PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta
termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri.1
Depresi adalah penyakit yang menyerang "keseluruhan hidup seseorang",
meliputi seluruh tubuh, suasana perasaan dan pikiran. ia juga mempengaruhi
pola makan dan tidur. Gangguan ini tidak sama dengan seorang yang dalam
keadaan kelelahan atau malas. Seorang yang mengalami gangguan depresi
tidak dapat "menguasai diri" dan keadaaannya untuk dapat kembali pada
keadaannya seperti semula. Tanpa penanganan yang baik maka gejala-gejala
tersebut mengakibatkan terganggunya fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi
penting lainnya dari seseorang dan gejala tersebut berlangsungnya jadi lebih
lama.1
Penatalaksanaan yang sesuai dapat menolong seseorang yang mengalami
depresi untuk cepat kembali seperti semula lebih baik. Definisi gangguan
depresi adalah gangguan mental yang dikarakteristikan dengan rasa sedih
yang dalam dan berkepanjangan. Penderita hilang minat (interest) pada
sesuatu yang sebelumnya menyenangkan baginya. Biasanya disertai dengan
perubahanperubahan lain pada dirinya misalnya berkurangnya energi, mudah
lelah dan berkurangnya aktivitas, konsentrasi dan perhatian yang berkurang,
harga diri dan kepercayaan diri yang berkurang, rasa bersalah dan tidak
berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau
perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, dan nafsu
makan berkurang.2
2.2 Epidemiologi
a. Insidensi dan prevalensi
Gangguan depresi berat adalah gangguan yang lazim ditemukan dengan
prevalensi seumur hidup sekitar 15%, pada perempuan mungkin 25%.
Insidensi gangguan depresi berat 10% pada pasien yang berobat di fasilitas
kesehatan primer dan 15% di tempat rawat inap. 3
b. Seks
Dari suatu observasi yang hampir universal, tanpa melihat negara atau
kebudayaan, prevalensi gangguan depresif berat dua kali lebih besar pada
perempuan daripada laki-laki. Alasan perbedaan ini yang telah dihipotesiskan
antara lain perbedaan hormonal, pengaruh kelahiran anak, sterssoor
psikososial yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, serta model
perilaku ketergantungan yang dipelajari. 3
c. Usia
Beberapa data epidemiologi baru-baru ini menyatakan bahwa insidensi
gangguan depresi berat mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia
kurang dari 20 tahun. Jika pengamatan tersebut benar, mungkin berhubungan
dengan meningkatnya penggunaan alkohol dan zat-zat lain pada kelompok
usia tersebut. 3
d. Status pernikahan
Gangguan depresif berat paling sering terjadi pada orang tanpa hubungan
antarpersonal yang dekat atau pada orang yang mengalami perceraian atau
perpisahan. 3
2.3 Etiologi
a. Faktor biologis
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada
amin biogenik, seperti 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA
(Homovanilic acid), MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di
dalam darah, urin, dan cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood.
Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin
dan Norepinefrin. Adanya downregulation reseptor β-adrenergik dan
respon antidepresan klinis mungkin adalah salah satu potongan yang
paling menakjubkan yang menunjukkan peranan langsung terhadap
noradrenergik pada depresi. Kekurangan serotonin dapat mencetuskan
depresi dan beberapa pasien dengan impuls bunuh diri memiliki
konsentrasi metabolit serotonin yang rendah didalam cairan serebrospinal
serta konsentrasi uptake serotonin yang rendah pada trombosit. Walaupun
norepinefrin dan serotonin adalah amin biogenik yang paling sering
dikaitkan dengan patofisiologi depresi, dopamin juga pernah
diteorikanmemiliki peran. Data yang mendukung bahwa aktifitas dopamin
berkurang pada depresi dan meningkat pada mania.3
Adanya disregulasi neuroendokrin. Hipotalamus merupakan pusat
pengaturan aksis neuroendokrin, menerima input neuron yang
mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien depresi
ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi
akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung amin biogenik.
Sebaliknya, stres kronik yang mengaktivasi aksis Hypothalamic-
Pituitary-Adrenal (HPA) dapat menimbulkan perubahan pada amin 4
biogenik sentral. Aksis neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu
adrenal, tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan. 3
Hipersekresi Cortisol Releasing Hormone (CRH) merupakan
gangguan aksis HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi.
Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya defek pada sistem umpan
balik kortisol di sistem limbik atau adanya kelainan pada sistem
monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH. Sekresi CRH
dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan marah
berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan
organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem
limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabkan
peningkatan sekresi CRH.5
Keluhan tidur (insomnia, hipersomnia) telah lama diketahui
sebagai salah satu gejala utama gangguan depresi. Polisomnografi telah
banyak digunakan dalam studi biologis untuk mengetahui disregulasi
tidur pada pasien dengan gangguan depresi mayor. Beberapa ilmuwan
beranggapan bahwa depresi dapat mencetuskan gangguan pola tidur,
tetapi tidak menutup kemungkinan untuk hal yang sebaliknya.6
Sistem sirkadian manusia dikontrol oleh pacemaker biologis yang
berlokasi pada nukleus suprakiasmatik di hipotalamus. Jam biologis ini
diregulasi oleh zeitgeber eksternal, termasuk siklus gelap/terang, paparan
sinar terang dari lingkungan, maupun kegiatan sosial. Banyak ritme
sirkadian, seperti kortisol, melatonin, dan thyroid stimulating
hormone (TSH) terganggu pada depresi. 6
Gangguan afektif musiman adalah bentuk penyakit depresi yang
biasanya muncul selama musim gugur dan musim dingin. Depresi
tersebut akan berakhir setelah musim semi dan musim panas. Studi
menunjukkan bahwa gangguan afektif musiman juga dimediasi oleh
perubahan kadar serotonin dalam sistem saraf pusat. Hal ini juga
dipengaruhi oleh ritme sirkadian dan paparan sinar matahari. 6
b. Faktor genetik
Data genetik dengan kuat menunjukkan bahwa faktor genetik yang
signifikan terlibat dalam timbulnya gangguan mood tetapi pola
pewarisannya melalui mekanisme yang kompleks. Komponen genetik
memainkan peranan yang lebih bermakna di dalam menurunkan
gangguan bipolar daripada gangguan depresi berat.3
c. Faktor psikososial
Terdapat pengamatan bahwa peristiwa hidup yang penuh tekanan
lebih sering timbul mendahului episode gangguan mood yang mengikuti.
Sebuah teori menerangkan bahwa stres yang menyertai episode pertama
mengakibatkan perubahan yang bertahan lama didalam biologi otak.
Perubahan yang bertahan lama ini dapat menghasilkan perubahan keadaan
fungsional dari beberapa neurotransmiter dan sistem pemberian sinyak
intraneuron, perubahan yang bahkan mencakup hilangnya neuron dan
berkurangnya kontak sinaps yang berlebihan. Akibatnya, seseorang
memiliki resiko tinggi mengalami episode gangguan mood berikutnya,
bahkan tanpa streso eksternal. Peristiwa hidup memegang peran utama
dalam depresi.3
Tidak ada satupun ciri bawaan atau jenis kepribadian yang secara
khas merupakan predisposisi seseorang mengalami depresi. Setiap orang
dengan pola kepribadian apapun dapan mengalami depresi dibawah
situasi yang sesuai.3
Pemahaman psikodinamik depresi yang dijelaskan oleh Sigmund
Freud dikenal sebagai pandangan klasik mengenai depresi. Teori ini
meliputi 4 poin penting : (1) gangguan hubungan ibu dan bayi selama
dase oral (10-18 bulan pertama kehidupan) mejadi predisposisi
kerentanan selanjutnya terhadap depresi; (2) depresi dapat dikaitkan
dnegan kehilangan objek yang nyata atau khayalan; (3) introyeksi objek
yang meninggal adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan untuk
menghadapi penderitaan akibat kehilangan objek; (4) kehilamngan objek
dianggap sebagai campuran cinta dan benci sehingga rasa marah
diarahkan kedalam dirinya sendiri.
Terapi pasien gangguan mood harus ditujukan pada beberapa tujuan. Pertama,
keamanan pasien harus terjamin, kedua, evaluasi diagnostik lengkap pada pasien.
Ketiga rencana terapi yang ditujukan tidak hanya pada gejala saat itu, tetapi
kesejahteraan pasien dimasa mendatang juga harus dimulai. Walaupun saat ini
terapi menekankan pada farmakoterapi dan psikoterapi ditujukan pada pasien
secara individual, peristiwa hidup yang penuh tekanan juga dikaitkan dengan
meningkatnya angka kekambuhan pada pasien dengan gangguan mood. Dengan
demikian, terapi harus menurunkan jumlah dan keparahan stressor di dalam
kehidupan pasien.3
a. TERAPI PSIKOSOSIAL
1. Terapi kognitif
Terapi ini difokuskan pada distorsi kognitif yang diperkirakan ada pada
gangguan depresi berat. Distorsi tersebut mencakup perhatian selektif
terhadap aspek negatif keadaan dan kesimpulan patologis yang tidak
realistis mengenai konsekuensinya, contohnya apati dan kurang tenaga
adalah akibat pengharapan pasien mengenai kegagalan di semua area..
Tujuan terapi kognitif adalah meringankan episode depresi dan mencegah
kekambuhan dengan membantu pasien mengidentifikasi dan menguji
kognisi negatif; mengembangkan cara pikir alternatif, fleksibel dan positif;
serta melatih respon perilaku dan kognitif yang baru. Kombinasi farmako
terapi dan terapi kognitif sangat efektif untuk depresi berat. 3
2. Terapi interpersonal
terapi ini memfokuskan pada satu atau dua masalah interpersonal pada
pasien saat ini. Terapi didasarkan pada dua asumsi. Pertama, masalah
interpersonal saat ini cenderung memiliki akar pada hubungan yang
mengalami disfungsi sejak awal. Kedua, masalah interpersonal saat ini
cenderung terlibat dalam mencetuskan dan melanjutkan gejala depresif
saat ini. 3
3. Terapi perilaku
Terapi perilaku didasarkan pada hipotesis bahwa perilaku maladaptif
mengakibatkan seseorang menerima sedikit umpan balik positif dan
mungkin sesekali penolakan dari masyarakat. Sehingga terapi perilaku
membantu pasien untuk memusatkan pada mengubah perilaku maldaptif
di dalam terapi. 3
4. Terapi berorientasi Psikoanalitik
Tujuan terapi ini adalah memberi pengaruh pada perubahan struktur atau
karakter kepribadian seseorang, bukan hanya meredakan gejala. Perbaikan
kepercayaan interpersonal, keintiman, mekanisme koping, kapasitas
berduka, serta kemampuan mengalami kisaran luas emosi. 3
b. Farmakoterapi
Terapi gangguan depresi berat yang efektif adalah seperti obat trisiklik
diperkirakan melipatgandakan kemungkinan bahwa pasien depresi akan pulih
dalam 1 bulan. Meskipun demikian, masalah akan tetap ada dalam terapi
gangguan depresi berat : sejumlah pasien tidak merespon terhadap pemberian
terapi pertama; semua antidepresan yang saat ini tersedia membutuhkan 3
sampai 4 minggu hingga memberi pengaruh terapeutik yang bermakna,
walaupun obat tersebut dapat memperlihatkan pengaruhnya lebih dini., dan
relatif sampai saat ini, semua antidepresan yang tersedia bersifat toksik bila
overdosis serta memiliki efek samping. Pengenalan SSRI, seperti flouxetin,
paroksetin dan sertalin, juga bupropion, venlafaksin, nevazodon dan
mirtazapin, menawarkan klinisi obat-obat yang sama efektif tetapi lebih
aman dan lebih ditoleransi dari pada obat-obat sebelumnya. Indikasi untuk
obat antidepresan (contohya, gangguan makan, dan gangguan anxietas)
membuat pengelompokkan obat-obat ini dibawah satu label antidepresan
yang membingungkan.3
Indikasi utama antidepresan adalah episode depresi berat. Gejala pertama
yang akan membaik adalah pola tidur dan nafsu makan yang buruk. Agitasi,
ansietas, episode depresi dan rasa putus asa adalah gejala selanjutnya yang
akan membaik. Gejala target lainnya adalah kurang tenaga, konsentrasi
buruk, ketidakberdayaan dan menurunnya libido.3
Penggolongan Antidepresan
1. Antidepresan Klasik (Trisiklik & Tetrasiklik)
a) Mekanisme kerja : Obat–obat ini menghambat resorpsi dari serotonin
dan noradrenalin dari sela sinaps di ujung-ujung saraf.
b) Efek samping :
• Efek jantung ; dapat menimbulkan gangguan penerusan impuls
jantung dengan perubahan ECG, pada overdosis dapat terjadi aritmia
berbahaya.
• Efek anti kolinergik ; akibat blokade reseptor muskarin dengan
menimbulkan antara lain mulut kering, obstipasi, retensi urin,
tachycardia, serta gangguan potensi dan akomodasi, keringat
berlebihan.
• Sedasi
• Hipotensi ortostatis dan pusing serta mudah jatuh merupakan akibat
efek antinoradrenalin, hal ini sering terjadi pada penderita lansia,
mengakibatkan gangguan fungsi seksual.
• Efek antiserotonin; akibat blokade reseptor 5HT postsinaptis dengan
bertambahnya nafsu makan dan berat badan.
• Kelainan darah; seperti agranulactose dan leucopenia, gangguan
kulit
• Gejala penarikan; pada penghentian terapi dengan mendadak dapat
timbul antara lain gangguan lambung-usus, agitasi, sukar tidur, serta
nyeri kepala dan otot.
c) Obat-obat yang termasuk antidepresan klasik :
1) Imipramin Dosis lazim : 25-50 mg 3x sehari bila perlu dinaikkan
sampai maksimum 250-300 mg sehari. Kontra Indikasi : Infark
miokard akut. Interaksi Obat : anti hipertensi, obat
simpatomimetik, alkohol, obat penekan SSP
Perhatian : kombinasi dengan MAO, gangguan kardiovaskular,
hipotensi, gangguan untuk mengemudi, ibu hamil dan menyusui.
2) Klomipramin Dosis lazim : 10 mg dapat ditingkatkan sampai
dengan maksimum dosis 250 mg sehari. Kontra Indikasi : Infark
miokard, pemberian bersamaan dengan MAO, gagal jantung,
kerusakan hati yang berat, glaukoma sudut sempit. Interaksi Obat :
dapat menurunkan efek antihipertensi penghambat neuro
adrenergik, dapat meningkatkan efek kardiovaskular dari
noradrenalin atau adrenalin, meningkatkan aktivitas dari obat
penekan SSP, alkohol.
Perhatian : terapi bersama dengan preparat tiroid, konstipasi
kronik, kombinasi dengan beberapa obat antihipertensi,
simpatomimetik, penekan SSP, anti kolinergik, penghambat
reseptor serotonin selektif, antikoagulan, simetidin. Monitoring
hitung darah dan fungsi hati, gangguan untuk mengemudi
3) Amitriptilin Dosis lazim : 25 mg dapat dinaikan secara bertahap
sampai dosis maksimum 150- 300 mg sehari. Kontra Indikasi :
penderita koma, diskrasia darah, gangguan depresif sumsum
tulang, kerusakan hati, penggunaan bersama dengan MAO.
Interaksi Obat : bersama guanetidin meniadakan efek
antihipertensi, bersama depresan SSP seperti alkohol, barbiturate,
hipnotik atau analgetik opiate mempotensiasi efek gangguan
depresif SSP termasuk gangguan depresif saluran napas, bersama
reserpin meniadakan efek antihipertensi.
Perhatian : ganguan kardiovaskular, kanker payudara, fungsi ginjal
menurun, glakuoma, kecenderungan untuk bunuh diri, kehamilan,
menyusui, epilepsi.
4) Lithium karbonat Dosis lazim : 400-1200 mg dosis tunggal pada
pagi hari atau sebelum tidur malam. Kontra Indikasi : kehamilan,
laktasi, gagal ginjal, hati dan jantung. Interaksi Obat : diuretik,
steroid, psikotropik, AINS, diazepam, metildopa, tetrasiklin,
fenitoin, carbamazepin, indometasin.
Perhatian : Monitor asupan diet dan cairan, penyakit infeksi,
demam, influenza, gastroentritis.
2. Antidepresan Generasi ke-2
a) Mekanisme kerja :
• SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) : Obat-obat ini
menghambat resorpsi dari serotonin.
• NaSA ( Noradrenalin and Serotonin Antidepressants ): Obat-obat ini
tidak berkhasiat selektif, menghambat re-uptake dari serotonin dan
noradrenalin. Terdapat beberapa indikasi bahwa obat-obat ini lebih efektif
daripada SSRI.
b) Efek samping :
• Efek seretogenik; berupa mual ,muntah, malaise umum, nyeri
kepala, gangguan tidur dan nervositas, agitasi atau kegelisahan yang
sementara, disfungsi seksual dengan ejakulasi dan orgasme terlambat.
• Sindroma serotonin; berupa antara lain kegelisahan, demam, dan
menggigil, konvulsi, dan kekakuan hebat, tremor, diare, gangguan
koordinasi. Kebanyakan terjadi pada penggunaan kombinasi obat-obat
generasi ke-2 bersama obat-obat klasik, MAO, litium atau triptofan,
lazimnya dalam waktu beberapa jam sampai 2- 3 minggu. Gejala ini
dilawan dengan antagonis serotonin (metisergida, propanolol).
• Efek antikolinergik, antiadrenergik, dan efek jantung sangat kurang
atau sama sekali tidak ada.
d) Obat-obat yang termasuk antidepresan generasi ke-2 :
1) Fluoxetin Dosis lazim : 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80
mg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi. Kontra Indikasi :
hipersensitif terhadap fluoxetin, gagal ginjal yang berat, penggunaan
bersama MAO. Interaksi Obat : MAO, Lithium, obat yang
merangsang aktivitas SSP, anti depresan, triptofan, karbamazepin,
obat yang terkait dengan protein plasma. Perhatian : penderita epilepsi
yang terkendali, penderita kerusakan hati dan ginjal, gagal jantung,
jangan mengemudi / menjalankan mesin.
2) Sertralin Dosis lazim : 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum
200 mg/hr. Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap sertralin. Interaksi
Obat : MAO, Alkohol, Lithium, obat seretogenik.
Perhatian : pada gangguan hati, terapi elektrokonvulsi, hamil,
menyusui, mengurangi kemampuan mengemudi dan mengoperasikan
mesin.
3) Citalopram Dosis lazim : 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari.
Kontra indikasi : hipersensitif terhadap obat ini. Interaksi Obat :
MAO, sumatripan, simetidin.
Perhatian : kehamilan, menyusui, gangguan mania, kecenderungan
bunuh diri.
4) Fluvoxamine Dosis lazim : 50 mg dapat diberikan 1x/hari
sebaiknya pada malam hari, maksimum dosis 300 mg. Interaksi Obat :
warfarin, fenitoin, teofilin, propanolol, litium.
Perhatian : Tidak untuk digunakan dalam 2 minggu penghentian terapi
MAO, insufiensi hati, tidak direkomendasikan untuk anak dan
epilepsi, hamil dan laktasi.
5) Mianserin Dosis lazim : 30-40 mg malam hari, dosis maksimum 90
mg/ hari Kontra Indikasi : mania, gangguan fungsi hati. Interaksi Obat
: mempotensiasi aksi depresan SSP, tidak boleh diberikan dengan atau
dalam 2 minggu penghentian terapi.
Perhatian : dapat menganggu psikomotor selama hari pertama terapi,
diabetes, insufiensi hati, ginjal, jantung.
6) Mirtazapin Dosis lazim : 15-45 mg / hari menjelang tidur. Kontra
Indikasi : Hipersensitif terhadap mitrazapin. Interaksi Obat : dapat
memperkuat aksi pengurangan SSP dari alkohol, memperkuat efek
sedatif dari benzodiazepine, MAO.
Perhatian : pada epilepsi sindroma otak organic, insufiensi hati, ginjal,
jantung, tekanan darah rendah, penderita skizofrenia atau gangguan
psikotik lain, penghentian terapi secara mendadak, lansia, hamil,
laktasi, mengganggu kemampuan mengemudi atau menjalankan
mesin.
7) Venlafaxine Dosis lazim : 75 mg/hari bila perlu dapat ditingkatkan
menjadi 150-250 mg 1x/hari. Kontra Indikasi : penggunaan bersama
MAO, hamil dan laktasi, anak < 18 tahun. Interaksi Obat : MAO, obat
yang mengaktivasi SSP lain.
Perhatian : riwayat kejang dan penyalahgunaan obat, gangguan ginjal
atau sirosis hati, penyakit jantung tidak stabil, monitor tekanan darah.
3. Antidepresan MAO
Inhibitor Monoamin Oksidase (Monoamine Oxidase Inhibitor,
MAOI) merupakan suatu sistem enzim kompleks yang terdistribusi luas
dalam tubuh, berperan dalam dekomposisi amin biogenik, seperti
norepinefrin, epinefrin, dopamine, serotonin. MAOI menghambat sistem
enzim ini, sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi amin endogen.
Ada dua tipe MAO yang telah teridentifikasi, yaitu MAO-A dan MAO-B.
Kedua enzim ini memiliki substrat yang berbeda serta perbedaan dalam
sensitivitas terhadap inhibitor. MAO-A cenderungan memiliki aktivitas
deaminasi epinefrin, norepinefrin, dan serotonin, sedangkan MAO-B
memetabolisme benzilamin dan fenetilamin. Dopamin dan tiramin
dimetabolisme oleh kedua isoenzim. Pada jaringan syaraf, sistem enzim
ini mengatur dekomposisi metabolik katekolamin dan serotonin. MAOI
hepatic menginaktivasi monoamin yang bersirkulasi atau yang masuk
melalui saluran cerna ke dalam sirkulasi portal (misalnya tiramin). Semua
MAOI nonselektif yang digunakan sebagai antidepresan merupakan
inhibitor ireversibel, sehingga dibutuhkan sampai 2 minggu untuk
mengembalikan metabolism amin normal setelah penghentian obat. Hasil
studi juga mengindikasikan bahwa terapi MAOI kronik menyebabkan
penurunan jumlah reseptor (down regulation) adrenergic dan
serotoninergik.
Indikasi antidepresan MAOI adalah depresi secara umum diindikasikan
pada penderita dengan depresi atipikal (eksogen) dan pada beberapa
penderita yang tidak berespon terhadap terapi antidpresif lainnya. MAOI
jarang dipakai sebagai obat pilihan.
Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap senyawa ini; feokromositoma;
gagal jantung kongestif; riwayat penyakit liver atau fungsi liver abnormal;
gangguan ginjal parah; gangguan serebrovaskular; penyakit
kardiovaskular; hipertensi; riwayat sakit kepala; pemberian bersama
dengan MAOI lainnya; senyawa yang terkait dibenzazepin termasuk
antidepresan trisiklik, karbamazepin, dan siklobenzaprin; bupropion;
SRRI; buspiron; simpatomimetik; meperidin; dekstrometorfan; senyawa
anestetik; depresan SSP; antihipertensif; kafein; keju atau makanan lain
dengan kandungan tiramin tinggi.
e) Edukasi Pasien
Edukasi pasien dengan adekuat mengenai penggunaan antidepresan
adalah hal yang sama pentingnya dengan memilih obat serta dosis yang
paling tepat untuk keberhasilan terapi. Harus diedukasi juga bahwa obat
antidepresan tidak akan mengalami ketergantungan, karena obat ini tidak
memberi efek segera. Mungkin akan butuh waktu 3 sampai 4 minggu
sebelum efek antidepresannya dirasakan. Jangan memberikan resep obat
dengan jumlah yang banyak apalagi jika pasien memiliki riwayat ingin
bunuh diri. Karena sebagian besar antidepresan akan memberikan efek letal
apabila dikonsumsi dalam jumlah banyak.3
Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah
bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman
mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum
saja (general factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori
ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang
dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence
Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children)
untuk anak-anak.5
Pemberian skor pada WISC didasarkan atas kebenaran jawaban dan waktu
yang diperlukan oleh subjek dalam memberikan jawaban yang benar tersebut.
Skor tesebut kemudian diterjemahkan dalam angka standard melalui norma
sehingga akhirnya diperoleh angka IQ untuk skala verbal, dan satu angka IQ
untuk skala performans dan satu angka IQ untuk keseluruhan, skala Test
Intelligensi Wecshler adalah test individual, yang diberikan secara lisan dan
dijawab secara lisan pula. Serta dasar pengukurannya adalah deviation IQ dengan
nilai rata-rata 100 dan besar penyimpangan = 15.
1. Intelegensi Verbal-Linguistik
Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan bahasa dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan membaca dan menulis.
2. Intelegensi Logical-Matematik
Merupakan kecerdasan dalam hal berfikir ilmiah, berhubungan dengan
angka-angka dan simbol, serta kemampuan menghubungkan potongan
informasi yang terpisah.
3. Intelegensi Visual Spasial
Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan seni visual seperti
melukis, menggambar dan memahat. Selain itu juga kemampuan
navigasi, peta, arsitek dan kemampuan membayangkan objek-objek
dari sudut pandang yang berbeda.
4. Intelegensi Kinestetik Tubuh
Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan
menggunakan tubuh untuk mengekspresikan perasaan atau disebut
juga dengan bahasa tubuh (body language). Kecerdasan ini
berhubungan dengan berbagai keterampilan seperti menari, olah raga
serta keterampilan mengendarai kendaraan.
5. Intelegensi Ritme Musikal
Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan
mengenali pola irama, nada dan peta terhadap bunyi-bunyian.
6. Intelegensi Intra-Personal
Kecerdasan yang berfokus pada pengetahuan diri, berhubungan dengan
refleksi, kesadaran dan kontrol emosi, intuisi dan kesadaran rohani.
Orang yang mempunyai kecerdasan intra-personal tinggi biaasanya
adalah para pemikir (filsuf), psikiater, penganut ilmu kebatinan dan
penasehat rohani.
7. Intelegensi Interpersonal
Kecerdasan yang berhubungan dengan keterampilan dan kemampuan
individu untuk bekerjasama, kemampuan berkomunikasi baik secara
verbal maupun non-verbal. Seseorang dengan tingkat kecerdasan
Intrapersonal yang tinggi biasanya mampu membaca suasana hati,
perangai, motivasi dan tujuan yang ada pada orang lain. Pribadi
dengan Potensi Intelegensi Interpersonal yang tinggi biasanya
mempunyai rasa empati yang tinggi.
8. Intelegensi Emosional
Kecerdasan yang meliputi kekuatan emosional dan kecakapan sosial.
Sekelompok kemampuan mental yang membantu seseorang mengenali
dan memahami perasaan orang lain yang menuntun kepada
kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan diri sendiri.
Sedangkan Prof. Horward Gardner menyatakan bahwa terdapat delapan
kecerdasan yang berbeda untuk menjelaskan potensi manusia yang lebih luas pada
anak-anak dan orang dewasa. Kecerdasan-kecerdasan ini adalah :
1. Kecerdasan linguistic
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-
kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan.Kecerdasan ini
mencakup kepekaan terhadap artikata,urutan kata,suara,ritme dan
intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk
mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikirandan
menyampaikan informasi
2. Kecerdasan logic metematiki
Kecerdasan logic matematik ialah kemampuan seseorang dalam
memecahkan masalah.Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi
dengan urutan yang logis. Ia suka angka, urutan, logika, dan
keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, ia mampu melakukan proses
berfikir induktif dan deduktif. Proses berfikir deduktif adalah cara
berfikir dari hal-hal yang besar kehal-hal yang kecil dan induktif
sebaliknya.
3. Kecerdasan visual dan special
Kecerdasan visual dan special adalah kemampuan untuk melihat dan
mengamati dunia visual dan spasial secara kuat.Visual artinya gambar
sedangkan spasial yaitu hal-hal yang berkanaan dengan ruang atau
tempat.Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warna, garis,
bentuk, ukuran, dan juga hubungan antara elemen-elemen tersebut.
Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk melihat objek dari
berbagai sudut pandang.
4. Kecerdasan music
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati,
membedakan, mengarang, membentuk, dan mengekspresikan bentuk-
bentuk music.Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme
,melodi, dan timbre dari music didengar. Musik mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap perkembangan kemampuan matematika
dan ilmu sains dalam diri seseorang.
5. Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengamati dan
mengerti maksud, motivasi, dan perasaan orang lain. Peka terhadap
ekspresi wajah,suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu
memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Kecerdasan
ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia
orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat
memimpin kelompok.
6. Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berhubungan
dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri.Dapat
memahami kekutan dan kelemahan diri sendiri.Mampu memotivasi
dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri.Orang yang memiliki
kecerdasan ini sangat menghargai nilai etika dan moral.
7. Kecerdasan kinestetik
Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan dalam mengunakan tubuh
kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan
perasaan.Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang
koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelentukan dan
kecepatan.
8. Kecerdasan naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali,
membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa
yang di jumpai di alam maupun di lingkungan. Intinya adalah
kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan, dan bagian
lain dari alam semesta.
Menurut Hung et al nilai IQ pada anak usia 7 tahun memiliki peranan penting
dalam kejadian depresi pada usia dewasa. Anak-anak atau dewasa muda dengan
kemampuan kognitif yang rendah, dilihat dari nilai IQ, lebih sering mengalami
gangguan psikiatri saat dewasa. Kognitif berperan dalam etiologi dan prognosis
pada seseorang dengan depresi. Semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka
akan semakin mempengaruhi angka kesembuhan dan mencegah kekambuhan
pada seseorang yang mengalami gangguan psikiatri.5
Selain itu, orang dengan IQ yang rendah memiliki resiko untuk terjadinya
gangguan psikiatri yang lebih berat disertai dengan peningkatan resiko untuk
memiliki diagnosis pada gangguan psikiatri lebih dari satu diagnosis. Koenen et al
dalam penelitiannya menyebutkan IQ yang rendah pada anak-anak diprediksi akan
meningkatkan resiko terjadinya skizofrenia, depresi dan ansietas pada usia
dewasa. Tetapi IQ yang rendah tidak berhubungan dengan angka kejadian fobia,
gangguan panik, dan gangguan obsesif kompulsif. Koenen et al menyimpulkan
hasil penelitiannya sebagai berikut :
Menurut teori kognitif, depresi terjadi akibat distorsi spesifik yang terdapat
pada seseorang yang rentan terhadap depresi. Distorsi tersebut, yang disebut
sebagai depressogenic schemata, merupakan cetakan kognitif yang menerima data
internal maupun eksternal dengan cara yang diubah oleh pengalaman sebelumnya.
Beck memberikan postulat trias kognitif depresi, terdiri atas :
1. Pandangan mengenai diri, aturan diri yang negative
2. Mengenai lingkungan, kecenderungan mengalami dunia sebagai sesuatu
yang memusuhi dan menuntut
3. Mengenai masa depan, harapan mengenai penderitaan dan kegagalan
.
DAFTAR PUSTAKA
2010.
3. Sadock B.J dan Sadock V.A. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed. 2. Jakarta :
EGC ;2010.
2014.
Scand; 2007
10. Maslim R.Diagnosa Gangguan Jiwa, PPDGJ III, Direktorat Kesehatan RI:
Jakarta; 2013.
Jakarta; 2011.
Penerbitan. 2008.