Disusun oleh :
ILPANDI ( 20199029)
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
pihak dalam proses penulisan tugas ini, terutama pada dosen mata kuliah yang
terutama pada mata kuliah Sosiologi Olahraga dengan topik “Ekonomi dan
Olahraga ”
saya menyadari bahwa tugas yang saya buat ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
agar dalam proses penyusunan tugas-tugas berikutnya dapat lebih baik lagi. Akhir
Penulis,
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas olahraga dewasa ini sudah merupakan kebutuhan hidup baik bagi
masvarakat pedesaan maupun perkotaan. Secara tidak disadari melakukan olahraga
dapat mempengaruhi jantung, paru-paru, pembuluh darah, otot, tulang, dan
psikologis. Selain itu olahraga juga digunakan sebagai pencegahan, pengobatan dan
rehabilitasi, Pada umumnya orang melakukan olahraga untuk menjaga kesehatan dan
kesegaran jasmani. Olahraga merupakan kebutuhan \setiap orang, tidak hanya bagi
yang masih muda saja, tetapi bagi yang lanjut usia (lansia), olahraga juga masih
diperlukan. Dengan berolahraga kebugaran akan terjaga, tetap sehat dan segar,
sehingga dapat menikrnati kebahagiaan. Kondisi tersebut diatas memberikan peluang
bisnis yang sangat menarik dan menjanjikan untuk peningkatan ekonomi. Hal ini
melihat kondisi perekonomian kita dewasa ini yang tidak menentu dan sulit
diprediksi. Melihat realita perekonomian tersebut, seseorang akan menentukan jenis
usaha apapun akan menemukan banyak kendala karena barang-barang dagangan
sering mengalami perubahan harga yang tidak rasional. Dari fenomena tersebut usaha
yang paling menjanjikan dan tidak terlalu banyak mengandung resiko adalah usaha
jasa. Hal ini tentunya bukan tanpa alasan, usaha jasa secara ekonomi tidak
memerlukan modal yang banyak, tetapi satu-satunya modal yang harus dimiliki
adalah harus mempunyai keterampilan tertentu, misalnva menguasai dan trampil
senam aerobik ataupun fitness. Dengan mengusai hal tersebut sanggar-sanggar senam
ataupun klub – klub kebugaran akan menghubungi untuk menjadi instruktur pada
sanggar atau klub kebugarannya.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Olahraga tidak hanya jasmani dan rohani tetapi juga bisa menjamin kesejahteraan
atletnya," bakat dan semangat saja dalam mengembangkan olahraga tidak cukup
namun diperlukan manajemen olahraga yang baik dan benar.
4) Gareth Bale (Real Madrid / Wales) sebesar 9.8 miliar per pekan
5) Eden Hazard (Real Madrid/ Belgia) sebesar 8.1 miliar per pekan
Melihat gaji diatas, rasanya fantastis dan luar biasa, karena nilai nominal nya yang
begitu besar dan banyak, padahal itu hanya gaji mereka dalam sebulan. Coba
bandingkan disini ?? Berapa rata-rata penghasilan karyawan ?? Bahkan gaji mereka
mengalahkan seorang Presiden. Pemain sepakbola di Indonesia-pun gaji tertingginya,
berkisar antara Rp. 8.3 miliar permusim (Mark Klok-Persib).
Ini tidak heran, mengingat sepakbola di Eropa adalah suatu bisnis, suatu hiburan, dan
suatu Industri. Banyak yang terlibat disana, misalkan saja para sponsor, pemain,
pendukung, manajemen klub, dll. Mengingat perputaran uang yang begitu besar dan
mereka rata-rata bermain di klub-klub besar Eropa, Mungkin mereka wajar di hargai
semahal itu. Tapi tetap saja ini terasa tidak adil menurut saya, jika dikaitkan dengan
3
bagaimana perekonomian di negara-negara berkembang, sangat jauh gap nya. Ini
tidak lepas dari sistem ekonomi kapitalis, yang selalu mengeksploitasi apapun yang
menghasilkan uang.
Nilai ekonomi dalam olahraga adalah seberapa banyak olahraga tersebut disukai
banyak orang dan memiliki nilai hiburan tinggi sehingga menghasilkan uang. Nilai
ekonomi olahraga mengikuti perkembangan masyarakat perbudakan dan semakin
meningkat pada zaman feodalisme hinggi kini kapitalisme. Pada zaman kapitalisme
ini, sisa zaman perbudakan masih bisa kita lihat seperti gulat dan tinju. Selain nilai
hiburan, olahraga pada zaman feodalisme adalah juga tontonan dari kelas yang
berlawanan. Kelas penguasa tuan-tuan tanah mengadu budak budak mereka untuk jadi
hiburan, bila yang melawan maka akan dibunuh. Nah, zaman kapitalisme inilah
olahraga dijadikan nilai ekonomi yang tinggi. Olahraga ditempatkan sebagai tempat
orang mencari uang sambil berolahraga. Dalam alam kapitalisme olahraga dijadikan
alat promosi sebuah produk sekaligus pengguna produk. Contoh nilai ekonomi dalam
olahraga antara lain:
1. Studi di austraia juga menunjukkan bahwa layanan olahraga dan rekreasi dapat
menghasilkan pendapatan nasional sebesar aud $4,8 milyar pertahun, aud $ 4 milyar
dihasilkan dari penjualan produk olahraga dan rekreasi; dan sektor ini menyumbang
aud$ 1,2 milyar terhadap gop (pereira,2004).
2. Seperti olympiade los angeles 1984, yang nyata nyata panitia mendapat keuntungan
sebesar $ 223 juta dolar.
1. Olahraga tidak lagi dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat religius atau keagamaan.
3. Di era modern ini, spesialisasi merupakan satu kunci keberhasilan. Jadi, kalau
ingin berkarier di olahraga, seorang atlet harus memilih satu cabang yang menjadi
fokus pilihannya. Bagi Guttman, itu merupakan karakteristik yang ketiga.
4
4. Karakteristik keempat adalah terjadinya rasionalisasi. Dengan makin kompleksnya
dunia olahraga, dibutuhkan seperangkat aturan agar organisasi olahraga dan
pertandingan berjalan baik.
Penelitian Guttman itu memberikan gambaran bahwa olahraga memang bukan semata
aktivitas fisik.
Hingga saat ini, tampaknya masih ada opini yang mengatakan bahwa kegiatan
olahraga cenderung menghambur-hamburkan uang. Bahkan ada analisis yang
tendensius, daripada untuk kegiatan olahraga yang jutaan bahkan milyaran rupiah
lebih baik digunakan untuk mengentaskan kemiskinan rakyat yang masih sekitar 140
juta. Pendapat dan analisis yang demikian tentu sah-sah saja.Tetapi benarkah olahraga
hanya menghabiskan uang ? Tidakkah ada revenue yang bisa diharapkan dari kegiatan
olahraga ? Mungkinkah terjadi multiplier effect dari sebuah kegiatan olahraga?
Pertanyaan seperti itu memang agak sulit dijawab secara pasti, jika saja tidak ada
bukti-bukti yang mendukungnya. Bahwa untuk melakukan pembinaan olahraga
membutuhkan dana yang tidak sedikit saya kira adalah fakta yang tidak bisa
dipungkiri. Ketika suatu negara atau daerah menyelenggarakan sebuah event
olahraga, mungkin sekali banyak dana yang digunakan untuk membiayainya. Tetapi
sangat boleh jadi kegiatan olahraga juga mampu mendorong tumbuhnya ekonomi, dan
bahkan mendatangkan keuntungan langsung seperti Olympiade Los Angeles 1984,
yang nyata nyata panitia mendapat keuntungan sebesar $ 223 juta dolar. Olympiade
5
Los Angeles merupakan olympiade pertama yang menerapkan pendekatan logika
ekonomi melalui sport business. Pernyataan tersebut memberikan bukti bahwa
olahraga apabila dikelola secara profesional dapat mendatangkan keuntungan
ekonomi disamping nonekonomi. Itulah sebabnya mengapa banyak negara yang
berebut untuk menjadi tuan rumah suatu event olahraga seperti Asian Games,
Olympic Games, Piala Dunia ( sepakbola) dan Piala Eropa. Oleh karena itu, saya
ingin melihat hubungan olahraga dan ekonomi sebagai hubungan yang bersifat
resiprokal. Artinya, olahraga mempengaruhi ekonomi dan ekonomi mempengaruhi
olahraga. Dalam banyak kasus memang kita jumpai bahwa negara yang secara
ekonomi maju, maka perkembangan olahraganya juga mengalami kemajuan yang
sangat berarti. Lihatlah bagiamana perkembangan olahraga di Amerika, Australia,
Perancis, Inggris, Jepang, dan sebagainya yang telah berkembang begitu pesat. Dari
segi prestasi, terutama dalam Olympic Games , sejumlah negara tersebut telah
menempatkan dirinya di papan atas. Dari segi perspektif tingkat kesehatan masyarakat
yang diukur dari angka kematian bayi, angka harapan hidup, dan sebagainya, negara-
negara maju juga lebih unggul.
Sejauh ini, olahraga komersil telah mengglobal dan akan terus berkembang seiring
dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat dunia. Olahraga komersil merupakan
bisnis yang unik. Pemilik dan sponsor adalah orang yang sukses dalam bisnis di mana
mereka mampu membayar atlet berikut timnya sementara. Olahraga komersial
nampak telah menjadi bagian dari masyarakat masa kini. Perkembanganya dipadukan
dengan urbanisasi, industrialisasi, pengingkatan transportasi, dan teknologi
komunikasi. Olahraga komersial juga telah mengakses para atlet memasuki panggung
hiburan, para atlet dapat menghangatkan suasana ajang pertandingan berkaitan dengan
hak-hak dan penghasilan menjadi penting. Dalam olahraga profesional isu mengenai
hak-hak pemain telah menjadi perhatian utama. Hak mereka terangkat gajipun
meningkat. Gaji mereka akan semakin bertambah dari televisi yang menyiarkan
pertandingan mereka Bisnis adalah sebuah dunia yang berkaitan dengan aspek profit.
Sementara olahraga adalah sebuah kegiatan yang pertama-tama berhubungan dengan
masalah bagaimana membina manusia agar secara fisik dan mental menjadi lebih
6
sehat dan baik. Bisnis dan olahraga, dengan demikian, adalah dua hal yang berbeda
dan tidak saling berkaitan. Itu adalah sebuah pandangan dahulu. Anggapan demikian
tentu kini tidak lagi berlaku. Bisnis dan olahraga (sport) telah menjadi dua hal yang
saling berdekatan dan saling mendukung. Kedekatan dan saling hubungan ini justru
menjadi semakin kuat. Itu terbukti dari fakta bahwa pemasaran sebagai bagian penting
dalam bisnis sering memanfaatkan setiap momentum dalam kegiatan olahraga
tertentu sebagai ajang untuk berpromosi. Dunia olahraga lalu berdampingan dengan
dunia bisnis. Hubungannya tidak lagi berjauhan dan terpisah, tetapi berdekatan dan
saling membutuhkan. Kenyataan seperti ini bukan sesuatu yang sulit untuk bisa
dimengerti. Dari sisi dunia olahraga dapat dikatakan bahwa hampir semua jenis
olahraga, apalagi untuk jenis-jenis olahraga yang amat populer seperti sepakbola,
tinju, basket, tenis, voli – sekedar menyebut beberapa – merupakan kegiatan yang
paling banyak menarik perhatian publik. Dari sisi bisnis, pemasaran (marketing)
merupakan bagian yang sangat penting. Dalam aktivitas pemasaran, seluruh
kemampuan dan daya sepenuhnya terarah pada satu tujuan yaitu merebut sebanyak
mungkin calon konsumen untuk sebuah produk atau jasa yang ditawarkan. Publik luas
lalu menjadi ’medan’ sasaran yang hendak dibidik untuk merebut calon konsumen
tadi. Momen kejuaraan dalam pertandingan sebuah jenis olahraga tertentu adalah
momen yang akbar. Di sanalah perhatian ribuan bahkan jutaan pasang mata tertuju. Di
sana kegiatan olahraga menjadi sebuah fokus sekaligus sebuah daya yang mampu
menarik perhatian jutaan pasang mata. Di sana pula sebuah kesempatan dan peluang
bagi para pebisnis untuk tampil mempromosikan produk atau jasa yang dihasilkan.
Cara ini tentu menjadi sangat efektif bagi dunia bisnis. Dunia olahraga, dengan
demikian, dapat dikatakan sebagai sebuah dunia yang telah dan hampir selalu menjadi
hal yang penting bagi sebuah komunikasi bisnis. Beberapa aktivitas di dunia olahraga
dapat dikemukakan sebagai bukti untuk mendukung penjelasan di atas. Di tingkat
Internasional, sebagai contoh, ajang balap Internasional Formula 1 digunakan oleh
para produsen mobil untuk mensponsori pembalap yang dipandang dapat
merepresentasikan perusahaannya. Contoh yang lain, ajang pertandingan sepakbola
Piala Dunia menjadi sarana bagi perusahaan untuk mempromosikan berbagai produk
seperti minuman penyegar dari berbagai merk, pakaian, sepatu, dan berbagai jenis
perlengkapan olahraga, dst. Di tingkat Nasional, hal serupa – kerjasama dan
hubungan anatra bisnis dan olahraga - juga terjadi. Perusahaan Sampoerna, yang
memproduksi berbagai jenis rokok, telah beberapa kali menggelar turnamen liga bola
7
Voli Sampoerna Hijau. Bukti adanya korelasi dan saling dukung antara bisnis dan
olahraga tentu saja dapat diperpanjang. Namun kiranya kita cukup menyebutkan
beberapa saja.
Pembinaan olahraga secara matang di masa depan akan memberi kontribusi terhadap
peningkatan kesejahteraan perorangan. Misalnya melimpah ruahnya bonus yang
diterima Taufik Hidayat setelah mendapat medali emas olimpiade. Pada saat ini orang
Indonesia tidak akan sulit untuk menemukan fitness centre, bowling alleys, kursus,
klub dan organisasi olahraga, serta pertandingan, turnamen, dan fasilitas olahraga
yang dioperasikan secara bisnis. Usaha intensifikasi dan ekstensifikasi perlu
dilanjutkan dan merupakan peluang bisnis bagi seorang berjiwa wirausaha. Pelaku
dan pakar olahraga hendaknya memiliki kesadaran bahwa peranan olahraga dalam
menciptakan bisnis sangat mungkin dan diperlukan. Mereka tidak dapat berjalan
sendiri dalam melakukan industrialisasi olahraga. Karena itu hendaknya
menggandeng pemilik modal sehingga bersinergi menghasilan rencana bisnis yang
matang dan dapat diandalkan. Dalam kaitan inilah menurut Arismunandar (1997),
wawasan bisnis dan manajemen diperlukan untuk memajukan dan mengembangkan
bisnis olahraga. Hal ini penting karena maju dan berkembangnya bisnis itu akan
memicu penelitian dan pengembangan, meningkatkan mutu pendidikan dan
pengembangan ilmu dan teknologi olahraga, meningkatkan prestasi, serta
memperbanyak kesempatan kerja.Pengelolaan olahraga secara bisnis dapat
menghasilkan keuntungan (dana). Akan tetapi keuntungan yang dapat diraih sangat
tergantung pada mutu fasilitas, produk, pertandingan atau jasa yang dijual, memiliki
daya tarik dan ditampilkan pada saat yang tepat, di tempat strategis. Ada beberapa
persyaratan agar kegiatan olahraga dapat menjadi bisnis:
8
negara (pemerintah, swasta, masyarakat sipil) selayaknya mengusahakan dengan
cerdas peningkatan kesejahteraan masyarakat ini.
3. Para pengusaha sudah menyadari potensi dan peluang bisnis dari kegiatan olahraga.
Karena itu pemerintah berkewajiban mempromosikan dan menyakinkan para
pengusaha bahwa kegiatan olahraga menyimpan potensi dan peluang bisnis yang
besar terutama derivasi bisnis kegiatan olahraga itu sendiri seperti transportasi,
pariwisata, jasa pelayanan tempat olahraga, perdagangan peralatan olahraga.
4. Pemilik modal dan pengurus organisasi keolahragaan serta pelaku olahraga lainnya
tidak cukup hanya individu yang mencintai olahraga yang mau berkorban tenaga dan
materi, tetapi selayaknya mereka memiliki jiwa wirausaha. Peluang semakin terbuka
setelah semakin bertambahnya stasiun radio dan televisi, tidak bisa tidak, kompetensi
melakukan negosiasi dan kontrak dengan stasiun radio dan televisi menjadi sangat
penting.
9
diperlukan. Promosi pariwisata hendaknya meliputi semua kegiatan yang ada
sehingga berorientasi pada kepentingan dan keberhasilan semua. Misalnya konferensi,
pameran, acara adat, museum, arsitektur, pertunjukan, kesenian, olahraga, dan
pariwisata sendiri. Satu cita-cita mulia yang belum berhasil diwujudkannya adalah
membawa olahraga Indonesia menjadi sebuah industri yang membanggakan. Sebab,
dengan mengindustrikan olahraga, secara ekonomi para atlet kita bisa mapan.
Karena, dengan mengindustrikan olahraga, segala aktivitas bisnis dilibatkan di
dalamnya, sehingga semua pembiayaan olahraga yang profesional dengan fasilitas
yang lengkap dapat tercipta. Pertanyaannya, apakah olahraga kita dapat dijadikan
industri? Apa pun jawabannya, harus diakui jika ingin memajukan olahraga nasional,
mengindustrikan olahraga menjadi suatu keharusan. Karena, olahraga hanya dapat
dimajukan jika punya dana yang besar. Dan, dana yang besar itu, tak bisa didapat dari
“dompet pemerintah” yang memang sangat terbatas. Persoalannya, sepak bola yang
digandrungi publik saja, masih belum 100 persen menjadi industri. Misalnya, banyak
klub sepak bola masih “menyusu” pada dana APBD lantaran belum dapat menjadikan
sepak bola sebagai industri. Karena, indikasi olahraga industri adalah kemampuan
menutup biaya operasional dari kegiatan olahraga itu sendiri.Bulu tangkis dan tinju
pun belum seberapa sanggup mengindustrikan dirinya. Perusahaan yang bersedia
menjadi sponsor pun tak banyak. Ini disebabkan minat publik terhadap kedua cabang
ini masih minim. Lalu, apakah cabang olahraga lain yang sangat minim peminatnya,
dapat dijadikan industri? Sulit dibantah bahwa jika ingin mengindustrikan olahraga,
maka usaha pertama adalah menjadikan olahraga itu diminati publik, sehingga dapat
merangsang dunia usaha untuk mensponsorinya. Karena, bagi dunia industri, segala
biaya yang dikeluarkan harus berjalan paralel dan linear dengan produktivitas dan
keuntungan. Setiap biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam dunia olahraga harus
memiliki keuntungan ekonomi. Jadi, usaha dari Kemenpora dan para pengembang
olahraga adalah sejauh mungkin menciptakan sinergi kepentingan dan keuntungan
antara olahraga dengan dunia bisnis. Jika tidak, amat sulit mewujudkan misi
mengindustrikan olahraga. Cita-cita mulia itu pun akhirnya hanya menggantung di
awan.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Olahraga memberikan arti lebih besar bagi individu dan masyarakat. Menariknya lagi,
olahraga tidak akan pernah lepas dari perkembangan politik, ekonomi, dan sosial.
Setelah era industri dan memasuki era informasi, kala peran media menjadi sangat
besar, keterkaitan olahraga dengan dunia bisnis makin tidak terlepaskan. Olahraga
dijadikan bagian taktik perusahaan meraup pangsa pasar dunia. Hal itu juga membawa
atlet memandang olahraga sebagai ajang yang bisa memberikan kesejahteraan hidup
lebih baik.. Karena, olahraga hanya dapat dimajukan jika punya dana yang besar.
Dan, dana yang besar itu, tak bisa didapat dari “dompet pemerintah” yang memang
sangat terbatas, maka dalam hal ini yang bisa mengambil peran sebagaimana
menjadikan olahraga sebagai peluang bisnis bagi para pelaku usaha modal. Agar
olahraga di Indonesia dapat berkembang seperti negara lain.
11
Daftar Rujukan
http://joeniafrizal.blogspot.com/2013/11/politik-dan-olahraga.html
12