Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

SENDI (ARTHOLOGY)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Anatomi

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Drs. Sukendro, M. Kes AIFO
Grafitte Decheline, S.Pd., M. Or

Disusun Oleh:
Eka Aprianto (A1H121194)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Sendi (ARTHOLOGY) sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan.
Makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas sesuai dengan ketentuan
yang diberikan oleh Ibu Grafittie Decheline, S.Pd., M Or. selaku dosen pengampu mata
kuliah Anatomi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang ARTHOLOGY ANATOMI bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena pengetahuan
yang kami miliki masih minim, dan masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Untuk itu kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan dan penyampaian materi dalam makalah ini. Selanjutnya kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita serta dapat dipahami oleh pembaca.

Jambi, 20 Maret 2023


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2

2.1 Definisi dan Pengertian Arthology..............................................................................2

2.2 Klasifikasi Arthrologi dan persendian.........................................................................2

2.3 Macam-macam Persendian..........................................................................................4

2.4 Faktor yang Memperkuat Persendian..........................................................................5

2.5 Arthrologi Extremitas Superior...................................................................................7

BAB III PENUTUP.......................................................................................................27

3.1 Kesimpulan................................................................................................................27

3.2 Saran..........................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arthron adalah sendi dan logos adalah ilmu. Arthrologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang sendi, yaitu hubungan antara dua / lebih komponen. Persendian
atau artikulasio adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang
dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagian
dalam. Terdapat rongga sendi dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh tulang
rawan. Umumnya rangka tulang terbentuk dari tingkat pendahuluan dari jaringan
rawan,ada juga sebagai pengganti jaringan rawan, pada keadaan tertentu tingkat
pendahuluan tulang rawan diganti dengan tulang pengganti(tulang keras) dan jaringan
ikut sebagai jaringan penutup. Sendi adalah tempat dua tulang atau lebih saling
berhubungan baik terjadi pergerakan atau tidak. Dalam perkembangan jaringan ikat
diganti oleh jaringan rawan. Fungsi dari sendi secara umum adalah untuk melakukan
gerakan pada tubuh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dan pengertian dari arthrologi?
2. Jelaskan Klasifikasi arthrologi dan persendian?
3. Apa saja macam-macam persendian extremitas superior ?
4. Apa saja ligamen yang memperkuat persendian ?
5. Apa saja insersio dan origo dari setiap persendian?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui definisi dan pengertian dari arthrologi
2. Untuk mengetahui klasifikasi arthrologi dan persendian
3. Untuk mengetahui macam-macam persendian extremitas superior
4. Untuk mengetahui ligamen yang memperkuat persendian
5. Untuk mengetahui macam insersio dan origo dari setiap persendian
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Pengertian Arthology


“Arthron adalah sendi dan logos adalah ilmu”. Arthrologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang sendi, yaitu hubungan antara dua / lebih komponen. Sendi
merupakan pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka yang
dihubungkan dengan kapsul sendi, jaringan ikat fibrosa, ligament, tendon, fascia,
maupun otot. Kapsul sendi, yaitu lapisan serabut yang melapisi sendi dan membentuk
persendian. Ligamen, yaitu jaringan ikat yang mengikat ujung tulang dengan
persendian sehingga tidak terjadi dislokasi tulang. Minyak sinovial, yaitu pelumas
sendi yang terdapat pada sendi. Tulang rawan hialin, yaitu jaringan tulang rawan yang
membentuk sendi.

2.2 Klasifikasi Arthrologi dan persendian


1. Berdasarkan Struktural persendian
a. Persendian Fibrosa
Tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan ikat fibrosa
b. Persendian kartilago
Tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan kartilago
c. Persendian sinovial
Memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan kapsul dan ligamen artikular
yang membungkusnya
2. Berdasarkan Fungsional Persendian
a. Sendi Sinartrosis
Secara struktural, persendian ini dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau
kartilago.
- Sutura : adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa
rapat dan hanya ditemukan pada tulang tengkorak. Contoh sutura adalah
sutura sagital dan sutura parietal
- Sinkondrosis : Tulang rawan yang mengisi sendi berupa tulang rawan
hialin yang termasuk jenis ini adalah cakram epifise pada tulang-tulang
yang masih tumbuh dan sendi antara costa dengan sternum.
b. Amfiartosis
Amfiartosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan
terjadinya sedikit pergerakan sebagai respon terhadap torsi dan kompresi
- Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan denan diskus
kartilago, yang menjadi bantalan sendi dan memungkinkan terjadinya
sedikit gerakan. Contoh simfisis adalah simfisis pubis antar tulang-
tulang pubis dan diskus intervertebralis antar badan vertebra yang
berdekatan.
- Sindesmosis terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan dihubungkan
dengan serat-serat jaringan ikat kolagen. Contoh sindesmosis dapat
ditemukan pada tulang yang terletak bersisian dan dihubungkan dengan
membran interoseus., seperti pada tulang radius dan ulna, serta tibia dan
fibula.
- Gonposis adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk dengan
pas dalam kantong tulang. Seperti pada gigi yang tertanam pada alveoli
(kantong tulang rahang. Pada contoh tersebut, jaringan ikat fibrosa yang
terlibat adalah ligamen peridontal.
c. Diartosis
Diartosis adalah sendi yang dapat bergerak bebas disebut juga sendi sinovial
(berasal dari kata yunani yang berarti “dengan telur”). Sendi ini memiliki
rongga sendi yang berisi cairan sinovial. Suatu kapsul sendi (artikular) yang
menyambung kedua tulang, dan ujung tulang pada sendi sinovial dilapisi
kartilago artikular. Ciri- ciri diarthosis adalah: memiliki facies articularis
yang bersifat licin, facies articularis ditutupi oleh cartilage articularis yang
pada umumnya adalah kartilago hialin, dan mempunyai capsula articularis
yang membungkus persendian. Ruangan di dalamnya disebut cavum
articulare berisi cairan sinovial
2.3 Macam-macam Persendian
1. Sendi Geser
Permukaan sendi biasanya datar, hanya mungkin melakukan gerakan kiri
kanan dan muka belakang. Persendian yang memungkinkan gerak pada dua
bidang datar seperti ini disebut persendian dua sumbu (biaksial). Contoh:
persendian antara tulang-tulang karpal, antara tulang-tulang tarsal, antara
sternum dan klavikula dan antara skapula dan klavikula.
2. Sendi engsel
Permukaan sendi tulang pertama cekung, sedangkan permukaan sendi
tulang kedua cembung dan permukaan cembung tepat dapat masuk ke
permukaan cekung. Persendian ini memungkinkan gerakan hanya pada satu
bidang datar, termasuk persendian satu sumbu (monaksial) dan merupakan gerak
fleksi dan ekstensi seperti gerak membuka-menutup pintu. Gerak fleksi adalah
suatu gerakan yang mengacu pada gerak mengecilkan sudut, sedangkan gerak
ekstensi mengacu pada gerak membesarkan sudut.  Contoh sendi engsel adalah
sendi pada siku dan sendi pada lutut.
3. Sendi putar
Pada sendi putar, permukaan tulang pertama yang membulat, meruncing
atau berbentuk kerucut, bersendi dengan lekuk yang dangkal dari tulang lain.
Memungkinkan gerak utama memutar dan merupakan persendian monaksial.
Contoh sendi putar adalah persendian antara tulang atlas dan dasar tulang
tengkorak yang menghasilkan gerak menggelengkan kepala, persendian antara
ujung proksimal tulang radius dan ulna yang menghasilkan gerakan supinasi dan
pronasi tapak tangan.
4. Sendi pelana
Pada sendi pelana, permukaan ujung tulang pertama berbentuk cekung
masuk ke permukaan tulang kedua berbentuk cembung. Persendian ini
memungkinkan gerak menyamping (kanan-kiri) dan gerak muka belakang,
sehingga persendian ini termasuk persendian biaksial. Contoh sendi pelana
adalah persendian antara tulang trapesium dan metakarpal dari ibu jari.
5.  Sendi peluru
Pada sendi peluru, permukaan sendi tulang pertama yang berbentuk
seperti bola masuk ke permukaan cekung seperti mangkuk dari tulang kedua,
sehingga memungkinkan terjadinya gerak triaksial, yaitu gerak fleksi dan
ekstensi, abduksi dan aduksi, serta gerak rotasi. Contoh sendi peluru adalah
persendian antara tulang lengan atas dengan tulang belikat dan persendian antara
tulang paha dengan tulang pinggul.
6. Sendi elipsoidal
Pada sendi elipsoidal, ujung tulang yang berbentuk oval masuk ke
cekungan tulang lain yang berbentuk elips. Persendian ini memungkinkan gerak
kiri-kanan dan muka-belakang, sehingga termasuk persendian biaksial. Contoh
sendi elipsoidal adalah: persendian antara tulang radius dan tulang karpal yang
memungkinkan gerak tapak tangan ke atas-bawah dan ke kanan-kiri.

2.4 Faktor yang Memperkuat Persendian


a. Ligament dan capsula mengikat dan membungkus tulang-
tulang  menjadi suatu persendian  dan mengontrol gerakan agar tidak
berlebihan.

Lig. Sternoclavicularis
lig. Interclavicularis lig. Costoclavicularis
lig.Acromioclavicularis
lig.coracoclavicularis lig.Coracoacromiale

lig.coracohumerale
lig.glenohumerale

lig.colateral ulnae ant.


Lig.anulare radii
Lig.colateral radiale
b. Otot-otot selain turut memperkuat sendi bersama ligament dan capsula,
juga menarik tulang-tulang itu satu terhadap lainnya supaya tetap pada
tempatnya.
c. Bentuk extremitas articularis yang bersesuaiaan menambah kekokohan.
d. Kohesi yang disebabkan oleh adanya lendir membasahi extremitas
artikularis yang bersangkutan.
e. Tekanan atmosfiris, menahan agar ligamenta dan otot-otot tetap pada
tempatnya.

2.5 Arthrologi Extremitas Superior


1. ARTICULUC CINGULU MEMBRI SUPERIORIS
a. ARTICULATIO STERNOCLAVICULARIS.
Dibentuk oleh ujung pars sternalis calviculare, manubrium sterni dan
ujung pars cartilaginis costa I. Ujung clavicula terletak menonjol di cranialis
menubrium sterni. Cavum articulare dibagi menjadi dua bagian oleh suatu
discus articularis, yang di satu pihak melekat pada ujung clavicula di bagian
cranialis dan di pihak lain melekat pada ujung costa I. Discus articularis
berfungsi untuk membuat kedua permukaan sendi lebih serasi dan juga
berfungsi untuk menahan dorongan clavicula ke arah medial. Capsula
articularis diperkuat oleh ligamentum sternoclavicularis anterius dan
ligamentum sternoclavicularis posterius. Ligamentum lainnya yang juga
memperkuat capsula articularis adalah ligamentum interclaviculare, yang
melekat pada kedua ujung clavicula, dan ligamentum costoclaviculare
(=rhomboid ligament) yang mengikat osta I pada clavicula, dan berada di
sebelah lateral capsula articularis. Ligamentum costoclavicularis sangat kuat,
merupakan faktor stabilisasi yang kuat bagi articulus bersangkutan. Pada posisi
protraksi dan hyperabduksi ligamentum ini menjadi tegang. Di bagian ventral
dari articulatio ini terdapat tendo caput sternalis m.sternocleidomastoideus; di
bagian dorsal terdapat tendo m.sternohyoideus dan m.sternothyreoideus.
Ligamen Sterno-Clavicularis
Innervasi : Nervi supraclaviculares ( C3 –4 ), dipercabangkan oleh plexus
cervicalis.
Pergerakan : Titik tumpu dari gerakan pada articulus ini berada pada
ligamentum costoclaviculare, yang menyebabkan gerakan dari kedua ujung
clavicula saling berlawanan. Apabila pars acromialis claviculae diangkat ke
atas maka pars sternalis claviculare akan bergerak turun, demikian sebaliknya
pula.
- ROTASI dari clavicula adalah gerakan yang pasif, oleh karena tidak ada
otot rotator yang bekerja pada articulus ini. Gerakan ini merupakan hasil
dari gerakan rotasi scapula yang diteruskan kepada clavisula oleh
ligamentum coracoclaviculare. Pada gerakan anteflexi humerus, dilanjutkan
dengan hyperanteflexi dan kemudian extensi, maka terjadi gerakan pada
clavicula sebesar 40 derajat. Pada gerakan rotasi ini ujung clavicula
bersama-sama dengan discus articularis berputar pada manabium sterni.
- ELEVASI dan DEPRESI pars acromialis claviculae merupakan akibat
daripada gerakan pars sternalis claviculae ke arah caudal dan cranial, dan
gerakan ini terjadi antara ujung clavicula dengan discus articularis; axisnya
adalah axis sagitalis.
- Gerakan ke ventral dan dorsal terjadi pada bidang horizontalis terhadap
sumbu vertikal, dan dilakukan oleh ujung clavicula bersama dengan discus
articularis terhadap manubrium sterni.
b. ARTICULATIO ACROMIOCLAVICULARIS.
Dibentuk oleh facies articularis acromialis claviculae dengan vacies
articularis acromii. Capsula articularis tipis dan kurang berperan dalam
memfiksasi clavicula pada scapula. Pada articulus ini terdapat discus
articularis. Yang berperan dalam stabilisasi articulus ini adalah ligamentum
coracoclaviculare, yang memfiksir clavidula pada prosessus coracoideus, jadi
merupakan suatu syndesmosis. Ligamentum ini terdiri atas dua bagian, yaitu
(1) ligamentum trapexoideum dan (2) ligamentum conoideum. Ligamentum
conoideum berbentuk konus terbalik dengan apexnya melekat pada processus
coracoideus dan basisnya melekat pada tuberculum conoideum claviculae.
Ligamentum trapezoideum berada di sebelah antero-lateral ligamentum
conoideum, dan letaknya hampir horizontal.

Ligamen Acromioclavicularis
Innervasi : Nervi supraclaviculares laterales yang dipercabangkan oleh plexus
cervicallis (C4).
Pergerakan : Gerakan pada articulus ini adalah pasif, oleh karena tidak ada
otot yang melekat pada kedua ujung tulang bersangkutan yang bekerja
langsung pada persendian ini. Gerakan pada clavicula merupakan akibat
daripada gerakan scapula. Gerakan scapula terhadap dinding thorax dapat
dibagi menjadi 3 jenis, sebagai berikut:
- PROTRAKSI dan RETRAKSI
- ROTASI
- ELEVASI dan DEPRESI
c. ARTICULATIO HUMERI
Tipe articuluc ini adalah Ball and Socket, mempunyai gerakan yang sangat
luas. Dibentuk oleh caput humeri dengan cavitas glenoidalis, dilengkapi
dengan labrum glenoidale (suatu fibrocartilago yang berbentuk cincin).
Capsula articularis melekat pada tepi labrum glenoidale, dan di pihak humerus
pada tepi caput humeri, kecuali di bagian inferior perlekatannya berada 2 – 3
cm di caudalis dari tepi permukaan persendian. Capsula articularis ini longgar
sehingga memungkinkan gerakan menjadi luas (tampak jelas pada posisi
adduksi humerus). Bagian anterior dari capsula articularis menebal dan
membentuk Ligamentum glenohumeral. Caput longum m.biceps brachii
berjalan di dalam sulcus intertubercularis, dan menembusi capsula articularis.
Ligamentum corachohumerale, suatu ligamentum extra capsularis, berjalan ke
arah lateral dari processus coracoideus dan bercampur dengan bagian cranialis
capsula articularis beserta dengan tendo m.suprapinatus, mengadakan
perlekatan pada tuberculum majus et minus. Ligamentum ini menghalangi
gerakan rotasi lateral dan adduksi. Pada umumnya kekuatan suatu articulus
ditentukan oleh bentuk tulang, ligamenta dan otot-otot; pada articulus humeri
terutama tergantung dari otot. Otot-otot yang berada di sekitar articulatio
humeri terdiri dari otot-otot yang bertendo panjang, berperan untuk gerakan,
dan yang bertendo pendek dengan fungsi utamanya mempertahankan caput
articulare agar tetap berada di dalam cavitas articularisnya. Keadaan ini dibantu
oleh arcus coraco-acromialis yang menghalangi dislokasi humerus ke arah
cranialis. Arcus coraco-acromialis dibentuk oleh prosessus coracoideus,
ligamentum coraco-acromiale dan acromion. Ligamentum coraco-acromiale
berbentuk segitiga dengan apexnya melekat pada ujung acromion di sebelah
anterior articulatio acromioclavicularis dan basisnya melekat pada tepi lateral
processus coracoideus. Di antara acromion dan tendo m.supraspinatus terdapat
bursa subacromialis, yang meluas ke caudal dan berada di antara m.deltoideus
dan tuberculum majus humeri. Bursa ini bersama-sama dengan arcus coraco-
acromialis menghalangi dislokasi humerus ke arah cranialis. Ada empat buah
otot yang tendo-tendonya memperkuat capsula articularis, membentuk Rotator
Cuff, terdiri dari (1) m.supraspinatus di sebelah cranial, (2) m.infraspinatus, (3)
m.teres minor, kedua otot terakhir ini berada di bagian dorsal, dan (4) m.
subscapularis berada di sebelah ventral. Di bagian caudal capsula articularis
tidak diperkuat sama sekali. Pada posisi abduksi humerus maka tendo-tendo
dari m.triceps brachii caput longum dan m.teres major menempel pada capsula
articularis di bagian caudal, sehingga memberi stabilitas pada posisi ini.
Innervasi : Capsula articularis dipersarafi oleh cabang-cabang dari nervus
axillaries, nervus musculocutaneus dan nervus supraclavicularis, yang ketiga-
tiganya mengikuti Hilton’ law (= suatu saraf yang melayani persendian,
memberi percabangannya kepada kulit yang menutupi articulus tersebut serta
memberi ramus muscularisnya kepada otot-otot yang bekerja pada articulus
bersangkutan).

Ligamen Glenohumeral Ligamen


Coracohumerale
Pergerakan : Banyak kali gerakan pada articulus ini diikuti oleh gerakan
scapula pada dinding thorax serta gerakan clavicula. Ada tiga gerakan dasar,
yaitu: (1) Flexi dan Extensi, (2) Abduksi dan Adduksi dan (3) Rotasi. Gerakan
circumductio adalah kombinasi dari gerakan-gerakan tersebut tadi.
Facies articularis caput humeri mempunyai luas yang empat kali lebih besar
daripada permukaan cavitas glenoidalis. Untuk kepentingan klinik dapat dicatat
bahwa epicondylus medialis humeri letaknya searah dengan caput humeri
(medio-caudal). Luas pergerakan pada articuluc ini selain ditentukan oleh
ligamentum yang menjadi tegang dan kontraksi otot, dipengaruhi juga oleh
facies articularis yang saling bertemu. Bilamana tepi permukaan persendian
daripada kedua ujung tulang bersangkutan sudah saling bertemu, maka gerakan
selanjutnya tidak dimungkinkan lagi, terkecuali kalau disertai dengan dislokasi.
Melakukan gerakan Abduksi dari Posisi Anatomi hanya dapat dilakukan
sampai 90 derajat, gerakan selebihnya dihambat oleh:
1) Tertumbuknya tuberculum majus humeri pada acromion )=Arcus
coracoacromialis)
2) Facies articularis caput humeri tidak mendapatkan ruang gerak lagi
pada cavitas glenoidalis. Bilamana gerakan Abduksi dipaksakan, maka
dapat terjadi dislokasi dari humerus. Gerakan hyperabduksi dapat
dilakukan kalau disertai dengan gerakan rotasi lateral dari humerus.
Menempatkan humerus tegak lurus disamping kepala dapat dicapai
melalui gerakan flexi – hyperflexi, tanpa rotasi dari humerus, dan
melalui gerakan abduksi – hyperflexi, tetapi disini disertai dengan
rotasi dengan rotasi lateral dari humerus. Sebenarnya gerakan abduksi
sampai 120 derajat adalah semata-mata terjadi pada articulatio humeri,
dan selanjutnya abduksi 60 derajat berikutnya (mencapai 180 derajat)
adalah akibat dari berputarnya scapula.
Gerakan abduksi terutama dilakukan oleh m.deltoideus, dibantu
oleh m.supraspinatus (kedua-duanya bertindak sebagai prime mover).
Bertindak sebagai antagonist adalah m.subcapularis, m.infrapinatus
dan m.teres minor, yang mencegah caput humeri tertarik ke cranial dan
bahkan mempertahankan posisi facies articularis caput humeri agar
tetap berkontak dengan cavitas glenoidalis. Gerakan Adduksi yang
dilakukan dari posisi abduksi kembali kepada posisi Anatomi
dipengaruhi oleh gaya gravitasi, relaksasi otot-otot abductor dan
kontraksi m.deltoideus pars posterior, m.pectoralis major,
m.coracobrachialis, m.teres major, m.latissimus dorsi dan m.triceps
brachiio caput longum. Gerakan flexi terjadi terhadap axis
transversalis dan dapat mencapai 180 derajat tanpa kesulitan; otot-otot
yang berperan adalah m.deltoideus pars clavicularis, m.pectoralis
major pars clavicularis, m.coracobrachialis dan m.biceps brachii.
Gerakan extensi dilakukan oleh m.deltodeus pars posterior, m.teres
major, m.latissimus dorsi, m.triceps brachii caput longum dan dibantu
oleh m.pectoralis major pars sternocostalis. Gerakan Rotasi dari
humerus dapat dilakukan pada setiap posisi, dilakukan terhadap axis
longitudinalis; gerakan ini dihambat oleh capsula articularis yang
menjadi tegang dan keadaan permukaan persendian yang saling
bertemu (luas permukaan persendian yang semakin berkurang). Terdiri
dari Rotasi lateral dan Rotasi Medial. Gerakan Rotasi Lateral
dilakukan oleh m.infraspinatus, m.teres minor dan m.deltoideus pars
posterior. Gerakan Rotasi Medial dikerjakan oleh m.pectoralis major,
m.deltoideus pars anterior, m.subscapularis, m.teres major dan
m.latissimus dorsi.
d. ARTICULATIO CUBITI
Articulus ini termasuk tipe Ginglymus, yang hanya memberi kemungkinan
gerakan Flexi dan Extensi. Articulus ini dibentuk oleh tiga buah tulang, yaitu
(a) ujung distal humerus, (b) ujung proximal radius dan (c) ujung proximal
ulna. Secara structural terbentuk tiga buah articulus, masing-masing (1)
articulatio humeroradialis, (2) articulatio humeroulnaris dan (3) articulatio
radioulnaris proximalis. Ketiga-tiganya berada dalam satu capsula articularis.
Articulatio humeroradialis dibentuk oleh capitulum humeri dengan fovea
capituli radii. Articulatio humeroulnaris dibentuk oleh trochlea humeri dengan
incisura semilunaris ulnea. Articulatio radioulnaris proximalis dibentuk oleh
capitulum radii (circumferentia articularis) dengan incisura radialis ulnea.
Capsula articularis dari persendian ini bentuknya tipis di bagian anterior dan di
bagian posterior, ditutupi oleh m.brachialis dan m.triceps brachii, mengadakan
perlekatan di bagian anterior pada humerus di sebelah cranialis dai fossa
radialis dan fossa coronoidea, dan di bagian caudal melekat pada ligamentum
anulare radii dan pada processus coronoideus. Di bagian dorsal capsula
articuralis melekat pada tepi cranialis olecranon. Di bagian medial dan lateral
capsula articularis diperkuat oleh ligamentum collateral ulnare (mediale) dan
ligamentum collaterale radiale (laterale). Ligamentum collaterale ulnare
berbentuk segitiga, pars anterior adalah bagian yang paling kuat, melekat dari
epicondylus humeri menuju ke tepi medialis processus coronoudeus,
sedangkan pars posterior melekat pada processus coronoideus dan pada tepi
medialis olecranon; bagian ke tiga atau pars intermedia menghubungi kedua
bagian tersebut tadi satu sama lain, terletak agak ke profundus dan menutupi
(melindungi) nervus ulnaris. Ligamentum collaterale radiale berbentuk datar,
melekat pada humerus di bagian distalis dari tempat origo otot-otot “common
extensor” dan di pihak lain melekat (bergabung) dengan ligamentum anulare
radii. Ligamentum anulare radii melekat pada tepi inicura radialis ulnae,
membungkus capitulum radii dan collum radii; ligamentum ini tidak melekat
pada radius sehingga memberi kebebasan bagi radius untuk bergerak di
dalamnya.

lig. Anulare radii


Innevarvasi : N.musculocutaneus, n.medianus, n.ulanaris dan n.radialis
(Hilton’s Law).
Pergerakan : Gerakan yang mungkin hanyalah Flexi dan Extensi. Gerakan
Flexi dibatasi oleh tebalnya otot-otot brachium. Gerakan extensi dibatasi oleh
tertumbuknya olecranon pada fossa olecranii. Gerakan Flexi dihasilkan oleh
kontraksi m.brachialis, m.biceps brachii dan m.brachioradialis. Gerakan
Extensi dilakukan oleh m.triceps brachii dan m.anconeus. Pada Posisi Anatomi
sumbu antebrachium membentuk sudut sebesar 165 derajat pada wanita dengan
sumbu longitudinal brachium, sehingga pada wanita kelihatannya
antebrachium lebih bengkok ke lateral daripada pria. Sudut ini dinamakan
“carrying angle”. Apabila dilakukan gerakan flexi dari posisi Extensi, maka
antebrachium bergerak ke cranial dan medial. “Bringing the Hand to the
Mouth” berarti terjadi flexi penuh pada articulatio cubiti disertai rotasi medial
humerus pada articulatio cubiti dan pronasi pada articulatio radio-ulnaris
proximalis.

e. ARTICULATIO RADIO-ULNARIS
Antara radius dan ulna terbentuk tiga buah articulus, yaitu (a) articulatio
radio-ulnaris proximalis, (b) articulatio radio-ulnaris distalis dan (c)
syndesmosis, di bagian tengah (membrana interossea antebrachii). Articulatio
radio-ulnaris proximalis dibentuk oleh capitulum radii dengan incisura radialis
ulnae. Capitulum radii berada di dalam ligamentum anularea radii (dilingkari)
sehingga capitulum radii dapat berputar dengan bebas. Incisura radialis ulnae
merupakan ¼ bagian dari sebuah lingkaran dan ligamentum tersebut
membentuk ¾ bagian selanjutnya. Ligamentum ulnarea radii berbentuk corong
yang membesar di bagian proximal dan mengecil di bagian distal, sehingga
dengan demikian capitulum radii tidak dapat terlepas daripadanya. Articulatio
radio-ulnaris proximalis termasuk di dalam articulatio cubiti dengan alasan:
1) Berada di dalam satu cavum articulare yang sama.
2) Ligamentum collaterale laterale melekat pada ligamentum anulare radii.
3) Baik pada flexi-extensi maupun pada gerakan pronasi-supinasi capitulum
radii berputar terhadap dan pada capitulum humeri. Antara corpus radii
dan corpus ulnae terdapat Chorda obliqua dan Membrana Interossea
Antebrachii, membentuk persendian berupa syndesmosis. Chorda
obliqua melekat pada tuberositas ulnea, menuju ke arah infero-lateral dan
melekat di bagian caudalis tuberositas radii. Membrana interossea
antebrachii melekat pada crista interossea radii dan pada crista interossea
ulnea, arahnya dari cranio-lateral menuju ke infero-medial. Pada
membrana interossea ini terdapat perlekatan dari otot-otot flexor dan
extensor lapisan profunda antebrachium. Articulatio radio-ulnaris distalis
(inferior) dibentuk oleh capitulum ulnea dengan circumferentia
articularisnya di satu pihak dengan incisura ulnaris radii di pihak lain. 
Mempunyai capsula articularis yang tipis. Pada articulus ini terdapat sebuah
discus articularis yang berbentuk segitiga, memisahkan ujung ulna daripada
ossa carpalia. Apex dari discus articularis melekat pada sisi lateral processus
styloideus ulnae, dan basisnya melekat pada margo distalis incisura ulnaris
radii. Fungsi discus articularis adalah menghindari pemisahan ujung radius
daripada ujung ulna. Dibagian ventral dan dorsal discus articularis
mengadakan perlekatan pada capsula articularis dari Wrist Joint.
Innervasi : Nervus medianus (Hilton’ Law)
Pergerakan : Gerakan radius terhadap ulna menghasilkan gerakan rotasi
dari antebrachium, yang terjadi pada axis longitudinalis. Pada gerakan
rotasi ini radius berputar terhadap ulna dan humerus, gerakan yang
dimaksud adalah pronasi dan supinasi. Kedua gerakan ini berada di antara
135 – 180 derajat, dan bervariasi secara individual. Axis dari gerakan ini
dinamakan axis pronasi-supinasi, yang letaknya miring (oblique) melalui
capitulum radii dan processus syloideus ulnae. Gerakan Pronasi dilakukan
oleh m.pronator teres dan m.pronator quadratus. Gerakan Supinasi
dilakukan oleh m.biceps brachii dan m.supinator. manus mengikuti gerakan
dari radius.
f. ARTICULATIO RADIOCARPALIS (= WRIST JOINT)
Articulus ini bertipe Ellipsoidea, dibentuk oleh os naviculare manus, os
lunatum dan os triquetrum yang membentuk permukaan konveks dan di
pihak lain adalah ujung distal radius bersama-sama dengan discus
articularis yang membentuk permukaan konkaf. Capsula articularis melekat
pada ujung distal radius dan ulna, dan di pihak lain melekat pada
permukaan anterior dan posterior ossa carpalia deretan proximal.
Ligamentum collaterale carpi ulnare meluas dari ujung processus styloideus
ulnae sampai pada os pisiforme dam os triquetrum. Ligamentum collaterale
carpi radiale melekat pada processus styloideus radii dan pada os
naviculare manus.
Pergerakan : Gerakan Flexi dan Extensi terjadi pada transversalis.
Gerakan Abduksi (=deviasi radialis) dan Adduksi (=deviasi ulnaris) terjadi
terhadap axis antero-posterior. Abduksi ulnaris lebih luas daripada Abduksi
radialis oleh karena processus styloideus radii lebih jauh menjulang ke
distal daripada processus styloideus ulnae. Gerakan Extensi pada wrist joint
biasanya kurang luas daripada gerakan Flexi (extensi sebesar 60 derajat dan
flexi sebesar 80 derajat) dan disertai dengan gerakan ke ventral dari os
scaphoideum, os trapezium dan os trapezoideum sehingga tuberculum ossis
navicularis lebih mudah dapat dipalpasi. Otot-otot yang berperan pada
Extensi adalah m.extensor carpi radialis longus, m.extensor carpi radialis
brevis dan m.extensor carvi ulnaris. Gerakan Abduksi lebih terbatas
daripada gerakan Adduksi, oleh karena processus styloideus radii terletak
lebih ke arah distal daripada processus styloideus ulnae, sehingga celah
yang berada di antara processus styloideus ulnae dan os triquetrum adalah
lebih besar daripada celah yang terbentuk di antara processus styloideus
radii dengan os naviculare. Gerakan Abduksi dilakukan oleh m.flexor carpi
radialis, m.extensor carpi radialis longus dan m.extensor carpi radialis
brevis. Gerakan Adduksi dilakukan oleh m.flexor carpi ulnaris dan
m.extensor carpi ulnaris.
g. ARTICULATIO INTERCARPALIS
Ossa carpalia deretan proximalis membentuk articulus dengan ossa carpalia
deretan distalis membentuk ARTICULATIO MEDIOCARPALIS. Pada
articulus ini permukaan persendian yang konveks dibentuk oleh os
hamatum dan os capitatum, permukaan yang cekung dibentuk oleh os
scaphoideum, os lunatum dan os triquetrum, sementara itu permukaann
yang konveks dari bagian distal os scaphoideum membentuk persendian
dengan permukaan yang konkaf yang dibentuk oleh os trapexium dan os
trapezoideum.
Pergerakan : Gerakan pada articulatio intercarpalis selalu dikombinasikan
dengan gerakan pada Wrist Joint. Gerakan yng dimaksud terjadi antara ossa
carpalia deretan distalis dengan ossa carpalia deretan proximalis, yang
terjadi pada articulatio mediocarpalis. Pada posisi flexi jari-jari, maka
kemungkinan flexi pada wrist joint menjadi terbatas, yang disebabkan oleh
insufficiensi pasif dari otot-otot extensor dari jari-jari.

h. ARTICULATIO CARPOMETACARPALIS
Ada lima buah articulatio carpometacarpalis. Yang pertama dibentuk oleh
basis ossis metacarpalis dengan os multangulum majus. Basis metacarpalis
II membentuk persendian dengan os multangulum majus, os multangulum
minus dan os capitatum. Basis metacarpalis III membentuk articulus
dengan os capitatum. Basis metacarpalis IV membentuk articulus dengan
os capitatum dan os hamatum. Selanjutnya terbentuk persendian antara
basis metacarpalis II,III dan IV satu sama lainnya. Articulatio
carpometacarpalis I mempunyai bentuk (tipe) Saddle (=pelana), yang dapat
melakukan gerakan flexi-extensi, abduksi-adduksi dan gerakan opposisi-
reposisi. Capsula articularis dari articulus ini terpisah daripada articulatio
carpometacarplis lainnya.
Pergerakan :
- Gerakan Flexi-Extensi dari ibu jari terjadi pada bidang yang sama
dengan gerakan Abduksi-Adduksi jari-jari lainnya. Extensi adalah
gerakan jari I ke arah lateral, sedangkan gerakan Flexi adalah
sebaliknya. Gerakan Abduksi-Adduksi dari jari I terjadi pada bidang
yang sama dengan gerakan flexi-extensi dari jari-jari lainya. Gerakan
Abduksi jari I dapat juga disebut Abduksi plamaris dan gerakan Extensi
adalah sama dengan gerakan Abduksi radialis.
- Gerakan Abduksi dilakukan oleh m.abduktor pollicis longus dan
m.abductor pollicis brevis. Gerakan Adduksi dilakukan oleh m.adduktor
pollicis.
- Gerakan Flexi dan Rotasi Medial dilakukan oleh kontraksi m.flexor
pollicis longus, m.flexor pollicis brevis dan m.opponens pollicis. Yang
dimaksud dengan gerakan Opposisi adalah gabungan gerakan flexi,
rotasi medial dan adduksi sehingga ujung jari I dapat berpindah-pindah
(bertemu) dengan ujung-ujung jari lainnya.
Articulatio carpometacarpalis II dan III pada dasarnya kurang bergerak,
sedangkan articulatio carpometacarpalis V mempunyai kemampuan
gerakan flexi yang lebih baik sehingga dapat mempertahankan benda-
benda dalam genggaman dengan sempurna.

i. ARTICULATIO METACARPOPHALANGEALIS
Dibentuk oleh basis phalanx I (proximalis) yang mempunyai permukaan
konkaf dengan capitulum metacarpalis yang berbentuk bola.
j. ARTICULATIO INTERPHALANGEALIS
Dibentuk antara caput phalangis pada satu phalanx (proximalis) dengan
basis phalangis dari phalanx berikutnya (distalis). Pergerakan pada
articulatio metacarpophalangealis dan articulatio interphalangealis pada
keempat jari yang mesial adalah gerakan flexi dan extensi.
Pergerakan : Gerakan Flexi jari-jari yang dilakukan secara lambat dan
tidak begitu kuat adalah hasil dari kontraksi m.flexor digitorum profundus
pada kedua persendian tersebut tadi. Dan apabila gerakan Flexi dilakukan
secara cepat dan kuat maka m.flexor digitorum superficialis turut ambil
bagian. Pada kontraksi yang kuat m.lumbricalis turut berperan. Gerakan
Extensi jari-jari yang dilakukan dari posisi fleksi dikerjakan oleh
m.extensor digitorum communis, m.extensor indicis proprius, m.extensor
digiti quinti minimi dan mm.lumbricales.

Origo dan Insersio Bagian Bahu

1. M. Deltoideus
Origo: Spina + Acromion Scapula
Insertio: Tuberositas Deltoideus
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Scapulohumeralis, Adduksi lengan atas
2. M. Supraspinata
Origo: Fossa Supra Spinata
Insertio: Tuberculum Mayor (Humerus)
Fungsi: menegangkan articulatio scapula humeralis
3. Infraspinata
Origo: Fossa Infra Spinata
Insertio: Tuberculum Mayor
Fungsi: membengkokkan articulatio scapula humeralis, Adduksi lengan atas
4. M. Teres minor
Origo:Tuberculum Infraglenoidale (Scapulae)
Insertio: Tuberositas Deltoideus
Fungsi:membengkokkan articulatio scapulo humeralis, abduksi lengan atas.

1. Mm. Medial Bahu


2. M. Sub scapularis
Origo: Fossa Sub Scapularis
Insertio: Eminentia posterior dari Tuberositas Medialis Os Humerus
Fungsi: Mengadduksi kaki (pada art. Scapulohumeralis)
3. M. Teres Mayor
Origo:Tepi Caudal Scapula
Insertio: Tuberositas Teres
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Scapulo humeralis
4. M. Coracobrachialis (Menyilangi muka medial art.Scapulohumeralis)
Origo: Processus Coracoideus
Insertio: Proksimal, Medial Humerus
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Scapulo humeralis, Anjing: menegangkan
Art. Scapulo humeralis

1. Mm. Bagian Cranial Brachium


2. M. Bicep Brachii
Origo: Tuber Scapulae
Insertio: Tuberositas Radialis
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Cubiti, Menegangkan Art.
Scapulohumeralis
3. M. Brachialis
Origo: 1/3 Proksimal muka posterior Humerus
Insertio: Proksimal Radius + Ulna
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Cubiti

1. Mm. Bagian Caudal Brachium

Mm.Triceps brachii
Origo: Tepi caudal Scapula(Longum) , Proksimal Humerus (kedua caput yang
lain)
Insertio: Tuber Oleocrani dari Oleocranon
Fungsi: Menegangkan articulatio Cubiti, membengkokkan articulatio Scapulo
Humeralis (Longum)
1. Otot otot lengan bawah

a. M.Pronator teres:
O: caput humerale: epicondylus medialis humeri
Caput ulnare: prossesus coronoideus
I: tuberositas pronatoria pada pertengahan pinggir lateral radius

b. M.Flesor carpi radialis:


O: epicondylus medialis humeri
I; basis pada ossium metacarpalium II dan III

c. M. Palmaris longas:
O: epicondylus medialis humeri
I: aponeurosis palmatis

d. M. Fleksor carpi ulnaris:


O: caput humerale,: epicpndylus medialis humeri
Caput ulnare: pinggir dorsal ulna
I: os pisiforme
e. M. Fleksor digitorum sublimes:
O: caput humerale: epicondylus medialis humeri
Caput ulnae: prosessus coronoideus ulnae
Caput radiale: permukaan volar radius
I: sisi volar phalanx tengah jari II – V

f. M. Fleksor digitorum profuridus:


O: facies volaris ulnae,,Membrana interosea
I: basis phalanx terakhir jari II – V

g. M. Fleksor pollicis longus:


O: facies volaris radii,,Membrana interossea
I: basis phalanx terakhir ibu jari

h. M. pronator quadratus:
O: facies volaris ulnae bagian distal
I: facies volaris radii bagian distal

i. M. Brachioradialis:
O: pinggir radial humerus,,Septum intermuscularis lateral
I: prosessus styloideus radii

j. M. Extensor carpi radialis longus:


O: seperti m, brachioradialis
I: basis ossis metacarpalis II

k. M. Exstensor carpaI radialis brevis:


O: epicondylus lateralis humeri
I: basis ossis metacarpalis III

l. M. supinator:
O: epicondylus lateralis humeri,,Lig. Collateraleclaterale,,Lig.
Anularevradii,,Crista supinatoria ulnae
I: radius di atas insersi m. pronator teres

m. M. anconeus:
O: epicondylus lateralis humeri. Permukaan belakang simpai sendi art. Cubiti
I: permukaan lateraloceclanon,,Facies dorsalis ulnae

n. M. ekstensor digitorum communis:


O: epicondylus lateralis humeri,,Fascia antrebachii
I: aponeurosis dorsalis jari II-V

o. M. ekstensor digiti V propius:


O: bersatu erat dengan origo m. extensor digitorum communis
I: aponeurosis dorsalis kelingking

p. M. ekstensor carpi ulnaris:


O: epicondylus lateralis humeri
I: basis ossis metacarpalis V

q. M. abductor pollicis longus:


O: facies dorsalis ulnae et radii,,Membrane interrosea antebrachii
I: basis ossis interossea antebrachii

r. M. ekstensor poilicis:
O: facies dorsalis radii,,Membrane interorocea
I: basis phalang pertama ibu jari

s. M. extensor indicis proprius:


O: facies dorsalis ulnae,,Membrane interossea antebrachii
I: aponeurosis dorsalis telunjuk

6. Otot-otot tangan
a. M. abductor pollicis brevis:
O: lig. Carpi transverses,,Tuberositas ossis navicularis, m. abductor pollicis
longus
I: sisi lateral basis phalanx proximal ibu jari

b. M. opponens pollicis:
O: lig. Carpi transverses,,Os multangulum majus
I: sisi lateral os metacarpalea

c. M. flexor pollicis brevis:


O: caput superficlale, lig. Carpa transversum, Caput provundus ossa multangula
dan os capitan
I: os sesamoideum laterale dan basis phgalanx proximal ibu jari

d. M. adbuctor pollicis:
O: caput obligum: basis pada ossa metacarpia II dan III os capitatum ikat-ikat
disekitar os capitatum, Caput transversum: facies volaris ossis metacarpalis III
I: basis phalanx proximal ibu jari os sesamoideum mediale

e. M. palmaris brevis:
O: aponeurosis palmaris bagian medial
I: jaringan bawah kulit didaerah hyphotenar

f. M. abductor digiti V:
O: os pisiforme
I: basis phalanx pertama kelingking

g. M. flexor digiti V brevis:


O: hamulus ossis hamat,,Lig. Carpi transversum
I: bersama dengan m. abductor digiti V

h. M. opponent digiti V:
O: hamulus ossis hamati,,Lig. Carpi transversum
I: margo medialis ossis metacarpal.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Arthrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sendi yaitu hubungan antara
dua atau lebih komponen kerangka. Klasifikasi arthrologi dibedakan berdasarkan
structural persendian dan fungsional persendian. Sendi dibedakan atas sendi geser,sendi
peluru,sendi engsel,sendi pelana,sendi putar dan ellipsoidal.
Gerakan pada sendi terbagi menjadi osteokinetik dan arthrokinematik. Gerakan
ini terdiri dari fleksi,ekstensi,abduksi,adduksi,rotasi interna dan rotasi eksterna.
Persendian dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dan didalam persendian terdapat
arthrologi khusus,arthrologi ini menjelaskan tentang Articuluc cingulu membri superior.

3.2 Saran
Melalui makalah ini penulis mencoba untuk memeberikan beberapa materi
tentang arthrologi atau persendian. Semoga dengan makalah ini kita lebih bisa
mengetahui tentang persendian dan dapat menambah wawasan kita tentang arthrologi
atau ilmu persendian.
DAFTAR PUSTAKA

Ross dan Wilson. 2018. Dasar-Dasar Anatomi Dan Fisiologi. Jakarta: Salemba Medika

Paulsen F & Waschke J, 2010; Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Jilid 1, Edisi 23, EGC,
Jakarta
3LeMonne, Pricilla, dkk. 2019. Panduan Sistem Anatomi Tubuh Dan Terapan. Jakarta:
Salemba Medika

Noor Zairin, 2012; Buku Ajar Gangguan Muskuluskeletal, Salemba Medika, Jakarta
Selatan

M. Black, Joike, dkk. 2018. Anatomi Klinis Kedokteran UI. Jakarta: EGC

Muttaqim,S. 2017; Buku Saku Gangguan Muskulosskeletal Aplikasi pada praktik


klinik kedokteran, Buku kedokteran EGC. Jakarta

Putz, R dan Pabst R. 2005. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Dialihbahasakan oleh
Indiarti. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Rahayu, Umi B. 2007. Osteologi, Miologi dan Arthrologi : Surakarta.

Bajpai. 1991. Osteologi Tubuh Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara. Hal 6-10

Anda mungkin juga menyukai