Anda di halaman 1dari 25

Menaksir hasil seleksi

Respon Seleksi :
• Respon seleksi dapat dinyatakan sebagai kemajuan genetik
per generasi dari seleksi.

• Respon seleksi sama dengan selisih nilai tengah


anak dari tetua terpilih dengan nilai tengah populasi
dimana tetua dipilih.

Respon seleksi disimbolkan dengan huruf R

PO = Produksi rata-rata anak tetua terpilih


R  PO  P
P = Produksi rata-rata populasi dimana
tetua dipilih
Respon seleksi Nyata
Taksiran Respon Seleksi :

INGAT !!!!
1. Ukuran dari penerapan seleksi adalah keunggulan
tertua terpilih.
Selisih produksi rata-rata
tetua terpilih dengan
Diferensial Seleksi (S) produksi rata-rata populasi
dimana tetua dipilih

S  PT  P

Selisih nilai tengah anak


2. Respon Seleksi Nyata (R) dari tetua terpilih dengan
nilai tengah populasi
dimana tetua dipilih.

R  PO  P
Hubungan antara R dengan S :

• Hubungan antara R dan S dinyatakan dalam bentuk


regresi.
 Sumbu horizontal menyatakan nilai produksi rata-rata tetua jantan
dan betina yang dinyatakan dalam bentuk simpangan terhadap
produksi rata-rata populasi (Seleksi Diferensial mid parent)

 Sumbu vertikal menyatakan nilai produksi rata-rata anak yang


dinyatakan dalam bentuk simpangan terhadap produksi rata-rata
populasi (Respon Seleksi Nyata)

 Setiap titik menyatakan sepasang tetua dan anaknya, dimana titik


berbentuk bulat menyatakan populasi sebelum seleksi dan titik
bentuk kotak pasangan tetua anak dari individu terpilih

 Tetua dipilih berdasarkan penampilannya sendiri

 Garis miring menyatakan garis regresi anak terhadap rata-rata


tetua (mid parent)
Maka grafik hubungan antara R dengan S adalah
sebagai berikut :
Rasio R/S =
kemiringan garis
Anak = R  PO  P regresi

R
bO P 
R S mp

S
R  bO P  Smp

Mid Parent
S  S Btn
S mp  Pjt
2 R  h  Smp
2
• Dari gambaran hubungan antara R dan S diperoleh
formula TAKSIRAN RESPON SELEKSI yaitu

R  h  Smp
2

 Taksiran Respon Seleksi akan cermat pada


dasarnya hanya untuk satu generasi seleksi

 Taksiran Respon Seleksi tergantung pada


heritabilitas karakteristik dari generasi dimana
tetua dipilih

 Respon Seleksi dalam generasi selanjutnya pada


hakekatnya tidak dapat ditaksir tanpa menaksir
kembali nilai heritabilitas pada setiap
generasinya.
• Ada dua sebab mengapa taksiran heritabilitas
berubah :

1. Seleksi menyebabkan perubahan frekuensi gen,


dan heritabilitas tergantung pada frekuensi gen.

2. Seleksi menyebabkan turunnya nilai variansi dan


heritabilitas, terutama terjadi pada awal seleksi.

• Bila keunggulan tetua terpilih dinyatakan dalam


satuan simpang baku (S = i σP) , maka taksiran
Respon Seleksi berhubungan dengan intensitas
seleksi, dan taksiran Respon Seleksi menjadi :

R  h  imp   P
2
• Dengan demikian kita dapat mengukur hasil
seleksi per generasi-nya dengan formula :

R  PO  P R  h  S m p R  h  imp   P
2 2

Respon Seleksi Taksiran Respon Taksiran Respon


nyata, diperoleh Seleksi, diperoleh Seleksi, diperoleh
setelah produksi anak setelah individu sebelum individu
dari tetua terpilih terpilih selesai terpilih ditetapkan,
selesai dicatat ditetapkan. tetapi telah diketahui
seluruhnya. proporsi (persentase)
individu yang akan
dipertahankan dari
populasi.
• Kemajuan per unit waktu biasanya lebih penting
dari pada kemajuan per generasi dalam
perhitungan Respon Seleksi

• Kemajuan per unit waktu dalam mengukur Respon


Seleksi biasanya dinyatakan dalam bentuk
KEMAJUAN PER TAHUN atau RESPON SELEKSI
PER TAHUN (R/Y)

• Oleh karena itu interval waktu antar generasi


merupakan faktor penting dalam menentukan
besar-kecilnya nilai respon seleksi per tahun.

• Interval waktu antar generasi biasa disebut dengan


GENERASI INTERVAL, dan biasa dilambangkan
dengan huruf L .
• Dalam perhitungan generasi interval dalam setiap
model seleksi, harus dibedakan antara Generasi
„DISCRETE‟ dan Generasi „OVERLAPPING‟
1. Pada generasi „DISCRETE‟, maka anak dipelihara
sampai yang lahir terakhir menjadi dewasa,
kemudian seleksi dapat dilaksanakan dan
individu terpilih dikawinkan dalam waktu yang
kurang lebih bersamaan.

GENERASI INTERVAL = Jarak waktu


antara perkawinan pada generasi
yang berurutan
2. Pada generasi „OVERLAPPING‟, penggantian
tetua dengan menyeleksi anak-anaknya kurang
lebih merupakan proses yang kontinyu.

GENERASI INTERVAL = Umur rata-


rata tetua padasaat melahirkan anak

• Dengan demikian kita dapat mengukur hasil


seleksi per tahun-nya dengan formula :

PO  P h2  Smp h 2  im p   P
R /Y  R /Y  R /Y 
Lm p Lm p Lm p
Dimana : L f  Lm dan Lf = Generasi interval induk
Lmp  Lm = Generasi interval pejantan
2
• Contoh menghitung generasi interval :
Suatu populasi sapi diketahui bahwa :
• Sapi jantan dan betina menghasilkan anak pertama kali umur 2
tahun
• Sapi jantan hanya digunakan selama 2 tahun
• Sapi betina digunakan sampai umur 8 tahun
• Sebaran individu dalam populasi sebagai berikut :

Umur 2 3 4 5 6 7 8

Jml sapi jantan 20 20


Jml sapi betina 10 15 20 15 10 8 7

Maka generasi interval diperoleh sebagai berikut :


(2  20)  (3  20)
Lm   2,5 tahun
(20  20) 2,5  4,6
Lmp   3,55 tahun
(2 10)  (3 15)      (8  7) 2
Lf   4,6 tahun
(10  15      7)
Usaha Menigkatkan Respon Seleksi :
Usaha untuk meningkatkan respon seleksi dapat dilihat dari
formula :

h 2  im p   P Atau h2  i  P
R /Y  disederhanakan R /Y 
Lm p menjadi L

1. Simpang baku populasi ( σP ) :


 Respon seleksi akan tinggi nilainya, jika simpang baku
populasi tinggi atau variasi dalam populasi tinggi untuk
karakteristik yang menjadi kriteria seleksi.

 Pada populasi yang sudah relatif seragam (nilai simpang baku


kecil), maka dapat dilakukan usah untuk meningkatkan
keragaman populasi dengan menerapkan sistem perkawinan,
yaitu memasukkan materi genetik baru ke dalam populasi.
2. heritabilitas ( h2 ) :
 Heritabilitas dapat ditingkatkan dengan mengurangi variasi
faktor lingkungan.

 Koreksi data
 Perhatian terhadap teknik pemelharaan dan tatalaksana
 Penggunaan pengukuran berulang (jika
memungkinkan)
 Menerapkan Assortive Mating.
 Heritabilitas berhubungan dengan KECERMATAN SELEKSI (rGP).

h2  i  P bGP  i   P G
R /Y  R /Y  rGP   i  P
L L P
R /Y 
L

rGP  i   G
R /Y 
rGP adalah kecermatan seleksi

L
Kecermatan seleksi ( rGP) yaitu derajat yang menyatakan
hubungan antara kriteria yang merupakan dasar seleksi
dengan nilai pemuliaan individu untuk sifat yang
diseleksi.

rGP

G P
h

Diukur sebagai nilai Koefisien Korelasi

rGP disebut juga


rGP  h  h2
kecermatan seleksi
individu dengan
satu catatan
P=G+E rGP
G Asumsi :
rGE  0
rGE P
P GE
E

( P  P) (G  G)  (G  E  G  E)(G  G)
COVGP  {(G  G )  ( E  E )} (G  G )

COVGP  (G  G ) 2  ( E  E ) (G  G )

COVGP  (G  G ) 2
COVGP   G2

G
rGP 
CovGP
rGP 
 G2 rGP  h
 G . P  G . P P
3. Intensitas seleksi ( i ) :
 Meningkatkan intensitas seleksi merupakan salah satu jalan
yang mudah, tetapi ada DUA FAKTOR PEMBATAS untuk
pelaksanaannya, yaitu :
a. Laju Reproduksi Ternak

Proporsi individu terpilih untuk dikawinkan minimal =


proporsi yang dibutuhkan untuk pengganti atau
replacement

Dua individu rata-rata diperlukan untuk mengganti


sepasang tetua

Semakin prolifik suatu ternak semakin kuat atau


besar intensitas seleksi dapat diterapkan

Jika pejantan dikawinkan dengan lebih dari satu


induk, berarti pejantan mempunyai anak lebih banyak
dibanding induk

Intensitas seleksi dapat lebih besar pada pejantan


dari pada induk
Contoh :
Misalkan setiap pejantan dikawinkan dengan 10 ekor
induk, dan setiap induk rata-rata mempunyai 5 ekor
anak
Maka
Untuk mengganti seekor induk, diperoleh dengan
proporsi maksimal induk yang dipertahankan = 1/5

Sedangkan pada pejantan rata-rata memiliki 50 ekor


anak, sehingga proporsi maksimal pejantan yang
dipertahankan = 1/50

Bila dicari nilai intensitas seleksi menggunakan tabel


intensitas seleksi diperoleh nilai :

i f = 1,40 Batas atas intensitas


i mp = 1,92 seleksi (upper limit of the
i m = 2,42
intensity of selection)
b. Besarnya Populasi dan Konsekuensi Inbreeding

Inbreeding hampir selalu menurunkan kemampuan


reproduktif dan karakteristik yang berkaitan

Jumlah tetua yang digunakan harus cukup besar


untuk menjaga agar “inbreeding depression” tetap
pada level yang dapat diterima.

4. Generasi interval ( L ) :
 Meningkatkan respon seleksi dapat dilakukan dengan
menekan generasi interval.
 Permasalahannya ada hubungan terbalik dengan intensitas
seleksi, yaitu dengan menanti sampai mendapatkan lebih
banyak anak sebelum dilakukan seleksi, dapat meningkatkan
intensitas seleksi dan respon seleksi, tetapi generasi interval
akan bertambah dan akan menurunkan respon seleksi per
tahun.
 Permasalahannya ada hubungan terbalik dengan intensitas
seleksi, yaitu dengan menanti sampai mendapatkan lebih
banyak anak sebelum dilakukan seleksi, dapat meningkatkan
intensitas seleksi dan respon seleksi, tetapi generasi interval
akan bertambah dan akan menurunkan respon seleksi per
tahun.

 Upaya pemecahan masalahnya adalah dengan mencari umur


optimal untuk menyisihkan tetua.

( im  i f )
im p 2
Yaitu memaksimalkan rasio
Lm p ( Lm  L f )
2

(im  i f )
( Lm  L f )
• Contoh perhitungan mencari umur optimum untuk
menyisihkan tetua :
Suatu populasi sapi diketahui bahwa :
• Kapasitas tetap yaitu 60 pejantan dan 1260 induk

• Pejantan dan induk pertama kali punya anak pada umur 3 tahun

• Ternak digunakan maksimal sampai umur 8 tahun


• Kelompok umur induk tetap
• Jumlah ternak setiap kelompok umur sama

• Calf crop = 50%

• h2 = 0,48
• σP = 14,3
• Sex ratio = 1 : 1

Maka kita dapat menyusun Pola Breeding sebagai berikut :


Pola Kelompok Umur (Tahun) imp
Lmp
Bree Tetua JML imp Lmp R/Y
3 4 5 6 7 8 (thn)
ding
I PJT 60 - - - - - 60
4,25 0,99 0,233 1,60
INDK 210 210 210 210 210 210 1260

II PJT 30 30 - - - - 60
4,50 1,66 0,257 1,77
INDK 210 210 210 210 210 210 1260

III PJT 20 20 20 - - - 60
4,75 1,26 0,265 1,81
INDK 210 210 210 210 210 210 1260

IV PJT 15 15 15 15 - - 60
5,00 1,32 0,264 1,80
INDK 210 210 210 210 210 210 1260

V PJT 12 12 12 12 12 - 60
5,25 1,37 0,261 1,78
INDK 210 210 210 210 210 210 1260

VI PJT 10 10 10 10 10 10 60
5,50 1,41 0,256 1,76
INDK 210 210 210 210 210 210 1260
Contoh untuk menghitung L, i, dan R/Y pada Pola Breeding I :

• Menghitung Generasi Interval (Lmp):


(3  60)
Lm   3,0 thn
60 3,0  5,50
Lmp   4,25 thn
(3  210)      (8  210) 2
Lf   5,50 thn
1260

• Menghitung Intensitas Seleksi (imp) :


Calf crop = 50% berarti jumlah anak = (50/100) x 1260 = 630 ekor
Karena sex ratio = 1 : 1, maka jumlah anak jantan = 630/2 = 315 ekor
dan anak betina = 630 – 315 = 315 ekor
Untuk mengganti pejantan yang di keluarkan dari populasi (culling),
maka proporsi pejantan terpilih (p) = (60/315) x 100% = 19 %
Tabel intensitas seleksi i m = 1,43
Untuk mengganti induk yang di keluarkan dari populasi (culling), maka
proporsi induk terpilih (p) = (210/315) x 100% = 67 %
Tabel intensitas seleksi i f = 0,54
1,43  0,54
imp   0,99
2
• Menghitung Respon Seleksi per tahun (R/Y):
h 2  im p   P (0,48)(0,99)(14,30)
R /Y    1,60
Lm p 4,25

• Pola Breeding II sampai VI dihitung dengan cara yang sama.

KESIMPULAN :
im p
• Hasil perhitungan memberi informasi bahwa ratio Lm p
tertinggi bila
menggunakan POLA BREEDING III.

• Berarti pejantan hanya digunakan selama 3 tahun, yaitu


dipertahankan sampai umur 5 tahun, setelah itu disisihkan.
Pengaruh Seleksi Terhadap Variasi:
• Seleksi pada tetua akan menurunkan variansi fenotipa.

VP  VP (1  k ) dimana k = i ( i – x )

• Seleksi pada tetua akan menurunkan variansi genotipa.

VA  VA (1  h 2 k ) dimana k = i ( i – x )

Keterangan :
VP = Variansi Fenotipa Tetua Terpilih
VP = Variansi Fenotipa Populasi
VA = Variansi Genotipa Aditif Setelah Satu Generasi Seleksi
VA = Variansi Genotipa Populasi TABEL “Truncated
h2 = heritabilitas Normal Distribution”
(Falconer, 1981; p316)
i = Intensitas Seleksi
x = Simpangan nilai pemenggalan dari nilai rata-
rata populasi dalam satuan simpang baku

Anda mungkin juga menyukai