Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH MUSKULUSKELETAL

OSTEOLOGY

Dosen Pembimbing:

H.Kastubi,S.Kep.Ns.,M.Kes.

Disusun oleh :

Zakiyyatus Salsabilah [P27820721087]

TINGKAT 1 SEMESTER 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

JENJANG SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga selesailah makalah ini. Makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dengan judul “Anatomi Fisiologi
Sistem Muskuluskeletal (Osteology)”

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada “ H.Kastubi S.Kep.Ns.M.Kes.”


yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
segala pihak yang telah membantu memberikan saran dan masukan kepada
penulis.

Adapun makalah ini dibuat untuk membahas tentang dampak yang


beberapa hal yang berkaitan tentang anatomi fisiologi sistem muskuluskeletal
yang membahas tentang osteologi yaitu ilmu yang berkaitan dengan tulang dan
kita akan mempelajari dan mendalami ilmu tersebut di makalah yang telah saya
buat ini.

Sekiranya hanya ini yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari


bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Kritik dan sara penulis harapkan
guna perbaikan makalah ini sehingga dapat bermanfaat untuk ke depannya.

17 September 2021

Zakiyyatus Salsabilah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
2.1 Pendahuluan Umum Sistem Rangka..............................................................2
2.1.1 Organisasi Sistem Rangka.......................................................................2
2.1.2 Fungsi Sistem Rangka..............................................................................3
2.1.3 Komposisi Jaringan Tulang.....................................................................3
2.1.4 Anatomi Tulang Panjang yang Tipikal...................................................4
2.1.5 Perkembangan Tulang.............................................................................6
2.1.6 Reorganisasi tulang..................................................................................8
2.1.7 Perbaikan Fraktur....................................................................................9
2.1.8 Klasifikasi Tulang Berdasarkan Bentuknya........................................10
2.1.9 Karakteristik permukaan tulang...........................................................10
2.2 Anatomi Rangka : Rangka Aksial.................................................................11
2.3 Anatomi Rangka: Rangka Apendikular.......................................................21
2.4 Penyakit Pada Tulang....................................................................................30
BAB III...........................................................................................................................34
PENUTUP.......................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................35

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang terdiri dari otot, jaringan ikat,
saraf, serta tulang dan sendi. Sistem ini berperan penting dalam gerakan tubuh.
Dengan adanya sistem muskuloskeletal, tubuh dapat bergerak dan menjalani
berbagai aktivitas, seperti berjalan, berlari, berenang, hingga sesederhana
mengambil suatu benda. Sistem muskuloskeletal juga berperan dalam
membentuk postur dan bentuk tubuh serta melindungi berbagai organ penting,
seperti otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan hati.
Osteologi adalah ilmu pengetahuan yang merupakan cabang ilmu anatomi
tentang tulang manusia dan tulang hewan, termasuk kelainan-kelainan dan
penyakit tulang.[1] Tulang terdiri atas tulang keras (os) dan tulang rawan
(cartilago). Semua tulang dibungkus oleh selaput jaringan ikat yang disebut
periost.
Gangguan muskuloskeletal adalah kondisi medis yang ditandai dengan
masalah pada otot, tulang, dan sendi. Tingkat keparahannya bervariasi. Risiko
kemunculannya akan meningkat seiring bertambahnya usia. Keluhan gangguan
muskuloskeletal dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti berjalan atau
mengetik. Kemampuan gerak penderita juga menjadi terbatas, dan penderita
mengalami kesulitan dalam melakukan rutinitasnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan
masalah, sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan osteology?
2. Apa yang dimaksud dengan tulang dan jenis-jenisnya?
3. Apa saja macam-macam penyakit pada tulang?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari osteology.
2. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis tulang.
3. Untuk mengetahui macam-macam penyakit pada tulang.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendahuluan Umum Sistem Rangka


2.1.1 Organisasi Sistem Rangka
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang tulang (sekitar 206
tulang) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh.
Walaupun rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian
tempat di lengkapi dengan kartilago. Untuk kepentingan ilmu
pengetahuan, rangka kemudian di golongkan menjadi rangka aksial,
rangka apendikular dan persendian antar tulang.
1. Rangka Aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis
panjang tubuh dan melindungi organ organ pada kepala, leher,
tors.
a. Kolumna Vertebra (tulang belakang) terdiri dari 26 vertebra
yang dipisahkan oleh diskus intervertebra
b. Tengkorak diseimbangkan pada kolumna vertebra
1) Tulang Kranial menutupi dan melindungi otak dan
organ organ panca indra
2) Tulang Wajah memberikan bentuk pada muka dan
berisi gigi
3) Enam Tulang Auditori (telinga) terlibat dalam transmisi
suara.
4) Tulang Hioid, yang menyangga lidah dan laring, serta
membantu dalam proses menelan, merupakan bagian
terpisah dari tulang tengkorak
c. Kerangka Toraks (rangka iga) meliputi tulang tulang iga
dan sternum yang membungkus dan melindungi organ
organ toraks
2. Rangka Apendikular terdiri dari 126 tulang yang membentuk
lengan, tungkai, dan tulang pektoral serta tonjolan pelvis yang

2
menjadi tempat melekatnya lengkan dan tungkai pada rangka
aksial
3. Persendian adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.
2.1.2 Fungsi Sistem Rangka
1. Tulang memberikan topangan dan bentuk pada tubuh
2. Pergerakan, tulang artikulasi dengan tulang lainnpada sebuah
persendian dan berfungsi sebagai pengungkit. Jika otot-otot (yang
tertanam pada tulang) berkontraksi, kekuatan yang diberikan pada
pengungkit menghasilkan gerakan
3. Perlindungan, system rangka melindungi organ organ lunak yang
ada dalam tubuh.
4. Pembentukan sel darah (hematopoiesis). Sumsum tulang merah
yang ditemukan pada orang dewasa dalam tulang sternum, tulang
iga, badan vertebra, tulang pipih pada kranium, dan pada bagian
ujung tulang panjang, merupakan tempat produksi sel darah
merah, sel darah putih, dan trombosit darah
5. Tempat penyimpanan mineral. Matriks tulang tersusun dari
sekitar 62% garam anorganik, terutama kalsium fosfat dan
kalsium karbonat dengan jumlah magnesium, klorida, floida,
sitrat yang lebih sedikit. Rangka mengandung 99%kalsium tubuh.
Kalsium dan fosfor disimpan dalam tulang agar bias ditarik
kembali dan dipakasi untuk fungsi-fungsi tubuh : zat tersebut
kemudian diganti melalui nutrisi yang diterima.

2.1.3 Komposisi Jaringan Tulang


1. Tulang terdiri dari sel dan matriks ekstraseluler. Sel-sl tersebut
adalah osteosit,osteoblast, osteoklas.
2. Matriks tulang tersusum dari serat kolagen organik yang tertanam
pada subtansi dasar dan garam-garam organik tulang seperti fosfor
dan kalsium.

3
a. substansi dasar tulang terdiri dari sejenis preoteoglikan yang
tersusun terutama dari kondrotin sulfat dan sejumlah kecil
asam hialuronat yang bersenyawa denga protein.
b. Garam-garam tulang berada dalam bentuk kristal kalsium
fosfat yang I sebut hidroksiapatit dengan rumus molekul
3Ca3(Po4)2.cA(Oh)2.
c. persenyawaan antara kolagen dan kristal hidroksiapatit
bertanggung jawab atas daya renggang dan daya tekan tulang
yang besar. Cara penyusunan tulang serupa dengan pembuatan
palang beton : serat-serat kolagen seeperti batang batang baja
pada beton: garam-gara tulang sama seperti semen pasir dan
batu ada beton tersebut.
3. kedua jenis jaringan tulang, tulang cancellous(berongga) dan
tulang kompak. Kedua jenis tulang ini memiliki komposisi tulang
yang sama. Tetapi porositasnya berbeda
a. Tulang kompak adalah jaringan tulang yang ersusun rapat dan
terutama ditemukan sebagai laoisan di atas jaringan tulang
cancellous. Porositasnya bergantung pada saluran
mikroskopik(kanakuli) yang mengandung pembulu darah,
yang berhubungan dengan saluran havers.
b. Tulang cancellous tersusun dar batang-batang tulang halus dan
ireguler yang bercabang dan saling bertumpang tindih utuk
membentuk jarring-jaring spikula tulang degan rongga-rongga
yang mengandung sumsum.
c. Jumlah tulang cancellous dan tulang kompak relative
bervariasi bergantung ada jenis tulang dan bagian yang
berbeda dari tulang yang sama.
2.1.4 Anatomi Tulang Panjang yang Tipikal
Tulang Panjang seperti femur memiliki ciri ssebagai berikut.
1. Diafisis (batang) tersusun dar tulang kompak silinder tebal yang
membungkus medula atau rongga sumsum sentral yang besar.

4
a. Rongga sumsum berisi sumsum tulang kuning(adipos) atau
sumsum merah, bergantung usiaa individu.
b. Endosteum melapisi rongga sumsum. Dengan ini terdiri dari
jaringan ikat areolar vascular.
c. Periosteum membungkus diafisis.
1) Periosteum adalah lembarang jaringan ikat yang terdiri
dari 2 lapisan : lapisan luar adalah jaringan ikat fibrosat
rapat: lapisn dalam bersifat osteoenik (pembentuk
tulang).dan terdidi dari satu lapisan tunggal osteoblas.
2) Serat Sharpey (serat jaringan ikat) mengikat periosteum
ke tulang.
3) Periosteum membungkus semu tulang kecuali tulang
sesamoid, pada permukaan artikular, sekitar insersai
tendon, dan ligamen.
4) Fungsi periosteum antara lain:
a) Pertumbuhan tulang dalam ukuran lebarnya, berarti
pertembuhan lapisan osteogenik yang lebih dalam dan
lebih selular.
b) Nutrisi tulang karena periosteum sngat
tervaskularisasi dan merupakan jalur masuk pembuluh
darah untuk menembus tulang.
c) Regenerasi :tulang setelah terjadi fraktur.
d) Sarana Perlekatan :untuk tendon dan ligamen .
2. Epifisis adalah ujung-ujung tulang yang membesar sehingga
rongga tulang sumsum dengan mudah bersambung.
a. Epifisis tersusun dari tulang cancellus internal,yang
diselubungi tulang kompak dandibungkus kartilago articular
(kartigo hialin).
b. Kartilago artikular yang terletak pada ujung-ujung permukaan
tulang yang berartikulasi,dilumasi dengan cairan synovial dari
rongga persendian.Kartilago ini memungkinkan terjadinya
pergerakan sendi yang lancer.

5
2.1.5 Perkembangan Tulang
Osteogenesis (pertumbuhan dan perkembangan tulang)
merupakan suatu proses pembentukkan tulang dalam tubuh,karena
adanya matriks yang keras dalam tuKlang maka pertumbuhan
interstisial (dari luar) seperti yang terjadi pada kartilogi.Ada 2 jenis
pembentukan tulang yaitu:
1. Osifikasi Intramembranosa terjadi secara langsung dalam jaringan
mesenkim janin dan melibatkan proses penggantian membrane
(mesenkim) yang sudah ada.Proses ini banyak terjadi pada tulang
pipih tengkorak disebut “tulang membran”
a. Pada area tulang akan terbentuk kelompok sel mesenkim
yang terbentuk bintang berdiferensiasi menjadi osteoblast dan
membentuk pusat osifikasi (pusat paling pertama yang
terbentuk pada minggu ke-8 masa kehidupan janin).
b. Osteoblas mensekresi martiks organnik yang belum
terkalsifikasi disebut osteoid.
c. Kalsifikasi massa osteoid dilakukan melalui pengendapan
garam-garam tulang yang mengikuti dan menangkap
osteoblas serta prosesus sel osteoblas.
1) Jika sudah terbungkus matriks yang
terkalsifikasi,osteoblast berubah menjadi
osteosid,kemudian terisolasi dalam lacuna dan tidak bagi
mensekresi zat intraseluler.
2) Saluran yang ditinggalkan prosesus osteoblas menjadi
kanalikuli.
d. Pulau-pulau pertumbuhan tulang atau spikula menyatu dan
membentuk percabangan untuk membuat jaring-jaring tulang
cancellus berongga atau trabekula.
e. Hasil osifikasi intramembranosa secara dini adalah
pembentukan vaskular, tulang-tulang primitif, yang dikelilingi
mesenkim terkondensasi dan kemudian akan menjadi

6
periosteum. karena serat-serat kolagen tersebar ke semua arah,
maka tulang baru ini seringkali disebut tulang woven.
1) Pada area tulang berongga primitif yang menjadi tempat
tumbuh tulang kompak trabekula menjadi lebih tebal dan
secara bertahap menghentikan intervensi jaringan ikat.
2) Di area tempat tulang tetap menjadi tulang cancellus,
ruang-ruang jaringan ikat diganti dengan sumsum tulang
2. Osifikasi endokondral terjadi melalui penggantian model
kartilago, sebagian besar tulang rangka terbentuk melalui proses
ini, yang terjadi dalam model kartilago hialin kecil pada janin.
a. Rangka embrionik terbentuk dari tulang tulang kartilago
hialin yang terbungkus perikondrium
b. Pusat osifikasi primer terbentuk pada pusat batang (diafisis)
model kartilago tulang panjang
c. Sel-sel kartilago atau kondrosit pada area pusat osifikasi
jumlahnya meningkat ( berproliferasi) dan ukurannya
membesar (hipertrofi)
d. Matriks Kartilago di sekitarnya berkalsifikasi melalui proses
pengendapan kalsium fosfat.
e. Perikondrium yang mengelilingi diafisis di pusat osifikasi
berubah menjadi periosteum. Lapisan osteogenik bagian
dalam membentuk kolar tulang ( klavikula) dan kemudian
mengelilingi kartilago terkalsifikasi.
f. Kondrosit yang menutrisi nya diputus kolar tulang dan
matriks terkalsifikasi akan berdegenerasi dan kehilangan
kemampuannya untuk mempertahankan matriks kartilago
g. Kuncup periosteal mengandung pembuluh darah dan
osteoblas yang masuk ke dalam spikula kartilago
terkalsifikasi melalui ruang yang dibentuk osteoklas pada
color tulang
h. Jika kuncup mencapai pusat, osteoblas meletakkan zat-zat
tulang pada spikula kartilago terkalsifikasi dan memakai

7
spikula tersebut sebagai suatu kerangka kerja.pertumbuhan
tulang menyebar ke dua arah menuju epifisis.
i. Setelah lahir pusat osifikasi sekunder tumbuh dalam kartilago
epifisis pada kedua ujung tulang panjang
j. Ada dua area kartilago yang tidak diganti tulang keras.
1) ujung tulang tetap kartilago articular.
2) Lempeng eoifisi pada kartilago terletak antara epifisi dan
diafisi.
k. Semua elongasi tulang yang teradi selanjutnya adlah hasil
dari pembelahan sel-sel kartilago (melalui pertumbuhan
interstisial) dalam lempemg epifisis kartilago.
1) Karena tulang hanya tumbuh secara aposisional, maka
pertumbuhan interstisial kartilago pada lempeng epifisi
dan penjelasan diatas mengenai proses prolifasi,
pembesaran, klasifikasi, kartiologi, dan pengantian
dengan tulang keras merupakan cara etongasi tulang.
2) Saat pertumbuhan penuh seseorang telah tercapai,
selluruh kartilog pada epifisis diganti oleh tulang.
Pertumbuhan tulang selanjutnya tidak mungkin dan
terhenti.
3) pertumbuhan tulang akibat ketebealn terjaid akibat
pertumbuhan aposional dari periosteum, bersama dengan
proses reorganisasi osteoklastik dari dalam.
2.1.6 Reorganisasi tulang
1. Tulang mempertahankan bentuk eksternal selama masa
pertumbuhan akibat proses reorganisasi konstan, disertai proses
penggerasaan tulang (oleh osteoblas)yang terjadi pada permukaan
dan di dalam tulang.
2. Tulang adalah jaringan plastik yang hidup. Tulang
mengadaptasikan bentuk dan arsitekturnya terhadap stres,
aktivitas, saat pemakaian, saat tidak dipakai, dan penyakit melalui

8
keseimbangan kerja osteoblas, dan osteoklas, yang dikenal oleh
faktor-faktor hormondan nutrisi.
a. Hormon yang mempengaruhi proses pertumbuhan juga
reorganisasi kehidupan antara lain hormon pertumbuhan,
hormon tiroid, kalsitoni, hormone paratiroid, dan hotmon
klamin (androgen dan estrogrn)
b. Factor nutrisi yang penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan tulang yng sempurna meliputi kalsium,
fosfor,dan vitamin A dan D.
2.1.7 Perbaikan Fraktur
Sel dan matriks tulang tidak mampu memperbaiki diri sendiri
secara langsung tanpa mabntuan dari jaringan yang berhubungan
perbaikan hampir dimulai bersamaan dengan saat terjadi ceder.
1. Jika tulang mengalami refaktur, reaksi pertama adalah
pembentukan hematoma ( gumpalan darah yang besar). Pembuluh
darah pada area cedera mengalami hemoragi dan pembekuan.
2. Hematoma kemudian diinvasi dengan capa meregenerasi
pembuluh darah, osteoblas dan osteoklas dari perisoteum dan
endosterum.
a) Makrofag dalam darah mngeluarkan bekuan dan fragmen
jaringan mati (debris).
b) Osteoblast mengeluarkan matrik tulang yang rusak.
3. Pembelahan sel yang cepat dari priosteum dan endosteum
mengisi dan mengelilingi fraktur serta membentuk kalus eksternal
(melingkari cedera) dan kalus internal (dalam rongga susmsum
tulang) kartilog hialin.
4. Fraktur kemudian diperbaiki melalui proses osifikasi edokondrial
dan osifikasi intramembranosa yang berlangsung pada fragmen
kartilago kecil dalam kalus ekternal dan internal.
5. Kalus tulang yang terbentuk kemudian mengalami reorganisasi
dan diganti dengan tulang lamella kompak.

9
6. Dengan demikian, tulang sembung dan kembali kestruktur tulang
aslinya.
2.1.8 Klasifikasi Tulang Berdasarkan Bentuknya
1. Tulang panjang ditemukan di tungkai. Tulang berelogasi dan
berbentuk silindris, serta terdiri dari diafisasi den epifisasi. Fungsi
tulang ini adalah untuk menahan berat tubuh dan berperan dalam
penggerakan.
2. Tulang pendek adalah tulsng pergelangan tangan (karpal) dan
tulang pergrlangan kaki (tarsal). Tulang tersebut berstuktur
kuboida atau bujur, dan biasanya ditemukan berkelompok untuk
memberikan kekuatan dan kekompakan pada area yang
pergerakanya terbatas. Sebagian besar tulang pendek adalah
tulang cancellus, yang di kelilinngi lapisan tipis tulang kelompok.
3. Tulang pipih ada pada tulang tengkorak, iga dan tulang dada.
Struktur tulang yang mirip lempeng ini memberikan suatu
permukaan yang luas untuk perlekatan oto dan memberikan
perlindungan. Dua lempeng tulang kompak (dikenal sebagai
tabula luar dan tabula dalam pada kranium) membungkus lapisan
berongga (diploe).
4. Tulang ireguler adalah tulang yang bentuknya tidak beraturan dan
tidak termasuk kategori diatas : meliputi tulang vertebra dan
tulang osikel telinga. Strukturnya sama dengan struktur tulang
pendek-yaitu tulang cancellus yang di tutupi lapisan tulang
kompak yang tipis.
5. Tulang sesamoid adalah tulang kecil bulat yang masuk ke formasi
persendian atau bersambungan dengan kartilago, ligamen atau
tulang lainnya. Sala satu contohnya adalah patela (tempurung
lutut), yang merupakan tulang sesamoid terbesar.

2.1.9 Karakteristik permukaan tulang.


Berbagai karakteristik permukaan tulang dapat terlihat karna
permukaan tulang merupakan tempat perlekatan otot, ligamen, atau

10
tendon, atau berfungsi sebagai jalur pembuluh darah atau saraf. Semua
karakteristik tersebut lebih jelas terlihat pada individu berotot
dibandingkan pada anak atau kebanyakan wanita (Tabel 7-1).

2.2 Anatomi Rangka : Rangka Aksial


Rangka aksial terdiri dari tulang-tulang dan bagian kartilago yang
melindungi dan menyangga organ-organ kepala, leher, dan dada. Bagian
rangka aksial meliputi tengkorak, tulang hioid, osikel auditori, kolumna
vertebra, sternum dan tulang iga.

Tabel 7-1. Karakteristik permukaan tulang

Istilah umum Deskripsi Contoh


Proyeksi
Tuberositas Tonjolan tegas, kasar, dan Tuberositas radial,
(trokanter) besar trokanter temur
Tuberkel Tumpul, tipis, dan membulat Tuberkel besar pada
humerus
Spina Ramping, tajam Spina skapular
Kondilus Pembesaran permukaan Kondilus oksipital
berartikulasi yang membulat
Epikondilus Tonjolan yang terletak di atas Epikondilus medial
kondilus femur
Kepala Ujung artikular tulang Kepala femur
panjang yang membulat dan
besar
Wajah Permukaan artikular yang Bagian muka tulang iga
datar pada vertebra toraka
Lini Bubungan tipis pada batang Linea espera femur
tulang
Krista Bubungan tegas Krista tibialis
Depresi
Fovea Alur dangkal Fovea kapitus femur

11
Fosa Alur lebih dalam dari fovea Fossa mandibular tulang
temporal
Sulkus Celah memanjang untuk Sulkus intertubular
mengakomodasi jalur humertus
pembuluh darah atau saraf

Perforasi
Foramen Celah masuk yang besar Foramen magnum tulang
untuk pembuluh darah, saraf, oksipital
atau ligamen
Kanal Celah tubular Kanal infraorbital
Fisura Celah sempit yang terletak Fisura sfenomaksilar
antara dua tulang

A. Tengkorak
Tengkorak tersusun dari 22 tulang : 8 tulang kranial dan 14 tulang
fasial.
1. Kranium membungkus dan melindungi otak.
a. Tulang frontal membentuk dahi, langit-langit rongga nasal, dan
langit-langit orbita (kantong mata).
(1) Tulang frontal pada tahap kehidupan embrio terbentuk
menjadi dua belahan yang pada masa kanak-kanak awal
berfusi dengan penuh.
(2) Tuberositas frontal adalah dua tonjolan yang berbeda
ukuran dan biasanya lebih besar pada tengkorak muda.
(3) Arkus supersiliar adalah dua lengkungan yang mencuat
dan menyatu secara medial oleh suatu elevasi halus yang
disebut glabella.
(4) Tepi supraorbital, yang terletak di bawah lengkungan
supersiliar dan membentuk tepi orbita bagian atas.

12
Foramen supraorbital (atau takik pada beberapa
tengkorak) merupakan jalan masuk arteri dan saraf.
b. Tulang pariental membentuk sisi dan langit-langit kranium.
(1) Sutura sagital, yang menyatukan tulang pariental kiri dan
kanan, adalah sendi mati yang distukan oleh
fibrokartilago.
(2) Sutura koronal menyambung tulang parietal ke tulang
frontal.
(3) Sutura lambdoidal menyambung tulang parietal ke tulang
oksipital.
c. Tulang oksipital membentuk bagian dasar dan bagian belakang
kranium.
(1) Foramen magnum adalah pintu oval besar yang dikelilingi
tulang oksipital. Foramen ini menghubungkan rongga
kranial dan rongga spinal
(2) Protuberans oksispital eksternal adalah suatu proyeksi
yang mencuat di atas foramen magnum
(3) Kondilus oksipital adalah dua prosesus oval pada tulang
oksipital yang berartikulasi dengan vertebra serviks
pertama, atlas.
d. Tulang temporal membentuk dasar dan bagian sisi dari
kranium. Setiap tulang temporal ireguler terdiri dari empat
bagian.
(1) Bagian skuamosa, bagian terbesar, merupakan lempeng
pipih dan tipis yang membentuk pelipis. Prosesus
zigomatikus menonjol dari bagian skuamosa pada setiap
tulang temporal. Tonjolan tersebut bertemu dengan bagian
temporal dari setiap tulang zigomatikus untuk membentuk
arkus zigomatikus
(2) Bagian petrous terletak di dalam dasar tengkorak dan tidak
dapat dilihat dari samping. Bagian ini berisi struktur
telinga tengah dan telinga dalam.

13
(3) Bagian mastoid terletak di belakang dan di bawah liang
telinga. Prosesus mastoid adalah tonjolan membulat yang
mudah teraba di belakang telinga.
(a) Pada orang dewasa prosesus mastoideus mengandung
ruang-ruang udara, yang disebut sel-sel udara mastoid
(sinus), dan dipisahkan dari otak oleh sekat tulang
yang tipis.
(b) Inflamasi pada sel udara mastoid (mastoiditis) dapat
terjadi akibat infeksi telinga tengah yang tidak diobati.
(4) Bagian timpani terletak di sisi inferior bagian squamosa
dan sisi anterior dari bagian mastoid. Timpani berisi
saluran telinga (meatus auditori eksternal) dan memiliki
prosesus stiloid yang ramping untuk melekat pada ligamen
stiloId.
e. Tulang Edmoid
Tulang etmoid adalah struktur penyangga penting dari
rongga nasal dan berperan dalam pembentukan orbita mata.
Tulang ini terdiri dari empat bagian.
(1) Lempeng plate kribriform membentuk sebagian langit-
langit rongga nasal dan terperforasikan untuk jalur saraf
olfaktori. Bagian krista galli (disebut demikian karena
kemiripannya dengan jengger ayam jantan) adalah
prosesus halus triangular yang menonjol ke dalam rongga
kranial di atas lempeng kribriformis dan berfungsi sebagai
tempat perlekatan pelapis otak.
(2) Lempeng perpendikular menonjol ke arah bawah di sudut
kanan lempeng kribriform dan membentuk bagian septum
nasal yang memisahkan dua rongga nasal.
(3) Massa lateral mengandung sel-sel udara atau sinus etmoid
tempat mensekresi mukus.
(4) Konka nasal superior dan tengah, atau turbinatum,
menonjol secara medial dan berfungsi untuk memperluas

14
area permukaan rongga nasal. (Konka nasal inferior
merupakan tulang tersendiri.)
f. Tulang Sfenoid
Tulang sfenoid berbentuk seperti kelelawar dengan sayap
terbentang. Tulang ini membentuk dasar anterior kranium dan
berartikulasi ke arah lateral dengan tulang temporal dan ke
arah anterior dengan tulang etmoid dan tulang frontal.
(1) Badan sfenold memiliki suatu lekukan, sela tursika atau
"pelana Turki," yang menjadi tempat kelenjar hipofisis.
(2) Sayap besar dan sayap kecil menonjol ke arah lateral dari
badan tulang.
(3) Prosesus pterigold menonjol ke arah inferior dari badan
tulang
g. Osikel Audiotori
Osikel auditori tersusun dari maleus, inkus, dan stapes (tapal
kuda).
h. Tulang Wormian
Tulang Wormian adalah tulang kecil. yang jumlahnya
bervariasi, dan terletak dalam sutura.
2. Tulang-tulang wajah tidak bersentuhan dengan otak. Tulang
tersebut disatukan sutura yang tidak dapat bergerak. kecuali pada
mandibula atau rahang bawah.
a. Tulang-tulang nasal membentuk penyangga hidung dan berarti
kulasi dengan septum nasal.
b. Tulang-tulang palatum membentuk bagian. posterior langit-
langit mulut (langit-langit keras), bagian tulang orbital, dan
bagian rongga nasal.
c. Tulang-tulang zigomatik (malar) membentuk tonjolan pada
tulang pipi. Setiap prosesus temporal berartikulasí dengan
prosesus zigo matikus pada tulang temporal.
d. Tulang-tulang maksilar membentuk rahang atas.
(1) Prosesus alveolar mengandung soket gigi bagian atas.

15
(2) Prosesus zigomatikus memanjang ke luar untuk bersatu
dengan tepi infraorbital pada orbita. Foramen infraorbital
memperforasi maksila di setiap sisi untuk mentransmisi
saraf dan pembuluh darah ke wajah.
(3) Prosesus palatinus membentuk baglan anterior pada langit
langit keras.
(4) Sinus maksilar, yang kosong sampal ke rongga nasal.
merupakan bagian dari empat sinus paranasal.
e. Tulang lakrimal berukuran kecil dan tipis. serta terletak di
antara tulang etmold dan maksila pada orbita. Tulang lakrimal
berisi suatu celah untuk lintasan duktus lakrimal, yang
mengalirkan airmata ke rongga nasal.
f. Tulang vomer membentuk bagian tengah dari langit-langit
keras diantara paratum dan maksila, serta turut membentuk
septum nasal.
g. Konka nasal inferior (turbinatum).
h. Mandibula adalah tulang rahang bagian bawah.
(1) Bagian Alveolar berisi soket gigi bawah.
(2) Rumus mandibular yang terletak di kedua sisi rahang
memiliki dua prosesus
(a) Prosesus kondiloit berfungsi untuk artikulasi dengan
tulang temporal pada fosa mandibular.
(b) Prosesus koronoid berfungsi sebagai tempat
perlekatan otot temporal
3. Tulang hioid adalah tulang berbentuk tapal kuda yang unik karena
tidak berartikulasi dengan tulang lain. Tulang hyoid ini ditopang
oleh ligamen dan otot dari prosesus stiloideus temporal.
4. Sinus Paranasal (Frontal, Etmoidal, Sfenoidal, dan Maksilar)
terdiri dari ruang-ruang udara dalam tulang tengkorak yang
berhubungan dengan rongga nasal. Sinus tersebut berfungsi
sebagai berikut :
a. Untuk memperingan tulang-tulang kepala.

16
b. Untuk memberikan resonansi pada suara dan membantu
dalam proses berbicara.
c. Untuk memproduksi mukus yang mengalir ke rongga nasal
dan membantu menghangatkan serta melembabkan udara
yang masuk.

B. Vertebra
1. Kolumna Vertebra menyangga berat tubuh dan melindungi
medulla spinalis, kolumna ini terdiri dari vertebra-vertebra yang
dipisahkan diskus fibrokartilago intervertebral.
a. Ada 7 tulang vertebra serviks, 12 vertebra toraks, 5 vertebra
lumbal, dan 5 tulang vertebra sacrum yang menyatu menjadi
tulang koksiks.
b. Ke-31 pasang saraf spinal keluar melalui foramina (foramen)
intervertebralis di anatara vertebra yang letaknya
bersebelahan.
2. Struktur Khas Vertebra
a. Badan atau Sentrum menyangga sebagian besar berat tubuh.
b. Lengkung saraf (vertebra), yang terbentuk dari dua pedikel
dan lamina, membungkus rongga saraf dan menjadi lintasan
medulla spinalis
c. Sebuah Prosesus Spinosa menonjol dari lamina kearah
posterior dan inferioruntuk tempat perlekatan otot.
d. Prosesus Transversa menjorok ke arah lateral
e. Prosesus pengartikulasi inferior dan Prosesus perngartikulasi
superior menyangga faset untuk berartikulasi dengan vertebra
atas dan vertebra bawah.
3. Variasi regional pada karakteristik vertebra
a. Semua Vertebra Serviks memiliki foramina tranversal untuk
lintasan arteri vertebra. Vertebra serviks pertama dan kedua
dimodifikasi untuk menyangga dan menggerakkan kepala.

17
(1) Atlas adalah vertebra serviks pertama dan tidak memiliki
badan.
(2) Aksis adalah vertebra serviks kedua. Vertebra ini memiliki
prosesus odontoid yang menonjol ke atas dan bersandar
pada tulang atlas.
(3) Vertebra serviks ketujuh memiliki prosesus spinosa yang
panjang, sehingga dapat teraba dan terlihat pada pangkal
leher. Oleh karena itu, vertebra ini sering disebut sebagai
vertebra prominens.
b. Vertebra toraks memiliki prosesus spinosa panjang, yang
mengarah ke bawah, dan memiliki faset artikular pada
prosesus transversus, yang digunakan untuk artikulasi tulang
iga.
c. Vertebra lumbal merupakan vertebra terpanjang dan terkuat.
Prosesus spinosanya pendek dan tebal, serta menonjol hampir
searah garis horisontal.
d. Sakrum adalah tulang triangular. Bagian dasar tulang ini
berartikulasi dengan vertebra lumbal kelima.
(1) Di arah lateral, banyak terdapat foramen (lubang) pada
sacrum untuk lintasan arteri dan saraf.
(2) Tepi anterior bagian atas sakrum adalah promontorium
sakrum, suatu tanda obstetrik yang dipakai sebagai
petunjuk untuk menentukan ukuran pelvis.
e. Koksiks (tulang ekor) menyatu dan berartikulasi dengan ujung
sakrum. yang kemudian membentuk sendi dengan sedikit
pergerakan. Pergerakan ini penting selama melahirkan untuk
membentuk jalur keluar kepala janin.
4. Lengkung pada kolumna vertebra
a. Lengkung primer, yaitu konkaf/cembung (berbentuk-C)
terbentuk pada area toraks dan pelvis selama pertumbuhan
janin.

18
b. Lengkung sekunder, yaitu konveks/cekung terbentuk pada
spina serviks setelah kelahiran saat bayi mulai mengangkat
kepalanya, dan pada spina lumbal saat bayi mulai berdiri dan
berjalan.
c. Lengkung abnormal
(1) Skoliosis, yang dapat muncul selama masa pertumbuhan
yang cepat (masa remaja), yaitu lengkungan lateral spina
dengan rotasi pada vertebra.
(2) Kifosis, yang merupakan kasus kongenital (bawaan lahir)
atau akibat penyakit, merupakan lengkung posterior yang
berlebihan pada bidang toraks; biasanya disebut punggung
bungkuk.
(3) Lordosis (swayback), adalah lengkung anterior yang
berlebihan pada area lumbal
5. Gangguan pada vertebra
a. Diskus terherniasi (keluar)
(1) Diskus intervertebral terletak di antara dua badan tulang
verte bra yang berdekatan dan bertindak sebagai peredam
stres di antara kedua tulang tersebut.
(2) Setiap diskus mengandung suatu massa sentral, nukleus
pulposus, yang tersusun dari jaringan kartilago lunak dan
elastik yang diselimuti oleh lapisan fibrokartilago bagian
luar, anulus fibrosus. Anulus ini terdiri dari cincin fibrosa
konsentris yang menahan nukleus pulposus tetap di
tempatnya.
(3) Sejalan dengan pertambahan usia, atau akibat cedera,
anulus fibrosus kehilangan daya elastisitasnya sehingga
nukleus pulposus dapat keluar dari tempatnya, dan
menekan medulla spinalis atau akar saraf, serta
menimbulkan nyeri (Gambar 7-8).
b. Spina bifida adalah suatu defek kongenital yang di dalamnya
dua lamina pada lengkungan vertebra gagal menyatu di garis

19
tengah, sehingga menyebabkan jaringan pada medulla spinalis
menonjol. Defek ini paling sering terjadi di area lumbal.

C. Tulang Sternum dan Iga


1. Sternum (tulang dada) terbentuk dalam tiga bagian: manubrium
atas, badan (gladiolus), dan prosesus sifoid.
a. Artikulasi manubrium dengan klavikula (tulang kolar)
adalah pada insisura (takik) jugular (suprasternal), yang
merupakan salah satu tanda khas tulang yang mudah
dipalpasi. Dua takik kostal berarti kulasi dengan kartilago
kostal dari tulang iga 1 dan 2 ke arah lateral.
b. Badan tulang membentuk bagian utama sternum. Takik
kostal lateral berartikulasi langsung dengan kartilago kostal
tulang iga ke-8 sampai ke-10.
c. Bagian inferior prosesus sifoid adalah jaringan kartilago.
2. Tulang iga. Ke-12 pasang tulang iga berartikulasi ke arah
posterior dengan faset tulang iga pada prosesus transversa di
vertebra toraks.
a. Tujuh pasang tulang yang pertama (1 sampai 7) adalah iga
sejati dan berartikulasi dengan sternum di sisi anterior.
b. Tiga pasang kemudian (8 sampai 10) adalah iga semu.
Tulang-tulang ini berartikulasi secara tidak langsung dengan
sternum melalui penyatuan kartilago tulang tersebut dengan
iga di atasnya dan kemudian menyatu dalam suatu persendian
kartilago dengan kartilago kostal ke-7.
c. Tulang iga ke-11 dan ke-12 adalah iga melayang yang tidak
memiliki perlekatan di sisi anteriornya.
d. Walaupun sebagian tulang iga memiliki karakteristik
tersendiri, semua tulang memiliki beberapa ciri umum yang
sama.
(1) Bagian kepala dan tuberkel berartikulasi dengan faset dan
prosesus transversus dari vertebra.

20
(2) Bagian leher memiliki permukaan kasar yang berfungsi
untuk perlekatan ligamen.
(3) Bagian batang, atau badan, dari tulang iga memiliki
permukaan eksternal berbentuk konveks untuk perlekatan
otot dan suatu lintasan kostal untuk mengakomodasi saraf
dan pembuluh darah pada permukaan internal.
(4) Tulang iga mengandung sumsum tulang merah, demikian
pula dengan sternum.

2.3 Anatomi Rangka: Rangka Apendikular


Rangka apendikular terdiri dari girdel pektoral (bahu), girdel pelvis, dan
tulang lengan serta tungkai.
A. Setiap girdel pektoral memiliki dua tulang-klavikula dan skapula-dan
berfungsi untuk melekatkan tulang lengan ke rangka aksial.
1. Skapula (tulang belikat) adalah tulang pipih triangular dengan tiga
tepi; tepi vertebra (medial) yang panjang terletak pararel dengan
kolumna vertebra; tepi superior yang pendek melandai ke arah ujung
bahu; dan tepi lateral (merupakan tepi ketiga pelengkap segitiga)
mengarah ke lengan.
a. Bagian spina pada skapula adalah bubungan tulang yang berawal
dari tepi vertebra dan melebar saat mendekati ujung bahu.
b. Spina berakhir pada prosesus akromion, yang berartikulasi
dengan klavikula; bagian ini menggantung persendian bahu.
Prosesus korokoid adalah tonjolan berbentuk kait pada tepi
superior yang berfungsi sebagai tempat perlekatan sebagian otot
dinding dada dan lengan.
c. Rongga glenoid (fosa glenoid) adalah suatu ceruk dangkal yang
ditemukan pada persendian tepi superior dan lateral. Bagian ini
mempertahankan letak kepala humerus (tulang lengan).
2. Klavikula (tulang kolar) adalah tulang berbentuk S, yang secara
lateral, berartikulasi dengan prosesus akromion pada skapula dan

21
secara medial dengan manubrium pada takik klavikular untuk
membentuk sendi sternoklavikular.
a. Dua pertiga bagian medial dari tulang klavikula berbentuk
konveks, atau melengkung ke depan.
b. Sepertiga bagian lateral tulang klavikula berbentuk konkaf, atau
melengkung ke belakang.
c. Klavikula berfungsi sebagai tempat perlekatan sebagian otot
leher, toraks, punggung dan lengan.
B. Lengan atas tersusun dari tulang lengan, tulang lengan bawah, dan tulang
tangan.
1. Humerus adalah tulang tunggal pada lengan. Humerus terdiri dari
bagian kepala membulat yang masuk dengan pas ke dalam rongga
glenoid, bagian leher anatomis, dan bagian batang yang memanjang
ke arah distal.
a. Dua elevasi, tuberkel besar dan tuberkel kecil, terletak di ujung
atas batang tulang dan memberikan tempat untuk perlekatan otot.
b. Batang tulang dibawah tuberkel menyempit menuju suatu bidang
yang di sebut leher surgikal karena kecendrungan humerus untuk
mengalami fraktur di area ini.
c. Bagian tengah batang tulang ke bawah adalah tuberositas deltold
kasar yang berfungsi untuk tempat perlekatan otot deltold.
d. Bagian ujung bawah dari tulang humerus melebar dan masuk
kedalam tonjolan epikondilus medial dan lateral tempat asal otot-
otot lengan atas dan tangan. Saraf ulnar memanjang di belakang
epikondilus medial dan responsive terhadap tiupan atau tekanan,
sehingga mengakibatkan”sensasi kesemutan pada tulang”.
e. Permukaan articular humerus tersusun dari kapitulum
lateral(kepala kecil), yang menerima tulang ulna lengan bawah
bergerak.
f. Prosesus koronold terletak diatas troklea pada permukaan
anterior, sedabg proses olecranon juga terletak diatas troklea,
tetapi di permukaan posterior. Indentasi ini berfungsi untuk

22
menerima bagian-bagian dari tulang lengan bawah saat tulang-
tulang terebut bergerak.
2. tulang-tulang dari lengan bawah adalah ulna pada sisi medial dan
tulang radius di sisi lateral(sisi ibu jari) yang dihubungkna dengan
suatu jaringan ikatan fleksibel, membrane interoseus.
a. Ulna
(1) Ujung proksimal(ujung atas) tulang ulna tampat seperti
pilihan yang terurai. Bagian atas pilihan tersebut adalah
proses olecranon, yang masuk dengab pas ke dalam fosa
olecranon humerus saat lengan bawah berekstensi penuh.
Teknik radial, yang terletak dibawah prosesus koronold,
mengakomodasi bagian kepala dari tulang radius.
(2) Ujung distal(bawah) tulang ulna memiliki perpanjangan
pilihan batang yang disebut kepala. Bagian ini berartikulasi
dengan prosesus ulnar tulang radius. Bagian kepala
memanjang keatas prosesus ulnar tulang radius. Bagian
kepala memanjang ketas prosesus stilold tulang ulna.
b. Radius.
(1) Ujung proksimal tulang radius adalah kepala berbentuk
diskus yang berartikulasi dengan kapitulum humerus dan
takik radial tulang ulna.
(2) Tuberisitas radial untuk tempat perlekatan otot blsep terletak
pada batang radius tepat dibawah bagian kepala
(3) Ujung distal tulang radius memiliki permukaan karpal konkaf
yang berartikulasi dengan tulang pergelangan tangan, sebuah
takik ulnar pada permukaan medialnya untuk berartikulasi
dengan tulang ulna, dan sebuah prosesus stiloid di sis lateral.
3. Tulang pergelangan tangan(karpus). Pergelangan tangan berbentuk
dari delapan tulang karpal ireguler yang tersusun dalam dua baris.
Setiap baris berisi empat tulang.
a. Barisan tulang karpal proksimal dari sisi ibu jari dalam posisi
anatomis terdiri dari tulang berikut :

23
(1) Navikular ( skafoid ), dinamakan tersebut karena bentuknya
menyerupai perahu.
(2) Lumatum, dinamakan tersebut karena bentuknya seperti
bulan sabit
(3) Trikuetral ( triangular ), dinamakan tersebut karena memiliki
tiga sudut
(4) Pisiform, yang berarti kacang, dianamakan tersebut karena
ukuran dan bentuknya menyerupai kacang.
b. Barisan tulang karpal distal terdiri dari :
(1) Traperium, sebelumnya disebut tulang muktangular besar
karena permukaan nya yang banyak.
(2) Trapezoid, berukuran lebih kecil tetapi multi Sisi juga.
(3) Kapitatum, dinamakan demikian karena kepala tulang yang
bulat dan besar
(4) Hamatum, berarti kait dinamakan demikian karena ada
tonjolan menyerupai kait yang meluas pada sisi medial
pergelangan tangan.
4. Tangan metacarpus tersusun dari 5 tulang metakarpal
a. Semua tulang metakarpal sangat serupa, kecuali untuk ukuran
panjang metakarpal pertama pada ibu jari
b. Setiap tulang metakarpal memiliki sebuah dasar proksimal yang
berartikulasi dengan barisan distal tulang karpal pergelangan
tangan, Sebuah batang, dan sebuah kepala terpilin yang
berartikulasi dengan sebuah tulang falang, atau tulang jari. kepala
tulang metacarpal membentuk buku jari yang menonjol pada
tangan.
5. Tulang tulang jari disebut phalanges ; tulang punggungnya lebih
sering disebut tulang falang
a. Setiap jari memiliki tiga tulang, yaitu tulang falang proksimal,
medial, dan falang distal.
b. Ibu jari hanya memiliki tulang falang proksimal dan medial.

24
C. Girdel pelvis, mentransmisikan berat trunkus ke bagian tungkai bawah dan
melindungi organ-organ abdominal dan pelvis. bagian ini terdiri dari dua
tulang panggul ( disebut juga ossa koksa, tulang tanpa nama atau tulang
pelvis ) yang bertemu pada sisi anterior simfisis pubis dan berartikulasi di
sisi posterior dengan sakrum.
1. Setiap tulang panggul menyerupai bentuk kipas angin listrik dengan
sebuah poros pemegang serta dua baling-baling.
a. Poros tersebut adalah suatu kantong seperti cangkir, disebut
asetabulum yang menerima kepala femur, atau tulang paha, di
persendian panggul.
b. Ilium adalah lempeng tulang lebar, yang menjulang ke atas dan
keluar asetabulum. Bagian ini naik posisinya sampai mencapai
krista iliaka tebal yang dapat teraba pada posisi tangan di panggul
(1) Ujung anterior krista adalah pada spina iliaka anterior
superior dan ujung pasteriornya pada spina iliaka pasterior
superior. Spina ini menjadi tempat perletakan otot dan
ligamen.
(2) Spina iliaka anterior inferior adalah suatu tonjolan besar di
bawah spina iliaka anterior superior. Sedangkan yang tepat
ada di bawah spina iliaka posterior superior adalah spina
iliaka posterior inferior.
(3) Di bawah spina iliaka posterior inferior, tepi posterior tulang
ilium membentuk lekukan yang dalam disebut takik skiatik
besar.
c. Tulang iskium merupakan baling baling poterior dan inferior dari
kipas. Tepi medialnya turut membentuk takik skiatik besar.
(1) Pada sisi inferior takik skiatik besar adalah bagian spina
iskial yang menonjol, yang menjadi tempat melekatnya
ligamen dari sakrum.
(2) Bagian inferior dari spina iskial adalah takik skiatik kecil.

25
(3) Tuberositas iskial adalah tonjolan besar tulang iskium yang
menyokong tubuh dalam posisi duduk. Tulang ini berfungsi
ebagai tempat perlekatan otot paha posterior.
(4) Di bagian anterior tuberositas iskial, terdapat ramus iskial
ramping yang memanjang ke arah depan dan ke atas untuk
menyatu dengan ramus pubis inferior, yang memanjang ke
bawah dari tulang pubis.
d. Tulang Pubis melengkapi baling baling anterior dan inferior
tulang panggul. Bagian ini terutama terdiri dari dua batang tulang:
ramus pubis superior dan inferior.
(1) Ramus pubis superior dan ramus pubis inferior menyatu
dengan pasanganya dari sisi lain di garis tengah simfisis
pubis.
(2) Lengkung Pubis adalah sudut yang terbentuk pada
persambungan tulang pubis dibawah simfisis.
(3) Foramen obturator adalah pembukaan besar yang dibatasi
ramus iskial, ramus pubis inferior, dan ramus pubis superior.
Foramen ini merupakan foramen terbesar pada rangka dan
selama hidup dilapisi dengan membran obturator.
2. Perbedaan Pelvis menurut jenis kelamin
a. Berdasarkan pengukuran dimensi rata rata pelvis laki laki dan
perempuan, maka sekitar 50% perempuan memiliki ginekoid,
atau pelvis sejati perempuan yang diameternya lebih lebar dan
lebih lapang dibandingkan dengan pelvis laki laki, yang memiliki
androi, pelvis sejati laki laki.
b. Pengukuran pelvis menunjukkan berbagai variasi; sebenarnya,
ada banyak variasi bentuk dan ukuran pelvis diantara sesama
perempuan, dan juga antara perempuan dan laki- laki.
3. Hubungan Anatomi Pelvis
a. Pelvis semu (besar) terikat dengan bagian atas yang menjulang
dari kedua ilia dan konkavitasnya, serta dengan dua sayap pada
dasar sakrum.

26
b. Pelvis sejati (kecil) terbentuk dari sakrum dan koksiks, serta
ilium, pubis, dan iskium pada kedua sisinya.
(1) Pembatas pada pembukaan pelvis sejati, atau inlet pelvis,
disebut brim pelvis. Diameter rongga pelvis berkaitan dengan
proses melahirkan.
(2) Dimensi outlet pelvis, yang dibatasi tuberosita iskial, di
bawah simfisis pubis, dan ujung koksiks, secara obstetrik
juga penting.
(3) Saat lahir, ilium, iskium, dan pubis yang tersusun terutama
dari jaringan kartilago, terurai dan mulai terpisah. iskium dan
pubis mulai mengeras menjadi jaringan tulang yang menyatu
pada usia 7 sampai 8 tahun; osifikasi total dari semua
jaringan kartilago belum selesai sampai mencapai usia antara
17 sampai 25 tahun.

D. Tungkai bawah. Secara anatomis, bagian bagian proksimal dari tungkai


bawah antara gidel pelvis dan lutut adalah paha; bagian antara lutut dan
pergelangan kaki adalah tungkai.
1. Femur, dalam bahasa latin yang berarti paha, adalah tulang
terpanjang, terkuat dan terberat dari semua tulang pada
rangka tubuh.
a. Ujung proksimal femur memiliki kepala yang
membulat untuk ber-artikulasi dengan asetabulum.
Permukaan lembut dari bagian kepala mengalami
depresi, fovea kapitis, untuk tempat perlekatan
ligament yang menyangga kepala tulang agar tetap
ditempatnya dan membawa pembuluh darah ke kepala
tersebut.
(1) Femur tidak berada pada garis vertikal tubuh.
Kepala femur masuk dengan pas ke asetabulum
untuk membentuk sudut sekitar 125ºdari bagian
leher femur; dengan demikian, batang tulang paha

27
dapat bergerah bebas tanpa terhalang pelvis saat
paha bergerak.
(2) Sudut femoral pada wanita biasanya lebih miring
(kurang dari 125º) karena pelvis lebih lebar dan
femur lebih pendek.
b. Di bawah bagian kepala yang tirus adalah bagian
leher yang tebal, yamg terus memanjang sebagai
batang. Garis intertrokanter pada permukaan anterior
dan krista intertrokanter dipermukaan posterior tulang
membatasi bagian leher dan bagian batang.
c. Ujung atas batang memiliki dua prosesus yang
menunjol, trokanter besar dan trokanter kecil. Sebagai
tempat perlekatan otot untuk menggerakkan
persendian panggul.
d. Bagian batang permukaannya halus dan memiliki satu
tanda saja, linea aspera, yaitu lekuk kasar untuk
perlekatan beberapa otot.
e. Ujung bawah batang melebar ke dalam kondilus
medial dan kondilus lateral.
(1) Pada permukaan posterior, dua kondilus tersebut
membesar dengan fosa interkondilar yang terletak
diantara keduanya. Area triangular diatas fosa
interkondilar disebut permukaan popliteal.
(2) Pada permukaan anterior, epikondilus medial dan
lateral berada diatas kondilus besar. Permukaan
artikular halus yang terdapat diantara kedua
kondilus adalah permukaan patelar, yang
berbentuk konkaf untuk menerima patela
(tempurung lutut).
2. Tulang tungkal adalah tulang tibia medial dan tulang fiula lateral
a. Tibia adalah tulang medial yang besar: tulang ini memembagi berat
tubuh dari lemur ke bagian kaki.

28
(1) Bagian kepala tulang tibia melebar ke kondilus medial dan
lateral yang berbentuk konkaf untuk beratikulasi dengan
kondilus femoral.
(2) Kartilago pipih berbentuk baji. Kartilago semilunar (meniscus)
medial dan lateral (meniscus), berada di pinggir kondilus untuk
memperdalam permukaan artikuler.
(3) Tonjolan interkondilar terletak diantara dua kondilus.
(4) Kondilus lateral menonjol untuk membentuk faset fibular,
yang menerima bagian kepala fibula.
(5) Tuberositas tibial yang berfungsi untuk tempat perlekatan
ligament patella, menonjol pada permukaan anterior diantara
dua kondilus.
(6) Krista tibial (anterior). Lebih umum disebut dengan tulang
kering adalah punggung batang tulang dengan permukaan
anterior yang tajam dan melengkung ke bawah.
(7) Ujung bawah tibia melebar untuk beratikulasi dengan tulang
talus pergelangan kaki. malcolus medial adalah tonjolan yang
membentuk benjolan (mata kaki) pada sisi medial pergelangan
kaki.
b. Fibula adalah tulang yang paling ramping dalam tubuh. Panjangnya
proporsional, dan tidak turut menopang berat tubuh. Kegunaan
tulang ini adalah untuk menambah area yang tersedia sebagai
tempat perlengkapan otot tungkai.
(1) Bagian kepala. Fibula beratikulasi dengan faset fibular di
bawah kondilus lateral tulang tibia.
(2) Ujung bawah batang beratikulasi secara medial dengan takik
fibular pada tulang tibia, dan memanjang kearah lateral
menjadi malleolus lateral, yang seperti malleolus tibia lateral
dapat diraba di pergelangan kaki.
3. Pergelangan kaki dan kaki tersusun dari 26 tulang yang diatur dalam
tiga rangkaian. Tulang tarsal menyerupai tulang karpal pergelangan
tangan tetapi berukuran lebih besar; tulang metatarsal juga

29
menyerupai tulang metacarpal tangan, dan falang pada jari kaki juga
menyerupai falang jari tangan.
a. Ada tujuh tulang tarsal.
(1) Tulang Talus berartikulasi dengan maleolus medial tibia dan
dengan maleolus lateral fibula untuk membentuk persendian
pergelangan kaki. Oleh karena itu, bagian ini menopang
seluruh berat tungkai, yang tersebar setengah ke bawah ke arah
tumit dan setengah lagi ke depan pada tulang-tulang
pembentuk leng kung kaki.
(2) Tulang kalkaneus terletak di bawah talus dan menonjol di
belakang talus menjadi tulang tumit. Tulang ini menopang
talus dan meredam goncangan saat tumit menginjak tanah.
(3) Tulang navikular memiliki permukaan posterior berbentuk
konkaf untuk berartikulasi dengan talus dan permukaan
anterior berbentuk konveks untuk berartikulasi dengan tiga
tulang tarsal.
(4) Ketiga tulang kuneiform yang berbentuk baji, diberi nomor
dari sisi medial ke sisi lateral, sebagai kuneiform pertama,
kedua, dan ketiga. Masing-masing tulang berartikulasi dengan
tulang tarsal bernomor sama; tulang kuneiform ketiga juga
berartikulasi de ngan tulang tarsal ketujuh, yaitu tulang kuboid.
Tulang kunelform ini membentuk arkus transversa yang
terdapat di bawah permukaan kaki.
(5) Tulang kuboid berartikulasi di sisi anterior dengan tulang meta
tarsal keempat dan kelima; di sisi posterior. tulang ini
berartikulasi dengan kalkaneus.
b. Telapak kaki dan arkus longitudinal terbentuk dari lima tulang
metatarsal yang ramping. Setiap metatarsal memiliki bagian dasar,
batang, dan bagian kepala.
(1) Tulang-tulang metatarsal dikenali dengan urutan nomor dari
satu sampai lima, mulai dari sisi medial ibu jari kaki.

30
(2) Bagian dasar metatarsal berartikulasi dengan tarsal. Bagian
kepalanya berartikulasi dengan falang.
(3) Bagian kepala dari dua metatarsal pertama membentuk tumit
kaki.
2.4 Penyakit Pada Tulang
1. Rematik (osteoartritis)
a. Definisi
Osteoarthritis atau rematik adalah penyakit sendi degenerative dimana
terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dengan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban.
b. Tanda dan gejala
 Nyeri sendi
 Hambatan gerakan sendi
 Kaku pagi
 Krepitasi
 Pembesaran sendi (deformitas)
 Perubahan gaya berjalan
2. Osteoporosis
a. Definisi
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progesif,
sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Sekitar 80%
penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda
yang megalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea)
b. Tanda dan gejala
Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent dsease karena
proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada
penderita osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif
selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya
gejala. Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut,
seperti:
 Patah tulang

31
 Punggung yang semakin membungkuk
 Hilangnya tinggi badan
 Nyeri punggung
3. Low back pain
a. Definisi
Low back pain adalah nyeri kronik didalam lumbal, biasanya
disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan
regenerasi dari nucleus pulposus, osteoarthritis dari lumbal sacral pada
tulang belakang (brunner,1999). Berarti, low back pain adalah nyeri
kronik atau akut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma
atau terdesaknya otot para vertebra atau tekanan, herniasi, dan
degenerasi dari nuleus pulposus, kelemahan otot, osteoarthritis
dilumbal sacral pada tulang belakang.
b. Tanda dan gejala
 Mengeluh nyeri punggung akut maupun nyeri puggung kronis
dan kelemahan
4. Osteomalasia
a. Definisi
Penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikan oleh kurangnya
mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak
yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung
kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan
yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan
tulang sudah lengkap (komplit).
b. Tanda dan gejala
 Nyeri tulang
 Deformitas mungkin timbul pada punggung dan panggul, tungkai,
iga, dan adanya daerah-daerah dimana terdapat pseudofraktur
 Kelemahan otot bila kalsium serum sangat rendah, tetapi mungkin
terjadi
5. Fraktur (patah tulang)
a. Definisi

32
Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau
tulang rawan bisa komplet atau inkomplet. Diskontinuitas tulang yang
disebabkan oleh gaya yang melebihi elastisitas tulang. Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas struktur jaringan tulang atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan trauma langsung maupun tidak langsung.
Akibat dari suatu trauma pada tulang dapat bervariasi tergantung pada
jenis, kekuatan, dan arahnya trauma
b. Tanda dan gejala
 Fraktur traumatic: direct atau indirect
 Fraktur fatik atau stress: kerusakan tulang karena kelemahan yang
terjadi sudah berulang-ulang ada tekanan berlebihan yang tidak
lazim
 Trauma berulang, kronis, missal: fr. Fibula pada olahragawan
 Fraktur patologis: karena adanya penyakit local pada tulang,
maka kekerasan yang ringan saja pada bagian tersebut sudah
dapat menyebabkan fraktur. Contoh: osteoporosis, dll.
6. Dislokasi
a. Definisi
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang
bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang
seharusnya (dari mangkuk sendi)
b. Tanda dan gejala
 Cedera olahraga
 Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga
 Terjatuh
 Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai
yang licin
 Tidak diketahui
 Factor predisposisi (pengaturan posisi)
 Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir
 Trauma akibat kecelakaan

33
 Trauma akibat pembedahan ortopedi
 Terjadi infeksi disekitar sendi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Osteologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kerangka
(skeleton). Osteologi berasal dari kata os yang (latin) dan osteon (Yunani)
yang berarti tulang. Tulang merupakan bagian tubuh atau organ dari suatu
individu yang mulai tumbuh dan berkembang sejak masa embrional.
Sistim pertulangan merupakan salah satu hasil perkembangan dari sel-sel
mesoderm. Pola bangunan tubuh suatu individu ditentukan oleh kerangka
yang disusun dari puluhan atau ratusan tulang. Tulang-tulang tersebut
membentuk suatu susunan atau kelompok tulang yang disebut dengan
kerangka. Tulang-tulang kerangka disebut juga skeleton (Yunani = kering)
dalam melaksanakan fungsinya dilengkapi dengan tulang rawan (cartilago)
dan ligamenta (pita pengikat). Kerangka pada ternak termasuk dalam
endoskeleton.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat memahami tentang
osteologi dan dapat mengetahui ilmu tentang osteologi lebih mendalam
serta dapat harapan saya semoga dapat bermanfaat untuk kedapannya
khususnya dalam kehidupan kita.

34
DAFTAR PUSTAKA

 Buku Modul Keperawatan Kelas XI (Revisi 2)


 Buku Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula - Ethel Sloane

35

Anda mungkin juga menyukai