Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA


(ABKC 2605)

SISTEM INDRA

Disusun Oleh:
Kelompok XI B
Ayu Mursita (1810119120025)
Vinka andini bahrisqi (1810119120013)
Muhammad alfiannor (1810119120022)
Pirdani (1810119120027)
Wina sri lestari (1810119120017)
Noor halisah (1810119120015)

Dosen Pengampu:
Dra. Hj. Aulia Ajizah, M.Kes
Drs. H. Kaspul, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
MARET
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia dengan judul “Sistem Indra”
ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dan
dorongan dari berbagi pihak, untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik, dan hidayah-Nya.
2. Orang tua yang telah memberikan dorongan baik material maupun spiritual.
3. Bapak Drs. H. Kaspul, M.Si.dan Ibu Dra. Hj. Aulia Ajizah, M.Kes. selaku
dosen mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia yang telah memberikan
ilmunya.
4. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Hal ini dikarenakan
terbatasnya pengetahuan dan kemampuan kami sebagai penyusun. Adapun
demikian, kami telah berusaha dengan kemampuan yang dimiliki untuk
dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan dan bagi semua pihak yang membacanya.

Banjarmasin, Maret 2021

Kelompok XI B

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3

2.1 Pengertian Sistem Skelet dan Fungsinya..............................................3


2.2 Pengelempokan tulang berdasarkan bentuk tulang dan
pengelompokkan berdasarkan jenis tulang..........................................4
2.3 Proses Pembentukan Tulang (Osifikasi)...............................................9
2.4 Persendian Antar Tulang dan proses pembentukan persendian......13
2.5 Sistem rangka tubuh manusia.............................................................20
2.6 Gangguan pada sistem rangka.............................................................29
BAB III PENUTUP....................................................................................................35

3.1 Kesimpulan...........................................................................................35
1.1 Saran......................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................37

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada mata kuliah anatomi fisiologi manusia terdapat materi tentang


sistem skelet atau sistem rangka. Sistem rangka adalah bagian tubuh yang
terdiri dari tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat
menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap
dan posisi. Tulang merupakan alat gerak pasif karena hanya mengikuti
kendali otot. Muskuloskeletal terdiri dari kata muskulo yang berarti otot dan
kata skeletal yang berarti tulang. Muskulo atau muskular adalah jaringan
otot-otot tubuh. Ilmu yang memepelajari tentang muskulo atau jaringan
otot-otot tubuh adalah Myologi. Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka
tubuh. Ilmu yang mempelajari tentang muskulo atau jaringan otot-otot tubuh
adalah osteologi.

Sistem skeletal pada tubuh manusia terdiri dari tulang (206 buah pada
orang dewasa) dan sendi, serta tulang rawan dan ligamen yang terdapat pada
sendi. Pada saat baru lahir sebenarnya jumlah tulang lebih banyak (sekitar
300 buah). Pada perkembangan tubuh sselanjutnya beberapa tulang
bergabung menjadi satu.

Kerangka pada manusia dibagi menjadi :

1. Kerangka Axial, yang terdiri dari :


a. Tulang tengkorak
b. Tulang belakang (vertebra)
c. Tulang dada (sternum)
d. Tulang iga

1
2. Kerangka Appendicular, yaitu tulang – tulang anggota gerak terdiri dari :
a. Tulang – tulang lengan
b. Clavikula
c. Scapula

2
d. Pelvis
e. Tulang – tulang tungkai
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan sistem skelet dan fungsinya ?
1.2.2 Bagaimana pengelompokkan tulang berdasarkan bentuk tulang dan
pengelompokkan berdasarkan jenis tulang ?
1.2.3 Bagaimana proses pembentukan tulang (osifikasi) ?
1.2.4 Bagaimana persendian antar tulang dan proses pembentukan
persendian ?
1.2.5 Bagaimana sistem rangka pada tubuh manusia ?
1.2.6 Bagaimana gangguan sistem rangka pada manusia ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Agar dapat mengetahui pengertian dari sistem skelet dan fungsinya.
1.3.2 Agar dapat mengetahui pengelompokkan tulang berdasarkan bentuk
tulang dan pengelompokkan berdasarkan jenis tulang.
1.3.3 Agar dapat mengetahui proses pembentukan tulang (osifikasi).
1.3.4 Agar dapat mengetahui persendian antar tulang dan proses
pembentukan persendian.
1.3.5 Agar dapat mengetahui sistem rangka pada tubuh manusia.
1.3.6 Agar dapat mengetahui gangguan sistem rangka pada manusia.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Agar dapat memahami dan menambah pengetahuan dan wawasan


mengenai sistem skelet pada manusia.

1.4.2 Agar dapat mengetahui anatomi dan fisiologi sistem skelet pada
manusia.

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Skelet dan Fungsinya


Skeletal disebut juga sistem rangka yang tersusun atas tulang-tulang.
Tubuh memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Fungsi sistem skeletal
antara lain memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanik,
membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan
otot-otot yang melekat pada tulang, melindungi sumsum tulang merah yang
merupakan salah satu jaringan pembentuk darah, dan tempat penyimpanan
bagi mineral seperti kalsium dari dalam darah.
Tidak seperti organ lain dalam tubuh, tulang memiliki tekstur yang
keras dan sangat padat. Hal ini dikarenakan tulang berfungsi untuk
melindungi organ-organ penting di dalam tubuh, seperti otak, paru-paru, dan
jantung.
Menurut dr. Kevin Adrian, ada banyak fungsi tulang sebagai bagian dari
sistem rangka manusia, di antaranya :
1. Menopang dan memberi bentuk tubuh
Salah satu peran utama tulang adalah untuk memberikan bentuk
tubuh dan menentukan tinggi badan. Tulang juga berfungsi untuk
menopang tubuh agar manusia dapat berdiri tegak atau duduk.
2. Menunjang pergerakan tubuh
Tulang bersama dengan otot, ligamen, dan sendi berperan dalam
mendukung pergerakan tubuh, sehingga manusia dapat menjalani
aktivitas sehari-hari, seperti berjalan, menulis, dan makan.
Dengan adanya sistem rangka yang baik, manusia dapat bergerak
dengan nyaman sehingga aktivitas sehari-hari pun bisa berjalan dengan
baik.
3. Memproduksi sel darah
Sumsum tulang merupakan bagian tulang yang berfungsi untuk
menghasilkan sel-sel darah. Sumsum tulang bertekstur lunak dan dapat

3
ditemukan di beberapa rongga tulang tertentu, misalnya tulang panggul
dan paha. Selain menghasilkan sel darah, sumsum tulang juga berfungsi
untuk menghancurkan sel-sel darah yang sudah tua.
4. Menyimpan mineral
Sistem rangka manusia menyimpan dua mineral penting, yaitu
kalsium dan fosfor. Kalsium dan fosfor dibutuhkan sel agar dapat
berfungsi dengan baik, terutama sel saraf dan otot.
Ketika kadar kalsium dan fosfor di dalam darah berkurang, hormon
paratiroid akan mengatur kekurangan tersebut dengan mengambilnya dari
tulang. Ini artinya, tulang ibarat sebuah bank yang dapat menyimpan
kalsium serta fosfor dan tubuh bisa mengambilnya kapan saja saat
dibutuhkan.
2.2 Pengelempokan tulang berdasarkan bentuk tulang dan
pengelompokkan berdasarkan jenis tulang
Menurut bentuknya tulang digolongkan atas 3 golongan, yaitu sebagai
berikut.
1. Tulang pipa atau tulang panjang
Tulang pipa atau tulang panjang adalah tulang yang ukuran
panjangnya lebih besar daripada ukuran lebar dan tebalnya. Tulang ini
berisi sumsum kuning dan lemak dan terbagi atas 3 bagian, yaitu bagian
tengahnya yang disebut diafise, dan kedua ujungnya yang disebut epifise.
Di antara epifise dan diafise terdapat cakra epifise yang terdiri dari tulang
rawan dan mengandung osteoblas. Pada orang dewasa yang tidak tumbuh
meninggi lagi, cakra epifise sudah menulang semua. Sebaliknya, di
dalam tulang pipa terdapat sel-sel osteoblas yang berfungsi merombak
tulang-tulang sehingga di dalam tulang pipa terdapat rongga yang disebut
rongga sumsum tulang. Contoh tulang ini adalah tulang lengan dan
tulang paha (Rumanta, 2018).

4
(Sumber: Thpanorama, 2020)
2. Tulang pendek
Tulang pendek berbentuk silinder kecil dan berisi sumsum merah.
Tulang ini sebagian besar terbuat dari jaringan tulang karena diperlukan
sifat yang ringan dan kuat. Tulang ini diselubungi oleh jaringan padat
tipis. Oleh karena kuatnya maka tulang ini mampu mendukung/
mendorong seperti pada pergelangan tangan. Contoh tulang pendek
adalah tulang pergelangan tangan dan kaki (Rumanta, 2018).

(Sumber: Thpanorama, 2020)


3. Tulang pipih
Tulang pipih bentuknya tipis dan sering melengkung atau melekuk.
Tulang ini terdiri dari dua lapis tulang padat (keras) dengan tulang

5
spongiosa dan sumsum di antara keduanya. Contoh tulang pipih adalah
tulang belikat, tulang panggul, dan tulang dahi (Rumanta, 2018).

(Sumber: Thpanorama, 2020)


4. Tulang tidak beraturan
Tulang yang tidak memiliki bentuk spesifik. Contoh tulang tidak
beraturan adalah tulang pinggul, tulang belakang, dan tulang penyusun
wajah (Thpanorama, 2020).

(Sumber: Thpanorama, 2020)


Berdasarkan penyusunnya tulang dibedakan menjadi:
1. Tulang rawan (kartilago)

6
(Sumber: Thpanorama, 2020)
Tulang rawan (kartilago) terdiri dari sel-sel tulang yang banyak
mengeluarkan matriks berupa kondrin. Jaringan tulang rawan pada
anak-anak lebih banyak mengandung sel-sel tulang, sedangkan
jaringan tulang rawan pada orang dewasa lebih banyak mengandung
matriks. Matriks tulang rawan tersusun dari kondrin (campuran
protein dan karbohidrat), kolagen, dan kalsium (Rumanta, 2018).
Tulang rawan berwarna bening dan putih kebiru-biruan, serta
kurang kuat jika dibandingkan dengan tulang keras. Dijumpai
terutama pada sendi dan di antara dua tulang. Pada awalnya tulang
embrio adalah tulang rawan, tetapi kemudian pusat-pusat yang masih
tumbuh saja yang bertahan sebagai tulang rawan, sedangkan pada
orang dewasa tulang rawan hanya dijumpai pada penutup ujung-ujung
tulang dan pada tempat-tempat tertentu, misalnya pada tulang hidung,
telinga, ruas-ruas tulang belakang, antara iga dan tulang dada. Tulang
rawan pada orang dewasa dibentuk oleh selaput rawan (perikondrium)
yang mengandung sel-sel pembentuk tulang rawan (kondroblas).
Matriks pada tulang rawan umumnya berupa hialin yang homogen dan
jernih. Matriks tersebut lebih banyak mengandung zat kolagen, yaitu
semacam zat pelekat tulang (Rumanta, 2018).
Tulang rawan mempunyai ciri-ciri, yaitu liat, lentur, dan kokoh.
Tulang rawan dikelompokkan atas:

7
(Sumber: Thpanorama, 2020)
a. Tulang rawan hialin
Tulang rawan hialin merupakan jenis yang paling banyak
terdapat dalam tubuh manusia, antara lain hidung, sendi gerak,
dan ujung tulang rusuk. Tulang rawan ini mempunyai matriks
yang transparan, bening, liat kuat, dan elastis (Rumanta, 2018).
b. Tulang rawan elastik
Tulang rawan elastik terbentuk dari serabut elastik yang
lentur. Tulang rawan ini dijumpai pada epiglottis dan daun
telinga. Tulang ini berwarna kuning dan apabila ditekan atau
dibengkokkan terasa lentur dan cepat kembali ke bentuk semula
(Rumanta, 2018).
c. Tulang rawan serabut/fibrosa
Tulang rawan serabut memiliki matriks yang berisi serabut
kolagen yang kaku. Tulang rawan ini terdapat pada ruas tulang
belakang dan lutut (Rumanta, 2018).
2. Tulang sejati (osteon)

8
Tulang sejati berasal dari tulang rawan yang mengalami
osifikasi (pengerasan). Jenis tulang ini dibentuk oleh osteosit (sel
tulang) yang banyak mengeluarkan matriks. Berbeda dengan matriks
tulang rawan, matriks tulang sejati mengandung sedikit kolagen dan
banyak mengandung kalsium dan fosfor (Rumanta, 2018).
Sel-sel tulang dibentuk berturut-turut dari arah dalam ke luar
sehingga pembentukannya konsentris. Setiap satuan sel-sel tulang ini
melingkari suatu pembuluh darah dan syaraf, membentuk suatu sistem
yang disebut sistem Havers (Rumanta, 2018).
Menurut Rumanta (2018), tulang terdiri dari sel-sel tulang yang
banyak mengandung matriks dan mengandung senyawa kapur dan
fosfat sehingga menyebabkan tulang bersifat keras. Apabila matriks
tersebut padat dan rapat akan membentuk tulang keras atau tulang
kompak, misalnya pada tulang pipa. Apabila matriks tersebut
berongga, membentuk tulang spons, misalnya pada tulang pipih dan
tulang-tulang pendek.
a. Komponen Organik: terdiri atas protein berupa serabut kolagen,
matriks ekstraseluler dan fibroblast, dengan sel-sel hidup yang
menghasilkan kolagen dan matriks.
b. Komponen Mineral: tersusun atas kalsium karbonat yang
memberikan kekuatan dan kekakuan pada tulang.
2.3 Proses Pembentukan Tulang (Osifikasi)
2.3.1 Jaringan Pembentuk Tulang
Tulang adalah jaringan ikat yang keras, terutama
mengandung banyak mineral, zat perekat dan kapur. Jaringan
tulang muda, merupakan jaringan seperti jaringan ikat biasa/tulang
rawan terdiri dari sel –sel chondrocyte dan chondroblast (sel
muda), sedang jaringan tulang keras, bersifat sangat keras karena
banyak mengandung zat kapur. Jika sebuah tulang dibelah maka
akan tampak suatu tulang itu terdiri atas suatu lapis luar yang padat
atau kompak (substantia compacta) dan lapisan dalam yang

9
berlubang – lubang (subs. spongiosa). Pada tulang gepeng lapisan
yang padat disebut tabula externa dan tabula interna, sedang
bagian spongiosa ditengah disebut diploe.
Permukaan dalam tulang diliputi suatu selaput yang disebut
endosteum dan permukaan luarnya disebut periosteum. Di sebelah
dalam tulang terdapat rongga sumsum yang berisi sumsum tulang
kuning pada tulang panjang, dan sumsum tulang merah pada tulang
– tulang pendek dan gepeng, tempat produksi sel – sel darah
merah, misalnya di osternum, vertebra, iga dan tengkorak.
2.3.2 Proses pembentukan tulang
a. Jaringan embrional mesenkim membentuk tulang rawan
sebagai langkah awal. Tulang rawan tersebut berongga dan
menghasilkan selinduk tulang osteoblas.
b. Osteoblas kemudian membentuk sel-sel tulang. Masing-masing
tulang menghasilkan matriks tulang yang didalamnya
diendapkan garam-garam kalsium (Ca) dan fosfor (P) sehingga
tulang menjadi keras.

Sumber: (Soesilawaty, 2017)


2.3.3 Osifikasi
Osifikasi adalah proses pembentukan tulang keras dari tulang
rawan (kartilago). Ada dua jenis osifikasi yaitu osifikasi membran
dan osifikasi endokondral.Tulang keras dapat terbentuk baik

10
melalui proses osifikasi intramembran dan osifikasi endokondral
atau kombinasi keduanya.
1. Osifikasi Intramembran
Osifikasi intramembran berasal dari mesenkim yang
merupakan cikal bakal dari tulang titik pada proses
perkembangan hewan vertebrata terdapat tiga lapisan
lembaga yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm.
Mesenkim merupakan bagian dari lapisan mesoderm yang
kemudian berkembang menjadi jaringan ikat dan darah titik
tulang tengkorak berasal langsung dari sel-sel mesenkim
melalui proses osifikasi intramembran.

2. Osifikasi Endokondral
Osifikasi endokondral adalah pergantian tulang rawan
menjadi tulang keras selama proses pertumbuhan proses
osifikasi ini bertanggungjawab pada pembentukan sebagian
besar tulang manusia. Pada proses ini sel-sel tulang
(osteoblas) aktif membelah dan muncul di bagian tengah dari
tulang rawan yang disebut center osifikasi. Osteoblas
selanjutnya berubah menjadi osteosit, sel-sel tulang dewasa
ini tertanam dengan kuat pada matriks tulang.

11
3. Osifikasi Membran dan Endokondral (Gabungan)
Sebagian besar tulang juga dapat terbentuk dari
gabungan osifikasi intramembran dan osifikasi endokondral
pada proses ini sel mesenkim berkembang menjadi
kondroblas yang aktif membelah titik sel-sel kondroblas yang
besar mensekresikan matriks yang berupa kondrin berubah
menjadi osteoblas yang menghasilkan osteosit dan
menghasilkan mineral untuk membentuk matriks tulang.

Tulang keras dewasa merupakan jaringan hidup yang tersusun atas


komponen organik dan komponen mineral. Komponen organik terdiri atas
protein berupa serabut kolagen matriks ekstraseluler dan fibroblast, dengan
sel-sel hidup yang menghasilkan kolagen dan matriks. Komponen mineral
tersusun atas kalsium karbonat yang memberikan kekuatan dan kekakuan
pada tulang. Selama kehidupan individu, osteoblas terus mensekresikan
mineral, sedangkan osteoklas terus mengabsorpsi mineral. Pasien rawat inap
dan Astronaut tulangnya seringkali rapuh disebabkan proses reabsorpsi oleh
osteoklas lebih cepat dibandingkan proses sekresi oleh osteoblas.

12
Tulang-tulang orang yang telah berumur rapuh disebabkan komponen
mineral dalam tulang tersebut mulai menurun produksinya. Jaringan yang
berkembangkan disisipi dengan pembuluh darah titik pembuluh darah ini
akan membawa mineral seperti kalsium dan menyimpannya pada jaringan
tersebut. Proses pembentukan tulang (osifikasi) rangka manusia terbentuk
pada saat masih embrio berusia genap 2 bulan, walaupun masih berupa
tulang rawan (kartilago).
Berdasarkan pembentukannya tulang dibagi menjadi:
a. Tulang Chondral yaitu tulang yang mengalami osifikasi dengan
didahului oleh pembentukan tulang rawan terlebih dahulu. Dikenal
dua jenis pergantian pembentukan tulang tersebut yaitu encondral dan
pericondral.
b. Tulang membran yaitu tulang yang terbentuk tanpa melalui bentuk
tulang rawan, ini juga disebut tulang desmal. Arah pertumbuhan
tulang keluar dan ke dalam. Misalnya pada tulang pipih (tulang
tengkorak, tulang belikat, tulang rusuk, dsb).

2.4 Persendian Antar Tulang dan proses pembentukan persendian


Terbentuknya sendi di mulai dari kartilago di daerah sendi. Mula-mula
kartilago akan membesar lalu kedua ujungnya akan diliputi jaringan ikat.
Kemudian kedua ujung kartilago membentuk sel-sel tulang, keduanya
diselaputi oleh selaput sendi (mebran synovial) yang liat dan menghasilkan
minyak pelumas tulang yang disebut synovial.
1. Persendian antar Tulang
Sendi (skeletal joint) atau artikulasi adalah suatu hubungan antar-tulang
yang memungkinkan terjadinya gerakan.
a. Komponen Penyusun Sendi
1) Kapsul sendi, yaitu lapisan serabut yang melapisi sendi dan
membentuk persendian.
2) Ligament, yaitu jaringan ikat yang mengikat ujung tulang dengan
persendian sehingga tidak terjadi dislokasi tulang

13
3) Ruang synovial, ruang ini berisi cairan sinoval yang berfungsi
sebagai pelumas sendi yang terdapat pada sendi.
4) Tulang Rawan Hialin, yaitu jaringan tulang rawan yang
mmebentuk sendi.

b. Berdasarkan besar kecilnya gerakan, sendi terbagi menjadi:


1) Sinartrosis atau sendi mati adalah persendian yang tidak
memungkinkan untuk terjadinya pergerakan. Sendi ini mempunyai
karakteristik disatukan oleh jaringan fibrosa. Sub klasnya yaitu:
Sutura secara berkelok-kelok saling bersesuaian, dengan sedikit
jaringan fibrosa dan praktis tidak ada gerakan. Ada 3 macam
sutura, yaitu:
a) Sutura serrata, hubungan antar tulang seperti gigi gergaji.
b) Sutura squamosa, hubungan antar tulang saling menipis dan
saling bersesuaian.
c) Sutura harmoniana/plana, hubungan lurus tersusun tepi menepi.

14
2) Amfiartrosis adalah persendian yang hanya memungkinkan untuk
terjadi sedikit gerakan. Hal tersebut karena pada sendi tersebut
tidak memiliki daerah synovial.
Bentuk hubungan antara kedua ujung tulang yang dihubungkan
oleh jaringan kartilago sehingga memungkinkan tetap adanya
sedikit gerakan. Amfiartosis dibedakan menjadi 2 yaitu :
a) Simfisis, adalah persendian yang dihubungkan oleh jaringan
tulang rawan yang tipis.

b) Sindesmosis, adalah persendian yang dihubungkan oleh


jaringan ikat fibosa dan ligamen.

15
3) Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan untuk terjadi
gerakan yang lebih leluasa. Pada diartosis terdapat cairan sinovial.
Berdasarkan tulang pembentuk sendi dan gerakannya, diartrosis
dikelompokkan menjadi sendi peluru, sendi engsel, sendi putar,
dan sendi pelana.
a) Sendi peluru
Sendi peluru adalah sendi yang dapat digerakkan ke atas, ke
bawah, dan ke samping. Pergerakan yang bebas ini dikarenakan
bentuk ujung tulang berupa bongkol & mangkuk. Bonggol
tulang yang satu sendi berbentuk misalnya bola (peluru),
sedangkan bonggol tulang yang lain berbentuk misalnya cawan
sehingga menyebabkan gerakan tulang ke segala arah. Contoh
sendi peluru adalah dalam gelang bahu.

16
b) Sendi engsel
Pada sendi engsel, ke 2 ujung tulang berbentuk engsel dan
berporos satu. Gerakannya hanya satu arah seperti gerak engsel
pintu. Misalnya gerak sendi dalam siku, lutut, mata kaki, &ruas
antar jari.

c) Sendi putar
Pada sendi ini, ujung tulang yang satu dapat mengitari ujung
tulang yang lain. Bentuk misalnya ini memungkinkan gerakan
rotasi dengan satu poros. Contoh sendi putar adalah gerakan
memutar kepala (tulang leher & tulang tengkorak) & antara
tulang hasta dan tulang pengumpil.

17
d) Sendi pelana
Pada sendi pelana, kedua ujung tulang membentuk sendi
menyerupai pelana. Memungkinkan gerak seperti bentuk
pelana kuda (berporos dua) karena ujung tulang berbentuk
pelana kuda cekung dan cembung. Contoh sendi pelana adalah
gerakan ibu jari &hubungan tulang belakang dengan tulang
rusuk.

e) Sendi geser/luncur, memungkinkan gerak bergeser (tidak


berporos) karena permukaan kedua tulang relatif rata. Sendi ini

18
menghubungkan tulang yang memiliki permukaan datar atau
sedikit bergelombang. Sendi geser memungkinkan gerakan
meluncur seperti pesawat. Pergerakan sendi geser terbatas dan
tidak memungkinkan untuk gerakan memutar. Jenis sendi
menjadi penghubung tulang pergelangan tangan dan kaki.

f) Sendi kondiloid/elipsoid, memungkinkan terjadinya gerakan ke


kiri-kanan dan depan-belakang (berporos dua) karena ujung
tulang berbentuk oval cembung dan cekung.

2. Gerak yang dilakukan oleh sendi antara lain:


a. Fleksi dan ekstensi

19
Fleksi adalah gerakan membengkokkan dan ekstensi adalah gerakan
meluruskan
b. Adduksi dan abduksi
Adduksi adalah gerakan mendekati tubuh dan abduksi adalah gerakan
menjauhi tubuh.
c. Elevasi dan depresi
Elevasi adalah gerakan mengangkat dan depresi adalah gerakan
menurunkan.
d. Supinasi dan pronasi
Supinasi adalah gerakan menengadahkan tangan dan pronasi adalah
gerakan menelungkupkan tangan.
e. Inversi dan eversi
Inversi adalah gerakan membuka telapak kaki ke arah dalam dan eversi
adalah gerakan membuka telapak kaki ke arah luar.

2.5 Sistem rangka tubuh manusia


A. Rangka Manusia
Sistem rangka pada manusia terbagi atas dua bagian, yaitu: rangka
aksial (rangka sumbu tubuh) dan rangka apendicular (rangka tambahan).
Rangka aksial terdiri atas: tengkorak (cranium), tulang belakang
(columnavertebralis), tulang rusuk (costa) dan tulang dada (sternum).
Sedangkan yang termasuk rangka apendicular adalah: gelang bahu
(gelang pectoral) dengan anggauta badan depan dan gelang pinggul
(gelang pelvic) dengan anggota belakang.
1. Rangka Aksial
a) Tulang tengkorak merupakan sekelompok tulang yang
melindungi otak dan yang menyusun tulang muka. Tulang-
tulang yang melindungi otak terdiri dari tulang: frontal,
parietal sepasang, occipital, sphenoid sepasang, temporal
sepasang, dan ethmoid serta beberapa tulang kecil lainnya.

20
1) Tulang frontal, membentuk bagian anterior dari tengkorak,
melengkung ke tempat bola mata. Bagian medialnya
berbatasan dengan tulang (nasal) hidung.
2) Tulang parietal, terdapat di sebelah posterior tulang frontal
dan merupakan bagian yang terbesar dari tengkorak.
3) Tulang occipital, terdapat di sebelah posterior tulang
parietal dan merupakan tulang yang terletak posterior dari
tengkorak. Pada daerah tulang occipital Anda dapat
menemukan foramen magnum, merupakan lubang tempat
keluarnya sumsum tulang belakang, dan
condyllusoccipitalis yang terdapat pada kedua sisi dari
foramen magnum, berupa tonjolan tempat persendian
dengan tulang atlas.
4) Tulang sphenoid merupakan tulang yang kompleks
terletak pada dasar dan lateral dari tengkorak dan
berbatasan dengan tulang occipital. Pada tulang sphenoid
dapat anda temukan sayap yang disebut dengan
ptrerygoidprocess.
5) Tulang temporal, terletak dibagian lateral dari tengkorak.
Tulang tersebut berbatasan dengan tulang sphenoid
disebelah anterior, dengan tulang parietaldisebelah
superior dan dengan tulang occipitaldisebelah posterior.
Tulang temporal ini tersusun oleh tiga bagian yaitu: tulang
squamosum melindungi bagian lateral otak, pada bagian
inferior dari tulang ini terdapat fossa, yaitu tempat
persendian dengan rahang bawah (mandibula); tulang
petrosal, melindungi telinga bagian dalam; dan
processusmastoideustempat melekatnya beberapa otot
leher yang terletak dibagian posterior dari tulang temporal.

21
6) Tulang ethmoid, merupakan tulang yang terletak dibagian
anterior, berbatasan antara lain dengan tulang frontal dan
tulang sphenoid.
Tulang-tulang muka dibangun oleh tulang: mandibula, vomer,
maxila, zygomatic sepasang, dan lacrimal sepasang.
a. Tulang vomer berbatasan dengan tulang ethmoid membentuk
bagian bawah dari septum nasale.
b. Tulang lacrimal terletak pada bagian medial dari orbita, merupakan
tulang yang paling kecil dari tengkorak. Pada tulang ini terdapat
lubang air mata.
c. Tulang nasal, berbatasan dengan tulang frontal disebelah superior
dan denganMaxilla disebelah lateral.
d. Tulang maxilla, merupakan dinding ventral dan medial dari orbita.
Disebelah medial tulang maxilla berbatasan dengan tulang nasal.
e. Tulang zygomatik, membangun dinding lateral dari orbita,
berbatasan dengan tulang frontal, maxilla dan temporal. Lengkung
zygomatik berupa tonjolan dari tulang squamosum yang menjorok
ke sebelah anterior dan berbatasan dengan tulang zygomatik.
f. Sedangkan tulang mandibula, yang merupakan rahang bawah pada
bagian posteriornya menbentuk dua tonjolan yaitu:
processuscoronoideus sebelah anterior dan processuscondyloideus
sebelah posterior.
Pada tulang maxilla dan mandibula tertanam geligi. Ada 4 macam
gigi yaitu : incicivus (gigi seri dilambangkan dengan huruf I), caninus
(gigi taring/C), premolar (gigi geraham depan/P) dan molar (gigi
geraham belakang/M)).

22
Tulang belakang dapat dibagi menjadi 5 macam bagian, yaitu:
a. vertebraecervicalis terdiri dari 7 ruas, dua buah vertebraecervicalis
yang pertama disebut atlas dan epistropheus (aksis),
b. vertebraethoracalis jumlahnya 12 ruas, mengadakan persendian
dengan tulang rusuk,
c. vertebraelumbalis jumlahnya 5 ruas,
d. vertebraesacralis jumlah 5 ruas, makin ke arah caudal vertebra ini
menjdi kecil, bersatu membentuk satu tulang yang disebut dengan
tulang sakral, dan
e. vertebraecaudalis terdiri dari 4 ruas, merupakan vertebrae paling
belakang. Makin ke belakang vertebrae ini makin mengecil dan
bagian-bagianya makin tidak nyata.
Suatu vertebra secara umum terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
centrum atau corpus vertebrae (badan), arcusneuralis (lengkung neural),
dan processusspinosus (taju neural). Di bagian dorsal corpusvertebrae
terdapat arcusneuralis yang melindungi sumsum tulang belakang
(medullaspinalis). Medullaspinalis dalam suatu vertebra terletak di
dalam suatu rongga yang disebut foramen vertebrale. Foramen
vertebrale dari vertebra-vertebra yang berurutan membangun
canalisvertebralis. Prosesusspinosus tumbuh dari bagian medio-dorsal
arcusneuralis ke arah dorso-caudal.

23
Selain yang disebutkan di atas terdapat bagian lainnya dari suatu
vertebrae yaitu zygapophyses. Zygapophyses merupakan pasangan taju
yang tumbuh dari sisi anterior dan posterior arcusneuralis. Pasangan
anterior tumbuhnya mengarah ke kepala dan disebut zygapophyses
anterior. Sedangkan yang posterior tumbuhnya ke arah belakang disebut
zygapophyses posterior. Zygapophyses anterior atau disebut juga
prezygapophyses bersendian dengan postzygapophyses (zygapophyses
posterior) dari vertebrae sebelumnya. Diantara dua buah vertebra yang
berurutan terdapat keping rawan intervertebra.

a) Tulang rusuk berfungsi terutama melindungi rongga dada,


jumlahnya 12 pasang. Tiap rusuk merupakan sebuah tulang pipih
dan melengkung, pada bagian ventralnya berakhir sebagai rawan
rusuk (cartilagocostalis). Tujuh pasang rusuk yang berhubungan
dengan tulang dada disebut rusuk sejati. Sedangkan, 5 pasang
lainnya disebut rusuk palsu, karena tidak berhubungan dengan
tulang dada. Tiga pasang dari 5 pasang rusuk palsu bagian
sternanyaberhubungan satu dengan yang lainnya, sedang yang 2
pasang lagi melayang. Karena itu disebut rusuk melayang. Setiap
rusuk mempunyai kepala yang disebut capitulum dan tuberculum.
Capitulum bersendian dengan centrum vertebra, sedang tuberculum
dengan diapophyisis.

24
b) Tulang dada disebut juga osteumsternum, berupa tulang yang pipih
memanjang dan terletak pada daerah medio-ventral dari dada.
Tulang dada memiliki tiga bagian yaitu:
1) manubrium (presternum), bentuknya segitiga, merupakan
bagian dari sternum yang paling lebar. Terletak dibagiancranial
dan bersendian dengan clavicula;
2) gladiolus (mesosternum), merupakan bagian yang paling
panjang, dibentuk oleh segmen-segmen tulang dada;
3) xyphoidprocess atau metasternum, merupakan bagian yang
paling caudal.
2. Rangka Apendicular
a) Gelang bahu atau gelang pectoral, terdiri dari tulang-tulang
scapula (belikat) dan tulang clavicula (selangka). Scapula
merupakan tulang yang melebar dengan 2 buah tonjolan,
yaitu processuscoracoideus (sisa dari tulang korakoid) dan
acromion. Permukaan dorsal scapula terbagi dua oleh suatu
spina scapula. Bagian scapula yang terdapat superior dari
spina tersebut disebut fossa supra spinata dan bagian yang
lebih lebar dan inferior dari spina disebut fossainfraspinata.
Tulang scapula ini bersendian dengan humerus melalui suatu
lekukan yang disebut cavitasglenoidalis. Tulang clavicula
bersendian dengan bagian cekung dari acromion pada bagian
lateralnya dan dengan menubrium pada bagian medialnya.

25
Sedangkan processuscoracoideus berupa jari yang bengkok,
menonjol ke sebelah lateral dari scapula.

b) Tulang Lengan : humerus, radius, ulna, carpalia,


metacarpalia, dan phalang. Tulang humerus (lengan atas)
berupa tulang panjang dan besar, bersendian dengan scapula
pada bagian superior dan pada bagian inferior bersendian
dengan radius dan ulna. Tulang radius terletak disebelah
lateral dan tulang ulna disebelah medial. Tulang radius
mengecil pada siku dan membesar pada pergelangan,
sedangkan tulang ulna sebaliknya. Pergelangan tangan
disokong oleh tulang-tulang carpalia sebanyak 8 buah dan
tersusun dalam dua baris. Sementara tulang-tulang
metacarpalia sebanyak 5 buah tulang menyokong telapak
tangan. Sedangkan lima jari masing-masing disokong oleh 3
buah phalang (ruas jari), kecuali ibu jari disokong 2 buah
phalang.

26
c) Gelang pinggul (gelang pelvic) dibangun oleh 3 buah tulang,
yaitu : tulang ilium(tulang usus) disebelah dorsal, tulang
pubis (tulang kemaluan), dan tulang ischium (tulang duduk)
disebelah ventral. Pertemuan kedua tulang pubisdisebelah
medio-ventral disebut simfisis pubis. Lubang yang besar
diantara tulang pubis dan ischium disebut foramen
obturatum. Disebelah lateral tempat ketiga macam tulang
tersebut bertemu terdapat lekukan berbentuk cawan yang
disebut acetabulum, lekukan inilah sebagai tempat persendian
dengan tulang femur.

27
d) Tulang tungkai femur (tulang paha), patella (tulang lutut),
tibia (tulang kering), fibula (tulang betis), tarsalia (tulang
pergelangan kaki), metatarsalia(tulang telapak kaki), dan
phalang (tulang jari). Tulang femur merupakan tulang yang
panjang dan besar. Tulang patella berupa tulang pipih yang
mempunyai permukaan persendian sebelah lateral dan medial
tempat persendian dengan ujung distal tulang femur. Tulang
tibia, bagian distalnya lebih kecil dari pada bagian
proksimalnya. Tulang fibula merupakan tulang yang paling
ramping dari tulang panjang. Ujung proksimalnya bersendian
dengan tibia. Tulangtarsalia berjumlah 7 buah sedangkan
tulang metatarsalia berjumlah 5 buah. Sementara itu, tiap jari
kaki seperti halnya jari tangan disokong oleh 3 buah phalang,
kecuali ibu jari yang disokong 2 buah phalang.

28
2.6 Gangguan pada sistem rangka
1. Fraktura (patah tulang)
Gangguan fisik adalah kerusakan fisik tulang seperti retak atau
patah tulang (fraktura). Fraktura adalah terputusnya kontiunitas
tulang, retak, atau patah pada tulang yang utuh. Apabila terjadi
fraktura (patah tulang) akan terbentuk zona fraktura yang runcing dan
tajam, pada zona tersebut muncul rasa sakit karena pergeseran tulang
yang akan mengakibatkan pembengkakan bahkan pendarahan.
Penyebab fraktura adalah trauma, yang dibagi atas trauma
langsung, trauma tidak langsung dan trauma ringan. Trauma langsung
yaitu benturan pada tulang biasanya penderita terjatuh dengan posisi

29
miring dimana daerah trokhater mayor langsung terbentur dengan
benda keras (jalanan). Trauma tak langsung yaitu titik tumpuan
benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset dikamar
mandi. Trauma ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan fraktur
bila tulang itu sendiri sudah rapuh atau underlying eases atau fraktur
patologis (Sjamsuhidayat, 2010)
Jenis fraktura Menurut Giri Wiarto (2017) antara lain :
a. Fraktura tertutup
Fraktura tertutup adalah jenis fraktura yang tidak disertai
dengan luka pada bagian luar permukaan kulit sehingga bagian
tulang yang patah tidak berhubungan dengan bagian luar

b. Fraktura terbuka
Fraktura terbuka adalah suatu kondisi pada tulang dengan
adanya luka pada daerah yang patah sehingga bagian tulang
berhubungan dengan udara luar, biasanya disertai dengan
pendarahan yang banyak.

2. Rakhitis

30
Rakhitis adalah pelunakan dan melemahnya tulang pada anak-
anak, biasanya terjadi karena kekurangan vitamin D yang ektrem dan
berkepanjangan. Rakitis menyebabkan disorganisasi tulang, terutama
di lempeng pertumbuhan atau epifisis sehingga pertumbuhan
terhambat. Pada kasus yang jarang terjadi, rakitis juga dapat
disebabkan oleh faktor genetik. Jenis rakitis tersebut adalah rakitis
hipofosfatemia ini disebabkan oleh adanya gangguan ginjal dalam
menyerap fosfat. Pada penderita rakitis terlihat bagian kaki (tulang
tibia dan fibula) melengkuh menyerupai huruf X atau O

3. Mikrosefalus
Mikrosefalus adalah kondisi langka dimana kepala bayi
berukuran lebih kecil dari kepala normal. Mikrosefalus ditandai
dengan ukuran otak yang menyusut serta tidak berkembang dengan
sempurna. Kondisi ini bisa sudah ada sejak bayi lahir, tetapi bisa juga
terjadi kemudian pada bayi normal ditahun pertama pada masa
pertumbuhannya. Penyebab mikrosefalus di antaranya adalah :
a. Cedera otak, seperti trauma otak atau hypoxia-ischemia (cedera
otak karena kekurangan oksigen). Yang terjadi sebelum atau saat
kelahiran.
b. Infeksi pada ibu hamil, seperti toksoplasmosis atau infeksi parasit
akibat mengonsumsi daging yang belum matang.
c. Kelainan genetik seperti sindrom down dan sindrom edward
d. Malnutrisi parah pada janin
e. Terpapar zat berbahaya, seperti logam (arsenik atau merkuri),
alkohol, rokok, radiasi, dll.

31
f. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan penyakit ditandai dengan masa
tulang yang rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro
arsitektur tulang dan penurunan kualitas tulang yang dapat
menimbulkan kerapuhan tulang. Peningkatan usia berhubungan
dengan peningkatan risiko osteoporosis. Seiring dengan
meningkatnya usia, pertumbuhan tulang akan semakin menurun.
Sel osteoblas akan lebih cepat mati karena adanya sel osteoklas
yang menjadi lebih aktif, sehingga tulang tidak dapat digantikan
dengan baik dan massa tulang akan terus menurun (Agustin,
2009). Salah satu faktor yang berpengaruh penting dalam
terjadinya osteoporosis adalah kalsium. Kalsium merupakan
makromineral yang terbanyak di dalam tubuh yaitu sekitar 1000
mg. Kalsium berperan dalam mineralisasi tulang dan
mempertahankan densitas tulang yang normal. Kalsium yang
tinggi akan meningkatkan kepadatan tulang.

32
g. Akromegali
Akromegali adalah kondisi tulang yang disebabkan oleh
kelebihan produksi hormon pertumbuhan oleh tubuh. Tulang-
tulang menjadi besar dan panjang, baik tulang wajah, tangan, dan
kaki. Penyebab utama akromegali adalah tomur jinak pada
kelenjar pituitari di otak.

h. Perthes
Penyakit ini mempengaruhi tulang dari sendi pinggul pada
anak-anak. Kelainan tulang ini biasanya menyerang kepala
femoral, yang merupakan daerah sendi pada tulang panjang di
kaki bagian atas, menjadi memburuk karena kurangnya suplai
darah, sebagai akibatnya penderita akan mengalami nyeri dan
ketidakmampuan untuk berjalan.

i. Kelainan yang disebabkan karena kebiasaan tubuh yang salah


kelainan ini antara lain seperti berikut:

33
 Lordosis, yaitu keadaan tulang belakang yang melengkung ke
depan.
 Kifosis, adalah keadaan tulang belakang melengkung ke
belakang, sehingga badan terlihat bongkok.
 Skoliosis, yaitu keadaan tulang belakang melengkung ke
samping kiri atau kanan.

34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.1.1 Skeletal disebut juga sistem rangka yang tersusun atas tulang-
tulang. Sistem skeletal memiliki fungsi antara lain memproteksi
organ-organ internal dari trauma mekanik, membentuk kerangka
yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan otot-otot yang
melekat pada tulang, melindungi sumsum tulang merah yang
merupakan salah satu jaringan pembentuk darah, dan tempat
penyimpanan bagi mineral seperti kalsium dari dalam darah.
3.1.2 Berdasarkan bentuknya tulang digolongkan atas 3 golongan, yaitu
Tulang pipa atau tulang panjang, tulang pendek dan tulang pipih.
Berdasarkan penyusunnya, tulang dibedakan menjadi 2 yaitu tulang
rawan (kartilago) dan tulang sejati (osteon).
3.1.3 Jaringan embrional mesenkim membentuk tulang rawan sebagai
langkah awal. Osteoblas kemudian membentuk sel-sel tulang.
Masing-masing tulang menghasilkan matriks tulang yang
didalamnya diendapkan garam-garam kalsium (Ca) dan fosfor (P)
sehingga tulang menjadi keras
3.1.4 Osifikasi adalah proses pembentukan tulang keras dari tulang
rawan (kartilago).
3.1.5 Ada dua jenis osifikasi yaitu osifikasi membran dan osifikasi
endokondral.Tulang keras dapat terbentuk baik melalui proses
osifikasi intramembran dan osifikasi endokondral atau kombinasi
keduanya.
3.1.6 Terbentuknya sendi di mulai dari kartilago di daerah sendi.
3.1.7 Kartilago akan membesar lalu kedua ujungnya akan diliputi
jaringan ikat. Kemudian kedua ujung kartilago membentuk sel-sel
tulang, keduanya diselaputi oleh selaput sendi (mebran synovial)

35
yang liat dan menghasilkan minyak pelumas tulang yang disebut
synovial.

36
3.1.8 Sistem rangka pada manusia terbagi atas dua bagian, yaitu: rangka
aksial (rangka sumbu tubuh) dan rangka apendicular (rangka
tambahan).?
3.1.9 Gangguan sistem rangka pada manusia dapat berupa kerusakan
fisik tulang seperti retak atau patah tulang (fraktura), Rakhitis atau
pelunakan dan melemahnya tulang pada anak-anak, biasanya
terjadi karena kekurangan vitamin D yang ektrem dan
berkepanjangan, osteoporosis, dan lain lain.
1.1 Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat


banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan sehingga saran dan kritik dari
pembaca sangat diperlukan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari
para pembaca.

36
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, K. (2020). Retrieved from https://www.alodokter.com/memahami-sistem-


rangka-manusia

Agustin, R. (2009) Hubungan Status Gizi, Gaya Hidup dan Kebiasaan Konsumsi
Kalsium dan Vitamin D dengan Osteoporosis dan Osteopenia pada Warga >
45 Tahun di Taman Wisma Asri Bekasi Utara tahun 2009. Skripsi. Jakarta :
Program Serjana Universitas Indonesia

Rumanta, Maman. (2018). Anatomi Fisiologi Manusia. Banten: Universitas


Terbuka.

Sarpini, d. R. (2016). Edisi Revisi Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia Untuk
Paramedis. Jakarta: Penerbit IN MEDIA.

Sjamsuhidayat. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta : EGC

Soesilawaty, Asiah. 2017. Sistem Skelet. Diakses melalui


http://file.upi.edu/.Padatanggal 14 Februari 2021

Thpanorama. (2020). Klasifikasi Tulang menurut Bentuk dan Strukturnya.


Diakses melalui https://id.thpanorama.com/ pada tanggal 13 Februari 2021

37
Wiarto, G. (2017). Nyeri Tulang dan Sendi. Yogyakarta : Gosyen Publishing

38

Anda mungkin juga menyukai