Dosen :
Dr. Taufik Rihatno, M.Pd
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Kami dapat
menyelesaikan Makalah “Ekonomi Dalam Olahraga”
Disusun oleh,
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Tujuan....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan..........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sosiologi Olahraga.
2. Menambah wawasan tentang Ekonomi dalam Olahraga.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Olahraga tidak hanya jasmani dan rohani tetapi juga bisa menjamin kesejahteraan
atletnya," bakat dan semangat saja dalam mengembangkan olahraga tidak cukup namun
diperlukan manajemen olahraga yang baik dan benar.
Ini adalah daftar 5 gaji para pemain tersebut yang merupakan gaji bulanan
mereka:
1. Zlatan Ibrahimovic (Inter Milan / Swedia), dan Ricardo Kaka' (AC Milan / Brazil),
dengan gaji EURO 750.000 atau Rp. 11 Milyar 970 Juta perbulan
2. Lionel Messi (FC Barcelona / Argentina) dengan gaji EURO 700.000 atau Rp. 11
Milyar 172 juta
3. John Terry dan Frank Lampard (Chelsea FC dan Inggris) sebesar EURO 631.182 atau
Rp. 10 Milyar 73 juta 664 ribu
4. Thierry Henry dan Samuel Eto'o (FC Barcelona dan Perancis, Kamerun) sebesar
EURO 625.000 atau sama dengan Rp. 9 Milyar 975 juta
5. Pemain terbaik dunia 2008 versi FIFA, Christiano Ronaldo (Manchester United /
Portugal) sebesar EURO 563.555 atau Rp. 8 Milyar 994 juta 337 ribu.
Melihat gaji diatas, rasanya fantastis dan luar biasa, karena nilai nominal nya yang
begitu besar dan banyak, padahal itu hanya gaji mereka dalam sebulan. Coba bandingkan
disini ?? Berapa rata-rata penghasilan karyawan ?? Bahkan gaji mereka mengalahkan
seorang Presiden. Pemain sepakbola di Indonesia-pun gaji tertingginya, berkisar antara
Rp. 100 Juta perbulan (Bambang Pamungkas-Persija Jakarta).
2
Ini tidak heran, mengingat sepakbola di Eropa adalah suatu bisnis, suatu hiburan,
dan suatu Industri. Banyak yang terlibat disana, misalkan saja para sponsor, pemain,
pendukung, manajemen klub, dll. Mengingat perputaran uang yang begitu besar dan
mereka rata-rata bermain di klub-klub besar Eropa, Mungkin mereka wajar di hargai
semahal itu. Tapi tetap saja ini terasa tidak adil menurut saya, jika dikaitkan dengan
bagaimana perekonomian di negara-negara berkembang, sangat jauh gap nya. Ini tidak
lepas dari sistem ekonomi kapitalis, yang selalu mengeksploitasi apapun yang
menghasilkan uang.
Nilai ekonomi dalam olahraga adalah seberapa banyak olahraga tersebut disukai
banyak orang dan memiliki nilai hiburan tinggi sehingga menghasilkan uang. Nilai
ekonomi olahraga mengikuti perkembangan masyarakat perbudakan dan semakin
meningkat pada zaman feodalisme hinggi kini kapitalisme. Pada zaman kapitalisme ini,
sisa zaman perbudakan masih bisa kita lihat seperti gulat dan tinju. Selain nilai hiburan,
olahraga pada zaman feodalisme adalah juga tontonan dari kelas yang berlawanan. Kelas
penguasa tuan-tuan tanah mengadu budak budak mereka untuk jadi hiburan, bila yang
melawan maka akan dibunuh. Nah, zaman kapitalisme inilah olahraga dijadikan nilai
ekonomi yang tinggi. Olahraga ditempatkan sebagai tempat orang mencari uang sambil
berolahraga. Dalam alam kapitalisme olahraga dijadikan alat promosi sebuah produk
sekaligus pengguna produk.
Contoh nilai ekonomi dalam olahraga antara lain:
1. Studi di austraia juga menunjukkan bahwa layanan olahraga dan rekreasi dapat
menghasilkan pendapatan nasional sebesar aud $4,8 milyar pertahun, aud $ 4 milyar
dihasilkan dari penjualan produk olahraga dan rekreasi; dan sektor ini menyumbang
aud$ 1,2 milyar terhadap gop (pereira,2004).
2. Seperti olympiade los angeles 1984, yang nyata nyata panitia mendapat keuntungan
sebesar $ 223 juta dolar.
Organisasi olahraga modern mengalami perkembangan pesat sejak era
industrialisasi. Pakar sosiologi olahraga Allen Guttman menggambarkan bahwa
organisasi olahraga modern saat ini, berdasarkan pengamatannya terhadap perkembangan
olahraga sejak zaman Romawi, memiliki tujuh karakteristik yang dominan.
1. Olahraga tidak lagi dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat religius atau keagamaan.
2. Olahraga bisa merupakan perwujudan pemerataan sosial di masyarakat. Sebab, tidak
ada lagi batasan-batasan yang bisa menghambat partisipasi anggota masyarakat.
3. Di era modern ini, spesialisasi merupakan satu kunci keberhasilan. Jadi, kalau ingin
berkarier di olahraga, seorang atlet harus memilih satu cabang yang menjadi fokus
pilihannya. Bagi Guttman, itu merupakan karakteristik yang ketiga.
3
4. Karakteristik keempat adalah terjadinya rasionalisasi. Dengan makin kompleksnya
dunia olahraga, dibutuhkan seperangkat aturan agar organisasi olahraga dan
pertandingan berjalan baik.
5. Karakteristik kelima berkaitan dengan birokratisasi. Organisasi olahraga tidak lagi
berdiri sendiri, melainkan berkaitan satu sama lain, dari tingkat perkumpulan sampai
tingkat dunia.
6. Dengan makin majunya teknologi informasi, setiap cabang olahraga modern
mencoba melakukan kuantifikasi terhadap jalannya pertandingan. Itu merupakan
karakteristik keenam, dan menjadi daya tarik unik olahraga yang membedakannya dari
peristiwa kesenian atau budaya lainnya.
7. Karakteristik ketujuh menyangkut pemecahan rekor. Menjadi lebih cepat, lebih kuat,
lebih tinggi, dan lebih baik sangat didambakan seorang atlet.
4
keuntungan ekonomi disamping nonekonomi. Itulah sebabnya mengapa banyak negara
yang berebut untuk menjadi tuan rumah suatu event olahraga seperti Asian Games,
Olympic Games, Piala Dunia ( sepakbola) dan Piala Eropa. Oleh karena itu, saya ingin
melihat hubungan olahraga dan ekonomi sebagai hubungan yang bersifat resiprokal.
Artinya, olahraga mempengaruhi ekonomi dan ekonomi mempengaruhi olahraga.
Dalam banyak kasus memang kita jumpai bahwa negara yang secara ekonomi
maju, maka perkembangan olahraganya juga mengalami kemajuan yang sangat berarti.
Lihatlah bagiamana perkembangan olahraga di Amerika, Australia, Perancis, Inggris,
Jepang, dan sebagainya yang telah berkembang begitu pesat. Dari segi prestasi, terutama
dalam Olympic Games , sejumlah negara tersebut telah menempatkan dirinya di papan
atas. Dari segi perspektif tingkat kesehatan masyarakat yang diukur dari angka kematian
bayi, angka harapan hidup, dan sebagainya, negara-negara maju juga lebih unggul.
5
berdampingan dengan dunia bisnis. Hubungannya tidak lagi berjauhan dan terpisah,
tetapi berdekatan dan saling membutuhkan.
Kenyataan seperti ini bukan sesuatu yang sulit untuk bisa dimengerti. Dari sisi
dunia olahraga dapat dikatakan bahwa hampir semua jenis olahraga, apalagi untuk jenis-
jenis olahraga yang amat populer seperti sepakbola, tinju, basket, tenis, voli – sekedar
menyebut beberapa – merupakan kegiatan yang paling banyak menarik perhatian publik.
Dari sisi bisnis, pemasaran (marketing) merupakan bagian yang sangat penting. Dalam
aktivitas pemasaran, seluruh kemampuan dan daya sepenuhnya terarah pada satu tujuan
yaitu merebut sebanyak mungkin calon konsumen untuk sebuah produk atau jasa yang
ditawarkan. Publik luas lalu menjadi ’medan’ sasaran yang hendak dibidik untuk merebut
calon konsumen tadi. Momen kejuaraan dalam pertandingan sebuah jenis olahraga
tertentu adalah momen yang akbar. Di sanalah perhatian ribuan bahkan jutaan pasang
mata tertuju. Di sana kegiatan olahraga menjadi sebuah fokus sekaligus sebuah daya yang
mampu menarik perhatian jutaan pasang mata. Di sana pula sebuah kesempatan dan
peluang bagi para pebisnis untuk tampil mempromosikan produk atau jasa yang
dihasilkan. Cara ini tentu menjadi sangat efektif bagi dunia bisnis. Dunia olahraga,
dengan demikian, dapat dikatakan sebagai sebuah dunia yang telah dan hampir selalu
menjadi hal yang penting bagi sebuah komunikasi bisnis.
Beberapa aktivitas di dunia olahraga dapat dikemukakan sebagai bukti untuk
mendukung penjelasan di atas. Di tingkat Internasional, sebagai contoh, ajang balap
Internasional Formula 1 digunakan oleh para produsen mobil untuk mensponsori
pembalap yang dipandang dapat merepresentasikan perusahaannya. Contoh yang lain,
ajang pertandingan sepakbola Piala Dunia menjadi sarana bagi perusahaan untuk
mempromosikan berbagai produk seperti minuman penyegar dari berbagai merk,
pakaian, sepatu, dan berbagai jenis perlengkapan olahraga, dst. Di tingkat Nasional, hal
serupa – kerjasama dan hubungan anatra bisnis dan olahraga - juga terjadi. Perusahaan
Sampoerna, yang memproduksi berbagai jenis rokok, telah beberapa kali menggelar
turnamen liga bola Voli Sampoerna Hijau. Bukti adanya korelasi dan saling dukung
antara bisnis dan olahraga tentu saja dapat diperpanjang. Namun kiranya kita cukup
menyebutkan beberapa saja.
Pembinaan olahraga secara matang di masa depan akan memberi kontribusi
terhadap peningkatan kesejahteraan perorangan. Misalnya melimpah ruahnya bonus yang
diterima Taufik Hidayat setelah mendapat medali emas olimpiade. Pada saat ini orang
Indonesia tidak akan sulit untuk menemukan fitness centre, bowling alleys, kursus, klub
dan organisasi olahraga, serta pertandingan, turnamen, dan fasilitas olahraga yang
6
dioperasikan secara bisnis. Usaha intensifikasi dan ekstensifikasi perlu dilanjutkan dan
merupakan peluang bisnis bagi seorang berjiwa wirausaha.
Pelaku dan pakar olahraga hendaknya memiliki kesadaran bahwa peranan
olahraga dalam menciptakan bisnis sangat mungkin dan diperlukan. Mereka tidak dapat
berjalan sendiri dalam melakukan industrialisasi olahraga. Karena itu hendaknya
menggandeng pemilik modal sehingga bersinergi menghasilan rencana bisnis yang
matang dan dapat diandalkan.
Dalam kaitan inilah menurut Arismunandar (1997), wawasan bisnis dan
manajemen diperlukan untuk memajukan dan mengembangkan bisnis olahraga. Hal ini
penting karena maju dan berkembangnya bisnis itu akan memicu penelitian dan
pengembangan, meningkatkan mutu pendidikan dan pengembangan ilmu dan teknologi
olahraga, meningkatkan prestasi, serta memperbanyak kesempatan kerja.
Pengelolaan olahraga secara bisnis dapat menghasilkan keuntungan (dana). Akan
tetapi keuntungan yang dapat diraih sangat tergantung pada mutu fasilitas, produk,
pertandingan atau jasa yang dijual, memiliki daya tarik dan ditampilkan pada saat yang
tepat, di tempat strategis.
Ada beberapa persyaratan agar kegiatan olahraga dapat menjadi bisnis:
1. Masyarakat sudah memiliki kesadaran olahraga dapat membugarkan tubuh dan jiwa,
meningkatkan kecerdasan (inteligensia dan emosional), meningkatkan produktivitas
kerja, mengurangi biaya perawatan kesehatan. Sosialisasi peran dan fungsi olahraga
seperti ini selayaknya menjadi program utama pelaku olahraga.
2. Tingkat kesejahteraan masyarakat sudah tinggi sehingga masyarakat tidak hanya
bergelut memenuhi kebutuhan primer (perut) tetapi masyarakat sudah memerlukan
kebutuhan tertier semisal rekreasi dan tontonan (pertandingan olahraga). Karena itu
negara (pemerintah, swasta, masyarakat sipil) selayaknya mengusahakan dengan
cerdas peningkatan kesejahteraan masyarakat ini.
3. Para pengusaha sudah menyadari potensi dan peluang bisnis dari kegiatan olahraga.
Karena itu pemerintah berkewajiban mempromosikan dan menyakinkan para
pengusaha bahwa kegiatan olahraga menyimpan potensi dan peluang bisnis yang
besar terutama derivasi bisnis kegiatan olahraga itu sendiri seperti transportasi,
pariwisata, jasa pelayanan tempat olahraga, perdagangan peralatan olahraga.
7
Peluang semakin terbuka setelah semakin bertambahnya stasiun radio dan televisi,
tidak bisa tidak, kompetensi melakukan negosiasi dan kontrak dengan stasiun radio dan
televisi menjadi sangat penting.
8
Persoalannya, sepak bola yang digandrungi publik saja, masih belum 100 persen
menjadi industri. Misalnya, banyak klub sepak bola masih “menyusu” pada dana APBD
lantaran belum dapat menjadikan sepak bola sebagai industri. Karena, indikasi olahraga
industri adalah kemampuan menutup biaya operasional dari kegiatan olahraga itu sendiri.
Bulu tangkis dan tinju pun belum seberapa sanggup mengindustrikan dirinya.
Perusahaan yang bersedia menjadi sponsor pun tak banyak. Ini disebabkan minat publik
terhadap kedua cabang ini masih minim. Lalu, apakah cabang olahraga lain yang sangat
minim peminatnya, dapat dijadikan industri? Sulit dibantah bahwa jika ingin
mengindustrikan olahraga, maka usaha pertama adalah menjadikan olahraga itu diminati
publik, sehingga dapat merangsang dunia usaha untuk mensponsorinya. Karena, bagi
dunia industri, segala biaya yang dikeluarkan harus berjalan paralel dan linear dengan
produktivitas dan keuntungan. Setiap biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam dunia
olahraga harus memiliki keuntungan ekonomi.
Jadi, usaha dari Kemenpora dan para pengembang olahraga adalah sejauh
mungkin menciptakan sinergi kepentingan dan keuntungan antara olahraga dengan dunia
bisnis. Jika tidak, amat sulit mewujudkan misi mengindustrikan olahraga. Cita-cita mulia
itu pun akhirnya hanya menggantung di awan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Olahraga memberikan arti lebih besar bagi individu dan masyarakat. Menariknya
lagi, olahraga tidak akan pernah lepas dari perkembangan politik, ekonomi, dan sosial.
Setelah era industri dan memasuki era informasi, kala peran media menjadi sangat besar,
keterkaitan olahraga dengan dunia bisnis makin tidak terlepaskan. Olahraga dijadikan
bagian taktik perusahaan meraup pangsa pasar dunia. Hal itu juga membawa atlet
memandang olahraga sebagai ajang yang bisa memberikan kesejahteraan hidup lebih
baik.
Karena, olahraga hanya dapat dimajukan jika punya dana yang besar. Dan, dana
yang besar itu, tak bisa didapat dari “dompet pemerintah” yang memang sangat terbatas,
maka dalam hal ini yang bisa mengambil peran sebagaimana menjadikan olahraga
sebagai peluang bisnis bagi para pelaku usaha modal. Agar olahraga di Indonesia dapat
berkembang seperti negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Olahraga Depdiknas, 2003 Kebijakan Pemerintah Di Bidang Olahraga. Makassar. KONI
Daerah Sulawesi Selatan.
10