Anda di halaman 1dari 9

A.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang
potongan jaringan tumbuhan?
2. Berapa konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan perubahan panjang
irisan jaringan umbi?
3. Bagaimana cara menghitung nilai potensial air jaringan tumbuhan?
B. Tujuan Percobaan
1. Dapat menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan
panjang potongan jaringan tumbuhan.
2. Dapat mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan
perubahan panjang irisan jaringan umbi.
3. Dapat menghitung nilai potensial air jaringan tumbuhan.
C. Hipotesis
Konsentrasi larutan sukrosa memiliki pengaruh terhadap perubahan panjang irisan
jaringan tumbuhan. Semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa maka semakin rendah
nilai selisih perubahan panjang jaringan tumbuhan. Nilai potensial air jaringan
tumbuhan tergantung pada nilai konsentrasi larutan sukrosa yang nilai rata-rata selisih
panjang jaringan tumbuhan mendekati nol.
D. Kajian Pustaka
Plasma sel (sitoplasma) dibungkus oleh selaput tipis yang disebut membran
plasma. Selaput ini merupakan membran dwi lapis yang mampu mengatur secara
selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel kedalam sel dan sebaliknya (Yuni,
2017).
Pada dasarnya pengangkutan melalui membran sel dapat terjadi secara pasif
maupun secara aktif. Pengangkutan secara pasif terjadi jika mengikuti arah gradien
konsentrasi, artinya dari larutan yang memiliki konsentrasi tinggi menuju larutan yang
memiliki konsentrasi rendah Proses ini terjadi tanpa memerlukan energi hasil
metabolisme (Dwidjoseputro, 1989).
Proses difusi dan osmosis merupakan contoh proses pengangkutan secara
pasif. Proses osmosis merupakan proses difusi yang sifatnya khusus, yang
menunjukkan adanya perpindahan air melalui selaput membran yang bersifat
permeable selektif. Terjadinya proses osmosis sangat ditentukan oleh adanya
perbedaan potensial kimia air atau potensial air (PA) (Yuni, 2017).
Potensial air adalah sesuatu yang sama dengan potensial kimia air dalam suatu
sistem, dibandingkan dengan potensial kimia air murni pada tekanan atmosfer dan
suhu yang sama. Potensial air akan negatif apabila potensial kimia air di dalam sistem
lebih rendah daripada air murni dan akan positif apabila potensial kimia air dalam
sistem lebih beasar dari air murni.
Osmosis terjadi dari larutan yang hipertonis menuju larutan yang hipotonis,
asal potensial air pada larutan yang hipertonis lebih besar daripada larutan hipotonis.
Tekanan yang diberikan atau yang timbul dalam sistem ini disebut potensial tekanan
dan di didalam kehidupan tumbuhan potensial tekanan dapat timbul dalam bentuk
tekanan turgor. Tekanan turgor yaitu tekanan yang terjadi di dalam sel karena adanya
osmosis melewati membran sel. Bila isi sel menyerap larutan, terjadilah tekanan
turgor yang menekan membran plasma ke luar ke arah dinding sel. Karena dinding sel
tumbuhan merupakan massa yang sedikit. Nilai potensial tekanan dapat bernilai
positif, nol, atau negatif.
Hubungan antara nilai potensial air (PA), potensial osmotik (PO), dan
potensial tekanan (PT) dapat dinyatakan dengan hubungan sebagai berikut:
PA = PO + PT
E. Variabel Penelitian
Variabel Manipulasi : Konsentrasi larutan sukrosa
Variabel Kontrol : volume larutan sukrosa, jenis umbi, panjang potongan
jaringan umbi, ukuran wadah, waktu perendaman
Variabel Respon : pertambahan panjang jaringan umbi dan potensial air jaringan
umbi
F. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel manipulasi merupakan variabel yang secara sengaja dibuat berbeda
dalam suatu penelitian dan dapat menjadi sebab atau terjadinya perubahan pada
variabel respon. Variabel manipulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
konsentrasi larutan sukrosa sebesar 0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M, 0,8 M dan 1 M.
b. Variabel kontrol merupakan variabel yang dijaga agar tidak mempengaruhi hasil
penelitian dan dibuat sama. Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Volume larutan sukrosa
Volume larutan sukrosa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak
25 ml untuk tiap konsentrasi.
2. Jenis umbi
Jenis umbi yang digunakan adalah umbi kentang yang cukup besar dan baik
agar didapatkan potongan yang sempurna.
3. Panjang potongan jaringan umbi
Umbi kentang yang telah disiapkan dibuat silinder menggunakan alat
pengebor gabus dan dipotong sepanjang 2 cm.
4. Ukuran wadah
Larutan sukrosa sebanyak 25 ml dimasukkan ke dalam wadah plastik yang
berukuran sama untuk tiap konsentrasi.
5. Waktu perendaman
Potongan umbi kentang sepanjang 2 cm direndam dalam larutan sukrosa
selama 90 menit untuk tiap konsentrasi
c. Variabel respon merupakan hasil atau akibat dari perubahan variabel manipulasi.
Variabel respon yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai pertambahan
panjang jaringan umbi dan nilai potensial air jaringan umbi.
G. Alat dan Bahan
1. Umbi kentang.
2. Larutan sukrosa 0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M dan 1 M.
3. Gelas kimia 100 ml sebanyak 6 buah.
4. Gelas ukur 50 ml sebanyak 1 buah.
5. Alat pengebor gabus.
6. Penggaris.
7. Pisau tajam.
8. Pinset.
9. Plastic wrap.
H. Rancangan Percobaan
Hal pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah mengukur dan
mengidentifikasi. Gelas kimia ke-1 diisi dengan larutan sukrosa 0 M, gelas kimia ke-2
dengan larutan sukrosa 0,2 M dan seterusnya sampai gelas kimia ke-6, masing-masing
25 ml. Masing-masing gelas kimia tersebut diberi label. Selanjutnya mengerjakan
praktikum. Umbi kentang dilubangi dengan menggunakan alat pengebor gabus untuk
mendapatkan potongan silinder kemudian dipotong-potong dengan panjang 2 cm.
Potongan umbi kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang telah diisi dengan
larutan sukrosa pada berbagaikonsentrasi, masing-masing 4 potongan. Potongan umbi
direndam selama 90 menit. Selama percobaan dilakukan, tutup rapat wadah untuk
mengurangi penguapan. Langkah selanjutnya adalah mengamati dan mengukur.
Setelah 90 menit, potongan umbi kentang dikeluarkan dan diukur kembali
panjangnya. Terakhir yaitu menghitung rata-rata perubahan panjang dan menganalisis
data untuk menghitung nilai potensial air jaringan umbi kentang.
I. Langkah Kerja

Umbi kentang

- Dibor dengan menggunakan pengebor gabus

Potongan silinder umbi kentang

- Dipotong-potong dengan panjang 2 cm


- Dimasukkan ke dalam 6 wadah plastic yang berisi larutan sukrosa
dengan konsentrasi berbeda (4 potongan untuk masing-masing
konsentrasi)
- Dicatat waktunya
- Setelah 90 menit, umbi dikeluarkan
- Diukur panjangnya
- Dihitung perubahan panjangnya

Perubahan panjang

J. Rancangan Tabel Pengamatan


Tabel 1. Data perubahan panjang irisan jaringan kentang
Konsentrasi Panjang awal Panjang Selisih Rata-rata selisih
Sukrosa (x) akhir (y) panjang (y-x)
2 cm 2,2 cm 0,2 cm
2 cm 2,1 cm 0,1 cm
0M 0,25 cm
2 cm 2,1 cm 0,1 cm
2 cm 2,1 cm 0,1 cm
2 cm 2,1 cm 0,1 cm
2 cm 2,1 cm 0,1 cm
0,2 M 0,1 cm
2 cm 2,1 cm 0,1 cm
2 cm 2,1 cm 0,1 cm
2 cm 2 cm 0 cm
2 cm 2,1 cm 0,1 cm
0,4 M 0,05 cm
2 cm 2 cm 0 cm
2 cm 2,1 cm 0,1 cm
2 cm 2,1 cm 0,1 cm
2 cm 2,1 cm 0,1 cm
0,6 M 0,075 cm
2 cm 2 cm 0 cm
2 cm 2,1 cm 0,1 cm
2 cm 2,1 cm 0,1 cm
2 cm 2 cm 0 cm
0,8 M 0,075 cm
2 cm 2 cm 0 cm
2 cm 2,2 cm 0,2 cm
2 cm 2 cm 0 cm
2 cm 2 cm 0 cm
1M 0,025 cm
2 cm 2,1 cm 0,1 cm
2 cm 2 cm 0 cm

Grafik 1. Perubahan panjang potongan kentang


0.3

0.25 0.25

0.2

0.15

0.1 0.1
0.075 0.075
0.05 0.05
0.025
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Konsentrasi Sukrosa (M)
Dari data dan grafik yang telah diperoleh, dapat dihitung nilai potensial air dari umbi
kentang dengan rumus PA = PO + PT dimana PA merupakan potensial air, sedangkan
PO adalah potensial osmotik dan PT adalah potensial tekanan. Dalam penelitian ini,
nilai PT dianggap nol sehingga dalam perhitungan PA nilai konsentrasi larutan
sukrosa yang digunakan yaitu nilai dimana rata-rata perubahan panjang jaringan umbi
adalah nol atau yang mendekati nol. Hal ini menandakan bahwa nilai PA sukrosa
sama dengan nilai PA kentang sehingga tidak terjadi osmosis dan nilai tekanan
turgornya nol. Nilai PO didapat dari nilai minus TO. Tanda minus menandakan bahwa
nilai PO berkebalikan atau bertentangan dengan nilai TO. Nilai TO dapat dihitung
22,4 ×𝑀 ×𝑇
menggunakan rumus TO = dimana TO merupakan tekanan osmotik,
273

sedangkan M adalah konsentrasi larutan yang rata-rata pertambahan panjangnya


mendekati nol dan T adalah temperatur mutlak yakni 273 + t0C dan didapatkan hasil
sebagai berikut:
22,4 ×𝑀 ×𝑇
TO = 273
22,4 ×1 ×(273+28)
= 273
22,4 ×301
= 273
6742,4
= 273

TO = 24,7
PO = – TO
PO = – 24,7
PA = PO + PT
= – 24,7 + 0
PA = –24,7
K. Diskusi
Pada penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang tidak sesuai
dengan teori. Menurut teori, semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa, maka
panjang silinder umbi kentang semakin mengecil dan bertambah lembek. Ha ini
terjadi karena konsentrasi air di dalam kentang lebih besar bila dibandingkan dengan
konsentrasi air pada lingkungan sel umbi kentang (larutan sukrosa), sehingga sel
melakukan penyesuaian kesetimbangan molekul air yang mengakibatkan molekul air
yang berada pada sel umbi kentang tertarik keluar munuju lingkungan di luar sel
(larutan sukrosa). Hal inilah yang menyebabkan ukuran silinder umbi kentang
semakin kecil dan lembek.
Namun, pada penelitian didapatkan hasil grafik naik turun antara nilai
konsentrasi larutan sukrosa terhadap nilai rata-rata perubahan panjang jaringan
kentang serta tidak didapatkan nilai konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan
rata-rata perubahan panjang jaringan umbi adalah nol. Dalam penelitian ini, nilai nol
harus didapatkan karena nilai PT dianggap nol sehingga dalam perhitungan PA nilai
konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan yaitu nilai dimana rata-rata perubahan
panjang jaringan umbi adalah nol. Hal ini menandakan bahwa nilai PA sukrosa sama
dengan nilai PA kentang sehingga tidak terjadi osmosis dan nilai tekanan turgornya
nol. Beberapa hal tersebut terjadi disebabkan karena kurang telitinya praktikan dalam
melakukan pengukuran.
L. Hasil Analisis Data
Dari penelitian yang dilakukan, dapat dianalisis bahwa pada larutan sukrosa
yang berkonsentrasi 0 M didapatkan hasil selisih panjang irisan jaringan kentang
sebesar 0,2 cm dari 2 cm menjadi 2,2 cm pada pengulangan pertama; 0,1 cm dari 2
cm menjadi 2,1 cm pada pengulangan kedua, ketiga, dan keempat. Dari keempat
pengulangan tersebut didapat nilai rata-rata selisih panjang irisan jaringan kentang
sebesar 0,25 cm.
Pada larutan sukrosa yang berkonsentrasi 0,2 M didapatkan hasil selisih
panjang irisan jaringan kentang sebesar 0,1 cm dari 2 cm menjadi 2,1 cm pada
pengulangan pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Dari keempat pengulangan
tersebut didapat nilai rata-rata selisih panjang irisan jaringan kentang sebesar 0,1 cm.
Pada larutan sukrosa yang berkonsentrasi 0,4 M didapatkan hasil selisih
panjang irisan jaringan kentang sebesar 0 cm karena tidak mengalami pertambahan
panjang dari 2 cm pada pengulangan pertama dan ketiga, sedangkan pada
pengulangan kedua dan keempat hasil selisih panjang irisan jaringan kentang sebesar
0,1 cm dari 2 cm menjadi 2,1 cm. Dari keempat pengulangan tersebut didapat nilai
rata-rata selisih panjang irisan jaringan kentang sebesar 0,05 cm.
Pada larutan sukrosa yang berkonsentrasi 0,6 M didapatkan hasil selisih
panjang irisan jaringan kentang sebesar 0,1 cm dari 2 cm menjadi 2,1 cm pada
pengulangan pertama, kedua, dan keempat, sedangkan pada pengulangan ketiga hasil
selisih panjang irisan jaringan kentang sebesar 0 cm karena tidak mengalami
pertambahan panjang dari 2 cm. Dari keempat pengulangan tersebut didapat nilai rata-
rata selisih panjang irisan jaringan kentang sebesar 0,075 cm.
Pada larutan sukrosa yang berkonsentrasi 0,8 M didapatkan hasil selisih
panjang irisan jaringan kentang sebesar 0,1 cm dari 2 cm menjadi 2,1 cm pada
pengulangan pertama; 0 cm dari 2 cm dan tidak mengalami perubahan panjang pada
pengulangan kedua dan ketiga, sedangkan pada pengulangan keempat selisih panjang
irisan jaringan kentang sebesar 0,2 cm dari 2 cm menjadi 2,2 cm. Dari keempat
pengulangan tersebut didapat nilai rata-rata selisih panjang irisan jaringan kentang
sebesar 0,075 cm.
Pada larutan sukrosa yang berkonsentrasi 1 M didapatkan hasil selisih panjang
irisan jaringan kentang sebesar 0 cm karena tidak mengalami pertambahan panjang
dari 2 cm pada pengulangan pertama, kedua, dan keempat, sedangkan pada
pengulangan kedua hasil selisih panjang irisan jaringan kentang sebesar 0,1 cm dari 2
cm menjadi 2,1 cm. Dari keempat pengulangan tersebut didapat nilai rata-rata selisih
panjang irisan jaringan kentang sebesar 0,025 cm.
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa konsentrasi larutan sukrosa
dapat mempengaruhi perubahan panjang potongan jaringan tumbuhan termasuk
kentang. Yaitu semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa maka semakin rendah nilai
selisih perubahan panjang jaringan tumbuhan tersebut.
M. Kesimpulan
Konsentrasi larutan sukrosa berpengaruh terhadap perubahan panjang
potongan jaringan kentang, dimana semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa maka
grafik terhadap perubahan panjang potongan jaringan kentang semakin menurun.
Berdasarkan penelitin, tidak didapatkan hasil konsentrasi larutan sukrosa yang tidak
menyebabkan perubahan panjang irisan jaringan umbi, hal ini disebabkan karena
kurang telitinya praktikan dalam melakukan pengukuran.
Nilai potensial air jaringan umbi kentang dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus dan didapatkan hasil sebesar –24,7. Nilai minus menandakan
bahwa nilai PO berkebalikan atau bertentangan dengan nilai TO
N. Daftar Pustaka
Al, Suyitno. 2003. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Ariwibowo, Moekti. 2002. BiologiSMA. Surabaya: Erlangga.
Dwidjoseputro, D, Prof. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT.
Gramedia.
Rahayu, Yuni Sri., Yuliani., Dewi, Sari Kusuma. 2017. Petunjuk Praktikum Mata
Kuliah Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Jurusan Biologi-FMIPA Unesa.
Salisbury, B. Frank. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: ITB Press.
Suyitno. 2003. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai