiliki tujuan yang beragam dalam dunia
pendidikan. Tujuan pembelajaran jasmani olahraga dan kesehatan yang dipaparkan oleh
Samsudin (2008:3) antara lain :
1. Membentuk landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai dalam
pendidikan jasmani

2
2. Mencetak landasan kepribadian yang kuat, sikap sosial dan toleransi dalam konteks
kemajemukan budaya
3. Menggali kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran penjasorkes
4. Mengembangkan sifat jujur, sportif, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya
diri, dan demokratis melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
5. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik disertai strategi pada
permainan dan olahraga
6. Mengembangkan kemampuan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani disertai pola hidup sehat melalui berbagai aktifitas
jasmani
7. Mengembangkan kemampuan menjaga keselamatan diri dan orang lain
8. Mengetahui konsep aktifitas jasmani untuk mencapai kebugaran dan pola hidup sehat
9. Mampu mengisi waktu luang dengan memanfaatkan aktifitas jasmani yang
menyenangkan

2.3 Hakikat Olahraga dan Karakter


Ditinjau dari bahasa Jawa Kuno, olahraga tersusun dari dua kata, yaitu ulah dan raga,
ulah berarti perbuatan, laku, atau kegiatan, sedang raga berarti anyaman, rangka, atau wadah
(Juynboll, 1923). Sampai sekarang olahraga mempunyai pengertian kata nama benda,
kemudian kata olahraga sebagai alih bahasa istilah sport. Bekaitan dengan istilah sport,
Rijsdorp (1971: 44) mengatakan bahwa sport mempunyai watak permainan, namun sport
tidak sama dengan permainan. Permainan mempunyai makna yang lebih luas daripada sport.
Sport dapat dipandang sebagai bentuk permainan yang mempunyai jenis tersendiri.
Olahraga merupakan kebutuhan hidup manusia, sebab apabila seseorang melakukan
olahraga dengan teratur akan membawa pengaruh yang baik terhadap perkembangan
jasmaninya. Selain dari berguna bagi pertumbuhan perkembangan jasmani manusia, juga
memberi pengaruh kepada perkembangan rohaninya, pengaruh tersebut dapat memberikan
efesiensi kerja terhadap alat-alat tubuh, sehingga peredaran darah, pernafasan dan pencernaan
menjadi teratur.
Karakter atau watak merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap
sehingga menjadi “Tanda” yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan lainnya.
Caracter dalam bahasa Yunani berasal dari kata “Charasein” yang artinya mengukir corak
yang tetap dan tidak terhapuskan. Karakter mengartikan watak dalam arti psikologis dan etis.

3
Berwatak mnunjukkan sikap memiliki pendirian yang teguh, baik, terpuji dan dapat
dipercaya. Berwatak berarti memiliki prinsip dalam arti moral.
Manusia dibangun oleh domain-domain, yaitu kognitif, motorik, afektif, dan emosional.
Dalam menampilkan suatu perilaku atau tindakan, domain tersebut saling berinteraksi dan
saling berpengaruh antara satu dan yang lain. Agar manusia tumbuh dan berkembang secara
wajar, beberapa domain tersebut harus mendapatkan rangsangan dan perlakuan yang
seimbang. Oleh karena itu, manusia dalam menampilkan gerak, khususnya dalam
berolahraga, harus dipandang sebagai suatu totalitas sistem, yaitu manusia sebagai sistem
bio-psiko-sosio-kultural (Toho Cholik Mutohir, 2002: 1).
Seperti yang dikatakan Fritz E. Simanjuntak (1990: 15) bahwa olahraga dapat membantu
proses pembentukan karakteristik masyarakat. Lebih lanjut ia mengutip pendapat Hovard
Nixon bahwa menurut hasil studi yang dilakukan di Amerika, 90% masyarakat Amerika
setuju bahwa olahraga membina karakteristik masyarakat menjadi lebih baik dan
meningkatkan kualitas hidup manusia.
Karakter mengacu kepada watak, nilai-nilai, dan kebiasaan yang menentukan cara
seseorang biasanya merespon keinginan, ketakutan, tantangan, kesempatan dan kegagalan,
dan secara khusus terlihat dalam tingkah laku yang sopan terhadap orang lain seperti
membantu lawan berdiri, atau bersalaman setelah pertandingan berakhir. Seseorang
dipandang memiliki “karakter yang baik” bila watak dan kebiasaannya mencerminkan nilai-
nilai etika utama.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Nilai


Secara bahasa, kata nilai dapat diartikan sebagai “harga”. Namun tentu saja kata
tersebut memiliki makna yang lebih luas dan berhubungan dengan sesuatu yang berharga
bagi manusia.Pada dasarnya pengertian nilai adalah suatu konsep umum atau gagasan yang
merujuk pada hal-hal yang dianggap benar, baik, berharga, penting, indah, pantas, dan
dikehendaki oleh masyarakat secara umum di dalam kehidupannya. Ada juga yang
menyebutkan arti kata nilai adalah suatu bentuk penghargaan dan keadaan yang bermanfaat
sebagai pedoman umum bagi manusia dalam melakukan dan menilai suatu tindakan.
Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa nilai adalah sebuah keyakinan
dasar dan fundamental yang memandu atau memotivasi sikap atau tindakan manusia. Nilai-
nilai hidup seseorang dapat menggambarkan kualitas pribadinya yang tercermin dari perilaku,
baik perilaku terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain dan lingkungnnya.

Pengertian Nilai Menurut Para Ahli


Agar lebih memahami apa itu nilai, maka kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli
berikut ini:
1) Raden Mas Tumenggung Sukamto Notonagoro
Menurut Notonagoro, pengertian nilai adalah sekumpulan tindakan manusia yang
tersusun secara sistematis, baik dalam bentuk material mapun non-material. Lebih
lanjut Notonagoro menyebutkan bahwa nilai terdiri dari 3 nilai pokok, yaitu; nilai
vital, materil, dan rohani.
2) Koentjaraningrat
Menurut Koentjaraningrat, arti nilai adalah suatu bentuk budaya yang berfungsi
sebagai pedoman bagi setiap manusia di dalam masyarakat. Budaya tersebut bisa
sesuatu yang dikehendaki ataupun tidak dikehendaki, tergantung sudut pandang
masyarakat tersebut.
3) Robert M. Z. Lawang
Menurut Robert Lawang, pengertian nilai adalah suatu gambaran mengenai hal-hal
yang diinginkan, berharga, pantas, dan juga mampu mempengaruhi perilaku setiap

5
individu yang memiliki nilai tersebut. Dengan kata lain, nilai tersebut menjadi
pedoman terhadap tata tertib kehidupan bermasyarakat.
4) Nursal Luth dan Dainel Fernandez
Menurut Nursal Luth dan Dainel Fernandez, pengertian nilai adalah perasaan-
perasaan tentang apa yang diinginkan atau tidak diinginkan yang dapat
mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang mempunyai nilai tersebut. Disebutkan
juga bahwa nilai bukanlah tentang benar atau salah, tetapi tentang dikehendaki atau
tidak, disenangi atau tidak.
5) Sidi Gazalba
Menurut Sidi Gazalba, pengertian nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal,
bukan fakta, bukan benda konkrit, tidak hanya tentang benar dan salah yang
menuntuk pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak
dikehendaki.
6) Hoda Lacey
Menurut Hoda Lacey (1999:23), setidaknya ada enam pengertian nilai, yaitu:
a) Sesuatu yang fundamental yang dicari orang sepanjang hidupnya.
b) Suatu kualitas atau tindakan yang berharga, kebaikan, makna atau
pemenuhan karakter untuk kehidupan seseorang.
c) Suatu kualitas atau tindakan yang membentuk identitas seseorang sebagai
pengevaluasian diri, penginterpretasian diri, dan pembentukan diri.
d) Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk memilih sesuatu yang baik
diantara berbagai kemungkinan tindakan.
e) Suatu standar yang fundamental yang dipegang oleh seseorang ketika
bertingkah laku bagi dirinya dan orang lain.
f) Suatu ”objek nilai”, suatu hubungan yang tepat dengan sesuatu yang
sekaligus membentuk hidup yang berharga dengan identitas kepribadian
seseorang. Objek nilai mencakup karya seni, teori ilmiah, teknologi, objek
yang disucikan, budaya, tradisi, lembaga, orang lain, dan alam itu sendiri.
7) Soerjono Soekanto
Menurut Soerjono Soekanto, nilai adalah konsepsi abstrak yang ada di dalam diri
manusia karena nilai dapat merupakan sesuatu yang dianggap baik dan dapat pula
dianggap sesuatu yang buruk.Nilai baik akan menjadi simbol kehidupan yang dapat

6
mendorong integritas sosial, sebaliknya nilai yang buruk akan berdampak pada
terjadinya konflik.
8) Karel J. Veeger
Menurut Karel J. Veeger, sosiologi memandang nilai-nilai sebagai pengertian-
pengertian (sesuatu di dalam pikiran orang) tentang baik tidaknya perbuatan-
perbuatan. Dengan kata lain, nilai adalah hasil penilaian atau pertimbangan moral.

3.2 Nilai – Nilai dalam Olahraga


A. Defenisi Etika dalam Olahraga
1. Pengertian Etika
Istilah etika dan moral secara etimologis, kata ethics berasal dari kata
Yunani, ethike yang berarti ilmu tentang moral atau karakter. Studi tentang
etika itu secara khas sehubungan dengan prinsip kewajiban manusia atau studi
tentang semua kualitas mental dan moral yang membedakan seseorang atau
suku bangsa. Moral berasal dari kata Latin, mos dan dimaksudkan sebagai
adat istiadat atau tata krama (Rusli Lutan, 2001). Etika tidak mempunyai
pretensi untuk secara langsung dapat membuat manusia menjadi lebih baik.
Etika adalah pemikiran sistematis tentang moralitas, dimana yang
dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu pengertian
yang lebih mendasar dan kritis. (Franz MagnisSuseno,1989). Lebih lanjut
dikatakan bahwa etika adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi etika
dan ajaran ajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Untuk memahami
etika, maka kita harus memahami moral.
Wendy Kohli, (1995) mengemukakan etika mendasari tentang cara
melihat dan mempromosikan kehidupan yang baik, tentang mendapatkannya,
merayakannya dan menjaganya. Etika terkait dengan nilai-nilai pemeliharaan
seperti kebenaran, pengetahuan, kesempurnaan, persahabatan dan banyak
nilai-nilai lainnya. Etika juga mengenai rasa belas kasih dan simpati, tentang
memastikan kehidupan baik berbagi dengan lainnya, etika terkait dengan
kepedulian terhadap yang lain, terutama yang tidak punya kedudukan atau
kekuatan yang diperlukan untuk melindungi diri mereka sendiri atau jalan
mereka.

7
Dalam etika mengembangkan diri, Orang hanya dapat menjadi
manusia utuh kalau semua nilai atas jasmani tidak asing baginya, yaitu
nilainilai kebenaran dan pengetahuan, kesosialan, tanggung jawab moral,
estetis dan religius. Suatu usaha sangat berharga untuk menyusun nilai-nilai
dan menjelaskan makna bagi manusia dilakukan oleh Max Scheler dikemukan
sebagai berikut: mengembangkan diri, melepaskan diri dan menerima diri
2. Etika Dalam Pendidikan olahraga
Pendidikan olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman manusia,
oleh sebab itu guru olahraga harus mencoba mengajarkan etika dalam proses
belajar mengajar, yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk
karakter anak. Karakter anak didik yang dimaksud tentunya tidak lepas dari
karakter bangsa Indonesia serta kepribadian utuh anak, selain harus dilakukan
oleh setiap orangtua dalam keluarga, juga dapat diupayakan melainkan
pendidikan nilai di sekolah. Menurut Johansyah Lubis (2007) pendidikan
nilai di sekolah yang bisa diangkat yaitu:Seluruh suasana dan iklim di sekolah
sendiri sebagai lingkungan sosial terdekat yang setiap hari dihadapi, selain di
keluarga dan masyarakat luas.
B. Nilai dan Etika dalam Olahraga
Nilai dalam olahraga yang dapat diaktualisasikan dalam kehidupan kebangsaan.
Nilai-nilai itu adalah:
1) Pertama, persatuan. Nilai persatuan merupakan nilai yang mutlak dalam
olahraga. Pengertian persatuan bukan hanya dalam olahraga yang bersifat
kelompok saja tetapi juga individual. Persatuan wujud dalam bentuk
keterikatan yang kuat di antara sesama pemain, pelatih, pengurus dan juga
pendukungnya. Tanpa ditunjang adanya persatuan mustahil suatu individu
atau tim dapat melakukan atau bahkan memenangkan pertandingan dengan
baik.
2) Kedua, kerjasama dan kekompakan. Aspek kerjasama sangat penting dalam
sebuah olahraga, terutama olahraga yang dilakukan secara berkelompok.
Kerjasama dan kekompakan mutlak dilakukan jika sebuah tim menginginkan
kemenangan dalam suatu permainan. Bagaimanapun tingginya skill
individual yang dimiliki para pemain serta bagusnya pelatih maupun official
yang ada, jika tidak dibarengi dengan kerjasama yang kuat maka akan sia-sia

8
saja. Kerjasama dalam hal ini bukan hanya intern di antara para atlet saja
tetapi semua pihak yang bertanggungjawab terhadap tim, termasuk pelatih dan
seluruh official di dalamnya.
3) Ketiga, persahabatan. Meskipun dalam sebuah kompetisi antar kelompok
masing-masing tim saling berhadapan, bersaing secara sengit dan berusaha
mengalahkan satu sama lain, namun begitu permainan usai atau di luar acara
permainan, masing-masing individu atau kelompok tetap harus menganggap
lawannya sebagai sahabat. Jangan sampai beberapa insiden yang terjadi di
dalam pertandingan dibawa-bawa keluar, yang justru memperuncing masalah.
Para pemain sepatutnya dapat memilah-milah antara urusan pribadi dengan
urusan kemanusiaan. Ketika bermain, setiap atlet dituntut untuk berusaha
semaksimal mungkin dapat mengalahkan lawannya, berjuang sekuat-kuatnya.
Namun ketika pertandingan selesai, terlepas kalah atau menang setiap atlek
tetap harus memperlakukan lawannya secara terhormat dan manusiawi,
sehingga tidak boleh menghina atau merendahkannya.
4) Nilai yang keempat, yakni penghargaan atau saling menghormati atau
persamaan. Penghormatan di antara masing-masing individu maupun tim
dalam olahraga menunjukkan adanya penghargaan serta ketulusan satu sama
lain yang sudah menjadi kewajiban bersama. Meskipun di antara mereka
terdapat berbagai perbedaan, mulai dari latar belakang politik, ekonomi,
sosial, budaya, geografis, dan lain-lain, namun tetap harus dipandang sama
dan dihormati sebagaimana layaknya
5) Kelima, sportifitas. Aspek sportifitas merupakan salah satu segi yang sangat
penting dalam dunia olahraga. Dengan sportifitas dimaksudkan bahwa
individu atau kelompok bersikap kesatria, gentle, dan jujur dalam permainan.
Dalam pengertian ini pemain berlaku fair dan terbuka, tidak melakukan
kecurangan maupun tipudaya tertentu terhadap lawan-lawannya. Sportifitas
lebih menunjukkan adanya sikap tanggung jawab seorang atlet. Sikap sportif
yang menjunjung tinggi kejujuran menjadi tolok ukur, sekaligus asas
kompetisi yang sehat dan bermutu. Sportifitas lebih menunjukkan adanya
sikap tanggungjawab seorang atlet.
6) Berkaitan dengan sportifitas adalah nilai yang keenam, yakni fairness, yang
ditandai dengan sikap obyektif yang terbuka dan tidak memihak. Dalam

9
olahraga, sikap fairness atau fair play mengacu pada permainan yang bersih,
tidak curang atau dikotori tipu muslihat, baik yang berasal dari para atlet
sendiri maupun wasit dalam pertandingan. Karena itu, mutu dari suatu
olahraga dapat dikatakan baik kalau dilakukan secara fair, di mana semua
pihak melakukannya dengan cara-cara yang jujur dan adil
7) Nilai ketujuh adalah ketekunan dan kerja keras. Hal ini terlihat bagaimana
para atlet dan seluruh tim sejak awal, dalam jangka waktu tertentu, berbulan-
bulan, bahkan bertahun-tahun secara rutin berlatih menempa diri,
mempersiapkan pertandingan yang dihadapi. Sampai pada gilirannya mereka
membuktikan kemampuannya, yang berakhir dengan kekalahan maupun
kemenangan. Cerminan dari kerja keras dan ketekunan tersebut benar-benar
ada ketika mereka menjalani proses demi proses yang melelahkan. Proses ini
jelas membutuhkan kesabaran dalam menahan diri, maupun keseriusan dalam
berlatih. Ini merupakan bagian dari perjuangan.
8) Kedelapan adalah, solidaritas. Solidaritas mencerminkan sikap kebersamaan,
berbagi perasaan satu sama lain baik senang maupun susah atas sesuatu obyek
masalah atau kejadian. Dalam olahraga, nilai solidaritas perlu ditanamkan
secara kuat, baik dalam lingkup internal tim maupun antar tim dengan
pendukungnya. Kuatnya solidaritas menunjukkan adanya keterikatan
emosional di antara mereka, sekaligus menjadi sumber pendorong semangat
yang membangun. Karena itu, solidaritas perlu diarahkan ke tujuan-tujuan
yang positif.
9) Kesembilan, tanggungjawab. Aspek tanggungjawab berkaitan dengan
kewajiban individu atau kelompok atas tugas-tugasnya. Rasa tanggungjawab,
mencerminkan sikap amanah dan berani mengambil prakarsa ataupun resiko
atas setiap tugas yang diemban, baik yang berakhir dengan keberhasilan
maupun kegagalan. Sikap tanggung jawab adalah bagian dari mentalitas
positif yang selayaknya dimiliki setiap individu. Rasa tanggungjawab
merupakan lawan dari sikap pengecut dan sikap lepas tangan yang terdapat
pada kebanyakan orang. Dalam bidang olahraga kurangnya rasa
tanggungjawab, yang ditandai dengan saling lempar kesalahan, seringkali
melemahkan sebuah tim dan bahkan dapat menghancurkannya.

10
10) Selanjutnya, nilai kesepuluh adalah keberanian. Nilai keberanian
menunjukkan rasa percaya diri untuk bertindak melakukan sesuatu. Sikap ini
dilandasi keyakinan akan kemampuan diri, dalam berkompetisi dengan pihak
lawan. Karena salah satu unsur kegiatan olahraga adalah adanya kompetisi,
maka seorang atlet harus selalu siap untuk maju bertanding memperagakan
kemampuannya. Keberanian dalam kaitan ini bukan jenis keberanian yang
tanpa perhitungan, namun keberanian yang diperhitungkan dengan cermat.
Seorang atlet tidak boleh menghindari kenyataan bahwa keunggulan mereka
hanya bisa dinilai setelah melalui proses kompetisi yang fair.
11) Kesebelas, adalah integritas. Nilai integritas menunjukkan ciri-ciri yang
merangkumi sifat-sifat unggul dalam diri individu atau kelompok secara
keseluruhan. Nilai integritas ini, sama dengan nilai-nilai yang disebutkan
sebelumnya di atas, yang selayaknya ditegakkan semua insan olahraga yang
terkait, mulai dari atlet, wasit, pelatih, pengurus, maupun pendukungnya.
Integritas tidaklah semata-mata monopoli milik pemain saja, tetapi juga
unsur-unsur lainnya. Dalam bidang olahraga integritas ditunjukkan dengan
sikap maupun perilaku positif yang mencerminkan segi-segi kebaikan. Karena
itu, sekali lagi integritas lebih bermakna penghayatan dan penerapan nilai-
nilai baik secara totalitas.

Sportsmanship adalah moral dalam olahraga. Menurut National Fedetarion of State


High School Association di Amerika Serikat, sportsmanship yang baik adalah komitmen
untuk fair play, tingkah laku yang etis dan integritas (WCPSS, 2008). Selanjutnya, dalam
pemahaman dan praktek, sportsmanship didefinisikan sebagai kualitas yang dicirikan oleh
kebaikan hati dan ketulusan terhadap orang lain dengan cara:
1) Bermain dengan mengikuti peraturan, terima kekalahan atau kegagalan tanpa protes,
atau kemenangan tanpa kegembiraan berlebihan;
2) Perlakukan orang lain sebagaimana anda ingin diperlakukan;
3) Hargai orang lain dan diri sendiri;Kuatkan kontrol diri, tetap sopan, dan menerima
dengan hormat hasil dari aksi orang lain;
4) Tunjukkan sikap yang etis dengan tetap baik (karakter) dan berlaku benar (aksi);
5) Jadilah warga yang baik

11
Pada tahun 1926, National Sportsmanship Brotherhood di Amerika Serikat diorganisir
untuk menyebarkan ajaran sportsmanship ke seluruh aspek kehidupan, dari pertandingan
anak-anak sampai internasional. Ajaran itu terdiri dari delapan aturan sebagai berikut:
 Patuhi peraturan,
 Percayai teman anda,
 Peliharalah kebugaran anda,
 Kendalikan kemarahan anda,
 Peliharalah permainan anda tetap bebas dari kebrutalan,
 Kendalikan kebanggaan anda bila menang,
 Tetap gagah bila kalah,
 Peliharlah jiwa yang sehat dan pikiran yang jernih di dalam tubuh yang sehat.

3.3 Upaya yang harus dilakukan untuk membentuk nilai watak seorang atlet
Upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk nilai watak seorang atlet yaitu
mengingatkan kepada para atlet untuk tetap bermain dengan mematuhi aturan-aturan yang
berlaku, mengurangi emosi terhadap atlet agar para atlet juga mampu menerapkannya ketika
bermain atau berlomba, pelatih perlu menerapkan kedisiplinan baik pada diri pelatih sendiri
maupun kepada para atlet, selalu mengingatkan agar bermain dengan sportif walaupun kalah
juga tidak apa-apa asal sudah berjuang dengan sebaik-baiknya. Hal itu menggambarkan
bahwa seorang pelatih selain dituntut untuk menguasai cabang olahraga dari atlet, tetapi juga
dituntut dapat berperan sebagai pendamping untuk meningkatkan prestasi dan kepribadian
atlet yang lebih baik.

Pembentukan nilai watak seorang atlet ini dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan
ataupun faktor lingkungan. Namun, faktor lingkunganlah yang paling mendominasi watak
seseorang karena faktor lingkungan sangat berpotensi mengubah seseorang menjadi lebih
baik maupun lebih buruk. Apabila lingkungan tempat tinggal kurang mendukung, maka
potensi yang dimiliki seorang atlet pun juga tidak akan berkembang. Berbeda jika lingkungan
tersebut sangat mendukung, maka seorang atlet mampu tumbuh dan berkembang menjadi
seseorang yang lebih baik wataknya.

12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Nilai adalah sebuah keyakinan dasar dan fundamental yang memandu atau memotivasi
sikap atau tindakan manusia. Nilai-nilai hidup seseorang dapat menggambarkan kualitas
pribadinya yang tercermin dari perilaku, baik perilaku terhadap diri sendiri maupun kepada
orang lain dan lingkungnnya.
Nilai nilai dalam olahraga terdiri dari :
1) Persatuan
2) Kerja sama dan kekempakan
3) Persahabatan
4) Penghargaan/saling menghormati
5) Sportifitas
6) Fairness
7) Ketekukunan dan kerja keras
8) Solidaritas
9) Tanggung Jawab
10) Keberanian
11) Integritas
Dalam olahraga juga tidak terlepas dari etika Etika diartikan sikap dan perilaku yang
tampak ketika kita berhadapan dengan orang lain. Oleh sebab itu, seorang atlet ketika
sebelum, pada saat betanding dan sesudah bertanding harus menjaga etika.

4.2 Saran
Dalam pertandingan, kalah menang merupakan hal yang wajar. Ada saatnya pada saat
betanding kita kalah dan ada saatnya kita menang. Tetap jaga sportifitas saat bertanding,
bahkan sedang bertanding.Teruntuk juga kepada pelatih olahraga, jangan melakukan segala
cara agar tim/anak asuh dapat memenangkan suatu pertandingan

13
DAFTAR PUSTAKA

B. Suhartini. Etika Dalam Pendidikan Jasmanai : Ilmu Keolaharagaan FIK UNY


Sarwono. Penipuan, Sportivitas, Dan Etika Dalam Olahraga Dan Pendidikan Jasmani:
Universitas Sebelas Maret
Bahtiyar Heru Susanto . Pembentukan Karakter Melalui Aktifitas Olahraga: Universitas Pgri
Yogyakarta
https://syarifudinteta.wordpress.com/2009/04/07/nilai-nilai-olahraga-dan-pembangunan-
ketahanan-nasional-indonesia/’

14

Anda mungkin juga menyukai