Anda di halaman 1dari 109

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1 :

1. Amalia Ulfa (E1Q019004)


2. Chorina Ika Ristanti (E1Q019012)
3. Erika (E1Q019019)
4. Indah Putri Aprilianti (E1Q019029)
5. Liana (E1Q019035)
6. Putri Julia Maemum (E1Q019060)
7. Saadila Hayati (E1Q019068)
8. Siti Jamila (E1Q019071)
9. Yastri Darma Saena (E1Q019083)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2019
LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1 :

1. Amalia Ulfa (E1Q019004)


2. Chorina Ika Ristanti (E1Q019012)
3. Erika (E1Q019019)
4. Indah Putri Aprilianti (E1Q019029)
5. Liana (E1Q019035)
6. Putri Julia Maemum (E1Q019060)
7. Saadila Hayati (E1Q019068)
8. Siti Jamila (E1Q019071)
9. Yastri Darma Saena (E1Q019083)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Fisika Dasar ini diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
mata kuliah Fisika Dasar I pada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Mataram.

Disahkan di Mataram, pada tanggal 3 Desember 2019

Mengetahui,

Co.Asst I Co.Asst II Co.Asst III

Fiki Rahmana Hisbulloh Als Mustofa M. Hidayat Nursiddieq


NIM : E1Q017023 NIM : E1Q017028 NIM : E1Q017032

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunia Nya pada kami dalam melaksanakan tugas praktikum ini. Sehingga
akhirnya tersusunlah laporan praktikum yang sistematis ini. Hal ini kami lakukan untuk
memenuhi tugas praktikum Fisika Dasar. Kegiatan ini sangatlah bermanfaat, kami mendapat
banyak ilmu mengenai penelitian secara ilmiah hingga mencoba membuktikan teori fisika yang
ada pada materi mata kuliah melalui praktikum.

Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah membantu
kelancaran praktikum kelompok kami, maupun pihak yang membantu penyusunan laporan ini.
Terima kasih pula kami haturkan kepada :

1. Ibu Jannatin Ar Dhuha’, S. Si. M. Sc dan Bapak Dr. rer. nat. Kosim, Drs. M. Si, selaku
dosen mata kuliah Fisika Dasar I.
2. Kakak Co.Asst selaku pembimbing kami yang telah mengajarkan banyak ilmu saat
praktikum dan sabar mendampingi kami.
3. Seluruh anggota kelompok yang saling mendukung dan membantu baik saat praktikum
maupun penyusunan laporan.

Penulis mohon saran dan kritiknya apabila terdapat kekurangan pada hasil laporan yang
telah kami buat. Semoga laporan ini memberi banyak manfaat kepada semua pihak termasuk
penulis sendiri.

Mataram, 2 Desember 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER.......................................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR....................................................................................................................iii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iv

PERCOBAAN-PERCOBAAN

PERCOBAAN I ANGKA SIGNIFIKAN...................................................................................1


PERCOBAAN II JANGKA SORONG DAN MIKROMETER SEDERHANA......................14
PERCOBAAN III ALAT UKUR MEKANIK..........................................................................22
PERCOBAAN IV GERAK LURUS BERATURAN...............................................................37
PERCOBAAN V BANDUL MATEMATIS............................................................................50
PERCOBAAN VI ELASTISITAS............................................................................................58
PERCOBAAN VII SIFAT LENSA DAN PEMBENTUKAN BAYANGAN.........................74
PERCOBAAN VIII ALAT-ALAT OPTIK..............................................................................88

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................100

iv
PERCOBAAN I

ANGKA SIGNIFIKAN

A. Tujuan Percobaan
Menentukan nilai dari konstanta π dari suatu pengukuran.

B. Landasan Teori

Angka penting adalah hasil pengukuran yang terdiri dari beberapa angka pasti dan
satu angka terakhir yang berupa perkiraan. Angka nol di depan, menunjukan letak koma
decimal bukanlah angka penting. Misalnya 0,00025 hanya terdiri dari dua angka penting.
Angka nol di belakang dapat merupakan angka penting, tapi juga dapat sekedar untuk
menunjukkan letak koma decimal. Karena ketidakjelasan ini, maka penulisan hasil
pengukuran hendaknya dinyatakan dalam notasi ilmiah(Satriawan, 2012 : 9)

Penulisan angka enting memuat beberapa aturan, diantaranya semua bukan angka
nol merupakan angka penting, angka nol yang terletak diatara dua angka bukan nol
merupakan angka penting, semua angka nol yangdigunakan hanya untuk tempat titik
decimal bukan merupakan angka penting, semua angka nol yang terletak pada deretan
terakhir dari angka-angka yang ditulis di belakang koma decimal merupakan angka
penting dan semua angka sebelum orde (pada notasi ilmiah) termasuk angka penting.
Dalam operasi perkalian dan pembagian angka penting harus memiliki bilangan
sebanyak bilangan dengan jymlah angka penting paling sedikit yang digunakan dalam
operasi tersebut. Sedangkan pada penjumlahan dan pengurangan angka pnting dilihat
dari desimalnya yang paling sedikit yang digunakan pada operasi tersebut
(Rokhmat,2017 : 30).

Ketika jumlah tertentu diukur, nilai yang diukur hanya diketahui di dalam batas
ketidakpastian eksperimntal. Nilai ketidakpastian ini dapat bergantung pada berbagai
faktor, seperti kualitas apparatu, keterampilan eksperimen, dan jumlah pengukuran yang
dilakukan. Jumlah angka pentimg dalam suatu pengukuran dapat digunakan untuk

1
mengungkapkan sesuatu tentang ketidakpastian. Sehingga secara umum, angka
signifikan dalam pengukuran adalah angka yang dapat dipercaya (selain angka nol)
digunakan untuk menemukan angka estimasi pertama (Serway,2004 : 15).

C. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah satu unit benang kasur, satu unit
penggaris pelastik, satu unit pensil dan double tip secukupnya. Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah satu unit uang logam Rp100, satu unit uang Rp.200 dan satu
unit uang Rp500.

D. Prosedur Percobaan
Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Lalu, salah satu pinggiran uang logam
direkatkan menggunakan double tip. Setelah itu, direkatkan benang pada pinggiran uang
logam yang telah diberi perekat tadi. Benang yang telah direkatkan pada uang logam
dililitkan melingkari uang logam tersebut. Lalu, bagian akhir dari benang tersebut
ditandai dengan spidol, dibagian yang telah diberi tanda digunting. Kemudian, keliling
uang logam tersebut diukur dan pengukuran keliling dari uang logam dicatat. Selanjutnya
diameter uang logam diukur dan dicatat pula hasil pengukurannya.

E. Hasil Pengamataan
Tabel 1.1 Hasil Pengukuran Uang Logam Rp100

No
Keliling Lingkaran Diameter Lingkaran Nilai π
.
1 7.5 cm 2.2cm 3.41cm
2 7.3 cm 2.3cm 3.17cm
3 7.3 cm 2.3cm 3.17cm
4 7.3 cm 2.2cm 3.31cm
5 7.5 cm 2.2cm 3.41cm
Jumlah 16.47cm

2
Table 1.2 Hasil Pengukuran Uang Logam Rp200

No Keliling Lingkaran Diameter Lingkaran Nilai π


1 8.1 cm 2.4cm 3.37
2 8.0cm 2.4cm 3.33
3 8.0cm 2.4cm 3.33
4 8.0cm 2.4cm 3.33
5 8.0cm 2.4cm 3.33
Jumlah 16.69

Table 1.2 Hasil Pengukuran Uang Logam Rp500


No Keliling Lingkaran Diameter Lingkaran Nilai π
1 8.6cm 2.6cm 3.30
2 8.6cm 2.6cm 3.30
3 8.6cm 2.7cm 3.18
4 8.6cm 2.6cm 3.30
5 8.8cm 2.7cm 3.25
Jumlah 16.33

F. Analisis Data
1. Menentukan nilai π dari hasil pengukuran
a. Untuk uang logam Rp100
Diketahui : k1 = 7,5 cm
k2 = 7,3 cm
k3 = 7,3 cm
k4 = 7,3 cm
k5 = 7,5 cm
d1 = 2,2 cm
d2 = 2,3 cm
d3 = 2,3 cm
d4 = 2,2 cm
d5 = 2,2 cm
Ditanya : π = …?
k1
Penyelesaian : π1 =
d1
3
7,5 cm
π1 =
2, 2 cm
π1 = 3,41
k2
π2 =
d2
7,3 cm
π2 =
2, 3 cm
π2 = 3,17
k3
π3 =
d3
7,3 cm
π3 =
2,3 cm
π3 = 3,17
k4
π4 =
d4
7,3 cm
π4 =
2,2 cm
π4 = 3,31
k5
π5 =
d5
7,5 cm
π5 =
2,2 cm
π5 = 3,41

b. Untuk uang logam Rp200


Diketahui : k1 = 8,1 cm
k2 = 8,0 cm
k3 = 8,0 cm
k4 = 8,0 cm
k5 = 8,0 cm
d1 = 2,4 cm
d2 = 2,4 cm
d3 = 2,4 cm
4
d4 = 2,4 cm
d5 = 2,4 cm
Ditanya : π = …?
k1
Penyelesaian : π1 =
d1
8,1 cm
π1 =
2,4 cm
π1 = 3,37
k2
π2 =
d2
8,0 cm
π2 =
2,4 cm
π2 = 3,33
k3
π3 =
d3
8,0 cm
π3 =
2,4 cm
π3 = 3,30
k4
π4 =
d4
8,0 cm
π4 =
2,4 cm
π4 = 3,33
k5
π5 =
d5
8,0 cm
π5 =
2,4 cm
π5 = 3,33

c. Untuk uang logam Rp500


Diketahui : k1 = 8,6 cm
k2 = 8,6 cm
k3 = 8,6 cm

5
k4 = 8,6 cm
k5 = 8,8 cm
d1 = 2,6 cm
d2 = 2,6 cm
d3 = 2,7 cm
d4 = 2,6 cm
d5 = 2,7 cm
Ditanya : π = …?
k1
Penyelesaian : π1 =
d1
8,6 cm
π1 =
2, 6 cm
π1 = 3,30
k2
π2 =
d2
8,6 cm
π2 =
2, 6 cm
π2 = 3,30
k3
π3 =
d3
8,6 cm
π3 =
2, 7 cm
π3 = 3,18
k4
π4 =
d4
8,6 cm
π4 =
2,6 cm
π4 = 3,30
k5
π5 =
d5
8,8 cm
π5 =
2,7 cm
π5 = 3,25

6
2. Menentukan nilai π sebenarnya
a. Untuk uang logam Rp100
Diketahui : π1 = 3,41
π2 = 3,17
π3 = 3,17
π4 = 3,31
π5 = 3,41
Ditanya : π =…?
π 1 + π 2 + π 3 +π 4 + π 5
Penyelesaian : πrata-rata =
5
3,41+ 3,17+3,17 +3,31+ 3,41
πrata-rata =
5
16,47
πrata-rata =
5
πrata-rata = 3,29
Jadi, nilai π rata-rata adalah 3,29.
∆π = √∑ ¿ ¿ ¿ ¿

∆π =

2 2 2
( 3,41−3,29 ) + ( 3,17−3,29 ) + ( 3,17−3,29 ) +(3,31−3,29)2

√ +(3 , 4 1−3,29)2
5

2 2 2 2 2
= 0,12 −0,12 −0,12 +0,02 +0,12
∆π
√ −2
5

= 5,64 × 10
∆π
√ 5
∆π = √ 0,01128
∆π = 0,03
Jadi, nilai ∆ π adalah 0,03.
7
π = π ±∆π
π = 3,29 + 0,03
π = 3,32
atau
π = 3,29 - 0,03
π = 3,26
Jadi, nilai πadalah 3,32 atau 3,26.

b. Untuk uang logam Rp200


Diketahui : π1 = 3,37

π2 = 3,33

π3 = 3,33

π4 = 3,33

π5 = 3,33

Ditanya : π =…?

π 1 + π 2 + π 3 +π 4 + π 5
Penyelesaian : πrata-rata =
5

3,37+3,33+3,33+3,33+3,33
πrata-rata =
5

16,69
πrata-rata =
5

πrata-rata = 3,33

Jadi, nilai π rata-rata adalah 3,33.

∆π = √∑ ¿ ¿ ¿ ¿

8
∆π = ¿¿¿

¿

2
= 0,04
∆π

5

0,0016
∆π =
√ 5

∆π = √ 3,2× 10−4

∆π = 0,02

Jadi, nilai ∆ π adalah 0,02.


π = π ±∆π
π = 3,33 + 0,02
π = 3,35
atau
π = 3,33 - 0,02
π = 3,31
Jadi, nilai πadalah 3,35 atau 3,31.

c. Untuk uang logam Rp500


Diketahui : π1 = 3,30

π2 = 3,30

π3 = 3,18

π4 = 3,30

π5 = 3,25

Ditanya : π =…?

9
π 1 + π 2 + π 3 +π 4 + π 5
Penyelesaian : πrata-rata =
5

3,30+3,30+3 , 18+ 3 ,30+3,25


πrata-rata =
5

16 ,33
πrata-rata =
5

πrata-rata = 3,26

Jadi, nilai π rata-rata adalah 3,26.

∆π = √∑ ¿ ¿ ¿ ¿

2 2 2
( 3,30−3,26 ) + ( 3,30−3,26 ) + ( 3,18−3,26 )
∆π =
√ +(3,30−3,26)2 +(3,25−3,26)2
5

2 2 2 2 2
= 0,04 +0,04 −0,08 +0,04 −0,01
∆π
√ 5

−3
= 12,2 ×10
∆π
√ 5

∆π = 0,04

Jadi, nilai ∆ π adalah 0,04.

π = π ±∆π
π = 3,26 + 0,04
π = 3,30
atau
π = 3,26 - 0,04
π = 3,22
10
Jadi, nilai πadalah 3,30 atau 3,22.

3. Menentukan kesalahan relatif


a. Untuk uang logam Rp100
Diketahui : ∆π = 0,03
π = 3,29
Ditanya : KR = …?
∆π
Penyelesaian : KR = ×100 %
π́
0,03
KR = ×100 %
3,29
KR = 0,9 %
Jadi, nilai kesalahan relatif adalah 0,9 %.

b. Untuk uang logam Rp200


Diketahui : ∆π = 0,02

π = 3,33

Ditanya : KR = …?

∆π
Penyelesaian : KR = ×100 %
π́

0,02
KR = ×100 %
3,33

KR = 0,6 %

Jadi, nilai kesalahan relatif adalah 0,6 %.


c. Untuk uang logam Rp500
Diketahui : ∆π = 0,04

π = 3,26

Ditanya : KR = …?

11
∆π
Penyelesaian : KR = ×100 %
π́

0,04
KR = × 100 %
3,26

KR = 1,2 %

Jadi, nilai kesalahan relatif adalah 1,2 %.

G. Pembahasan
Berdasarkan percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan nilai dari konstanta
πdari suatu pengukuran, yaitu angka signifikam dapat memberikan informai yang actual
mengenai nilai dan ketetapan angka penting terdiri dari beberapa angka pasti dan satu
angka terakhir yang berupa perkiraan. Dalam operasi perkalian dan pembagian angka
penting harus memiliki bilamgan sebanyak bilangan dengan jumlah angka penting paling
sedikit yang digunakan pada operasi terebut. Sedangkan pada penjumlahan dan
pengurangan angka pentig ilihat dari desimalnya yang paling sedikit yang digunakan pada
operasi tersebut. Ketidakpastian biasanya satu atau dua satuan pada digit terakhir dan
angka yang dapat dipercaya disebut angka signifikan. Besarnya ketidakpastian bergantung
pada keahlian pelaksana percobaan dan peralatan yang digunakan oleh pelaksana.
Dalam hasil pengukuran diameter dari uang logam senilai Rp100, 200 dan 500
yang dilakukan sebanyak 5 kali percobaan mendapatkan hasil yang berbeda pada
beberapa percobaan. Dari percobaan tersebut diperoleh data yang digunakan untuk
mencari hasil perhitungan nilai π(phi). Tiga uang logam tersebut mempunyai nilai π yang
berbeda. Dengan mencari keliling dan diameter pada uang logam Rp100,200, dan 500
dapat dihitung nilai π. Π rata-rata pada uang logam bernilai 100 adalah 3.29 , sedangkan
pada uang logam bernilai 200 adalah 3.33 dan pada uang logam 500 adalah 3.26. dalam
pembuktian ketidakpastian relative (KR) pada ketiga uang logam berturut-turut
Rp100,200 dan 500 adalah 0.9% dengan nilai keberhasilan pengukuran 99.1%,
selanjutnya adalah 0.6% dengan nilai keberhasilan 99.4% dan yang terakhir sebesar 1.2%
sehingga nilai keberhasilan pengukuran sebesar 98.8%. ketidakpastian relative
berpengaruh pada keberhasilan pengukuran serta keberhasilan pengukur atau praktikum.
12
Angka signifikan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari seperti untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang pasti. Pengukuran merupakan hal yang penting.
Tetapi, dalam mengukur sering kali terjadi kekeliruan. Kekeliruan ini dapat diatasi
menggunakan alat ukur yang lebih teliti dan begitupula pengukurannya.

H. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan, analisis data, dan pembahsan dapat
disimpulkan bahwa semakin kecil nilai ketidakrelatifan suatu pengukuran maka
semakin besar nilai keberhasilan pengukuran, sesuai dengan percobaan pada uang
logam Rp200 memiliki ketidakrelatifan paling sedikit sehingga keberhasilan
pengukurannya besar dan diikuti oleh uang logam Rp100 kemudian uang logam
Rp500. Selain itu, dalam mencari nilai π pada percobaan diutuhkan pengamat yang
teliti begitu pula dengan alat ukurnya. Percobaan yang praktikan lakukan dikatakan
berhasil karena angka ketidakrelatifan masuk dalam standar, yakni kurang dari 5%.

2. Saran

Sebaiknya, kebersihan dalam ruang laboratorium harus selalu dijaga oleh


semua pihak.

13
PERCOBAAN II

JANGKA SORONG DAN MIKROMETER SEDERHANA

A. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat membuat jangka sorong dan mikrometer sederhana, serta dapat
mengerti prinsip kerja dari dua alat tersebut.

B. Landasan Teori
Jangka sorong adalah alat ukur panjang yang digunakan untuk mengukur
diameter benda atau ketebalan benda. Skala terkecil jangka sorong adalah 0,1 mm atau
0,01 cm. Sedangkan ketelitian jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil jangka
sorong yaitu sama dengan 0,05 mm atau 0,005 cm. Jangka sorong terdiri dari rahang tetap
dam rahang geser (rahang sorong) serta dilengkapi skala utama dan skala nonius.
Kegunaan jangka sorong adalah untuk mengukur diameter dalam dan luas sebuah benda
berbentuk lingkaran dan untuk mengukur kedalaman celah atau lubang pada suatu benda.
Mikrometer sekrup adalah alat ukur panjang yang digunakan untuk mengukur ketebalan
benda yang kecil atau tipis seperti kertas. Skala terkecil mikrometer sekrup adalah 0,01
mm atau 0,001 cm. Sedangkan ketelitian mikrometer sekrup adalah setengah dari skala
terkecil mikrometer sekrup, yaitu sama dengan 0,005 mm atau 0,0005 cm. Mikrometer
sekrup terdiri dari rahang tetap dan rahang geser disertai pemutar untuk mengubah posisi
rahang geser, juga ada skala utama dan skala nonius (Ainiyah, 2018 : 18-20).
Apabila mistar memiliki skala terkecil senilai 1 mm, maka alat ukur dengan
ketelitian kurang dari 1 mm adalah jangka sorong, ketelitian mencapai 0,1 mm.
Pembacaan jangka sorong adalah dengan memperhatikan skala noniusnya. Jika jumlah
skala nonius adalah 10, maka nilai terkecil skala tersebut adalah 1 mm dibagi 10 sama
dengan 0,1 mm. Selanjutnya, amati pula skala utama yang tepat melewati skala nonius.
Sebagai contoh, apabila skala utama yang tepat dilewati adalah 40 mm ditambah 22 mm
sama dengan 42 mm. kemudian tentukan skala nonius ke berapa yang tepat berimpit
dengan skala utama. Terakhir hitung kelebihan panjang yang dinyatakan oleh skala
nonius. Alat ukur dengan ketelitian paling tinggi di antara mistar dan jangka sorong
14
adalah mikrometer sekrup. Mikrometer sekrup dapat mengukur hingga ketelitian 0,01
mm. Pembacaan pengukuran menggunakan mikrometer sekrup adalah dengan mengamati
skala tetap yang dilewati oleh silinder putar. Kemudian amati skala pada silinder putar
yang berimpit dengan garis horizontal pada batang tetap, dan terakhir amati pertambahan
panjang yang ditunjukkan oleh skala pada silinder putar (Fathuroya, 2017 : 7-9).
Alat ukur panjang berupa mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Alat ukur
besaran yang memiliki kawasan ukur masing-masing. Mistar digunakan untuk nilai orde
10 cm, misalnya panjang pensil. Jangka sorong digunakan untuk mengukur pada kawasan
nilai ukur 1cm, misalnya diameter pensil. Mikrometer sekrup digunakan untuk kawasan
ukur 0,5 cm, misalnya diameter kawat. Mikrometer sekrup memiliki ketelitian lebih baik
dibandingkan dengan jangka sorong, dan jangka sorong lebih baik dibanding mistar.
Ketelitian mistar adaklah 0,05 cm, jangka sorong adalah 0,01 cm, dan mikrometer sekrup
adalah 0,001 cm (Jati, 2013 : 27-30).

C. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan, antara lain bolpoin, buku teks, gunting,
kertas karton, penggaris, penghapus, pensil, koin, dan, mur dan bautnya.

D. Langkah Kerja
1. Jangka Sorong
Adapun langkah kerja dari praktikum ini, yaitu dipotong kertas karton dengan
ukuran 10 cm × 3 cm dan 9 cm × 3cm, masing-masing sebanyak 1 buah. Setelah itu,
diambil potongan kertas yang berukura 10 cm × 3 cm (potongan I), kemudian dibuat
garis lurus pada bagian bawah kertas tersebut sepanjang 10 cm. Dibuat skala pada
garis tersebut, dibagi menjadi 10 bagian (bukan digunting atau dilipat). Ditebalkan
tiap bagiannya menggunakan bolpoin. Tuliskan angka 1,2 ……. 10 pada tiap bagian.
Diambil potongan kertas yang berukuran 9 cm × 3cm (potongan II), kemudian dibuat
garis lurus pada bagian atas kertas tersebut sepanjang 9 cm. Setelah itu, dibuat skala
pada garis-garis tersebut, dan dibagi menjadi 10 bagian (bukan digunting atau dilipat).
Ditebalkan tiap bagiannya menggunakan bolpoin. Tuliskan angaka 1,2 ……. 10 pada
tiap bagian. Setelah itu, didapat selisih antara skala pada potongan I dan potongan II
15
adalah sebesar 0,1 cm. Diperoleh dari ( 10 cm – 9 cm ) /10 bagian ¿ 1 cm / 10 ¿ 0,1
cm. Sehingga didapat beda satu skala pada potongan II (pada jangka sorong disebut
skala nonius) dengan skala pada potongan I (pada jangka sorong disebut skala utama)
adalah 1 mm. kemudian diukur ketebalan buku teks dengan jangka sorong sederhana
yang telah dibuat. Diletakkan potongan I pada tepi kanan yang akan diukur
ketebalannya. Dicatat skala terdekat pada potongan I dan diletakkan potongan II pada
sisi tepi kiri. Dicatat skala pada potongan II yang berhimpitan dengan skala pada
potongan I. Setelah itu, dihasilkan sebagai contoh, hasil pengukuran jangka sorong
adalah 1 cm = 10 mm dan 4 × 1 mm = 4 mm, sehingga ketebalan buku tersebut adalah
14 mm. Ketidakpastian mutlaknya adalah sebesar 0,5 mm. Nilai ini diperoleh dari
setengah nilai ketelitian dari jangka sorong yang telah dibuat. Sehingga hasil
pengukurannya dapat dituliskan sebagai t ¿ 14 mm ± 0,5 mm.

2. Mikrometer Sederhana
Adapun langkah kerja dari praktikum ini, yaitu dimasukkan mur ke dalam
baut (sekrup), diusahakan tepi luar mur sejajar dengan ujung dari sekrup. Diukur jarak
antara kepala bagian dalam dari sekrup dan sisi dalam dari mur. Dicatat hasil
pengukuran (sebagai L). Kemudian diputar mur sampai sisi bagian dalam sekrup
menyentuh bagian dalam mur. Dicatat berapa putaran untuk mencapai jarak tersebut
(sebagai M). Setelah itu, diukur diameter koin uang logam, dengan cara diletakkan
koin di antara sisi bagian dalam kepala sekrup dan diputar mur sampai sisi bagian
dalamnya menempel pada salah satu sisi koin tersebut. Kemudian dicatat jumlah
putaran untuk mencapai posisi tersebut (sebagai H), dan diameter koin (JT) dicari
dengan rumus yang tersedia.

16
E. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup Sederhana

Gambar Sebenarnya Gambar Pembanding

17
F. Analisis Data
.

G. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang jangka sorong dan mikrometer sekrup
sederhana. Tujuannya agar praktikan dapat membuat jangka sorong dan mikrometer
sekrup sederhana, serta dapat mengerti prinsip kerja dari dua alat tersebut. Jangka sorong
adalah alat ukur panjang yang digunakan untuk mengukur diameter benda atau ketebalan
benda. Skala terkecil jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Sedangkan ketelitian
jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil jangka sorong yaitu sama dengan 0,05
mm atau 0,005 cm. Jangka sorong terdiri dari rahang tetap dan rahang geser (rahang
sorong), serta dilengkapi skala utama dan skala nonius. Mikrometer sekrup adalah alat
ukur panjang yang digunakan untuk mengukur ketebalan benda yang kecil atau tipis
seperti kertas. Skala terkecil mikrometer sekrup adalah 0,01 mm atau 0,001 cm.
Sedangkan ketelitian mikrometer sekrup aadalah setengah dari skala terkecil mikrometer
sekrup yaitu sama dengan 0,005 mm atau 0,0005 cm. Mikrometer sekrup terdiri dari
rahang tetap dan rahang geser disertai pemutar untuk mengubah posisi rahang geser, dan
juga ada skala utama dan skala nonius.
Praktikum kali ini mengamati dan mengukur ketebalan dua buku modul dengan
menggunakan jangka sorong. Adapun bagian-bagian jangka sorong, yaitu rahang dalam
berfungsi untuk mengukur suatu diameter luar maupun sisi bagian luar dari sebuah benda,
rahang luar berfungsi untuk mengukur suatu diameter di dalam benda maupun sisi bagian
dalam benda, depth probe (tangkai pengukur kedalaman) berfungsi untuk mengukur
kedalaman suatu benda, skala utama (cm) berfungsi untuk menyatakan ukuran utama
sebuah benda dalam bentuk satuan sentimeter (cm), skala utama (inchi) berfungsi untuk
menyatakan ukuran utama sebuah benda dalam bentuk satuan inchi, skala nonius (mm)
berfungsi sebagai skala pengukuran fraksi yang dinilai dalam bentuk satuan millimeter
(mm), skala nonius (inchi) berfungsi sebagai skala pengukuran fraksi yang dinilai dalam
satuan inchi, dan pengunci berfungsi untuk menahan bagian-bagian jangka sorong saat
proses pengukurn berlangsung.

18
Adapun prinsip kerja jangka sorong adalah apabila kunci yang terdapat pada
jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat digerakkan sesuai keperluan.
Dalam kegiatan pengukuran objek yang akan diukur panjangnya atau diameternya maka
objek yang akan dijepit di antara dua penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong.
Panjang objek dapat ditentukan secara langsung dengan membaca skala utama sampai
sepersepuluh cm (0,1 cm). Kemudian menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala
nonius sampai seperseribu cm (0,001 cm). Sedangkan prinsip kerja pada mikrometer
sekrup adalah pada bagian sleeve (batang logam) terdapat skala utama yang berisi angka
1,2,3 dan seterusnya (bagian atas) dan angka 0,5, 1,5, 3,5, dan seterusnya (bagian bawah),
sehingga jarak antara dua skala terkecil skala utama adalah 0,5 mm. Selamjutnya, pada
bagian thimble terdapat skala nonius yang berisi angka 1-50 (kelipatan 5). Jika thimble
diputar satu kali putaran penuh (maju atau mundur), maka skala utama akan bertambah
0,5 mm atau berkurang 0,5 mm. Sehingga satu skala putar sama dengan 0,5 dibagi 50
sama dengan 0,01 mm, artinya jarak antara dua skala terkecil skala nonius adalah 0,01
mm. Adapun cara menentukan ketelitian jangka sorong, yaitu dengan ketelitian 0,02 mm.
Misalnya pada gambar jangka sorong terbaca skala 49 skala utama sama dengan 50 skala
nonius. Jadi, besarnya skala utama dengan 0,98 skala utama, maka ketelitian dari jangka
sorong tersebut adalah sama dengan 1 dikurangi 0,98 sama dengan 0,02 mm atau
ketelitian jangka sorong itu adalah satu bagian skala utama, dibagi sebanyak jumlah skala
nonius sama dengan seperlimapuluh sama dengan 0,02 mm.
Berdasarkan praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa praktikum kali ini
berhasil. Dengan indikator tercapainya tujuan dari praktikum ini. Adapun fungsi dari
jangka sorong, yaitu digunakan untuk mnengukur tinggi suatu benda yang bertingkat,
digunakan untuk mengukur ketebalan benda, dan untuk mengukur kedalaman suatu
benda. Sedangakan fungsi dari mikrometer sekrup, yaitu digunakan untuk mengukur
panjang sebuah benda, digunakan untuk mengukur diameter luar benda, dan digunakan
untuk mengukur ketebalan suatu benda.

19
H. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarakan tujuan, landasan teori, hasil pengamatan, dan pembahasan dari
jangka sorong dan mikrometer sederhana dapat disimpulkan bahwa praktikum kali ini
berhasil dan praktikan dapat membuat jangka sorong dan mikrometer sederhana, serta
dapat mengerti prinsip kerja dari dua alat tersebut. Adapun prinsip kerja jangka
sorong adalah apabila kunci yang terdapat pada jangka sorong dilonggarkan, maka
papan skala nonius dapat digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran
objek yang akan diukur panjangnya atau diameternya maka objek yang akan dijepit di
antara dua penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat
ditentukan secara langsung dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm
(0,1 cm). Kemudian menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai
seperseribu cm (0,001 cm). Sedangkan prinsip kerja pada mikrometer sekrup adalah
pada bagian sleeve (batang logam) terdapat skala utama yang berisi angka 1,2,3 dan
seterusnya (bagian atas) dan angka 0,5, 1,5, 3,5, dan seterusnya (bagian bawah),
sehingga jarak antara dua skala terkecil skala utama adalah 0,5 mm. Selamjutnya,
pada bagian thimble terdapat skala nonius yang berisi angka 1-50 (kelipatan 5). Jika
thimble diputar satu kali putaran penuh (maju atau mundur), maka skala utama akan
bertambah 0,5 mm atau berkurang 0,5 mm. Sehingga satu skala putar sama dengan
0,5 dibagi 50 sama dengan 0,01 mm, artinya jarak antara dua skala terkecil skala
nonius adalah 0,01 mm. Jangka sorong memiliki skala terkecil yaitu 0,1 mm atau 0,01
cm, dan memiliki ketelitian yaitu setengah dari skala terkecil jangka sorong yaitu
sama dengan 0,05 mm atau 0,005 cm. Jangka sorong terdiri dari rahang tetap dam
rahang geser (rahang sorong) serta dilengkapi skala utama dan skala nonius.
Kegunaan jangka sorong adalah untuk mengukur diameter dalam dan luas
sebuah benda berbentuk lingkaran dan untuk mengukur kedalaman celah atau lubang
pada suatu benda. Sedangkan mikrometer sekrup memilik skala terkecil yaitu 0,01
mm atau 0,001 cm, dan memiliki ketelitian yaitu setengah dari skala terkecil
mikrometer sekrup, yaitu sama dengan 0,005 mm atau 0,0005 cm. Mikrometer sekrup
terdiri dari rahang tetap dan rahang geser disertai pemutar untuk mengubah posisi
rahang geser, juga ada skala utama dan skala nonius.
20
2. Saran
Sebaiknya praktikan dapat mengerti cara-cara untuk membuat jangka sorong
dan mengerti prinsip kerja pada jangka sorong. Praktikum kali ini juga diharapkan
agar praktikan dapat memahami prinsip kerja dan fungsi dari mikrometer sekrup
sederhana yang menggunakan mur dan bautnya tersebut.

21
PERCOBAAN III

ALAT UKUR MEKANIK

A. Tujuan Percobaan
Menentukan diameter dan ketebalan suatu benda melalui pengukuran dengan
menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup.

B. Landasan Teori
Faktor penting dalam ketepatan pengukuran suatu nilai melibatkan alat ukur yang
tepat. Secara umum , ketepatan alat ukur adalah salah satu yang membuat hasil
pengukuran suatu nilai menjadi lebih teliti.Misalnya , penggaris standar dapat mengukur
panjang hingga millimeter terdekat (1 mm ) , sedangkan jangka sorong adalah alat ukur
yang lebih tepat digunakan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang lebih baik ( Ling,
2016 : 31 ).
Jangka sorong memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan
mistar biasa. Fungsi jangka sorong adalah untuk mengukur diameter luar , diameter
dalam, dan kedalaman lubang pada mesin. Jangka sorong mempunyai tingkat ketelitian
sebesar 0,1 mm. Jangka sorong memiliki dua buah skala, yaitu skala dasar ( skala utama )
dan skala pembantu (skala nonius ) ( Suwarto, 2008 : 1 ).
Pengukuran kualitas fisik sering kali melibatkan suatu ketidakpastian .
Menggunakan penggaris millimeter, hasil dari pengukuran akan didapat dengan tinggkat
ketelitian hingga sepersepuluh millimeter .Perbedaan tingkat ketelitian tersebut
menimbulkan ketidakpastian dalam pengukuran ( Rex, 2009 : 9 ).

C. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan, antara lain jangka sorong, mikrometer
sekrup, baut dan uang logam Rp500.

22
D. Langkah Kerja
1. Jangka sorong untuk mengukur diameter benda
Adapun langkah kerja dari praktikum ini, yaitu disiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan . Kemudian diputar sekrup pengunci ke a rah kiri , dibuka dengan rahang
sorong dan dorong secara perlahan . Lalu, dimasukkan benda yang aka diukur ke
rahang bawah jangka sorong.Kemudian geser rahang agar rahang tepat pada benda
dan putar sekrup pengunci ke kanan.Diperhatikan angka pada skala utama yang
berdekatan dengan angka 0 pada skala nonius.Ditulis sebagai A. Setelah itu
diperhatikan garis paada skala nonius yang tepat berhimpitan dengan garis pada skala
utama.Ditulis sebagai B.Terakhir dicatat nilai A + B, dan ditambahkan nilai keduanya,
yaitu A + B yang merupakan hasil pengukuran.

2. Mikrometer sekrup untuk mengukur ketebalan benda


Adapun langkah kerja dari praktikum ini, yaitu disiapkan alat dan bahan.
Kemudian dibuka pengunci, lalu diputar pada pemutar sekrup hingga rahang terbuka.
Lalu dimasukkan benda yang akan diukur ke poros tetap mikrometer sekrup.
Kemudian geser atau putar pada pemutar mikrometer sekrup hingga benda tepat pada
posisinya dan diputar sekrup pengunci.Diperhatikan garis pada skala utama yang
berdekatan dengan tepi selubumg luar.Diperhatikan garis mendatar pada selubung luar
yang tepat berhimpitan dengan garis mendatar pada skala utama terakhir dicatat nilai
dari skala utama dan skala nonius, lalu ditambahkan nilai keduanya sebagai hasil dari
pengukuran.

23
E. Hasil Pengamatan
Tabel
1. Jangka sorong
a. Tabel hasil pengamatan pembacaan skala utama dan skala nonius
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Pembacaan Skala Utama dan Skala Nonius

No Nama Pembacaan I II III IV V


benda skala
1 Koin Utama (cm) 2, 6 2,7 2,7 2,7 2,7
. Uang Nonius 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Logam (cm)
2 Baut Utama (cm) 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
. Nonius 1 0,5 0 0,5 0
(cm)

b. Tabel hasil pengukuran diameter


Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Diameter

No Diameter Koin Uang Logam (cm) Diameter Baut (cm)


1. 2,73 1,25
2. 2,82 1,22
3. 2,82 1,20
4. 2,82 1,22
5. 2,82 1,20

2. Mikrometer sekrup
a. Tabel hasil pengamatan pembacaan skala utama dan skala nonius
Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Pembacaan Skala Utama dan Skala Nonius

No Nama Pembacaan
I II III IV V
Benda Skala
1. Koin Utama (mm) 2 2 2 2 2
Uang
Logam Nonius (mm) 0 0 1 1 0
2. Baut Utama (mm) 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5
Nonius (mm) 26 21 34 25 36
b. Tabel hasil pengukuran ketebalan
Tabel 3.4 Hasil Pengukuran Ketebalan
24
No Diameter Koin Uang Logam (cm) Diameter Baut (cm)
1. 2 5,76
2. 2 5,71
3. 2,01 5,84
4. 2,01 5,75
5. 2 5,86

F. Analisis Data

1. Menentukan diameter benda


a. Untuk Uang Logam Rp500
1. Diameter rata-rata uang logam Rp500
Diketahui : d1 = 2,73 cm
d2 = 2,82 cm
d3 = 2,82 cm
d4 = 2,82 cm
d5 = 2,82 cm
Ditanya : d = …?
d 1+ d 2+d 3+d 4 +d 5
Penyelesaian : d = n
2, 73+2 , 82+2,82+2,82+2,82
d = 5
14,01cm
d ¿
5
d = 2,80 cm
Jadi, diameter rata- rata uang logam Rp500 adalah 2,80 cm.
2. Ketidakpastian pengukuran diameter uang logam Rp500
Diketahui : d = 2,80 cm
d1 = 2,73 cm
d2 = 2,82 cm
d3 = 2,82 cm
d4 = 2,82 cm
d5 = 2,82 cm

25
Ditanya : ∆d = ……..
2
Penyelesaian : ∆d = √∑ ( d 1−d )
n
∆d =

2 2 2 2 2
√( d 1+d ) +( d 2−d ) +( d 3−d ) +( d 4−d ) + ( d 5−d )
5
∆d =

2 2 2
( 2,73−2,80 ) + ( 2,82−2,80 ) + ( 2,82−2,80 )
√ + ( 2,82−2,80 )2 + ( 2,82−2,80 )2 cm
5
2 2 2 2 2
=√
(−0,07 ) + ( 0,02 ) + ( 0,02 ) + ( 0,02 ) + ( 0,02 )
∆d
5

∆d = ¿¿¿

¿

∆d = √65 × 10−4 cm
5
∆d = 0,04 cm

Jadi, ketidakpastian pengukuran diameter uang logam Rp500 adalah 0,04 cm.

3. Diameter uang logam Rp500


Diketahui : d = 2,80 cm∆d= 0,04 cm

Ditanya : d = …?
Penyelesaian : d = d ± ∆d
d = (2,80± 0,04 ¿cm
d1 = d + ∆d
d1 = (2,80 + 0,04 ) cm
d1 = 2,84 cm
d2 = d - ∆d
d2 = ( 2,80 – 0,04 ) cm
d2 = 2,76 cm
26
Jadi, rentang dimeter uang logam Rp500 adalah 2,76 cm ≤ d ≤ 2,84 cm.

4. Kesalahan relatif untuk pengukuran diameter uang logam Rp500


Diketahui : ∆d = 0,04 cm
d = 2,80 cm
Ditanya : KR = ...?
∆d
Penyelesaian : KR = × 100 %
d
0,04 cm
KR = ×100 %
2,80 cm
KR = 1,42%
Jadi, kesalahan relatif untuk pengukuran diameter uang logam Rp500 adalah
1,42%.
b. Untuk baut
1. Diameter rata- rata baut
DiketahuI : d1 = 1,25 cm
d2 = 1,22 cm
d4 = 1,22 cm
d5 = 1,20 cm
Ditanya : d = …?
d 1+ d 2+d 3+d 3+d 4+ d 5
Penyelesaian : d =
n

d
( ( 1,25 ) + ( 1,22 )+ ( 1,20 )+ ( 1,22 )+ (1,20 ) ) cm
=
5
6,09 cm
d =
5
d = 1,22 cm
Jadi, diameter rata- rata baut adalah 1,22 cm.
2. Keteidakpastian pengukuran diameter baut
Diketahui : d = 1, 22 cm
d1 = 1,25 cm
d2 = 1,22 cm

27
d3 = 1,20 cm
d4 = 1,22 cm
d5 = 1,20 cm
Ditanya : ∆d = …….?
2
=√
∑ ( d 1−d )
Penyelesaian : ∆d
n
∆d =

2 2 2 2 2
√( d 1−d ) +( d 2−d ) + ( d 3−d ) +¿ ( d 4−d ) +( d 5−d )
5
∆d = ¿¿¿

¿
∆d = √¿ ¿ ¿

∆d = √( 3× 10 −4
)+ ( 4 × 10− 4 ) + ( 4 ×10−4 ) cm
5

∆d = √11× 10−4 cm
5
∆d = √ 2.2× 10−4 cm
∆d = 0,01 cm
Jadi, ketidakpastian pengukuran diameter baut adalah 0,01 cm.
3. Diameter baut
Diketahui : d = 1,22 cm
∆d = 0,01 cm
Ditanya : d = …….?
Penyelesaian : d = d ±∆d
d = 1,22 cm ± 0,01 cm
d1 = d + ∆d
d1 = 1,22 cm + 0,01 cm
d1 = 1,23 cm
d2 = d - ∆d
d2 = 1,22 cm – 0,01cm
d2 = 1,21 cm

28
Jadi, rentang diameter baut adalah 1,21 ≤ d ≤ 1,23 cm.
4. Kesalahan relatif untuk pengukuran diameter baut
Diketahui : ∆d = 0,01 cm
d = 1,22 cm
Ditanya : KR = ….?
∆d
Penyelesaian : KR =
d
0,01 cm
KR = ×100%
1,22cm
KR = 0,82%
Jadi, kesalahan relatif untuk pengukuran diameter baut adalah 0,82%.
2. Menentukan ketebalan benda
a. Untuk uang logam Rp500
1. Ketebalan rata- rata uang logam Rp500
Diketahu1 : x1 = 2,00 mm
x2 = 2,00 mm
x3 = 2,01 mm
x4 = 2,01 mm
x5 = 2,00 mm
Ditanya : x = …?
x 1+ x 2+ x 3+ x 4+ x 5
Penyelasian : x =
n
( 2,00+2,00+2,01+2,01+2,00 ) mm
x =
5
10,02
x = mm
5
x = 2,00 mm
Jadi, ketebalan rata- rata uang logam Rp500 adalah 2,00 mm.
2. Ketidakpastian pengukuran ketebalan uang logam Rp500
Diketahui : x = 2,00 mm
x1 = 2,00 mm
x2 = 2,00 mm

29
x3 = 2,01 mm
x4 = 2,01 mm
x5 = 2,00 mm
Ditanya : ∆x = ……..?
2
=√
∑ ( x 1−x )
Penyelesaian : ∆x
n

∆x = ¿¿¿

¿
∆x = ¿¿¿

¿
∆x = √¿ ¿ ¿
2 2
∆x = √( 1 ×10 ) + ( 1× 10 ) mm
5

∆x = √ 2 ×10−4
5
∆x = √ 0,4 ×10−4 mm
∆x = 0,01 mm
Jadi, ketidakpastian pengukuran ketebalan uang logam Rp500 adalah 0,01
mm.
3. Ketebalan uang logam Rp500
Diketahui : x = 2,00 mm
∆x = 0,01 mm
Ditanya : x = ……..?
Penyelesaian : x = x ± ∆x
x = 2,00 mm ± 0,01mm
x1 = x + ∆x
x1 = 2,00 mm + 0,01 mm
x1 = 2,01 mm
x2 = x - ∆x
x2 = 2,00 mm – 0,01mm
x2 = 1,99 mm
Jadi, rentang ketebalan uang logam Rp500 adalah 1,99 mm ≤ x ≤ 2,01mm.

30
4. Kesalahan relatif untuk pengukuran ketebalan uang logam Rp500
Diketahui : ∆x = 0,01 mm
x = 2,00 mm
Ditanya : KR = …?
∆X
Penyelesaian : KR =
X
0,01 mm
KR = × 100%
2,00 mm
KR = 0,5%
Jadi, kesalahan relatif untuk pengukuran ketebalan uang logam Rp500 adalah
0,5%.
b. Untuk baut
1. Ketebalan rata- rata baut
Diketahui : x1 = 5,76 mm
x2 = 5,71 mm
x3 = 5,84 mm
x4 = 5,75 mm
x5 = 5,86 mm
Ditanya : x = …?
x 1+ x 2+ x 3+ x 4+ x 5
Penyelesaian : x =
n
( 5,76+5,71+5,84+5,75+5,86 ) mm
x =
5
28,92mm
x =
5
x = 5,78 mm
Jadi, ketebalan rata – rata baut adalah 5,78 mm.
2. Ketidakpastian pengukuran ketebalan baut
Diketahui : x = 5,78 mm
x1 = 5,76 mm
x2 = 5,71 mm
x3 = 5,84 mm

31
x4 = 5,75 mm
x5 = 5,86 mm
Ditanya : ∆x = …?
2
Penyelesaian : ∆x = √∑ ( xi−x )
n
∆x =

2 2 2 2 2
√( x 1−x ) + ( x 2−x ) +( x 3−x ) + ¿ ( x 4−x ) + ( x 5−x )
n
∆x =

( 5,76−5,78 )2+ (5,71−5,78 )2 + ( 5,84−5,78 )2 mm


√( 2
+ ( 5,75−5,78 ) + ( 5,86−5,78 )
5
2
)
∆x =

2 2 2 2 2
√( (−0,02 ) + ( 0,07 ) +( 0,06 ) +(−0,03 ) +( 0,08 ) ) mm
5

∆x = √
( 4 × 10−4 ) + ( 49 ×10−4 ) + ( 36 × 10¿4 )
+ ( 9 ×10−4 ) + ( 64 × 10−4 ) mm
5

∆x =
√162 ×−4
5
∆x = √ 32,4 ×102 mm
∆x = 0,06 mm.

Jadi, keteidakpastian pengukuran ketebalan baut adalah 0,06 mm.

3. Ketebalan baut
Diketahui : x = 5,78 mm
∆x = 0,06 mm
Ditanya : x = …?
Penyelesaian : x = x ±∆x
x = 5,78 mm ± 0,06 mm
32
x1 = x + ∆x
x1 = 5,78 mm + 0,06 mm
x1 = 5,84 mm
x2 = x - ∆x
x2 = 5,78 mm – 0,06 mm
x2 = 5,72 mm
Jadi, rentang ketebalan baut adalah 5,72 ≤ x ≤ 5,84 mm.
4. Kesalahan relatif untuk pengukuran baut
Diketahui : ∆x = 0,06 mm
x = 5,78 mm
Ditanya : KR = ……..?
∆X
Penyelesaian : KR = × 100 %
X
0,06 mm
KR = × 100 %
5,78 mm
KR = 1,04 mm
Jadi, kesalahan relatif untuk pengukuran ketebalan baut adalah 1,04%.

G. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang alat ukur mekanik.Adapun tujuan dari
praktikum iniadalah untuk menentukan diameter dan ketebalan suatu benda melalui
pengukuran dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup. Jangka sorong
memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan mistar biasa. Jangka
sorong mempunyai tingkat ketelitian sebesar 0,1 mm.
Praktikum kali ini berfokus pada pengukuran diameter dan ketebalan dari uang
lagam Rp500 dan juga baut. Setelah melakukan pengukuran dengan lima kali percobaan
dan juga perhitungan , diperoleh beberapa rentang nilai pada hasil pengukuran diameter
dan ketebalan baut dan uang koin . Untuk diameter uang koin dan baut, diperoleh rentang
yang memenuhi hamper keseluruhan dari nilai pengukuran . Namun, ada satu nilai yang
lebih kecil dari nilai minimum rentang ( pada uang koin dengan rentang 2,76 cm ≤ d ≤ 2,
8 cm, dan juga satu nilai yang lebih besar dari nilai maksimum rentang ( pada baut
dengan rentang 1,21 cm ≤ d ≤ 1,23 cm ). Setelah praktikan menganalisis, perbedaan

33
rentang ( nilai keluar dari rentang ) diameter yang terjadi adalah dikarenakan satu nilai
tersebut memiliki selisih terbesar bila dibandingkan dengan selisih nilai satu dan yang
lainnya.
Menggunakan mikrometer sekrup , diukur pula ketebalan dari uang logam Rp500
dan juga baut. Diperoleh hasil rentang pengukuran ( pada uang logam ) yang mana pada
rentang tersebut telah tercakup keseluruhan nilai yang ada , sehingga rentang nilai bernilai
valid. Namun, kembali pada pengukuran ketebalan baut, terdapat dua nilai yang tidak
termasuk dalamperolehan rentang ( 5,72 mm ≤ x ≤ 5, 84 ). Hal tersebut juga disebabkan
oleh selisih yang lebih besar antar kedua nilai tersebut dengan nilai yang lainnya.
Sehingga praktikan dapat mengambilkesimpulan bahwa semakin kelompok nilai memiliki
tingkat kemiripan ( selisih sedikit antar nilai ), maka rentang nilai yang diperoleh dapat
mencakup keseluruhan nilai . Begitu pula sebaliknya, karena rentang nilai pada dasarnya
bersumber dari nilai – nilai yang presisi satu sama lain .Nilai presisi adalah nilai yang
memiliki kemiripan dengan yang lainnya pada setiap pengukuran.
Adapun nilai kesalahan relatif yang diperoleh pada pengukuran diameter uang
logam adalah 1,42% , pada pengukuran diameter baut adalah 0,82%. Nilai kesalahan
relatif yang praktikan peroleh tidak lebih dari 5% , sehingga dapat dikatakan bahwa hasil
pengukuran yang praktikan peroleh akurat. Begitu pula nilai kesalahan relatif pada
pengukuran ketebalan uang logam (0,5 %) dan kesalahan relatif pada pengukuran
ketebalan baut (1,04%) tidak bernilai lebih dari kesalahan relatif maksimum (5%),
sehingga hasil dari pengukuran praktikan dinyatakan berhasil. Maksud dari kesalahan
relatif adalah toleransi kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai yang
sebenarnya.Jadi, pengukuran yang praktikan lakukan rata-rata memiliki nilai kedekatan
yang relatif besar.Hal ini sesuai dengan teori bahwa pengukuran kualitas fisik sering kali
melibatkan ketidakpastian.Ketidakpastian tersebut dapat dikarenakan tingkat ketelitian
alat ukur, hingga tingkat focus dan ketelitian praktikan dalam melakukan pengukuran.
Setelah praktikan melakukan praktikum, didapatkan bahwa ternyata pengukuran
dengan menggunakan jangka sorong lebih teliti daripada mrnggunakan mistar
biasa.Terlebih dari dengan menggunakan jangka sorong.Sehingga semakin tinggi tingkat
ketelitian alat ukur yang digunakan, semakin akurat pula hasil yang didapaatkan. Pada
praktikum kali ini, diameter benda diukur menggunakan jangka sorong, sedangkandalam
34
pengukuran ketebalan benda , digunakan micrometer sekrup. Ukuran diameter lebih besar
dari ukuran ketebalan benda.Sehingga , untuk mendapat pengukuran yang baik , dimeter
diukur dengan menggunakan jangka sorong berketelitian 0,05 cm dan ketebalan diukur
dengan mikrometer sekrup berketelitian 0,01 cm.
Prinsip kerja dari jangka sorong tergolong sederhana. Setelah menempatkan benda
yang akan diukur pada rahang jangka sorong ( antara kedua rahang ), rahang sorong
digeser hingga benda terjepit antara kedua rahang . sebelum digunakan , terlebih dahulu
jangka sorong dikalibrasikan agar alat ukur mengukur dengan tingkat ketelitian yang baik.
Setelah benda terjepit dengan sempurna pada rahang, dikunci rahang dengan
menggunakanskala dengan memutar kunci pada jangka sorong.Hasil pengukuranpun
dapat diamati dengan menghitung jumlah antara skal utama dengan skala nonius yang
terlebih dahulu dikalikan dengan ketelitiannya.Pengukuran diameter dalam juga dapat
dilakukan dengan menggunakan rahang atas dari jangka sorong. Sama halnya dengan
pengukuran diameter luar, diameter dalam juga memiliki prinsip yang sama persis
terkecuali daerah pengukuran tempat rahang berada ( diukur dari dalam atau luar ).
Prisip kerja dari mikrometer sekrup mirip dengan jangka sorong. Perbedaanya
terletak pada penempatan skala nonius, dimana pada jangka sorong digunakan rahang
geser untuk menempatkan skala nonius agar menjepit benda. Sementara pada mikrometer
sekrup, skala nonius ditempatkan ( agar pas menjepit benda ) dengan cara me mutar
pemutar silinder mikrometer sekrup.
Hasil pengukuran tentu tidak terlepas dari beberapa kemungkinan kesalahan yang
dapat terjadi. Mulai dari cara pembacaan alat ukur, hingga cara pengalibrasian dari alat
ukur tersebut. Hasil dari perhitungan skala dengan dikalikan oleh ketelitiannya juga
menjadi faktor penting yang mempengaruhi pengukuran .Terkadang , kesalahan
pengukuran juga disebabkan benda yang diukur tidak memiliki permukaan yang datar.
Hal tersebut menyebabkan perbedaan dalam pengukuran jikalau posisi benda yang diukur
berubah ketika dijepit.

H. Penutup
1. Kesimpulan

35
Berdasrkan tujuan, landasan teori, hasil pengamatan, analisis data, dan
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa praktikum kali ini berhasil.Praktikan telah
mampu menentukan diameter dan ketebalan suatu benda melalui pengukuran
dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup. Hasil pengukuran
berupa pengukuran diameter uang logam Rp500adlah 2,76cm ≤ d ≤ 2,84 cm dan
diameter baut dengan rentang 1,21 cm ≤ d ≤ 1,23 cm. Sementara untuk pengukuran
ketebalan , didapat rentang ketebalan uang logam Rp500 adalah 1,99 mm ≤ x ≤
2,01mmdan rentang ketebalan baut sebesar 5,72 mm ≤ x ≤ 5,84 mm. Nilai
kesalahan relatif yang diperoleh yaitu sebesar 1.04%. Praktikum kali ini juga dapat
membuktikan teori- teori yang ada mengenai ketidakpastian dalam pengukuran , dan
juga membuktikan mengenai tingkat ketelitian jangka sorong dan micrometer
sekrup pada hasil pengukuran.

2. Saran
Sebaiknya , praktikan harus lebih banyak belajar untuk mempersiapkan soal
respon awal dan respon akhir.

36
PERCOBAAN IV

GERAK LURUS BERATURAN

A. Tujuan percobaan
Menentukan kecepatan kereta dinamikadan menjelaskan karakteristik dari gerak
lurus beraturan.
B. Landasan Teori
Ketika gaya yang konstan bekerja pada suatu benda , maka laju perubahan
kecepatannya sebanding dengan gaya total dan berbanding terbalik dengan masa
benda.Sehingga, ketika tidak ada gaya yang bekerja pada benda , maka kecepatannya
menjadi nol.
∆ῡ 1
= ∑F
∆t m

Sehingga kecepatan itu sendiri diperoleh dari hasil pembagian antara jarak perpindahan
antara jarak perpindahan benda dibagi dengan perubahan atau interval waktu yang
diperlukan yang diperlukan benda(Giambattista , 2010:83).
Dalam eksperimen yang melibatkan gerak, memiliki beberapa variabel. Variabel-
variabel yang dapat diukur secara langsung biasanya adalah waktu dan posisi atau
penempatan .Adapula variabel ketiga , yakni kecepatan.Kecepatan seringnya diperoleh
hasil dari hasil perhitungan . Ketika gerakan melibatkan kecepatan konstan ,
perpindahannya sama selama interval waktu yang sama . Sebagai contoh , dikatakan
bahwa burung unta adalah burung tercepat di darat, yang berjalan 18m lurus ke barat per
detik selama 8,0 detik .Sehingga burung unta tersebut memiliki kecepatan konstan sebesar
18m/s. Grafiknya merupakan grafik garis lurus dari posisi dan juga dilihat dari waktu
(Nelson,2003:27).
Untuk menyatakan atau menentukan kecepatan suatu objek , kita perlu
mengatakan bebrapa cepat dan kearah mana objek tersebut bergerak . Kecepatan adalah
besaran vektor yang menggunakan konsep perpindahan .Sehingga , kecepatan berbeda
dengan kelajuan(Griffith, 2009 : 24).
37
C. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum yaitu ,balok 1unit, catu
daya 1unit, gunting 1unit, jarum pentul 1unit, kabel penghubung hitam 1unit, kabel
penghubung merah 1unit , penyambung rel 1unit, pewaktu ketik 1unit, rel presisi 2 unit,
kertas karbon 1 lembar , kertas milimeter block 1 lembar dan pita ketik 5 meter.

D. Langkah kerja
Adapun langkah kerja dari praktikun ini sebagai berikut, dirangkai alat
seperti yang terlihat pada gambar 4.1 untuk mengimbangi gesekan yang terjadi antara
kereta dinamika dan permukaan rel presisi.Dipasang salah satu ujung rel pada tingkat
pertama pada balok bertingkat.

Gambar 4.1 Rangkaian Kereta Dinamika


Ditahan kereta dinamika di dekat pewaktu ketik,pada saat catu daya(sumber
tegangan) masih dalam keaadaan mati (off) , dihubungkan pewaktu ketik ke catu daya ,
dan catu daya ke soket jala- jala listrik.Kemudian dipotongpita keyik kurang lebih 1meter
dan dipasang pada pewaktu ketik,dijepit salah sat ujung pita ke penjepit yang ada pada
kereta dinamika , dipastikan bahwa pita ketik lewat di bawah kertas karbon pada kereta
dinamika. Kemudian dihidupkan catu daya dan di dorong kereta dinamika rupa sehingga
bergerak di sepanjang rel presisi, ketika kereta dinamika mendekati atau hampir
mendekati ujung rel presisi , ditahan kereta dinamika menggunakan tangan ujung ( atau
digunakan tumpukan berpenjepit).Diperhatikan kereta dinamika jangan sampai jatuh

38
keluar, selanjutnya diambil pita ketik dari kereta dinamika , jika terdapat titik- titik yang
bertindihan , diabaikan titik –titik tersebut dan dipotong bagian tersebut dan dipotong
bagian tersebut. Kemudian periksa ketikan pada permulaan gerak kereta dinamika pula
dan dipotong titik- titikyang bertindihan . Digunakan 5 ketik sebagai satuan waktu, di
potong pita kecil secara beraturan dimulai dari awal gerak kereta dinamika.Kemudian
ditempel potongan pita ketik secara berurutan dari permulaan gerak sampai akhir gerak
kereta dinamika pada kertas milimeter block untuk membuat kurva laju waktu

E. Hasil Pengamatan
a. Tabel
1. Tabel Data Hasil Pengukuran Kecepatan Kereta Dinamika uuntuk 5 Ketikan
Tabel 4.1Hasil Pengukuran Kecepatan Kereta Dinamikauntuk 5 Ketikan

No Jarak 5 ketikan (cm/s) Waktu 5 ketikan (s) Kecepatan(cm/s)


.
1 3,1 0,1 31
2 3,0 0,1 30
3 2,9 0,1 29
4 2,8 0,1 28
5 2,9 0,1 29

2. Tabel Data Hasil Kecepatan Kereta Dinamika untuk 10 Ketikan


Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Kecepatan Kereta Dinamika untuk 10 Ketikan

No Jarak 10 Ketikan (cm/s) Waktu 10 Ketikan(s) Kecepatan


. (cm/s)
1 11,7 0,2 58,5
2 11,7 0,2 58,5
3 11,7 0,2 58,5
4 11,8 0,2 59
5 11,8 0,2 59

39
b. Grafik
1. GrafikHubungan Kecepatan Terhadap Waktu (v-t) untuk5 ketikan

Grafik 4.1 Hubungan Kecepatan Terhadap


Waktu (v-s) untu 5 Ketikan.

40
2. Grafik Hubungan Kecepatan Terhadap Waktu(v-t) untuk 10 Ketikan

Grafik 4.2 Hubungan Kecepatan Terhadap Waktu (v-t)


untuk 10 Ketikan

F. Analisis Data
a. Kereta Dinamika untuk 5 Ketikan
1. Menghitung kecepatan kereta dinamika
Diketahui : S1 = 3,1cm
S2 = 3,0cm
S3 = 2,9cm
S4 = 2,8cm
41
S5 = 3,0cm

Ditanyakan : v = …?

s1
Penyelesaian : V1 =
t

3,0 cm
V1 =
0,1 s

V1 =31cm/s

s2
V2 =
t

3,0 cm
V2 =
0,1 s

V2 =30cm/s

s3
V3 =
t

V3 =29cm/s

s4
V4 =
t

2,8 cm
V4 =
0,1 s

V4 = 28 cm/s

s5
V5 =
t

3,0 cm
V5 =
0,1 s

V5 = 30 cm/s

42
2. Menghitung kecepatan rata – rata
Diketahui : V1 = 31 cm/s
V2 = 30 cm/s
V3 = 29 cm/s
V4 = 28 cm/s
V5 = 30 cm/s
Ditanya : v = …?
v 1+ v 2+ v 3+v 4 + v 5
Penyelesaian : v =
n

( 31+ 30+29+28+30 ) cm/s


v =
5

148 cm/s
v =
5
v = 29,6 cm/s

Jadi kecepatan rata – rata kereta dinamik adalah 29,6 cm/s.

3. Menghitung standar deviasi(SD)


Diketahui : (v1 −v)2 = (31-29,6)2 cm2/s2
(v1−v)2 =(1,4)2cm2/s2
(v1−v)2 = 1,96 cm2/s2
(v2−v)2 =(30-29,6)2cm2/s2
(v2−v)2 = (0,4)2cm2/s2
(v2−v)2 = 0,16 cm2/s2
(v3−v)2 = (29-29,6)2cm2/s2
(v3−v)2 = (-0,6)2cm2/s2
(v3−v)2 = 0,36 cm2/s2
(v4−v)2 =(28-29,6)2cm2/s2
(v4−v)2 =(-1,6)2cm2/s2
(v4−v)2 =2,56 cm2/s2
(v5−v)2 =(30-29,6)2cm2/s2
(v5−v)2 =(0,4)2 cm2/s2
43
(v5−v)2 =0,16 cm2/s2
∑(Vn−v) =(1,96+0,16+0,36+2,56+0,16)cm2/s2

∑(Vn−v) = 5,2cm2/s2

Ditanya : SD =...?

SD ¿ √¿ ¿¿

SD ¿ √¿ ¿¿

SD =√ 1,3 cm2 /s2

SD =1,14 cm/s

Jadi , standar deviasi (SD) adalah 1,14 cm/s.

4. Menghitung nilai kesalahan relative (KR)


Diketahui : v = 29,6 cm/s
SD =1,14 cm/s

Ditanya : %KR =...?

SD
Penyelesaian : %KR = × 100 %

1,14 cm/s
%KR ¿ ×100 %
29,6 cm/s

%KR = 3,85%

Jadi, nilai kesalahan relatifnya adalah 3,85%.

5. Menghitung nilai keberhasilan (NK)


Diketahui : %KR = 3,85%
Ditanya : %NK =...?
Penyelesaian : %NK =100%−% KR
%NK =100%−3,85 %
%NK =96,15%
44
Jadi, nilai keberhasilan percobaan adalah 96,15%.

b. Kereta dinamika untuk 10 ketikan


1. Mengetahui kecepatan kereta dinamika
Diketahui : S1 = 11,7cm
S2 = 11,7cm
S3 =11,7cm
S4 =11,8cm
S5 = 11,8 cm

Ditanya : V =...?

s1
Penyelesaian : V1 =
t

11,7cm
V1 =
0,2 s

V1 =58,5 cm/s

s2
V2 =
t

11 ,7 cm
V2 =
0,2 s

V2 = 58,5 cm/s

s3
V3 =
t

11,7cm
V3 =
0,2 s

V3 =58,5 cm/s

s4
V4 =
t

45
11,8 cm
V4 =
0,2 s

V4 = 59 cm/s

s5
V5 =
t

11,8 cm
V5 =
0,2 s

V5 =59 cm/s

2. Menghitung kecepatan rata – rata


Diketahui : V1 = 58,5cm/s

V2 =58,5 cm/s

V3 =58,5 cm/s
V4 =59 cm/s
V5 =59 cm/s

Ditanya : v = …?

s 1+ s 2+ s 3+ s 4 +s 5
Penyelesaian : v =
n

293,5 cm/s
v =
5

v =58,7 cm/s

Jadi, kecepatan rata- rata kereta dinamika adalah 58,7 cm/s.

3. Menghitung standar deviasi (SD)


Diketahui : (v1−v)2 = (58,5 – 58,7)2 cm2/s2
(v1−v)2 = (-0,2)2cm2/s2

46
(v1−v)2 =0,04 cm2/s2
(v2−v)2 = (58,5−58,7)2cm2/s2
(v2−v)2 = (-0,2 )2cm2/s2
(v2−v)2 =0,04 cm2/s2
(v3−v)2 ¿ ¿)2cm2/s2
(v3−v)2 ¿ ¿)2cm2/s2
(v3−v)2 ¿ 0,04cm2/s2

(v4−v)2 ¿ ¿)2cm2/s2

(v4−v)2 ¿ ¿)2cm2/s2

(v4−v)2 = 0,09 cm2/s2

(v4−v)2 ¿ ¿)2cm2/s2

(v5−v)2 ¿ ¿)2cm2/s2

(v5−v)2 ¿ 0,09 cm2/s2

Ditanya : SD = ...?

(v n−v )
Penyelesaian : SD =√
n−1

2 2
=√
0 ,3 cm /s
SD
4

SD = 0,27 cm/s

Jadi, standar deviasi (SD) adalah 0,27 cm/s.

4. Menghitung nilai kesalahan relatif (KR)


Diketahui : v = 58,7 cm/s
SD =0,27 cm/s

Ditanya : %KR =...?

47
SD
Penyelesaian : %KR = × 100 %

0 ,27 cm/s
%KR = ×100 %
58,7 cm/ s

% KR =0,4%

Jadi, nilai kesalahan relatif adalah 0,4%.

5. Menghitung nilai keberhasilan ( NK)


Diketahui : %KR =0,4%
Ditanya : %NK =...?
Penyelesaian : %NK = 100%−% KR
%NK =100%−0,4 %
%KR = 99,6%

Jadi,nilai keberhasilan percobaan adalah 99,6%.

G. Pembahasan
Praktikum kali ini berjudul’Gerak Lurus Beraturan ‘bertujuan untuk menentukan
kecepatan kereta dinamik dan juga praktikan dapat menjelaskan karakteristik dari gerak
lurus beraturan .Dalam eksperimen yang melibatkan gerak, memiliki beberapa variabel.
Variabel- variabel yang dapat diukur secara langsung biasanya adalah waktu dan posisi
atau penempatan .Adapula variabel ketiga , yakni kecepatan .Ketika gerakan melibatkan
kecepatan konstan, perpindahanya selama interval waktu yang sama.
Praktikum kali ini menggunakan alat utama berupa kereta dinamik.Kereta dinamik
didukung didukung pewaktu etik yang dialasi dengan karbon (berfungsi seperti
tinta untuk pita ketik) memperlihatkan kecepatan dalam bentuk GLB maupun GLBB yang
divisualisasi dalam bentuk titik- titik. Adapun kecepatan pengetikan atau pembubuhan
titik satu ke titik lainnya adalah sebesar 0,1 sekon per lima titiknya. Sehingga, saat
praktikan menggunakan 10 titik pada hasil pengukuran kecepatan kereta dinamik, maka
waktu yang digunakan adalah 0,2 sekon.Terkait dengan penggunaan kereta dinamik ,
praktikan menggunakan arus listrik bertegangan 6 volt , sesuai dengan kapasitas dari alat

48
kereta dinamik.Agar keret dinamik bergerak , diperlukan suatu gaya ( tarikan atau
dorongan) melalui tangan atau tumpakan berpenjepit .
Setelah praktikum dilaksanakan , praktikan mendapatkan data dari hasil kecepatan
kereta dinamik .Akan tetapi , data kecepatan berupa waktu dan jarak/ perpindahan yang
praktikan ternyata tidak semua memiliki nilai yang sama.Padahal , dalam definisi dali
GLB ( Gerak Lurus Beraturan ) , kecepatan yang diperoleh seharusnya konstan
sama.Terutama data pada tabel 4.1 yanag pada tabel tersebut kecepatannya ternyata
mengalami perubahan , meski tidak terlalu signifikan.
Percobaan mengenai gerak lurus beraturan yang praktikan lakukan khususnya pada
percobaan dengan menggunakan interval 5 ketikan, diperoleh beberapa data
kecepatan.Bila melihat pita ketik, terlihat titik-titik pada pita ketik yang jikalau dilihat
tanpa mengukur dengan teliti jarak antar pita, titik-titik tersebut memiliki jarak yang sama
satu dan yang lainnya.Meskiput saat ditempelkan pada grafik, terlihat, perbedannya
.Selisih antara kecepatan 5 ketikan satu sama lainnya terlihat tidaklah cukup
besar.Menggunakan analisis data hasil percobaan , diperoleh kecepatan rata-rata yakni
29,6 cm/s dengan interval waktu 5 ketikan ,0,1 detik .Adapun kesalahan relatif yang
praktikan lakukan sebesar 3,85% dengan nilai keberhasilan 96,15%.
Percobaan megenai gerak lurus beraturan yang praktikan lakukan selanjutnya,
yakni dengan menggunakan interval 10 ketikan .Pada kereta dinamik ,10 ketikan dapat
diperoleh selama 0,2 sekon.Bila melihat hasil ketikan pada pita ketik , terlihat hasil yang
lebih rapi dibandingkan dengan percobaan dengan 5 ketikan .Jarak antara ketikan terlihat
sama , yang khususnya merupakan salah satu karakteristik dan gerak lurus
beraturan.Adapun nilai kesalahan yang praktikan hitung adalah sebesar 0,4% dengan nilai
keberhasilan 99,6%.
Berdasarkan praktikum yang praktikan lakukan , didapat nilai eror atau kesalahan
praktikan dalam melakukan praktikum tidak lebih dari 5% sehingga dapat dikatakan
bahwa praktikum kali ini berhasil .Adapun kesalahan – kesalahan yang mungkin terjadi
selama praktikum berlangsung seperti kurang telitinya praktikan dalam mengukur ,hingga
kesalahan rangkaian alat praktikum.

49
H. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan, hasil pengukuran , landasan teori, dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwakecepatan rata-rata yang dialami kereta dinamika
adalah29,6 cm/s(untuk 5 ketikan) dan juga 59cm/s( utuk 10 ketikan),gerak lurus
beraturan memiliki ciri yakni mempunyai kecepatan yang konstan,pada gerak
lurus beraturan,grafik v-t selalu konstan dan terlihat datar karena kecepatan yang
tetapdan praktikum ini dinyatakan berhasil dengan tingkat keberhasilan lebih
dari 90% dan tingkat kesalahan relatif yang kurang dari jumlah maksimal 5%.
2. Saran
Sebaiknya, praktikan lebih teliti lagi dalam melakukan praktikum.

50
PERCOBAAN V

BANDUL MATEMATIS

A Tujuan Percobaan
Menentukan periode bandul matematis dan menentukan tetapan percepatan
garavitasi bumi dengan menggunakan bandul matematis.

B Landasan Teori
Bandul matematis sederahan adalah sebuah model ideal yang terdiri dari titik
massa yang ditangguhkan oleh tali tanpa bobot yang tidak dapat ditarik dalam bidang
gravitasi yang seragam. Ketika massa ditarik ke satu sisi dari posisi keseimbangan lurus
dan kemudian dilepaskan , akan kemudian berosilasi terkait dengan
keseimbangannya.Situasi yang familier seperti perusakan bola di atas kabel derek, tali
pengukur pada transit surveyor, dan seorang anak di atas ayunan dapat dimodelkan
sebagai bandul sederhana (Young,2012 :351).
Osilasi atau getaran adalah gerak bolak balik di sekitar posisi setimbang.Getaran
atau cabang daun atau pohon yang ditiup angin adalah contoh osilasi. Salah satu bentuk
gerak osilasi yang lain adalah gerak bandul matematis sederhana.sifat bandul matematis
sederhana adalah bahwa simpangan tidak boleh terlalu besar.Kalau simpangan sangant
besar,maka gaya yang akan bekerja pada benda tidak lagi berbanding lurus dengan
simpangan.Gaya berbanding lurus dengan simpangan hanya untuk simpangan yang
memiliki nilai kecil (Abdullah, 2016 :501).
Gravitasi adalah kekuatan pemulih untuk bandul sederhana. Ketika bandul
sederhana ditarik ke satu sisinya,gaya gravitasi yang bekerja pada bola tersebut
menariknya kembali ke tengah ( posisi setimbang ). Bagian dari kekuatan gravitasi dalam
arah gerak sebanding dengan gangguan penemparan, jika perpindahan dari keseimbangan
tidak terlalu besar.Jadi, untuk amplitudo kecil,bandul sederhana juga menampilkan gerak
harmonik sederhana. Amplitudo adalah jarak maksimum dari titik kesetimbangan (Griffin
,2007 :118 ).

51
C Alat dab Bahan
Alat dan bahan yang digunakan atau yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
praktikum tersebut diantaranya yaitu, 1 unit gunting,1 unit mistar,1unit satif, 1 unit stop
watch,1 set beban,dan 2 meter benang kasur.

D Langkah Kerja
Ditimbang salah satu massa beban.Lalu, diatuar panjang tali pada 5 panjang tali
berbeda, mulai dari yang terkecil yang bisa diukur sampai panjang tali sebesar l=30 cm
,disetiap panjang tali waktu diukur sebanyak 20 kali osilasi.Kemudian disimpangkan
bandul kurang dari 15o lalu dilepaskan sehingga bandul berosilasi.Dimasukan hasil
pengamatan pada tabel.percobaan dilakukan untuk 20 ayunan dengan massa bandul yang
berbeda,tetapi panjang tali bandul sama dengan yang digunakan pada langkah
sebelumnya.Lalu dimasukan pula hasil pengamatannya. Kemudian dibuat kurva
hubungan antara T 2dan l,lalu di tarik garis lulur yang berhimpitan dengan titik-titik hasil
ukur.Selanjutnya ,ditentukan kemiringan garais dalam grafik tersebut dan ditentukan nilai
tetapan percepatan garavitasi bumi.

E Hasil Pengamatan
1. Tabel
Tabel 5.1 Hubungan Antara T dan l Dengan m tetap

Massa bola bandul 30


Panjang tali bandul(cm) 30 25 20
Waktu untuk 20 ayunan(s) 22,13 20,0 18,09
Periode (T) 1,10 1,00 0,90
T2 1,21 1,00 0,81

52
2. Grafik

Grafik 5.1 Hubungan T 2 ¿) terhadap l ( m )

F Analisis Data
1. Bandul dengan massa 30 gram dengan panjang tali
a. Menghitung periode ayunan (T)
Diketahui : n = 20
t1 = 22,13 s
t2 = 20,00 s
t3 = 18,09 s
Ditanya : T1 = …?
T2 = …?
T3 = …?
t1
Penyelesaian : T1 =
n
22,13 s
T1 =
20
T1 = 1,10 s
Jadi, periode ayunan (T1) adalah 1,10 s.

53
t2
T2 =
n
20 , 0 3 s
T2 =
20
T2 = 1,00 s
Jadi, periode ayunan (T2) adalah 1,00 s.
t3
T3 =
n
18 ,09 s
T3 =
20
T3 = 0,90 s
Jadi, periode ayunan (T3) adalah 1,10 s.
b. Menghitung periode kuadrat (T2)
Diketahui : T1 = 1,10 s
T2 = 1,00 s
T3 = 0,90 s
Ditanya : T12 = …?
T22 = …?
T32 = …?
Penyelesaian : (T1)2 = (1,10 s)2
(T1)2 = 1,21 s2
Jadi, periode kuadrat (T1)2 adalah 1,21 s2.
(T2)2 = (1,00 s)2
(T2)2 = 1,00 s2
Jadi, periode kuadrat (T3)2 adalah 0,90 s2.
(T3)2 = (0,90 s)2
(T3)2 = 0,81 s2
Jadi, periode kuadrat (T3)2 adalah 0,81 s2.
c. Menghitung percepatan gravitasi (g)
Diketahui : l1 = 0,30 m
l2 = 0,25 m
l3 = 0,20 m
54
T12 = 1,21 s2
T22 = 1,00 s2
T32 = 0,81 s2

Ditanya : g1 = …?
g2 = …?
g3 = …?
4 π 2 .l 1
Penyelesaian : g1 = 2
T1
2
4 (3,14) . 0,30 m
g1 =
1,21 s 2
11,83m
g1 =
1,21 s 2
g1 = 9,77 m/s2
Jadi, percepatan gravitasi (g1) adalah 9,77 m/s2.
4 π 2 .l 1
g2 = 2
T1

4 (3,14)2 . 0 , 25 m
g2 =
1 , 00 s2
9,86 m
g2 =
1, 00 s2
g2 = 9,86 m/s2
Jadi, percepatan gravitasi (g2) adalah 9,86 m/s2.
4 π 2 .l 1
g3 = 2
T1

4 (3,14)2 . 0 , 2 0 m
g3 =
0,81 s2
7,88 m
g3 =
0,81 s2
g3 = 9,73 m/s2
Jadi, percepatan gravitasi (g3) adalah 9,73 m/s2.
d. Menghitung percepatan gravitasi rata-rata (ǵ)
55
Diketahui : g1 = 9,77 m/s2
g2 = 9,86 m/s2
g3 = 9,73 m/s2
Ditanya : ǵ = …?

Penyelesaian : ǵ =
∑ gn
n
g 1+ g 2 + g 3
ǵ =
3
29,36 m/s2
ǵ =
3
ǵ = 9,78 m/s2
Jadi, percepatan gravitasi rata-rata (ǵ) adalah 9,78 m/s2.
e. Menghitung standar deviasi (SD)

No g(m/ s2 ) ( g− ǵ ¿ m/ s2 ¿
1. 9,77 -0,01 0,0001
2. 9,86 0,08 0,0064
3. 9,73 -0,05 0,0025
∑¿ 0,009

Diketahui : ∑ ( g− ǵ)2 = 0,009 m/s2


Ditanya : SD = …?

∑ (g−~g)2
Penyelesaian : SD =
√ 2
n

= 0,009m/ s
SD
√ 3
SD = √ 0,003 m/s 2
Jadi, standar deviasi (SD) adalah 0,055 m/s2.
f. Menghitung rentang nilai pengukuran (NP)
Diketahui : ǵ = 9,78 m/s2
SD = 0,055 m/s2
Ditanya : NP = …?
Penyelesaian : NP = ǵ ± SD

56
NP1 = (9,78 + 0,055) m/s2
NP1 = (9,78 + 0,055) m/s2
NP1 = 9,7855 m/s2
NP2 = (9,78 - 0,055) m/s2
NP2 = 9,7745 m/s2
Jadi, nilai rentang pengukuran adalah dari 9,7745 m/s2 sampai 9,785 m/s2.
g. Menghitung presentase kesalahan relatif (%KR)
Diketahui : SD = 0,055 m/s2
ǵ = 9,78 m/s2
Ditanya : %KR = …?
SD
Penyelesaian : %KR = × 100 %

0,055
%KR = ×100 %
9,78
%KR = 0,56 %
Jadi, presentase kesalahan relatif (KR) adalah 0,56 %.
h. Menghitung presentase kebenaran
Diketahui : %KR = 0,56 %
Ditanya : %KP = …?
Penyelesaian : %KP = 100% - %KR
%KP = 100% - 0,56 %
%KP = 99,44 %
Jadi, presentase kebenaran (%KP) adalah 99,44%.

G Pembahasan
Praktikum kali ini berjudul bandul matemates, yang bertujuan untuk
menentukan periode bandul matematis dan menentukan tetapan percepatan garavitasi
bumi dengan menggunakan bandul matematis. Bandul matematis sederhana adalah
sebuah model ideal yang terdiri dari titik massa yang ditangguhkan oleh tali tanpa bobot
yang tidak dapat ditarik dalam bidang gravitasi yang seragam.gravitasi adalah kekuatan
pemulih untuk bandul sederhana.
Adapun data yang diperoleh praktikan kali ini berupa periode bandul yang
diperoleh dari hasil bagi antara waktu dan jumlah.Diperoleh dari tiga percobaan yang

57
praktikan lakukan dengan hasil sepanjang 20 cm, 25 cm, 30 cm, bahwa nilai periodenya
semankin meningkat. Periode sendiri adalah waktu yang diperlikan untuk melekaukan
satun kali getaran. Hal tersebut memiliki arti bahwa semakin panjang tali yang digunakan,
maka waktu untuk melakukan satu kali getaran semakin lama. Sehingga, praktikan dapat
menarik kesimpulan bahwa jika ingin memperkecil suatu periode bandul, maka dapat
dilakukan dengan memeperpendek talinya. Sehubungan dengan periode, apabila nilai
periode diguadratkan,hasil perbandingannya dengan panjang tali pun tetap sama.Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa kuadrat beriode bandul berbanding lulus dengan
panjang tali ynag digunakan.
Menggunakan persamaan yang ada,dapat dihitung percepatan nilai gravitasi pada
bandul. Adapun nilai tetapan percepatan garavitasi yang sering digunakan adalah 9,8 m/s2.
Pada praktikum kali ini, praktikan memeperoleh beberapa nilai percepatan gravitasi yang
dihitung melalui persamaan yang digunakan dengan memasukan nilai l , π ,dan kuadrat
dari periode. Di mana tetapan gravitasi sebanding dengan empat kali hasil kuadrat π,
dikalikan dengan panjang tali dan dibagi dengan kuadrat dari periode.Didapati percepatan
gravitsi yang diperoleh sebesar 9,77 m/s 2 ( untuk tali sepanjang 30 cm ), 9,86 m/s 2 ( untuk
tali sepanjang 25 cm ),dan 9,73 m/s2 ( untuk tali sepanjang 30 cm ).Sehingga diperoleh
percepatan garavitasi rata-rata sebesar 9,78 m/s2. Nilai tersebut hampir sama dengan
percepatan gravitasi yang sering digunaakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai yang
praktikan peroleh merupakan nilai yang presisi dan akurat.
Selanjutnya, praktikan menentukan standar deviasi, nilai pengukuran,persentase
kesalahan relatif,dan juga persentase kebenaran dari data yanag praktikan peroleh.Adapun
standar deviasi adalah nilai statistik yang digunakan untuk menentukan bagaimana sebuah
data dalam sampel, dan seberapa dekat titik sampel data pada rata-rata nilai nya.Standar
deviasi yang praktikan peroleh adalah sebesar 0,055 m/s2 yang memiliki nilai selisih kecil.
Adapun persentase kesalahan relatif dari percobaan yang dilakaukan adalah sebesar 0,56
% dengan persentase kebenaran sebesar 99,44 %.Sehingga dapat dikatakn bahwa
paraktikum kali ini berhasil.Melalui percobaan kali ini juga dapat dibuktikan bahwa
tetapan garavitasi bumi ( permukaan bumi ) bernilai konstan ( tetap).
Prinsip bandul matematis digunakan pula dalam berbagi lini kehidupan sehari-
hari.Mulai dari hasil sederhana seperti ayunan, yang bila semakin panjang tali maka
semakin mendayu terasa ayunannya, yang juga sekaligus dapat menjadi pembuktian hasil
percobaan praktikum kali ini. Hingga pada prinsip bandul pada jam dinding, pegas yang
diberi beban, sampai pekerjaan berat pada tali pengukus transit surveryor.

H Penutup
1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan, landasan teori, hasil pengamatan, analisis data,


pembahasan dan juga praktikunm yang telah praktikan lakaun dapat disimpulkan
bahwa praktikan dapat mementukan periode bandul matenatis dengan nilai 1,10 s (
58
tali 30 cm ), 1,00 s ( 25 cm ), dan 0,90 s ( 20 cm ).Penentuan periode bandul dapat
dilakuakan dengan membagai waktu dengan jumlah ayaunan pada pandul.
Didapatkan bahwa nilai periode berbanding lurus dengan panjang tali yang
digunakan.

Praktikan juga dapat menentukan tetapan garavitasi bumi dengan


menggunakan bandul matematis.Hasilnya adalah garavitasi rata-rata sebesar 9,78
m/s2. Hasil yang diperoleh ternyata dapat memebuktikan bahwa nilai percepatan
garavitasi pada permukaan bumi konstan atau tetap,sehingga praktikum kali ini
dinyatakan berhasil.

2. Saran
Praktikan harus lebih teliti lagi dalam melakukan percobaan agar
mendapatkan hasil yang akurat dan dan lebih kompak lagi.

PERCOBAAN VI

ELASTISITAS

A. Tujuan Percobaan
Menentukan tetapan pegas dengan menggunakan persamaan hukum Hooke.

B. Landasan Teori
Sifat elastis adalah sifat bahan yang cenderung kembali ke bentuk semula setelah
gaya yang bekerja pada benda dihilangkan. Contohnya adalah pada pegas yang kembali
pada bentuk atau keadaannya semula setelah gaya yang bekerja padanya dihilangkan.
Namun, besar tarikan atau tekanan yang diberikan tidak boleh terlalu besar. Jika pegas
ditarik cukup jauh, panjang pegas dapat bertambah dari panjang semula. Begitu pula jika
pegas ditekan dengan cukup kuat, panjang akhir pegas dapat saja menjadi berkurang dari
panjang semula. Kondisi tersebut terjadi karena pegas telah melampaui batas
elastisitasnya. Sifat elastis ini tidak hanya dimiliki oleh pegas, tetapi dapat pula dimiliki
oleh bahan lainnya. Ada bahan yang sangat elastis seperti karet, dan ada yang kurang
elastis seperti keramik. Ada benda yang sangat mudah untuk diubah panjangnya, dan ada
pula yang sulit. Benda yang lebih mudah diubah oleh gaya dikatakan benda yang lebih
elastis (Abdullah, 2016 : 690).
59
Ketika sebuah gaya diberikan pada tubuh, bentuk dan ukuran tubuh dapat saja bisa
berubah. Hal tersebut tergantung bagaimana gaya tersebut diberukan pada tubuh. Gaya
tersebut dapat berupa merenggangkan, mengompresi, menekuk, atau bahkan memutar.
Elastisitas adalah sifat yang cenderung mengembalikan tubuh ke bentuknya semula
setelah gaya yang diberikan dihilangkan. Apabila gaya yang diberikan melampaui batas,
maka akan memecah/merusak tubuh karena telah melewati batas dari elastisitas tubuh
(Davidovits, 2008 : 61).
Suatu objek akan berubah bentuk ketika gaya kontak diterapkan padanya.
Perubahan ukuran atau bentuk dari objek tersebut dapat disebut deformasi. Ketika gaya
kontak dihilangkan, objek yang elastis akan kemba,I ke bentuk dan ukuran aslinya.
Banyak objek yang bersifat elastis selama gaya deformasi yang dikenakan tidak terlalu
besar. Sebaliknya, benda atau objek apapun dapat berubah bentuk secara permanen atau
bahkan rusak jika gaya yang diberikan pada benda tersebut terlalu besar (Giambattista,
2010 : 357).

C. Alat dan Bahan


Percobaan kali ini dibutuhkan seperangkat alat dan bahan sebagai berikut : 1 set
beban gantung, 2 unit pegas, 1 unit penggaris kayu, 1 unit penggaris plastic, 1 unit spidol,
dan 1 lembar kertas millimeter block.

D. Langkah Kerja
Pertama-tama, alat dan bahan disiapkan. Lalu, dirangkai alat untuk percobaan
kali ini. Beban mula-mula (m0) lalu digantungkan, hingga pegas meregang sampai
panjang tertentu kemudia dicatat sebagai (l0). Setelah itu, ditambahkan beban menjadi (m)
dan dicatat perubahan pegas sebagai (l). Kegiatan tersebut diulangi dengan setiap kali
beban diperbesar dan dicatat kedudukan pegas setelah diberi beban. Hasilnya dicatat
dalam tabel hasil pengamatan. Kemudian dibuatlah kurva yang menyatakan hubungan
antara ∆ m dengan ∆ l. Serta dibuatlah kurva yang menyatakan ∆ F dan ∆ l. Langkah
percobaan dari awal diulangi kembali untuk susunan pegas yang identik (baik dari segi
massa dan bentuk) secara seri dan paralel secara bergantian. Kemudian, dicarilah nilai
konstanta pegas untuk setiap unsure susunan pegas.
60
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel hasil pengamatan
a. Pegas A
M0 = 0 kg
g = 10 m/s2
l0 = 0,063 m

Tabel hasil pengamatan menggunakan pegas A


Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Menggunakan Pegas A

No. Beban (m) kg m-m0 (kg) ∆ F=(m-m0)g (N) l (m) ∆ l = (l – l0)m


1. 0,05 0,05 0,5 0,105 0,042
2. 0,1 0,1 1 0,156 0,093
3. 0,15 0,15 1,5 0,205 0,142
4. 0,2 0,2 2 0,255 0,192

b. Pegas B
M0 = 0 kg
g = 10 m/s2
l0 = 0,063 m
Tabel hasil pengamatan menggunakan pegas B
Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Menggunakan Pegas B

No. Beban (m) kg m-m0 (kg) ∆ F=(m-m0)g (N) l (m) ∆ l = (l – l0)m


1. 0,05 0,05 0,5 0,076 0,01
2. 0,1 0,1 1 0,101 0,035
3. 0,15 0,15 1,5 0,123 0,057
4. 0,2 0,2 2 0,146 0,08

2. Grafik hasil pengamatan


a. Percobaan pegas AGrafik hubungan antara ∆ F dengan ∆ m

61
1. Grafik hubungan antara ∆ F dengan ∆ m
Grafik 6.1 Hubungan Antara ∆ F dengan ∆ m untuk Pegas A

2. Grafik hubungan antara ∆ F dengan ∆ l


Grafik 6.1 Hubungan Antara ∆ F dengan ∆ l untuk Pegas A

b. Percobaan pegas B
1. Grafik hubungan antara ∆ F dengan ∆ m

62
Grafik 6.1 Hubungan Antara ∆ F dengan ∆ m untuk Pegas B

2. Grafik hubungan antara ∆ F dengan ∆ l


Grafik 6.1 Hubungan Antara ∆ F dengan ∆ l untuk Pegas B

F. Analisis Data
63
1. Pegas A
1. Menentukan konstanta pegas
1. Untuk beban 50 gram
Diketahui : m0 = 0 kg
m1 = 0,05 kg
l0 = 0,063 m
l1 = 0,105 m
g = 10 m/s2
Ditanya : F1 = …?
∆ l1 = …?
k1 = …?
penyelesaian : F1 = (m1 – m0) . g
F1 = (0,05 - 0) kg . 10 m/s2
F1 = 0,05 kg. 10 m/s2
F1 = 0,5 N
∆ l1 = l1 – l0
∆ l1 = (0,105 – 0,063) m
∆ l1 = 0,042 m
F1
k1 =
△ l1
0,5 N
k1 =
0,042m
k1 = 11,90 N/m
Jadi, nikai konstanta pegas (k1) adalah 11,90 N/m.
2. Untuk beban 100 gram
Diketahui : m0 = 0 kg
m1 = 0,1 kg
l0 = 0,063 m
l2 = 0,156 m
g = 10 m/s2
Ditanya : F2 = …?

64
∆ l2 = …?
K2 = …?
penyelesaian : F2 = (m2 – m0) . g
F2 = (0,1 - 0) kg . 10 m/s2
F2 = 0,1 kg. 10 m/s2
F2 = 0,1 N
∆ l2 = l2 – l0
∆ l2 = (0,156 – 0,063) m
∆ l2 = 0,09 m
F2
k2 =
△ l2
1N
k2 =
0,09 m
k2 = 11,11 N/m
Jadi, nikai konstanta pegas (k2) adalah 11,11 N/m.
3. Untuk beban 150 gram
Diketahui : m0 = 0 kg
M3 = 0,15 kg
l0 = 0,063 m
l3 = 0,205 m
g = 10 m/s2
Ditanya : F3 = …?
∆ l3 = …?
K3 = …?
penyelesaian : F3 = (m3 – m0) . g
F3 = (0,15 - 0) kg . 10 m/s2
F3 = 0,15 kg. 10 m/s2
F3 = 1,5 N
∆ l3 = l3 – l0
∆ l3 = (0,205 – 0,063) m
∆ l3 = 0,14 m

65
F3
k3 =
△ l3
1,5 N
k3 =
0,14 m
k3 = 10,71 N/m
Jadi, nikai konstanta pegas (k3) adalah 10,70 N/m.
4. Untuk beban 200 gram
Diketahui : m0 = 0 kg
m4 = 0,2 kg
l0 = 0,063 m
l4 = 0,255 m
g = 10 m/s2
Ditanya : F4 = …?
∆ l4 = …?
k4 = …?
penyelesaian : F4 = (m4 – m0) . g
F4 = (0,2 - 0) kg . 10 m/s2
F4 = 0,2 kg. 10 m/s2
F4 =2N
∆ l4 = l4 – l0
∆ l4 = (0,255 – 0,063) m
∆ l4 = 0,19 m
F4
k4 =
△ l4
2N
k4 =
0,19 m
k4 = 10,53 N/m
Jadi, nikai konstanta pegas (k4) adalah 10,53 N/m.
2. Menghitung konstanta pegas rata-rata (ḱ)
Diketahui : k1 = 11,90 N/m
k2 = 11,11 N/m
k3 = 10,71 N/m
66
k4 = 10,53 N/m
Ditanya : ḱ = …?

Penyelesaian : ḱ =
∑k
n
( 11,90+11,11+10,71+ 10,53 ) N /m
ḱ =
4
44,25 N /m
ḱ =
4
ḱ = 11,06 N/m
Jadi, nilai konstanta pegas rata-rata (ḱ) adalah 11,06 N/m.
3. Menentukan standar deviasi (SD)

No
k (N/m) k - ḱ (N/m) (k - ḱ)2 N2/m2
.
1. 11,90 0,84 0,70
2. 11,11 0,05 0,0025
3. 10,71 -0,35 0,12
4. 10,53 -0,53 0,28
∑(k - ḱ)2 = 1,10
Diketahui : ∑(k - ḱ)2 = 1,10 N2/m2
n =4
Ditanya : SD = …?
2
= ∑(k −ḱ )
Penyelesaian : SD

n−1
2 2
= 1,10 N /m
SD
√ 3
SD = √ 0.37 N 2 /m2
SD = 0,60 N/m
Jadi, standar deviasinya adalah 0,60 N/m.
4. Menentukan rentang nilai pengukuran
Diketahui : ḱ = 11,06 N/m
SD = 0,60 N/m
Ditanya : NP = …?
Penyelesaian : NP = ḱ ± SD
67
NP = (11,06 ± 0,60) N/m
NP1 = ḱ + SD
NP1 = (11,06 + 0,60) N/m
NP1 = 11,66 N/m
NP2 = ḱ - SD
NP2 = (11,06 - 0,60) N/m
NP2 = 10,46 N/m
Jadi, rentang pengukuran nilai adalah 10,46 N/m sampai 11,60 N/m.
5. Menentukan nilai kesalahan relative
Diketahui : ḱ = 11,06 N/m
SD = 0,60 N/m
Ditanya : %KR = …?
SD
Penyelesaian : %KR =

0,60 N /m
%KR = ×100 %
11,06 N /m
%KR = 5,42 %
Jadi, nilai kesalahan relatifnya adalah 5,42 %.
6. Menentukan nilai keberhasilan
Diketahui : %KR = 5,42 %
Ditanya : %KP = …?
Penyelesaian : %KP = 100 % - %KR
%KP = 100 % - 5,42 %
%KP = 94,58 %
Jadi, nilai keberhasilannya adalah 94,58 %.

2. Pegas B
a. Menentukan konstanta pegas
1. Untuk beban 50 gram
Diketahui : m0 = 0 kg
m1 = 0,05 kg

68
l0 = 0,066 m
l1 = 0,076 m
g = 10 m/s2
Ditanya : F1 = …?
∆ l1 = …?
k1 = …?
penyelesaian : F1 = (m1 – m0) . g
F1 = (0,05 - 0) kg . 10 m/s2
F1 = 0,05 kg. 10 m/s2
F1 = 0,5 N
∆ l1 = l1 – l0
∆ l1 = (0,076 – 0,066) m
∆ l1 = 0,01 m
F1
k1 =
△ l1
0,5 N
k1 =
0,01 m
k1 = 50 N/m
Jadi, nikai konstanta pegas (k1) adalah 50 N/m.
2. Untuk beban 100 gram
Diketahui : m0 = 0 kg
m1 = 0,1 kg
l0 = 0,066 m
l2 = 0,101 m
g = 10 m/s2
Ditanya : F2 = …?
∆ l2 = …?
K2 = …?
penyelesaian : F2 = (m2 – m0) . g
F2 = (0,1 - 0) kg . 10 m/s2
F2 = 0,1 kg. 10 m/s2

69
F2 = 0,1 N
∆ l2 = l2 – l0
∆ l2 = (0,101 – 0,066) m
∆ l2 = 0,04 m
F2
k2 =
△ l2
1N
k2 =
0,04 m
k2 = 25 N/m
Jadi, nikai konstanta pegas (k2) adalah 25 N/m.
3. Untuk beban 150 gram
Diketahui : m0 = 0 kg
M3 = 0,15 kg
l0 = 0,066 m
l3 = 0,123 m
g = 10 m/s2
Ditanya : F3 = …?
∆ l3 = …?
K3 = …?
penyelesaian : F3 = (m3 – m0) . g
F3 = (0,15 - 0) kg . 10 m/s2
F3 = 0,15 kg. 10 m/s2
F3 = 1,5 N
∆ l3 = l3 – l0
∆ l3 = (0,123 – 0,066) m
∆ l3 = 0,06 m
F3
k3 =
△ l3
1,5 N
k3 =
0,06 m
k3 = 25 N/m
Jadi, nikai konstanta pegas (k3) adalah 25 N/m.
70
4. Untuk beban 200 gram
Diketahui : m0 = 0 kg
m4 = 0,2 kg
l0 = 0,066 m
l4 = 0,146 m
g = 10 m/s2
Ditanya : F4 = …?
∆ l4 = …?
k4 = …?
penyelesaian : F4 = (m4 – m0) . g
F4 = (0,2 - 0) kg . 10 m/s2
F4 = 0,2 kg. 10 m/s2
F4 =2N
∆ l4 = l4 – l0
∆ l4 = (0,146 – 0,066) m
∆ l4 = 0,08 m
F4
k4 =
△ l4
2N
k4 =
0,08 m
k4 = 25 N/m
Jadi, nikai konstanta pegas (k4) adalah 25 N/m.

b. Menghitung konstanta pegas rata-rata (ḱ)


Diketahui : k1 = 50 N/m
k2 = 25 N/m
k3 = 25 N/m
k4 = 25 N/m
Ditanya : ḱ = …?

Penyelesaian : ḱ =
∑k
n

71
( 50+25+25+25 ) N /m
ḱ =
4
125 N /m
ḱ =
4
ḱ = 31,25 N/m
Jadi, nilai konstanta pegas rata-rata (ḱ) adalah 31,25 N/m.
c. Menentukan standar deviasi (SD)

No
k (N/m) k - ḱ (N/m) (k - ḱ)2 N2/m2
.
1. 50 18,75 351,56
2. 25 -6,25 39,06
3. 25 -6,25 39,06
4. 25 -6,25 39,06
∑(k - ḱ)2 = 468,74
Diketahui : ∑(k - ḱ)2 = 468,74 N2/m2
n =4
Ditanya : SD = …?
2
= ∑(k −ḱ )
Penyelesaian : SD

n−1
2 2
= 468,74 N /m
SD
√ 3
SD = √ 156,25 N 2 /m2
SD = 12,5 N/m
Jadi, standar deviasinya adalah 12,5 N/m.
d. Menentukan rentang nilai pengukuran
Diketahui : ḱ = 31,25 N/m
SD = 12,5 N/m
Ditanya : NP = …?
Penyelesaian : NP = ḱ ± SD
NP = (31,25 ± 12,5) N/m
NP1 = ḱ + SD
NP1 = (31,25 + 12,5) N/m
NP1 = 43,75 N/m
72
NP2 = ḱ - SD
NP2 = (31,25 – 12,5) N/m
NP2 = 18,75 N/m
Jadi, rentang pengukuran nilai adalah 18,75 N/m sampai 43,75 N/m.
e. Menentukan nilai kesalahan relative
Diketahui : ḱ = 31,25 N/m
SD = 12,5 N/m
Ditanya : %KR = …?
SD
Penyelesaian : %KR =

12,5 N /m
%KR = × 100 %
31,25 N /m
%KR = 40 %
Jadi, nilai kesalahan relatifnya adalah 40 %.
f. Menentukan nilai keberhasilan
Diketahui : %KR = 40 %
Ditanya : %KP = …?
Penyelesaian : %KP = 100 % - %KR
%KP = 100 % - 40 %
%KP = 60 %
Jadi, nilai keberhasilannya adalah 60 %.

G. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang elastisitas, khususnya pada pegas. Adapun
tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk menentukan tetapan pegas dengan
menggunakan persamaan hukum Hooke. Sifat elastis adalah sifat bahan yang dapat
cenderung kembali ke bentuk semula setelah gaya yang bekerja pada benda dihilangkan.
Banyak objek yang elastis selama gaya deformasi tidak terlalu besar.
Hukum Hooke digagas oleh Robert Hooke yang mmenyelidiki hubungan antar
gaya yang bekerja pada sebuah benda elastis, pegas, atau lainnya agar benda tersebut bisa
kembali ke bentuk awal atau tidak melebihi batas elastisnya. Hukum Hooke hanya

73
berlaku sampai batas elastisitas. Besar perbandingan antara gaya dengan peningkatan
panjang pegas adalah konstan. Terlihat pada hasil pengamatan, semakin besar gaya yang
diberikan pada suatu benda, semakin besar pula massa yang diterima pegas dan perubahan
panjangnya. Konsep hukum Hooke yaitu menjelaskan mengenai hubungan antara gaya
yang diberikan pada suatu benda (pegas) dilihat dari peningkatan panjang yang dialami
pegas tersebut. Besar perbandingan antara gaya dengan peningkatan panjang pegas adalah
konstan. Dimana gaya yang bekerja sama dengan minus konstanta pegas dikalikan dengan
pertambahan panjang. Nilai negatif menandakan bahwa arah dari gaya yang bekerja
adalah berlawanan dari arah simpangan yang diberikan. Gaya tersebut sering kali disebut
sebagai gaya pemulih. Namun, bila suatu pegas diberi simpangan yang melebihi batas
elastisitasnya, maka terdapat kemungkinan pegas tersebut rusak dan tidak dapat kembali
(elastis) pada bentuk semula.
Berdasarkan praktikum yang telah praktikan lakukan,diperoleh rentang dari nilai
hasil pengukuran konstanta pegas pada pegas A adalah 10,46N/m. Diketahui hanya 1 nilai
pada data konstanta pegas yang tidak memasuki rentang tersebut. Adapun nilai kesalahan
relatif dari percobaan menggunakan pegas A ini adalah sebesar 5,42%. Hal tersebut
melebihi batas perolehan kesalahan relatif (yakni 5%), sehingga praktikum/percobaan
untuk pegas A dinyatakan tidak berhasil. Begitu pula dengan percobaan yang praktikan
lakukan dengan menggunakan pegas B. Pegas B memiliki ukuran, dan juga kerapatan
yang berbeda jika dibandingkan dengan pegas A. Didapati hasil perhitungan untuk
rentang nilai konstanta pegas B adalah 18,75 N/m sampai 43,75 N/m. Sama halnya
dengan pegas A, terdapat hanya satu niai dari konstanta pegas hasil pengukuran yang
tidak memasuki rentang nilai. Namun, kesalahan relaif yang praktikan peroleh mencapai
angka 40 % untuk pegas B. Hal tersebut menandakan besarnya kesalahan dalam data yang
diperoleh.
Pegas A memiliki karakteristik lebih rapat bila dibandingkan dengan pegas B.
Diameter pada pegas juga lebih kecil dari diameter yang dimiliki oleh pegas B. Namun
berbagai kesalahan dari beberapa faktor mengakibatkan praktikan gagal. Kesalahan dapat
berupa tingkat ketelitian dari praktikan saat mengukur panjang pegas tidak sesuai,
pengukuran dengan kesalahan penggunaan alat ukur (terlalu miring atau memiliki skala
yang tidak dapat terbaca dengan jelas), ataupun saat mengukur pertambahan panjang
74
pegas dikenakan suatu gaya eksternal lainnya. Kesalahan juga dapat berasal benda/alat
yang digunakan, seperti susunan pegas yang sudah tidak sama seperti baru dibeli, hingga
umur pegas yang berakibat pada seringnya pegas digunakan dalam proses praktikum.
Terutama pada pegas B, dimana terlihat dari bentuk dan regangannya yang sudah tidak
serapat pegas A. Oleh karena itu, kesalahan yang terdapat pada pegas B dapat juga
dikatakan sebagai sebab utama peningkatan nilai kesalahan relatif hasil pengamatan.
Praktikum untuk pegas A dan juga pegas B dinyatakan gagal untuk memperoleh nilai
konstanta pegas masing-masing.

H. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan, landasan teori, hasil pengamatan, analisis data, dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa praktikum yang yang telah praktikan lakukan
gagal dengan nilai kesalahan relatif sebesar 5,42% dan 40%. Sehingga, penentuan
ketetapan pegas dengan menggunakan hukum Hooke tidak terbukti. Kegagalan
praktikum disebabkan oleh beberapa faktor seperti kesalahan pengukuran, eror pada
benda, hingga perhitungan praktikan saat melaksanakan praktikum.
2. Saran
Sebaiknya, disediakan beberapa alat kebersihan pada laboratorium.

75
PERCOBAAN VII
SIFAT LENSA DAN PEMBENTUKAN BAYANGAN

A. Tujuan Percobaan
Untuk menyelidiki pembentukan sifat bayangan dari lensa tipis konvergen dan
untuk memahami sifat lensa.

B. Landasan Teori
Cermin membentuk gambar melalui pantulan, sementara lensa membentuk
gambar melalui pembiasan. Masing-masing dari dua permukaan dalam lensa bola adalah
bagian dari bola. Sumbu utama lensa melewati pusat kelengkungan permukaan lensa.
Pusat optik dari lensa adalah titik pada sumbu utama yang dilalui sinar tanpa mengubah
arahnya. Lensa dikelompokkan menjadi lensa divergen atau konvergen, berdasarkan yang
terjadi pada sinar (cahaya) saat melewati lensa (Giambattista, 2010 : 876).
Umumnya, lensa berbentuk bola dan lensa tersebut dinamakan lensa bikonvers.
Bernama bikonvers karena kedua permukaan lensa membungkuk ke arah luar dari tengah.
Sementara lensa plano cembung, datar di satu sisi dan cembung di sisi lainnya. Untuk
lensa tipis, jarak ke titik fokus sama di setiap sisi, bahkan saat kelengkungan tidak saama
pun jarak ke titik fukus tetap sama. Adapun lensa, tidak harus terbuat dari
kaca (Rex, 2010 : 491- 492).
Sinar pararel yang melewati lensa cembung menyatu pada titik yang disebut fokus
utama. Jarak ini dari lensa disebut jarak titik fokus f. Jarak titik fokal adalah pengukuran
dari kekuatan konvergen lensa. Semakin pendek jarak fokal, maka semakin kuat lensa
( Davidovits, 2008 : 295- 296).

C. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan yaitu benda berbentuk tanda panah 1 unit, catu
daya 1 set, kabel penghubung 2 unit, lampu 2 unit, layar putih 1 unit, lensa fokus +50 mm
1 unit, lensa fokus +100 mm 1 unit, penggaris 1 unit, penjepit benda 5 unit, penyangga 3
unit dan rel presisi 2 unit.
76
D. Langkah Kerja
Dalam praktikum yang berjudul sifat lensa dan pembentukan bayangan, praktikan
akan melakukan dua kali percobaan. Percobaan pertama untuk menyelidiki pembentukan
sifat bayangan dan lensa tipis konvergen dan percobaan kedua untuk memahami sifat
lensa. Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu lampu, layar putih, rel presisi, catu
daya, lensa fokus +50 mm dan +100 mm, penjepit benda, penyangga, kabel penghubung,
benda berbentuk tanda panah dan penggaris.
Dirangkai alat untuk percobaan pertama sesuai dengan gambar.

Gambar 7.1 Rangkaian Alat Percobaan


Digunakan lampu sebagai sumber cahaya pada percobaan tersebut, kemudian digunakan
kedua rel presisi dan menggabungkannya menggunakan penyangga. Diletakkan lima
penjepit benda diatas rel presisi. Diletakkan lampu diatas penjepit benda, kemudian
diletakkan lensa dengan fokus +50 mm diatas penjepit benda yang lain dengan jarak 10
cm di dpean sumber cahaya (lampu). Diletakkan benda berbentuk panah diatas penjepit
benda yang lain juga didepan lensa (dengan fokus +50 mm). Diletakkan lensa (dengan
fokus +100 mm) di depan benda berbentuk panah, dan diletakkan juga layar putih di
depan lensa (dengan fokus +100 mm) di masing-masing penjepit benda yang berbeda.
Disambung kabel penghubung antara catu daya dengan lampu, kemudian diatur tegangan
keluaran dari catu daya sebesar 12 V setelah catu daya dihidupkan. Diatur jarak antara
lensa dengan objek sejauh 30 cm. Selanjutnya dicatat sebagai jarak benda (s). Diatur letak
layar atau lensa (dengan fokus +100 mm) sehingga diperoleh bayangan yang jelas dan
tenang. Diatur ketinggian dari benda yang berbentuk panah, kemudian dicatat sebagai h,
setelah itu diukur ketinggian dari bayangan yang dihasilkan dan dicatat sebagai h,
77
kemudian jarak antara lensa dengan bayangan dicatat sebagai s’. Diulangi kembali
langkah pada saat diatur jarak antara lensa dengan objek sehingga ditentukan jarak antara
lensa dengan bayangan menggunakan jarak antar lensa dan objek yang berbeda sesuai
dengan table hasil pengamatan.
Dirangkai alat untuk percobaan kedua lensa sesuai gambar.

Gambar 7.2 Rangkaian Lensa Cembung

Gambar 7.3 Rangkaian Lensa Cekung


Dihubungkan lampu (cahaya) berbentuk kotak dengan catu daya menggunakan kabel
penghubung. Diletakkan lensa cembung dan lensa cekung di depan lampu kemudian
diamati pola yang terbentuk.
E. Hasil Pengamatan

78
1. Tabel
Tabel 7.1 Hasil Pengamatan Terhadap Pembentukan Bayangan

Jarak Benda Jarak Ketinggian Orientasi Nyata atau


(s) Bayangan ( s' ) Bayangan (h) Bayangan Maya
40 cm 14 cm 0,4 cm Terbalik, Nyata
diperkecil
30 cm 17 cm 0,5 cm Terbalik, Nyata
diperkecil
20 cm 20 cm 1 cm Terbalik, Nyata
sama besar
10 cm - - - -

Tabel 7.2 Hubungan Antara Jarak Benda (s), Jarak Bayangan ( s' ) dan Panjang
Fokus

No. S (cm) 1 S’ (cm) 1 1 1 1


s s'
+ f
s s'
1. 10 cm 1,0 x 10−1 - - - -
2. 20 cm 5,0 x 10−2 20 cm 5,0 x 10−2 10 x 10−2 10 x 10−2
3. 30 cm 3,3 x 10−2 17 cm 5,8 x 10−2 9,1 x 10−2 9,1 x 10−2
4. 40 cm 2,5 x 10−2 14 cm 7,1 x 10−2 9,6 x 10−2 9,6 x 10−2

2. Grafik
1 1
a. Grafik Hubungan Antara dan
s s'

79
1 1
Grafik 7.1 Hubungan Antara dan
s s'

1 1 1
b. Grafik Hubungan Antara + dengan
s s' f

1 1 1
Grafik 7.2 Hubungan Antara + ' dengan
s s f

c. Grafik Hubungan Antara s dan s'

80
Grafik 7.3 Hubungan Antara s dan s'

3. Sifat Lensa
a. Gambar Hasil Pengamatan Sumber Cahaya Untuk Lensa Konvergen

Gambar 7.4 Hasil Pengamatan Sumber Cahaya Untuk Lensa Konvergen

b. Gambar Hasil Pengamatan Sumber Cahaya Untuk Lensa Divergen

81
Gambar 7.5 Hasil Pengamatan Sumber Cahaya Untuk Lensa Divergen

F. Analisis Data
1. Menghitung titik fokus (f)
 Diketahui : s1 = 10 cm
s' = ∞
Ditanya : f1 = … ?
1 1 1
Jawab : = + 1
f 1 s1 s
1 1 1
= +
f 1 10 ∞
1 1
= +0
f 1 10
10
f1 =
1
f 1 = 10 cm
Jadi, nilai untuk titik fokus pertama adalah 10 cm.
 Diketahui : s2 = 20 cm
s' = 20 cm
Ditanya : f2 = … ?
1 1 1
Jawab : = + '
f 2 s2 s2

82
1 1 1
= +
f 2 20 20
1 1+ 1
=
f2 10
1 2
=
f 2 20
20
f1 =
2
f 2 = 10 cm
Jadi, nilai untuk titik fokus kedua adalah 10 cm.
 Diketahui : s3 = 30 cm
s3' = 17 cm
Ditanya : f3 = … ?
1 1 1
Jawab : = + '
f3 s3 s3
1 1 1
= +
f3 30 17
1 17+30
=
f3 510
1 47
=
f3 510
510
f3 =
47
f 3 = 10,85 cm
Jadi, nilai untuk titik fokus ketiga adalah 10,85 cm.
 Diketahui : s4 = 40 cm
s4 ' = 14 cm
Ditanya : f4 = … ?
1 1 1
Jawab : = + '
f4 s4 s4
1 1 1
= +
f4 40 14

83
1 14+ 40
=
f4 560
1 54
=
f4 560
560
f1 =
54
f 2 = 10,37 cm
Jadi, nilai untuk titik fokus keempat adalah 10,37 cm.
2. Menghitung nilai rata-rata untuk titik fokus (f)
Diketahui : f 1 = 10 cm
f 2 = 10 cm
f 3 = 10,85 cm
f 4 = 10,37 cm

Ditanya : f́ = … ?

f 1 + f 2+ f 3 + f 4
Jawab : f́ =
4

( 10+10+10,85+10,37 ) cm
f́ =
4

41,22 cm
f́ =
4

f́ = 10,30 cm

Jadi, nilai rata-rata titik fokus (f) adalah 10,30 cm.

3. Menghitung jarak pengukuran (R)


Diketahui : f max = 10,85 cm
f min = 10 cm
Ditanya :R = …?
Jawab :R = f max - f min

R = 10,85 cm – 10 cm
84
R = 0,85 cm

Jadi, jarak untuk pengukuran (R) adalah 0,85 cm.

4. Menghitung ketidakpastian pengukuran (∆f)


Diketahui : R = 10,85 cm
Ditanya : ∆f = …?
R
Jawab : ∆f =
2

0,85 cm
∆f =
2

∆f = 0,42 cm

Jadi, nilai untuk ketidakpastian pengukuran adalah 0,42 cm.

5. Menghitung ketidakpastian pengukuran dalam


Diketahui : ∆f = 042 cm
Ditanya : ∆ f arg = …?
∆f
Jawab : ∆ f arg =
√N
O, 42cm
∆ f arg =
√4
O, 42cm
∆ f arg =
2
∆ f arg = 0,21 cm

Jadi, nilai untuk ketidakpastian pengukuran dalam adalah 0,21 cm.

6. Menghitung nilai pengukuran

Diketahui : f́ = 10,30 cm

∆ f arg = 0,21 cm

Ditanya : f = …?

85
Jawab : f = f́ ± ∆ f arg
f1 = f́ + ∆ f arg

f1 = 10,30 cm + 0,21 cm

f1 = 10,51 cm

f2 = f́ - ∆ f arg

f1 = 10,30 cm - 0,21 cm

f1 = 10,09 cm

Jadi, nilai pengukuran untuk percobaan ini adalah 10,51 dan 10,09 cm.

7. Menghitung standar deviasi

No f (cm) f́ (cm) f - f́ (cm) ( f − f́ )2 (cm2)


.
1. 10,0 10,30 0,30 0,09
2. 10,0 10,30 0,30 0,09
3. 10,85 10,30 0,55 0,30
4. 10,37 10,30 0,07 0,0049
∑ ¿ 2,10

∑ ( f − f́ )2
SD =
√ n−1

2,1 O
SD =
√ 4−1

2,1 O
SD =
√ 3

SD = √ 0,7

SD = 0,8 cm

86
Jadi, nilai standar deviasinya adalah 0,8 cm.

8. Menghitung kesalahan relatif (% KR)


Diketahui : SD = 0,8 cm
f́ = 10,30 cm
Ditanya : % KR = …?
SD
Jawab : % KR = x 100%

0,8
% KR = x 100%
10,30
% KR = 7,77 %
Jadi, kesalahan relatif (% KR) adalah 7,77 %.

9. Menghitung keberhasilan praktikum (% KP)


Diketahui : % KR = 7, 77 %
Ditanya : % KP = …?
Jawab : % KP = 100% - % KR
% KP = 100% - 7,77 %
% KP = 92, 23 %
Jadi, keberhasilan praktikum (% KP) adalah 92, 23 %.

G. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang sifat lensa dan pembentukan bayangan.
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk menyelidiki pembentukan sifat
bayangan dari lensa tipis konvergen dan untuk memahami sifat lensa. Cermin membentuk
gambar melalui pemantulan, sementara lensa membentuk gambar melalui pembiasan.
Umumnya, lensa berbentuk bulat dinamakan lensa bikonveks. Sinar paralel yang
melewati lensa cembung menyatu pada titik yang disebut fokus utama. Semakin pendek
jarak fokus, maka semakin kuat lensa.
Praktikum kali ini dilakukan 2 percobaan, dimana percobaan pertama adalah
mengenai sifat lensa. Lensa yang digunakan pada praktikum ini adalah lensa cembung

87
dan lensa cekung. Lensa cembung adalah sebuah lensa yang bagian tengahnya memiliki
ketebalan lebih daripada bagian tepinya. Pada lensa cembung, dapat diamati hasil
pembiasan cahaya adalah fokus atau berpusat pada satu titik. Titik tersebut disebut
sebagai titik fokus. Sementara pada lensa cekung, berkebalikan dengan lensa cembung.
Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis dibanding bagian tepinya.
Adapun hasil pembiasan cahaya dari lensa cekung adalah menyebar atau terbiaskan secara
luas. Lensa cembung sering disebut sebagai lensa positif atau lensa pengumpul.
Sementara lensa cekung sering disebut sebagai lensa negatif. Sebutan lain untuk lensa
cembung adalah lensa konvergen sementara lena cekung adalah divergen.
Percobaan kedua yang praktikan lakukan adalah terkait dengan pembentukan
bayangan pada lensa tipis konvergen. Sebelumnya, ada 3 sinar istimewa pada lensa
konvergen atau lensa cembung. Pertama, sinar datang melalui titik pusat lensa atau O
maka akan diteruskan serta tidak dibiaskan. Kedua, sinar datang pada titik fokus, maka
akan dibiaskan sejajar sumbu utama. Ketiga, sinar datang sejajar sumbu utama, maka
akan dibiaskan melalui titik fokus(f) dibelakang lensa. Adapun pembentukan bayangan
yang terjadi adalah pada ruang I (benda pada jarak (1-9) cm) akan dihasilkan bayang
diruang IV. Dimana saat praktikum, praktikan menempatkan benda tepat di titik fokus
lensa (10 cm), sehingga hasilnya bayangan tidak terbentuk. Hal itu dikarenakan benda
menindin tempat berkumpylnya cahaya. Dengan jarak 20 cm, bayang yang terbentuk
memiliki ukuran yang sama dan ajrak fokus terhadap bayang yang sama dengan benda.
Hal tersebut terjadi karena pada jarak 20 cmmerupakan jarak 2 fokus lensa. Adapun
benda pada ruang II akan membentuk bayang pada ruang III. Pada titik 30 cm yang
merupakan ruang III dari lensa, bayangan terbentuk pada ruang II. Begitu pula ruang III
pada jarak 40 cm, bayang terbentuk pada ruang ke II. Sehingga prinsip angka 5 dapat
diterapkan, dimana hasil dari penjumlahan antara posisi benda dan posisi banyangan pasti
akan selalu berjumlah 5.
Sifat-sifat bayang yang terbentuk berbeda, bergantung pada jarak benda diletakkan
terhadap titik fokus lensa. Benda pada titik fokus (10 cm) yang praktikan amati tidak
dapat ditentukan orientasi bayangannya. Benda pada titik 2 fokus (20cm) sifat
bayangannya adalah terbalik, sama besar, dan nyata (dapat terlihat oleh pengamatan).
Benda pada ruang III (berjarak 30 cm dan 40 cm) bersifat terbalik, diperkecil, dan nyata
88
(dapat terlihat oleh pengamat). Hasil pengamatan posisi bayangan dan sifat dari bayangan
lensa tipis konvergen dinyatakan telah dapat membuktikan teori yang ada.
Praktikum yang praktikan lakukan pada kesempatan kali ini menghasilan rentang
fokus yaitu 10,09 dan 10,51 dalam satuan cm. Seharusnya akan dihadapi fokus yaitu 10
cm dari hasil perhitungan. Sehingga, nilai kesalahan relatif menjadi besar, yakni 7,77%.
Nilai KR tersebut telah melebihi batas maksimal sebesar 5%, sehingga praktikum yang
praktikan lakukan pada kesempatan kali ini dinyatakan gagal. Adapun penyebabnya dapat
berupa kurang telitinya praktikan dalam menentukan fokus dan juga jarak fokus dari
bayangan yang erbentuk. Namun, tujuan kedua dari praktikum ini sendiri praktikan rasa
telah mampu mencapainya.
Manfaat lensa cembung yang dapat ditemui dalam kehidupan adalah seperti sebagai
lensa objektif dan okuler pada teropong, lup (kaca pembesar), dan lensa pada kacamata.
Dimana pada kaamata rabun dekat, digunakan lensa emung ata positif, sementaralensa
cekung untuk rabung jauh. Alasannya adalah lensa cembung bersifat memfokuskan
cahaya, sehingga benda-benda yang dekat dapat terlihat jelas karena pada rabun dekat
bayangan jatuh dibelakang retina dan diperlukan lensa untuk memfokuskan kembali.

H. Penutup
1. Kesimpulan

Lensa cembung bersifat mengumpulkan cahaya ketitik fokus dan sering


disebt lensa konvergen atau pengupul. Lensa cembung merupakan lensa positif.
Sementara lensa cekung bersifat menyebarkan cahaya dan sering disebut lensa
divergen dan merupakan lensa negatif. Pada kacamata, lensa cembung digunakan
untuk lensa pada rabun dekat dan lensa cekung untuk rabun jauh.

Pembentukan bayangan pada ruang I dan II pasti deperbesar, dan pada ruang III
dan IV diperkecil. Ruang I menghasilkan bayangan yang tegak sementara ruang II dan
III terbalik. Bayangan tidak dapat terbentuk jika benda di titik fokus, dan terbentuk
sama besar di titik 2 fokus. Adapun percobaan yang dilakukan tidak berhasil dengan
KR sebesar 7,77%.
2. Saran
89
Sebaiknya, disediakan tempat sampah yang lebih memadai pada laboratorium
bersama lantai 3.

90
PERCOBAAN VIII

ALAT-ALAT OPTIK

A. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini ialah untuk mengerti prinsip kerja dari alat
optik, seperti kamera, mikroskop, dan teleskop. Selain itu juga, mampu untuk terampil
dalam menyusun komponen-komponen optika sehingga dapat dihasilkan alat-alat optic
sederhana serta dapat menentukan posisi bayangan dan mengidentifikasi dari sifat
bayangan yang dihasilkan oleh alat yang disusun tersebut.

B. Landasan Teori
Elemen-elemen pokok mikroskop terdiri dari lensa mata, lensa objektif, sumber
cahaya dan benda atau objek. Benda 0 yang akan dipandang sitempat persis diluar titik
focus pertama F1 dari objek yaitu lensa konvergen yang membentuk sebuah bayangan
nyata 1 yang diperbesar, sebuah bayangan terletak persis di dalam titik fokus F1’ dari
lensa konvergen kedua yaitu lensa mata atau okuler yang membentuk bayangan maya
akhir 1’ dari 1. Pada teleskop, lensa objektif yang membentuk bayangan nyata 1 yang
diperkecil dari benda tersebut sedangkan lens mata membentuk sebuah bayangan maya
yang diperbesar dari 1. Perbesaran sudut M dari teleskop sama dengan rasio titik fokus
terhadap titik fokus lensa mata. Akan tetapi sebuah objektif teleskop dengan panjang
fokus yang panjang seharusnya juga mempunyai diameter 0 yang besar sehingga bilangan
f yakni f1 ID tidak akan menjadi terlalu besar (Young, 2004:576).
Mikroskop juga digunakan untuk mengamati benda-benda yang berukuran sangat
kecil seperti bakteri. Mikroskop sederhana terdiri atas dua lensa cembung. Mikroskop
dapat memperbesar dan memperjelas suatu benda menjadi beberapa puluh kali hingga
ribuan kali dari ukuran sebenarnya. Teropong digunakan untuk melihat benda-benda yang
letaknya jauh agar tampak lebih dekat dan lebih jelas. Teropong bintang disebut juga
dengan teleskop. Teleskop tersusun dari lensa okuler dan lensa objektif. Teleskop
digunakan untuk menyelidiki benda-benda langit (Indirani, 2009:102).

91
Optik merupakan alat bantu penglihatan yang sangat penting bagi manusia, salah
satu alat optik terpenting adalah mata. Sedangkan bagian utama dari mata yang
berhubungan dengan optik yaitu lensa mata. Alat optik lain yang berfungsi sebagai alat
bantu pengamatan mata, misalnya kacamata, kamera , lup, mikroskop, teleskop dan
periskop. Jika lensa, lubang, atau objek yang harus dilalui cahaya menjadi sangat kecil
sehingga ukurannya mendekati panjang gelombang dari cahaya tersebut, maka muncullah
fenomena pembelokan cahaya (difraksi). Karena cahaya merupakan bagian dari
gelombang elektromagnetik, mata bidang ilmu seperti ini disebut fisika optik atau optik
gelombang (Utami, 2007:1).

C. Alat dan Bahan


Alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah satu set catu daya,2 unit kabel
penghubung, satu unit layar putih, satu unit layar bening, satu unit model slide, satu unit
penyambung rel, dua unit penyangga, dua set rel presisi, satu unit sumber cahaya, dan
satu unit tumbukan berpenjepit. Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah satu
set diafragma 4 lubang, satu unit diafragma slide, dua unit lensa f = +50 mm, satu unit
lensa f = + 100 mm, dan satu unit lensa f = +300 mm.

D. Langkah Kerja
1. Kamera
Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Lalu dirangkai alat dan bahan
sesuai dengan gambar 1 dibawah ini.

Gambar 8.1. Rangkaian komponen penyusun kamera sederhana yang terdiri Sumber
cahaya, diafragma, lensa f = +100 mm dan layar tembus cahaya.
92
Kemudian, diletakan lensa f = +100 mm pada jarak 35 cm dan layar pada jarak 50 cm
dari sumber cahaya. Setelah itu, dihubungkan catu daya ke sumber tegangan PLN.
Ingat posisi catu daya harus dalam keadaan mati/off dan dipilih tegangan keluaran
catu daya sebesar 12 V. Kemudian, digunakan kabel penghubung untuk
menghubungkan catu daya dengan sumber cahaya, ingat catu daya tetap dalam
keadaan mati. Lalu, dinyalakan catu daya dan diatur posisi lensa f = +100 mm
sehingga diperoleh bayangan yang tampak jelas pada layar. Diubah posisi lensa,
sehingga dihasilkan kembali bayangan pada layar serta diatur jarak bayangan dan
dicatat sifat bayangan yang dihasilkan. Setelah itu, diubah diameter lubang menjadi 3
mm dengan menggeser penutup slide dan kemudian, diamati tingkat ketajaman
bayangan yang dihasilkan dengan mengubah jarak bendanya. Dicatat sebagai hasil
pengamatan.
2. Mikroskop
Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Lalu dirangkai alat dan bahan
sesuai dengan gambar 2 dibawah ini.

Gambar 8.2. Rangkaian komponen penyusun mikroskop yang terdiri atas kotak
cahaya, model slaid, lensa +50 mm dan layar tembus cahaya.
Kemudian, dihubungkan catu daya ke sumber tegangan PLN. Ingat posisi catu daya
dalam keadaan mati (off). Setelah itu, dipilih tegangan pada catu daya sebesar 12 V,
dengan cara putar pemilih tegangan dan digunakan kabel penghubung, untuk
menghubungkan catu daya dengan sumber cahaya. Lalu, diatur jarak antara sumber

93
cahaya dengan lensa +50 mm sejauh 5 cm. Jangan lupa untuk menghidupkan catu
daya serta diletakan layar pada jarak rata-rata 40 cm dari benda. Kemudian, digeser
lensa f = +100 mm ke kiri (depan) dan ke kanan (belakang) hingga diperoleh
bayangan yang terlihat jelas (tajam) pada layar. Dipindahkan layar ke depan sumber
cahaya dan diangkat ujung rel presisi (bagian rel yang terdapat batang dan boshed
universalnya). Lalu, dilihat bayangan melalui lensa f = +100 mm dan diamati sifat
bayangan yang dihasilkan dari mikroskop sederhana yang telah dirangkai.

3. Teleskop
Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Lalu dirangkai alat dan bahan
sesuai dengan gambar 3 dibawah ini.

Gambar 8.3. Rangkaian komponen penyusun teleskop yang terdiri atas kotak cahaya,
lensa f = +300 mm, lensa f = +100 mm dan layar tembus cahaya.
Digunakan lensa f = +300 mm sebagai lensa objektif. Lalu, diletakan lilin pada jarak
kira-kira 3,5 m dari ujung rel presisi. Kemudian diatur posisi lilin sehingga nyala api
sama dengan pusat lensa dan sumbu utama lensa pada rel presisi. Diatur posisi layar
dengan cara menggesernya, sehingga terbentuk banyangan yang jelas pada layar-
layar. Dicatat sebagai jarak bayangan, kemudian dipasang lensa lensa f = +50 mm di
depan layar serta digeser layar dan diamati sifat bayangan yang dihasilkan.
94
Selanjutnya, diganti lensa f = +50 mm dengan lensa f = +100 mm, dan ulangi langkah
percobaan dari diaturnya posisi layar sampai digesernya layar. Lalu catat hasil
pengamatan yang diperoleh, diganti lensa f = +300 mm dengan lensa lensa f = +100
mm. Kemudian ganti lensa f = +100 mm yang berada didekat layar dengan lensa lensa
f = +50 mm dan diulangi langkah dari pada diaturnya posisi layar sampai digesernya
layar menggunakan susunan baru yaitu digantinya lensa f = +300 mm dengan lensa f
= +100 mm serta dicatat hasil pengamatan yang diperoleh. Tidak lupa untuk diukur
jarak lensa objektif dan lensa maka pada model teleskop. Kemudian digambarkan
jalannya sinar yang dihasilkan dari rancangan model teleskop tersebut.

E. Hasil Pengamatan
1. Kamera
Tabel 8.1 Hasil Pengamatan Kamera

Gambar Rangkaian Keterangan Sifat


Bayanga
n
1. Kabel Nyata,
penghubung terbalik
1 2. Sumber dan
91 cahaya diperbesa
2 3. Frame/model r.
32 slaid
6 4. Tumbukan
5
6
45 berpenjepit

44 5. Lensa f =

8 +100 mm
6. Rel presisi
7. Diafragma 4
lubang
8. Layar putih
9. Catu daya
95
Gambar Sebenarnya Keterangan Sifat
Bayanga
n
1. Viewfinder Nyata,
2. Karet eyecup terbalik
3. Tombol dan
delete/format diperbesa
4. Tombol r.
playback
5. LCD/monitor
6. Tombol
menu
7. Tombol
help/iso
8. Tombol
zoom out/iso
9. Tombol
zoom in
10. Pengatur
pioter
11. Tombol
kunci AF/AE
12. Speaker
13. Dial perintah
utama
14. Tuas live
view
15. Tombol
rekam video
16. Arah
17. Penutup

96
memory card
18. Tombol ok
19. Penerima
inframed
20. Kunci focus
21. Lampu
memory card
22. Tombol info

2. Mikroskop
Tabel 8.2 Hasil Pengamatan Mikroskop

Gambar Rangkaian Keterangan Sifat


Bayanga
n
1. Layar putih Semu,
2. Lensa f = +100 terbalik
9 mm dan
8
3. Rel presisi diperbesa
9
4 4. Lensa f = +50 r.
9
6
4 mm
5. Tumbukan
32
berpenjepit
32
1 6. Frame/model

5 slaid

5 7. Sumber cahaya
8. Kabel
penghubung
9. Catu daya

Gambar Sebenarnya Keterangan Sifat


97
Bayanga
n
a. Lensa okuler Semu,
b. Tabung terbalik
mikroskop dan
c. Revolver diperbesa
d. Lensa objektif r.
lemah
e. Lensa objektif
kuat
f. Meja mikroskop
g. Klip
h. Kaki mikroskop
i. Cermin
j. Diafragma
k. Lensa
mikroskop
l. Pemutar halus
m. Pemutar kasar
3. Teleskop
Tabel 8.3 Hasil Pengamatan Teleskop

Gambar Rangkaian Keterangan Sifat


Bayangan
1. Layar putih Maya,
9 (bening) terbalik
2. Lensa f = +100 dan
mm diperkecil.
3. Lensa f = +50
mm
4. Rel presisi
5. Tumbukan

98
berpenjepit
7
8 6. Frame/model

6
8 slaid
7. Sumber cahaya
4
8. Kabel
5 penghubung
5
3 9. Catu daya

3
2
2
1
Gambar Sebenarnya Keterangan Sifat
Bayangan
1. Lensa objektif Maya,
2. Turret atas- terbalik
bawah dan
3. Terret samping diperkecil.
4. Erector lensa
5. Ring pemutar
besaran 200 m
6. Dioptre lock ring
7. Lensa okuler
8. Slide focus
adjustment

E. Analisis data
.

F. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai alat-alat optik. Bertujuan untuk
mengerti prinsip kerja dari alat optik, seperti kamera, mikroskop, dan teleskop. Selain itu
juga, mampu untuk terampil dalam menyusun komponen-komponen optika sehingga

99
dapat dihasilkan alat-alat optic sederhana serta dapat menentukan posisi bayangan dan
mengidentifikasi dari sifat bayangan yang dihasilkan oleh alat yang disusun tersebut.
Elemen-elemen pokok mikroskop terdiri dari lensa mata, lensa objektif, sumber cahaya
dan benda atau objek. Benda 0 yang akan dipandang sitempat persis diluar titik focus
pertama F1 dari objek yaitu lensa konvergen yang membentuk sebuah bayangan nyata 1
yang diperbesar, sebuah bayangan terletak persis di dalam titik fokus F1’ dari lensa
konvergen kedua yaitu lensa mata atau okuler yang membentuk bayangan maya akhir 1’
dari 1. Pada teleskop, lensa objektif yang membentuk bayangan nyata 1 yang diperkecil
dari benda tersebut sedangkan lens mata membentuk sebuah bayangan maya yang
diperbesar.
Percobaan dengan menyusun alat optic sederhana seperti kamera, mikroskop dan
teleskop dapat diketahui prinsip kerja, komponen-komponen penyusun dari ketiga alat
optic tersebut dari sifat bayangan yang dihasilkan. Kamera adalah alat optic yang dapat
memindahkan atau mengambil gambar dan menyimpan dalam bentuk file maupun film.
Prinsip kerja dari kamera adalah kamera menggunakan lensa positif dalam membentuk
bayangan, pemfokusan dilakukan dengan mengetahui jarak lensa dengan film. Perubahan
jarak benda mengakibatkan perubahna jarak benda pada film oleh karena itu lensa kamera
perlu digeser agar bayangan tetap jatuh pada film. Adapun komponen penyusun kamera
sederhana pada percobaan kali ini yaitu layar putih yang berfungsi untuk mengumpulkan
cahaya. Lensa f = +100 mm berfungsi untuk memfokuskan bayangan yang dihasilkan.
Model slaid berfungsi sebagai objek dan lampu yang berfungsi sebagai sumber cahaya.
Pada kamera memiliki beberapa komponen penyusunnya seperti lensa cembung atau
lensa positif yang berfungsi pemberi fokus untuk bayangan yang dihasilkan. Sifat
bayangan yang dihasilkan oleh kamera sederhana pada percobaan adalah nyata, terbalik
dan diperkecil.
Alat optik kedua adalah mikroskop, mikroskop adalah alat optik yang
menggunakan dua buah lensa yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Lensa objektif
menghasilkan bayangan nyata dan lensa okuler akan memperbesar bayangan dan bersifat
maya. Mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk mengamati objek kecil sehingga
terlihat jelas dan besar. Prinsip kerjanya ialah objek ditempatkan diruang dua lensa
objektif sehingga terbentuk bayangan. Lensa okuler mempunyai peran seperti lup,
100
sehingga dapat memperbesar baynagn benda. Pada praktikum kali ini, praktikan
menggunakan lensa f = +100 mm berfungsi sebagai lensa okuler yaitu untuk
memperbesar bayangan (ikan) dari lensa objektif, lensa f = +50 mm sebagai lensa objektif
berfungsi untuk member fokus bayangan. Slaid berperan sebagai objek. Pada praktikum
yang telah dilakukan, bayangan yang diperoleh adalah bayangan ikan yang diperbesar
sehingga bagian luarnya sangat jelas.
Teleskop digunakan untuk melihat benda-benda besar yang letaknya sangat jauh.
Fungsi dari teleskop yaitu untuk membawa bayangan benda yang terbentuk lebih dekat
sehingga tampak benda lebih besar. Prinsip kerjanya yaitu teleskop pada umumnya
memiliki dua lensa positif. Lensa positif yang dekat dengan benda disebut lensa objektif
berfungsi untuk membentuk bayangan dari benda sejati dan terbalik. Lensa okuler
berfungsi sebagai kaca pembesar sederhana untuk melihat bayangan yang dibentuk oleh
lensa objektif. Letak benda sangat jauh sehingga bayangan yang dibentuk oleh lensa
objektif berada pada titik fokus lensa tersebut, dan jarak bayangan sama dengan panjang
fokus lensa tersebut. Pada praktikum kali ini, praktikan menggunakan lensa f = +300 mm
dan lensa f = +100 mm. Lensa f = +300 mm sebagai lensa objektif untuk membentuk
bayangan dari kejauhan. Sedangkan lensa f = +100 mm pengganti dari lensa f = +50 mm
karena lensa ini tidak dapat memantulkan cahaya atau tidak dapat membentuk bayangan.
Lensa f = +100 mm dipasang di depan layar agar dapat membentuk bayangan dari
kejauhan secara nyata, dan jelas. Teleskop selalu digeser menjauh untuk mendapatkan
hasil bayangan yang sempurna.
Praktikum kali ini memiliki beberapa kekurangan dimana kekurangan atau
kendalanya berada pada catu daya. Sehingga kotak sinarnya tidak dapat menembus kearah
layar putih dan hasil yang diperoleh kurang memuaskan karena tidak terperolehnya
bayangan dari jarak jauh. Hal ini disebabkan karena sumber pada catu daya kurang
(tegangan) sehingga tidak mampu dialirkan dengan banyak tegangan untuk lampunya atau
sumber cahaya (kotak sinar).

G. Penutup
101
1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa prinsip kerja dari alat optik seperti kamera, mikroskop, dan teleskop hampir
mirip hanya saja jarak dalam pembentukan bayangan yang berbeda. Prinsip kerja pada
kamera yaitu kamera menggunakan lensa positif dalam membentuk bayangan
pemfokusan dilakukan dengan mengetahui jarak lensa dengan film. Perubahan jarak
benda mengakibatkan perubahan jarak bayangan pada film oleh karena itu lensa
kamera perlu digeser agar bayangan tetap jatuh pada film. Prinsip kerja pada
mikroskop yaitu objek ditempatkan diruang lensa dua lensa objektif sehingga
terbentuk bayangan. Lensa okuler mempunyai peran sebagai lup sehingga dapat
memperbesar bayangan benda. Prinsip kerja pada teleskop yaitu pada umumnya
memiliki dua lensa positif. Lensa positif yang dekat dengan benda disebut lensa
objektif yang berfungsi untuk membentuk bayangan dari benda sejati dan terbalik.
Lensa okuler berfungsi sebagai kaca pembesar sederhana untuk melihat bayangan
yang dibentuk oleh lensa objektif, letak benda sangat jauh yang dibentuk sehingga
bayangan dibentuk oleh lensa objektif berada pada titik focus lensa tersebut, dan jarak
bayangan sama dengan panjang focus lensa tersebut. Praktikan mampu dalam
menyusun komponen-komponen optika sehingga dapat dihasilkan alat-alat optic
sederhana. Praktikan juga dapat menentukan posisi bayangan dan mengidentifikasi
sifat dari bayangan yang dihasilkan alat yang disusun tersebut. Sifat dari bayangan
yang dihasilkan oleh alat optik kamera yaitu nyata, terbalik, dan diperbesar. Pada alat
optik mikroskop yaitu semu, terbalik, dan diperbesar. Sedangkan sifat bayangan dari
alat optik teleskop yaitu maya, terbalik, dan diperkecil.
2. Saran
Sebaiknya laboratorium harus dibersihkan terlebih dahulu, dan praktikan
harus menjaga agar laboratirium tidak kotor demi kenyamanan bersama.

102
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikarjuddin. 2016. Fisika Dasar 1.Bandung : Insitut Keknologi Bandung.

Ainiyah, Kurotul. 2018. Bedah Fisika Dasar. Yogyakarta : Deepublish.

Davidovits, Paul. 2018. Physics in Biology and Meadicine Third Edition. Caivornia:
Academi Press.
Fathuroya, Vivien, dkk. 2017. Fisika Dasar Untuk Ilmu Pangan. Malang : UB Press.
Giambattista, Allan, dkk. 2010. College Physics: With An Integrated Approach To
Forces and Kinematics, Third Edition. New York: McGraw-Hill Companies.
Griffith, W. Thomas. 2009. The Physics Of Everyday Phenomena A Conceptual
Introduction To Physics. New York : Mc Graw – Hill Companies.
Indirani, Lin Meina. 2009. Mengenal Cahaya. Jakarta : PT Albama.

Jati, Bambang Murdaka Eka. 2013. Pengantar Fisika 1. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Ling, Samuel J. , dkk. 2016. University Physics Volume 1. Huston : Openstax.
Nelson, Thomson, dkk. 2003. Physics 12.Toronto : Nelson Thomson Learning.

Rex, Andrew F., dan Richard Wolfson. 2009. Essential Collage Physics First
Edition. Glenview : Person Education
Rokhmat, Joni. 2017. Fisika Dasar dengan Pendekatan Kausalitik. Mataram : Arga Puji
Press.
Satriawan, Mirza. 2012. Fisika Dasar. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Serway, R.A dan Jewet J.W.2004. Physic for Scientist and Engineers. California :
Thomson Brook.
Suwarto, Toro. 2008. Tune-up Ringan Sepeda Motor 4-Tak. Jakarta : Kawan Pustaka.
Utami, P. Hestty. 2007. Mengenal Cahaya Dan Optik. Jakarta : Ganeca Exact.

Young, Hugh D, dan Roger A. Freedman. 2004. Fisika Universitas Jilid II. Jakarta :

103
Erlangga.

Young, Hugh D. 2012 .College Physics. San Francisco : Pearson Education, Inc.

104

Anda mungkin juga menyukai