diajukan oleh:
SALMA AZZAHRA
NPM 2010701014
Laporan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) Mahasiswa Program Studi Peternakan Fakultas
Pertanian
Universitas Tidar
MANAJEMEN PERKANDANGAN
DI PT. MOELADI, PAKIS, MAGELANG JAWA TENGAH
diajukan oleh:
SALMA AZZAHRA
2010701014
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) Mahasiswa Program Studi Peternakan Fakultas
Pertanian
Universitas Tidar
MANAJEMEN PERKANDANGAN
DI PT. MOELADI, PAKIS, MAGELANG JAWA TENGAH
diajukan oleh:
SALMA AZZAHRA
2010701014
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tidar
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul “Manajemen Perkandangan Di PT. Moeladi,
Pakis, Magelang Jawa Tengah” ini tepat pada waktu yang telah di tentukan.
Penyusunan laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Joko Sutrisno M. P. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tidar,
atas persetujuan yang diberikan.
2. Danes Suhendra, S.Pt., M.Si.selaku Koordinator Program Studi Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Tidar dan Pembimbing Praktik Kerja Lapangan,
atas bibingan dan arahan yang diberikan
3. Pradipta Bayuaji Pramono,S.Pt., M.Sc. selaku Dosen pembimbing Praktik
Kerja Lapangan, atas bimbingan dan arahannya
4. Bapak Arif Sosiawan selaku Direktur di PT Moeladi Peternakan Magelang
5. Ibu Nuryati Prihatinig Tias selaku Supervisor di PT Moeladi Peternakan
Magelang
6. Teman-teman kelompok PKL saya yaitu Alfin, Shinta dan Syifa
7. Seluruh pihak yang ikut membantu dalam proses pembuatan laporan akhir ini
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan laporan Praktik
Kerja Lapangan ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Penulis mengharapkan semoga laporan ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca.
Salma Azzahra
iv
RINGKASAN
Judul Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang penulis pilih adalah “Manajemen
Perkandangan Di PT. Moeladi, Pakis, Magelang Jawa Tengah”. Judul tersebut
penulis ulas karena manajemen perkandangan merupakan faktor penting dalam
menciptakan kenyamanan dan perlindungan bagi ternak, kemudahan dalam
pemeliharaan, dan kelancaran dalam proses produksi. Tempat PKL yang penulis
tuju adalah pada PT. Moeladi Peternakan Magelang yang merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang produksi telur ayam layer dan berlokasi di
Desa Petung, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Perusahaan ini memiliki
total populasi ayam sebanyak 50.000 ekor dengan 8 kandang yang masing-masing
kandang berjumlah kurang lebih 3.500 ekor, dengan kandang menggunakan
kontruksi baja ringan bertingkat yang berdiri di atas lahan seluar 1 ha. Praktik Kerja
Lapangan (PKL) dilaksanakan pada 3 Januari- 4 Februari 2023. PKL ini bertujuan
mengamati secara langsung bagaimana manajemen perkandangan yang di bangun
pada PT. Moeladi ini sehingga dapat mempengaruhi produktivitas ternak dimana
hal tersebut akan menentukan hasil telur yang diperoleh. Manfaat dilaksanakan
PKL adalah mendapat wawasan mengenai penerapan manajemen perkandangan
yang dilakukan pada PT. Moeladi, serta dapat memberikan kontribusi kepada PT.
Moeladi berupa keterampilan dan tenaga selama PKL berlangsung. Penulis
mengikuti semua acara atau tugas yang ada di sana, mulai dari kegiatan yang
dilakukan di kandang, kegiatan di gudang telur, kegiatan di gudang pakan, kegiatan
sanitasi dan vaksinasi serta seleksi ayam. Manajemen perkandangan pada PT.
Moeladi sendiri memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat menunjang
produktivitas pada ayam petelur itu sendiri dengan berbagai aspek yang dapat
mempengaruhi hal tersebut diantaranya kontruksi bangunannya, jenis atap yang
digunakan, kepadatan kandang, temperatur, pencahayaan serta tempat pakan dan
minum yang digunakan.
v
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN…………………………………………………………………i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
RINGKASAN ......................................................................................................... v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 3
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5
2.1 Ayam Petelur ............................................................................................ 5
2.2 Perkandangan ........................................................................................... 6
2.2.1. Bangunan dan Perkandangan ............................................................ 6
2.2.2. Atap dan Ventilasi ............................................................................. 8
2.2.3. Kepadatan Kandang .......................................................................... 8
2.2.4. Temperatur ........................................................................................ 9
2.2.5. Pencahayaan ...................................................................................... 9
2.2.6. Tempat pakan dan minum ................................................................. 9
III. KEADAAN UMUM TEMPAT PKL ........................................................ 11
3.1. Sejarah PT. Moeladi Peternakan Magelang ........................................... 11
3.2. Jenis Usaha atau Kegiatan ...................................................................... 12
3.3. Struktur Organisasi ................................................................................. 13
3.4. Ketenagakerjaan ..................................................................................... 13
3.5. Sarana dan Prasarana .............................................................................. 14
IV. KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN ........................................ 15
4.1. Materi Praktik Kerja Lapangan .............................................................. 15
vi
4.2. Teknik Praktik Kerja Lapangan ............................................................. 15
4.3. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 15
4.4. Prosedur Praktik ..................................................................................... 16
V. PEMBAHASAN ............................................................................................ 21
5.1. Bangunan dan Perkandangan ................................................................. 21
5.2. Atap dan Ventilasi Kandang ................................................................... 26
5.3. Kepadatan Kandang ............................................................................... 28
5.4. Temperatur ............................................................................................. 29
5.5. Pencahayaan ........................................................................................... 31
5.6. Tempat Pakan dan Minum ..................................................................... 33
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 35
6.1. Kesimpulan ............................................................................................. 35
6.2. Saran ....................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36
LAMPIRAN .......................................................................................................... 39
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan PKL ......................................................... 39
Lampiran 2. Logbook Kegiatan PKL ................................................................ 44
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
I. PENDAHULUAN
1
perkembangan usaha di sub sektor peternakan.
Ayam petelur merupakan ayam betina dewasa yang
dibudidayakan khusus guna diambil telurnya. Ayam petelur
memiliki kemampuan dalam memproduksi telur yang baik, serta
memiliki ciri khas yaitu memiliki badan yang relatif kecil,
bergerak aktif, hampir tidak ada sifat mengeram. Selain daging
ayam, telur ayam juga banyak diminati masyarakat karena
masuk dalam kebutuhan pokok karena memiliki nutrisi berupa
protein. Berdasarkan data statistik dari tahun 2018-2020
konsumsi telur masyarakat Indonesia mengalami peningkatan
(BPS, 2020). Semakin meningkatnya permintaan telur ayam
menjadikan ternak ayam semakin populer pada perusahaan
peternakan ayam.
Keberhasilan suatu peternakan sangat ditentukan
beberapa faktor yakni breeding, feeding dan management.
Manajemen merupakan salah satu bagian yang sangat penting
dalam suatu usaha peternakan terutama dalam manajemen
perkandangan. Kandang sendiri mempunyai arti yaitu
merupakan suatu bangunan yang memberikan rasa aman dan
nyaman bagi ternak. Kandang menjadi hal yang sangat penting
karena kenyamanan kandang akan mempengaruhi produktivitas
unggas tersebut. Kandang berfungsi antara lain untuk berlindung
ternak dari panas dan hujan, dan mempermudah tatalaksana serta
melindungi bahaya dari predator seperti ular, tikus, musang, dan
lain sebagainya. Suhu dan kelembaban udara sangat
berpengaruh terhadap produktivitas ternak, dikarenakan suhu
dan kelembaban menentukan tingkat kenyamanan bagi ayam
(Prasetyo, 2018).
Manajemen perkandangan sangat penting dilakukan
untuk menciptakan kenyamanan dan perlindungan bagi ternak,
kemudahan dalam pemeliharaan, dan kelancaran dalam proses
2
produksi. Dengan kondisi kandang yang baik diharapkan dapat
mencapai efisiensi produksi ayam yang tinggi (Sulistyoningsih,
2003). Manajemen perkandangan dari awal persiapan Day Old
Chick (DOC) masuk hingga pasca afkir merupakan faktor yang
tidak kalah penting dalam suatu peternakan agar ayam dan
lingkungan sekitar perusahaan tidak terserang penyakit dan
dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
PT Moeladi merupakan sebuah perusahaan yang
bergerak pada bidang peternakan ayam petelur yang sudah
termasuk skala besar di daerah Pakis Kabupaten Magelang.
Peternakan ini merupakan salah satu perusahaan yang cukup
terkenal di daerah Magelang dengan sistem dan manajemen
pemeliharaan yang baik sehingga mampu menghasilkan telur
yang berkualitas. Keunggulan dari kandang yang digunakan
pada PT. Moeladi yaitu sudah menggunakan kandang galvanis
disemua kandangnya sehingga menjadi lebih awet dan tidak
mudah berjamur sehingga ayam sehat dan produksi telur naik,
serta memudahkan dalam pengawasan. PT. Moeladi termasuk
perusahaan di bidang peternakan, khususnya ayam petelur yang
sudah memenuhi Standard Operating Procedure (SOP).
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan di PT. Moeladi,
Jawa Tengah, yaitu:
1. Melatih kemampuan dalam melakukan pekerjaan lapangan di
dunia kerja dan meningkatkan keterampilan di budidaya ayam
petelur skala industri.
2. Melatih untuk berfikir lebih kritis dalam menghadapi
permasalahan yang ada dalam budidaya ayam petelur.
3. Meningkatkan pemahaman dalam mengembangan teknik-teknik
tertentu dalam budidaya ayam petelur.
3
1.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan di PT. Moeladi,
Jawa Tengah, yaitu:
1. Dapat memberikan kontribusi kepada PT. Moeladi berupa
keterampilan dan tenaga selama PKL berlangsung
2. Dapat bertukar pikiran dengan para peternak yang ada di lapangan
tentang kendala-kendala yang sering dihadapi
3. Menambah motivasi mahasiswa tentang prospek usaha pada bidang
usaha perunggasan
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
5
keseragaman berat badan yang optimal.
2.2 Perkandangan
2.2.1. Bangunan dan Perkandangan
Perkandangan merupakan kompleks atau bangunan kandang
yang ada di dalam suatu area peternkan. Fungsi utama dari
kandang dalam masa pemeliharaan adalah sebagai tempat tinggal
sekaligus pelindung serta sebagai tempat bekerja bagi peternak
dalam mengendalikan kebutuhan ternak (Suprijatna et al., 2008).
Kandang merupakan suatu bangunan yang digunakan sebagai
tempat tinggal bagi ternak, tempat berteduh dari cuaca dingin dan
panas serta gangguan lainnya sehingga kandang juga harus
nyaman bagi ternak (Mulyantini, 2010). Pada prinsipnya kandang
yang baik adalah kandang yang sederhana, biaya pembuatan
murah, dan memenuhi persyaratan teknis dan nyaman bagi
ternak. Bentuk kandang dan kondisi tempat yang tersedia,
keadaan tahan yang dipergunakan, biaya yang tersedia dan
bahannnya harus menjadi pertimbangan demi kenyamanan ayam.
Kandang berfungsi antara lain untuk berlindung ternak dari panas
dan hujan, dan mempermudah tatalaksana dan untuk melindungi
bahaya dari predator.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perkandangan ini
adalah lokasi kandang, kontruksi kandang yang meliputi dinding,
ventilasi, atap dan lantai, peralatan kandang, kepadatan kandang
serta pencahayaan. Lokasi kandang memang harus diperhatikan
dimana lokasi kandang yang baik ialah jauh dari kegiatan
masyarakat, dibuat ditempat yang cukup terkena sinar matahari,
tanah harus padat dengan demikian bangunan kandang dapat
berdiri kokoh serta kandang harus berada pada tanah yang tidak
lembab (Suprijatna et al., 2008).
Bentuk kontruksi kandang tidak terlepas dari kandang yang
digunakan yang meliputi dinding, ventilasi, lantai dan atap.
6
Pembangunan kandang sebaiknya memperhatikan bahan dan alat
yang akan digunakan sehingga dapat lebih efisien (Fadilah et al.,
2007). Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menentukan
kontruksi kandang ialah aspek ekonomis, teknis dan biologis
ternak (Suprijatna et al., 2008).
Fase layer atau masa produksi (umur di atas 16 minggu)
umumnya menggunakan kandang baterai. Kandang baterai
merupakan kandang yang di mana satu kandang berisi satu ayam,
bentuknya berjajar-jajar dan dipisahkan dari ayam lainnya
(Rahardjo, 2016). Kandang baterai berdasarkan bentuk dan
ukurannya dibagi menjadi dua jenis yaitu kandang sistem baterai
individu dan kandang sistem koloni. Kandang sistem baterai
individu memiliki kelebihan yaitu tingkat produksi individu dan
kesehatan ayam masing-masing ayam mudah dikontrol,
memudahkan pengontrolan pakan ayam, kanibalisme antar ayam
dapat dihindari, serta penyakit tidak mudah menular dari satu
ayam ke ayam lainnya, namun kelemahannya adalah
membutuhkan ruangan yang luas serta biaya pembuatan relatif
mahal, tetapi hal ini dapat diatasi dengan cara menyusun cage
secara bertingkat dengan syarat maksimal tingkat cage hanya tiga
tingkat serta memilih bahan pembuat cage dari bambu
dibandingkan dengan menggunakan kawat. Kandang sistem
koloni mirip dengan sistem baterai individu tetapi dalam satu
ruangan kandang dapat diisi beberapa ekor ayam. Cage ini
mempunyai kelebihan yaitu tempat yang dibutuhkan tidak terlalu
luas dan biaya yang dibutuhkan lebih murah jika dibandingkan
model individual cage, namun kekurangan dari cage model ini
adalah mudah terjadi penularan penyakit dan sulit melakukan
pengontrolan, selain itu pada sistem ini juga lebih sulit dilakukan
pengontrolan tingkat produksi, konsumsi pakan, maupun kondisi
kesehatan masing-masing ayam.
7
2.2.2. Atap dan Ventilasi
Atap kandang diperlukan diperlukan untuk melindungi
ternak ayam dari panas matahari secara lansung dan hujan.
Berdasarkan konstruksi, atap dibedakan menjadi atap biasa dan
atap monitoring (atap yang bagian atasnya dibentuk sehingga
dapat berfungsi sebagai ventilasi). Atap monitor diperlukan
apabila kandang yang cukup luas. Pada kondisi kandang yang
sempit, sebaiknya cukup digunakan atap biasa (Fadilah, 2017).
Atap ditata dengan kemiringan tertentu agar suhu kandang
tidak terlalu panas. Selain itu, bentuk atap bisa dibuat ganda
dengan lubang angin yang disebut dengan sistem monitor dengan
tujuan agar pertukaran udara didalam kandang lebih terjaga.
Namun, bisa juga dengan memakai sistem atap tunggal dengan
lubang udara yang disebut sistem semimonitor (Prayitno, 2011).
Atap yang memiliki kelebihan pada daerah tropis dapat
menggunakan tipe monitor supaya sirkulasi udara dalam kandang
baik serta mampu membuat sirkulasi udara lancar dan gas yang
memiliki racun mampu dikeluarkan dari kandang (Prihandanu et
al., 2005).
Sistem ventilasi terutama dikandang terbuka (open house)
harus berfungsi lancar sehingga perputaran udara di dalam
kandang berjalan baik. Jika ventilasi kurang baik bisa
mengakibatkan temperatur di sekitar kandang naik, kelembaban
tinggi, terjadi penumpukan gas beracun seperti amonia,
karbondioksida, serta persediaan oksigen menipis (Fadilah,
2013).
2.2.3. Kepadatan Kandang
Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
(2014), menyatakan bahwa standar ukuran kandang pada ayam
petelur berbeda-beda sesuai dengan populasi atau jumlah ayam
yang ada di dalam kandang. Standar ukuran kandang pada ayam
8
layer dengan jumlah ayam 2000-2500 atau 2500-5000 yaitu 800
m2 .
2.2.4. Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
produksi telur. Sebagian besar peternak ayam petelur tidak
memperhatikan suhu pada kandang. Seharusnya, suhu pada
kandang ayam di sesuaikan dengan umur ayam untuk
menghasilkan telur yang optimal dan ayam petelur memiliki
performa produksi lebih baik dengan suhu netral yaitu sekitar 18°C
sampai 28°C dengan kelembaban 60-70% (Abidin, 2003). Performa
produksi dan kualitas telur salah satunya dipengaruhi oleh suhu.
Suhu yang tinggi dapat memberikan pengaruh yang buruk terhadap
ayam, sehingga berakibat pada produksi dan kualitas telur (Setiawati
et al., 2016). Kelembaban yang semakin rendah menyebabkan
bobot telur semakin menurun (Roberts and Ball, 2003)
2.2.5. Pencahayaan
Cahaya berfungsi dalam proses penglihatan, merangsang
siklus internal dan menstimulasi pelepasan hormon (Sangi,
2017). Ayam petelur fase produksi sebaiknya diberi pencahayaan
yang baik dengan intensitas cahaya 10-20 lux (Kustiawan et al.,
2019).
Cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan yang
esensial bagi kehidupan aves. Signal cahaya yang diterima oleh
hipotalamus dapat mengontrol sekresi gonadotropin releasing
hormone (GnRH) yang berperan dalam menstimulasi pituitari
melepaskan follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH). (Kasiyati. 2018).
2.2.6. Tempat pakan dan minum
Tempat pakan sebagai salah satu sarana yang paling
penting dan harus dijaga kebersihannya. Pencucian harus
dilakukan secara rutin yang didukung dengan penggunaan
9
desinfektan. Hal tersebut untuk meminimalkan adanya virus atau
penyakit yang menempel pada tempat pakan dan menjadi
penyebab serangan penyakit pada ayam ternak (Jahja, 2004).
Tempat minum adalah sarana bagi ayam ternak, sehingga
selain kebersihan air kebersihan tempat minum juga menentukan
kualitas air yang diminum oleh ayam ternak. Menurut Adnan
(2015), seluruh bagian kandang termasuk tempat minum harus
dijaga kebersihannya karena merupakan salah satu faktor penentu
bersih atau tidaknya air minum yang dikonsumsi oleh ayam
ternak.
10
III. KEADAAN UMUM TEMPAT PKL
11
5 orang (1 direktur dan 4 manajer), kantor 2 terdapat 4 orang (administrasi
perkantoran, general kasir, administrasi produksi dan administrasi gudang
dan inventori), satpam sebanyak 5 orang, bagian kebersihan sebanyak 2
orang dan mandor sebanyak 1 orang.
12
didalam dan diluar wilayah Magelang serta bermanfaat bagi
masyarakat.
Direktur PT.
MPM
Arief Sosiawan
Manager Manager
Produksi HRD
Keuangan
Isrofi Hendri Yulianto
Rahmasari
Supervisor
Produksi
Nurhayati
3.4. Ketenagakerjaan
PT. Moeladi Peternakan Magelang Pakis memiliki jumlah
karyawan sekitar 50 orang. Hampir seluruh karyawan berasal dari
daerah Pakis. Alasan pengambilan ketenagakerjaan dari daerah Pakis
yaitu untuk mengurangi pengangguran yang ada di daerah tersebut,
terutama penyediaan lapangan pekerjaan yang cukup sulit dicari saat
ini. Perekrutan karyawan di PT. Moeladi Peternakan Magelang
dilakukan sesuai spesifikasi yang dibutuhkan perusahaan. Kegiatan di
peternakan dimulai pada pukul 07.30 WIB, dan berakhir pada pukul
13
16.30 WIB. Setiap karyawan memiliki jatah libur sebanyak 1 kali
dalam seminggu, Karyawan yang melakukan pelanggaran dengan tidak
disiplin pada waktu kerja akan mendapatkan sanksi perupa teguran. Hal
tersebut dilakukan untuk menjaga kestabilan peternakan, baik pada
ayam petelur yang dipelihara maupun karyawan yang bekerja.
14
IV. KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
15
4.4. Prosedur Praktik
Praktik kerja lapangan dilaksanakan di PT. Moeladi Peternakan
Magelang Pakis, Magelang, Jawa Tengah. Praktik dilakukan di dalam
kandang, gudang pakan, dan gudang telur. Kegiatan praktik kerja
lapangan meliputi:
1. Kegiatan di kandang
a. Membersihkan Tempat Minum
Pembersihan tempat minum dilakukan setiap pagi sebelum
memberikan air minum. Tempat minum yang digunakan yaitu
talang air berbentuk setengah lingkaran. Pemberian air minum
dilakukan secara adlibitum, sehingga harus dibersihkan dan
diganti dengan air baru setiap hari. Pembersihan tempat air
minum dilakukan dengan kain basah yang dicelupkan dalam air
yang dicampur desinfektan.
b. Mencampur Vitamin, Obat, Atau Antibiotik
Setiap hari dilakukan pemberian vitamin, antibiotik, maupun
obat yang sudah terjadwal dan dicampurkan dengan air minum,
vitamin, antibiotik, dan obat diberikan untuk menjaga dan
meningkatkan produktivitas ayam petelur.
c. Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan pada ayam petelur fase layer di PT.
Moeladi Peternakan Magelang merupakan pakan komplit yang
diproduksi mandiri. Pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga
kali pada pagi hari pukul 05.45 WIB sebanyak 50%, pukul
10.30 WIB sebanyak 16,67%, dan sore hari pukul 15.30 WIB
sebanyak 33,33%. Metode tersebut tidak baku, terdapat metode
lain yang disesuaikan dengan daya konsumsi dan umur ayam.
d. Pengambilan Telur
Pengambilan telur dilakukan sebanyak lima kali setiap
harinya yaitu pada pukul 06.15, 08.30, 10.30, 13.15, dan 14.30
WIB. Egg tray yang digunakan berbahan karton. Telur yang
16
diambil kemudian diseleksi untuk memisahkan telur baik, telur
kotor, telur retak baik, telur retak parah, telur burik, dan telur
putih. Telur yang kotor dibersihkan dengan air bersih dan
dikeringkan terlebih dahulu sebelum diletakkan pada egg tray
dengan posisi lonjong di bawah dan bagian tumpul di atas.
Ketika menggunakan peti, telur yang diambil dan dimasukkan
ke dalam peti harus berjumlah 150 butir dan ketika ditimbang
harus 10 kg ditambah dengan berat petinya tersebut, namun
ketika memakai egg tray ditimbang beratnya harus 15 kg
ditambah dengan berat egg tray nya tersebut.
e. Meratakan Pakan
Perataan pakan dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari.
Perataan dilakukan dengan menggunakan alat seperti spatula
kayu. Perataan dilakukan untuk memastikan ratanya distribusi
pakan kepada ayam petelur.
f. Membersihkan Tempat Pakan
Pembersihan tempat pakan dilakukan setiap hari.
Pembersihan tempat pakan dilakukan secara kering dan basah.
Pembersihan kering dilakukan dengan scrub dari stainless steel,
sedangkan pembersihan basah menggunakan kain yang
dicelupkan ke dalam air. Pembersihan kering dan basah
dilakukan selang-seling agar tempat pakan tetap bersih.
g. Pemberian Grit
Pemberian grit dalam pakan dilakukan tiga kali dalam
seminggu, yaitu pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Grit
diberikan kepada ayam untuk membantu ayam dalam mencerna
pakan dan sumber kalsium untuk ayam petelur yang sangat
berperan penting dalam pembentukan cangkang telur.
h. Penimbangan Ayam
Penimbangan pakan dilakukan satu minggu dua kali pada hari
Senin untuk dan hari Kamis untuk. Penimbangan menggunakan
17
timbangan gantung dengan mengambil sampel 30 ekor setiap
kandang, kemudian dihitung keseragamannya.
i. Pembersihan Lantai Kandang, dan Nipple
Pembersihan lantai kandang dilakukan setiap hari
menggunakan sapu lidi. Pembersihan dilakukan setelah
pemberian pakan dan perataan pakan. Pembersihan lantai
kandang bertujuan untuk menjaga kebersihan kandang dari
debu, bulu, atau pakan yang tercecer, sehingga kandang tetap
bersih. Pembersihan nipple juga dilakukan supaya nipple dan
pipa-pipa nya bersih.
2. Kegiatan di Gudang Pakan
a. Mencopper Jagung
Jagung di copper hingga halus sekitar 10 menit, kemudian di
timbang setiap karungnya sebesar 50 kg/sak dilebihkan
dibawah angka 0,20. Hal tersebut dilakukan agar ketika karung
mengalami kebocoran, pakan yang semestinya tidak kurang
dari takaran.
b. Mencampur Pakan
Ketika jagung sudah di copper halus, kemudian bahan pakan
seperti jagung, bekatul, konsentrat, Probiotik Growth Promoter
(PGP) di mix hingga tercampur rata yang kemudian ditimbang
sebesar 50 kg/sak dilebihkan dibawah 0,20. Pencampuran
pakan dilakukan sekali dalam sehari dan pencampuran hari ini
digunakan untuk stok pakan hari selanjutnya.
c. Mengoper Pakan Pada Tiap Kandang
Mengoper pakan dilakukan untuk menyediakan pakan
masing-masing kandang. Setiap kandang diberi pakan yang
baru setiap hari, sehingga tidak terjadi penimbunan pakan pada
kandang. Jumlah pakan yang diberikan tiap masing-masih
kandang jumlahnya berbeda sesuai dengan umur dan
kebutuhannya.
18
d. Kontrol Kesediaan Pakan
Kontrol ketersediaan pakan dilakukan setelah pengoperan
pakan selesai dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengontrol
jumlah pakan yang tersisa sesuai dengan catatan jumlah pakan
atau tidak. Kontrol pakan dapat memberikan informasi stok
pakan yang masih tersedia, sehingga akan memudahkan
rencana pembelian pakan selanjutnya.
e. Bongkar Pakan
Bongkar pakan merupakan kegiatan memindahkan pakan
dari truk ke gudang pakan. Setiap truk membawa sekitar 100
sak pakan dengan berat pakan 50 kg/sak. Bongkar pakan
dilakukan pada hari Senin-Jumat.
3. Manajemen Disease Control (MDC)
a. Penimbangan Obat
Penimbangan obat dilakukan sebelum kegiatan di kandang
mulai. Obat akan diberikan dan ditimbang sesuai kebutuhan
masing-masing kandang yang nantinya setelah ditimbang dan
dikemas akan diberikan kepada tiap-tiap kandang.
b. Seleksi dan Culling Ayam
Seleksi dan culling ayam dilakukan setiap hari untuk
memisahkan ayam yang tidak sehat, ayam gejala prolapsus,
atau ayam petelur tidak produktif. Seleksi dan culling dilakukan
untuk mengurangi ayam yang tidak produktif, sehingga
efisiensi pakan dapat stabil dan semakin baik. Ayam yang
kurang sehat di pisahkan terlebih dari di kandang paling ujung
yang dilihat kondisinya beberapa hari, jika masih produktif
akan ditempatkan ke tempat semula namun kalau tidak maka
dipindahkan ke kandang karantina.
c. Sanitasi Lingkungan dan Sanitasi Kandang
Sanitasi lingkungan dilakukan seminggu satu sampai dua kali
menggunakan formades. Sanitasi lingkungan ini dilakukan
19
menggunakan tandon air yang dibawa menggunakan dorongan
berupa gerobak yang nantinya akan disemprot menggunakan
selang yang terdapat mesin di dalam tandon tersebut. Pada
sanitasi lingkungan yaitu dilakukan di luar PT sedangkan
sanitasi kandang dilakukan di tiap-tiap kandang luar dan dalam.
d. Vaksinasi
Vaksinasi dilakukan secara injeksi biasanya dilakukan ketika
vaksin ND clone dan AI yang berbentuk vaksin inaktif
sedangkan vaksin minum berbentuk vaksin aktif yang diberikan
melalui air minum dan ditambahkan stabilator vaksin yang
berfungsi untuk menetralkan pH air minum yang digunakan
sebagai pelarut vaksin, menetralkan logam, mineral, dan zat
lain seperti klorin yang dapat merusak vaksin.
20
V. PEMBAHASAN
21
lebih terjaga dari gangguan luar serta suhu, kelembaban dan udara lebih
terkontrol. Dengan permasalahan tersebut, PT. Moeladi mengatasi
kondisi lingkungan tersebut dengan melakukan pemasangan tirai
paranet pada dinding kandang yang berfungsi sebagai ventilasi yang
dapat menahan angin yang terlalu besar untuk masuk ke dalam kandang
serta dapat menahan cipratan air hujan yang memungkinkan masuk ke
dalam kandang.
PT. Moeladi menggunakan bahan bangunan dari baja ringan yang
memiliki kelebihan yaitu umur penggunaan kandang akan lebih lama
daripada menggunakan kayu, tidak mudah lapuk, kokoh, awet, serta
relatif ekonomis. Pangaribuan (2014) menyatakan faktor pemakaian
struktur baja ringan digunakan karena faktor kecepatan pemasangan,
juga menjadi pertimbangan dalam memilih rangka atap baja ringan ini,
oleh sebab itu baja ringan adalah alternatif untuk pengganti baja WF
yang harganya sangat mahal dan berat. Hal tersebut menyatakan bahwa
penggunaan baja ringan sudah sesuai karena efisien dalam
pembangunan kandang pada PT. Moeladi ini, akan tetapi kekurangan
dari baja ringan untuk kandang ayam yaitu dikarenakan ayam
menghasilkan kotoran yang nantinya akan terurai menjadi gas amonia
yang semakin lama akan bereaksi pada lapisan baja ringan dan proses
tersebut akan memecah lapisan material dan menyebabkan degradasi
logan sehingga korosi akan terjadi.
Tipe kandang dapat disesuaikan dengan luas kandang yang
dibangun sehingga dapat menentukan tipe kandang yang seperti apa
yang cocok untuk digunakan. Johari (2004) menyatakan bahwa
terdapat tipe kandang terbuka dapat dijumpai pada peternakan-
peternakan ayam petelur di Indonesia, umumnya ada tiga bentuk yaitu
tipe V, tipe AA, dan tipe W. PT. Moeladi menggunakan tipe kandang
yaitu tipe W berisi 12 lanjur dengan 3 susun baterai dan 4 pen yang
memanfaatkan luas kandang dengan panjang sekitar 60 meter dan lebar
kurang lebih 6 meter dan tinggi sekitar 8,5 meter sehingga memilih tipe
22
kandang W karena dapat menampung populasi ayam dalam jumlah
yang banyak. Yana et al, (2023) menyebutkan bahwa kandang tipe W
ini memiliki kelebihan yaitu populasi ayam lebih banyak dibandingkan
dengan kandang tipe v, namun kekurangannya adalah sirkulasi udara
di lajur tengah kurang optimal sehingga akan berpengaruh terhadap
produksi telur. Hal ini menunjukan bahwa tipe kandang W pada PT.
Moeladi ini memiliki kelebihan yaitu dapat menampung populasi ayam
dengan jumlah yang banyak meskipun mempunyai kekurangan pada
sirkulasi yang tidak merata.
23
hari maupun siang hari.
Ayam pada PT. Moeladi ditempatkan pada setiap kandang
berdasarkan umur, apabila kandang lebih dari satu dengan umur yang
sama, maka kumpulan kandang tersebut disebut satu flock. Terdapat
dua flock yang ada pada PT. Moeladi ini yaitu flock satu terdapat pada
kandang 1,5,2 dan 7, sedangkan flock dua terdapat pada kandang 3,4,6
dan 8. Dalam satu kandang berisi kurang lebih 3.800 ekor untuk flock
1 dan 3.400 untuk flock 2.
24
sistem individu yang setiap kotak baterainya berkapasitas 1 ekor ayam
per kandang dengan ukuran kandang baterai yaitu panjang 40 cm,
lebar 30 cm dan tinggi 40 cm. Priyatno (2004) menyatakan bahwa
ukuran setiap sebuah kandang baterai adalah memiliki panjang 40 cm,
lebar 30 cm dan tinggi 40 cm. Hal ini sesuai dengan ukuran kandang
baterai yang digunakan pada PT. Moeladi. Kandang baterai sistem
individu ini merupakan kandang berbentuk sangkar yang dapat
menampung seekor ayam. Kandang ini memang cocok digunakan
pada ayam petelur komersial karena cage nya sangat mudah
digunakan.
Kandang baterai mempunyai kelebihan yaitu menurunkan sifat
kanibalisme, memudahkan dalam manajemen pemeliharaan,
memudahkan untuk mengontrol produksi, konsumsi dan kesehatan
pada unggas (Purba et al., 2001). Esther et al, (2015) menambahkan
bahwa keuntungan pemeliharaan pada kandang baterai memudahkan
pengontrolan penyakit, karena setiap sangkar hanya dihuni oleh satu
ekor ayam, maka ayam-ayam tidak akan saling bersentuhan secara
langsung, kondisi ini dapat membuat penularan penyakit menjadi
lebih lambat. Ayam tidak akan saling mematuk sehingga sistem
kandang baterai bisa meminimalisir timbulnya luka pada tubuh ayam.
Pemberian pakan dan minum juga berlangsung lebih mudah efektif,
mudah untuk menjaga kebersihan kandang, seperti pengambilan
kotoran (feses) sehingga penyebaran penyakit menjadi lebih sedikit,
namun harus lebih diperhatikan karena masih terdapat beberapa
kandang yang terdapat feses yang menumpuk di dalam kandangnya
sehingga dapat menimbulkan penyakit pada ayam.
Kandang baterai yang ada di PT. Moeladi ini masih terdapat
beberapa kotoran yang menumpuk didalamnya yang memungkinkan
akan menyebabkan penyakit apabila tidak segera dibersihkan karena
kotoran itu lembab yang dapat menimbulkan mikroorganisme seperti
bakteri, fungi dan virus, namun kegiatan pengontrolan untuk
25
membersihkan kotoran yang menyangkut di kandang baterai sudah
diterapkan oleh masing-masing anak kandang tersebut meskipun
terkadang tidak sempat karena waktunya tidak mencukupi untuk
membersihkannya.
26
langsung masuk ke kandang karena atap kandang terdiri atas dua lapis
yang di antara atapnya terdapat celah untuk meredam udara panas,
mampu menahan teriknya cahaya matahari, dan dapat menahan air
hujan sehingga suhu dan kelembapan di dalam kandang terkontrol.
Atap jenis ini dipergunakan apabila kandang cukup luas atau lebar
kandang lebih dari 3,5 m dan jumlah unggas yang di pelihara banyak.
Jenis ini sangat bagus terutama dikaitkan dengan fungsinya membantu
sirkulasi udara kandang (Sudarmono dan Sugeng, 2008). PT. Moeladi
memiliki lebar kandang yaitu kurang lebih 6 meter, maka hal ini
menunjukkan bahwa pemilihan atap jenis monitor pada kandang sesuai
dengan ketentuan yang ada.
Ventilasi merupakan jalan keluar masuknya udara sehingga
udara segar dari luar dapat masuk menggantikan udara kotor jadi
mengalami pergantian udara yang baik. Ventilasi pada kandang
memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan ayam seperti
menghilangkan panas yang berlebihan, mengurangi debu, dan
menyediakan oksigen untuk pernapasan. Ventilasi udara pada kandang
merupakan salah satu faktor yang sangat penting karena memanfaatkan
sirkulasi udara langsung dari luar.
PT. Moeladi menggunakan dinding dengan sistem terbuka,
sehingga hembusan angin bisa masuk dalam kandang, sirkulasi udara
dapat berganti dengan lancar sehingga tidak menyebabkan kandang
pengap. Sirkulasi udara yang baik akan menghasilkan oksigen yang
baik bagi ternak. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan ventilasi
yang digunakan PT. Moeladi sudah baik, namun harus tetap
memerhatikan manajemen ventilasi udara agar perputaran udara yang
ada di dalam kandang selalu terjaga dengan baik serta adanya ventilasi
tersebut juga berfungsi mengurangi imbas dari suhu ekstrim,
kelembapan udara yang berlebihan dan kontaminasi udara ke batas
toleransi yang memungkinkan, oleh karena itu fungsi pemasangan
paranet di PT. Moeladi selain berperan sebagai penahan air hujan juga
27
berperan untuk menahan udara yang masuk terlalu besar . Jika ventilasi
sudah baik, maka pasokan oksigen akan optimal, dan konsentrasi dari
agen penyakit yang berada di udara juga semakin berkurang (Olivia et
al., 2015).
5.3.Kepadatan Kandang
PT. Moeladi Peternakan Magelang memiliki luas kandang yang
berbeda-beda setiap kandangnya, terdapat 8 kandang dimana setiap
kandang terdiri dari 2 lantai. Berdasarkan pengukuran dari salah satu
kandang yaitu kandang 2 dengan panjang ± 60 meter, lebar ± 6 meter,
tinggi ± 8,5 meter yang di dalam setiap kandang juga berbeda-beda
jumlah kandang baterainya sehingga jumlah populasinya juga berbeda-
beda yaitu sekitar 160 kandang baterai per baris dengan 3 susun dan
terdiri dari 4 pen dan satu kandang terdiri dari 2 lantai.
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
31/Permentan/OT.140/2/2014 menyatakan kapasitas ayam petelur
2000- 2500/2500-5000 memiliki luas kandang 800 m2. Hal ini
menunjukkan bahwa luas kandang pada PT. Moeladi belum sesuai
dengan standar pemerintah, karena luas kandang pada PT. Moeladi
yaitu 360 m2. Berikut adalah data populasi ayam per kandang pada
bulan Januari 2023
Tabel 1. Populasi Ayam
28
14. Kandang 8B 3411 9,47 ekor/m2
5.4.Temperatur
Gambar 7. Temperatur
29
Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan bahwa suhu pada
lingkungan kandang di PT. Moeladi sekitar 24-30°C dan kelembaban
sekitar 60-70%. Data yang saya ambil ketika siang hari menunjukkan
suhu di kandang 27-29°C dan di luar kandang 30-31°C dengan
kelembaban di dalam kandang 63% lebih tinggi karena kadar amoniak
didalam kandang lebih tinggi dibandingkan kelembaban di luar
kandang 61%. Gunawan dan Sihombing (2004) menyatakan suhu
kandang di bawah thermoneutral zone (21°C - 24°C) menyebabkan
konsumsi pakan ayam meningkat, sedangkan suhu kandang di atas
suhu nyaman akan menurunkan konsumsi pakan. Hal tersebut tidak
sesuai dengan suhu yang ada pada PT. Moeladi karena suhu yang ada
tersebut diatas 24°C. Pada dasarnya suhu akan berpengaruh terhadap
performa produksi telur pada ayam petelur serta suhu dan kelembaban
yang tidak sesuai akan memberikan feedback negatif berupa penurunan
produksi baik dari segi kualitas maupun kuantitas telur. Konsumsi
pakan ayam pada suhu 18°C akan lebih baik jika dibandingkan dengan
ayam yang berada pada suhu 30°C. Penurunan konsumsi pakan salah
satunya disebabkan oleh meningkatnya konsumsi air minum yang
digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh terhadap suhu
lingkungan yang semakin panas. PT. Moeladi menggunakan kipas
angin di dalam kandang sebagai pengontrol panas yang berfungsi untuk
mengeluarkan udara panas dari kandang dan menciptakan hembusan
angin ke dalam kandang supaya ayam tidak mengalami peningkatan
suhu, akan tetapi fasilitas tersebut sudah lama tidak digunakan kembali
karena sudah rusak. Hal tersebut seharusnya lebih diperhatikan lagi
supaya tidak terjadi peningkatan suhu yang akan mengakibatkan heat
stress pada ayam. Ayam yang mengalami heat stress menyebabkan
produksi telur menurun. Tidak hanya produksi telur menurun, tetapi
ayam yang mengalami heat stress, berat dan ukuran telur yang
diproduksi juga akan menurun. Suhu yang meningkat juga
30
menyebabkan penurunan berat ovarium dan jumlah folikel. Kecepatan
angin yang baik dan sesuai dengan kondisi kandang akan mampu
menjaga kondisi suhu kandang dan dapat menurunkan heat stress pada
ayam, sehingga dapat meningkatkan produktivitas telur pada ayam.
5.5.Pencahayaan
Program pencahayaan adalah salah satu yang sangat
berpengaruh pada tercapainya puncak produksi karena berhubungan
dengan keseragaman kedewasaan kelamin. Cahaya berfungsi dalam
proses penglihatan, merangsang siklus internal dan menstimulasi pelepasan
hormon (Sangi, 2017). Ayam petelur fase produksi sebaiknya diberi
pencahayaan yang baik dengan intensitas cahaya 10-20 lux (Kustiawan et
al., 2019). Program pencahayaan pada PT. Moeladi menggunakan lampu
bohlam kuning dan putih dalam kandang sesuai umur. Pengaturan
lampu dilakukan dengan cara menggunakan alat otomatis pengatur mati
dan hidup lampu sesuai dengan yang sudah diterapkan. Program
pencahayaan di PT. Moeladi pada fase layer dapat dilihat sebagai
berikut :
Tabel 2. Program Pencahayaan
31
mencapai total 16 jam. Penambahan pencahayaan tidak boleh langsung
ditambah 4 jam, penambahan cahaya dilakukan bertahap yaitu 1 jam
setiap minggunya. Pernyataan tersebut sesuai dengan program
pencahayaan yang diterapkan pada PT. Moeladi dimana pada masa
produksi awal minggu 15-18 berlangsung selama 12 jam dan pada
minggu 19-49 lama pencahayaan ditambah 1 jam menjadi 15-16 jam
dan pada minggu 50-80 lama pencahayaannya yaitu 17 jam. Hal ini
dikarenakan aktivitas seksual pada unggas termasuk produktivitas telur
dipengaruhi oleh jumlah jam adanya sinar dalam sehari. Produksi telur
dirangsang dengan peningkatan sinar dengan pengaruh khas
terhentinya produksi dengan menurunnya panjang sinar (day length).
Bila tidak ada tambahan sinar lampu (buatan) maka produksi telur
menurun. Cara untuk mencegah penurunan produksi telur yaitu dengan
memberikan tambahan sinar (lampu) untuk mempertahankan panjang
sinar paling tidak 14 jam per hari.
Cahaya memegang peranan penting dalam proses
pertumbuhan, dewasa kelamin, dan produksi telur pada ayam layer.
Pencahayaan dengan menggunakan berbagai jenis warna cahaya dapat
meningkatkan fungsi biologis dan memacu pertumbuhan serta
meningkatkan produktivitas ayam layer menjadi optimal (Elfiandra,
2007). Konsumsi pakan dipengaruhi oleh perbedaan warna cahaya
karena penglihatan ayam lebih cepat dirangsang pada cahaya putih
karena pada warna cahaya yang terang akan menstimulasi hipofisa
anterior untuk stimulasi kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon
tiroid dan hormon somatotropik yang berfungsi untuk pertumbuhan
dan proses metabolisme. Hal ini sesuai dengan pemberian warna lampu
di PT. Moeladi pada ayam layer yaitu diberikan warna lampu putih
untuk merangsang pertumbuhan ayam untuk makan sehingga produksi
telur yang akan dihasilkan juga baik karena kecukupan nutrisi dan
jumlah makanan yang masuk kedalam tubuh juga berpengaruh
terhadap proses produksi sehingga dapat mempengaruhi kualitas
32
produksi telur.
Keberadaan cahaya yang masuk kedalam ruangan
memungkinkan ayam untuk mampu melihat lingkungan sekitar
terutama makanan dan air minum yang tersedia, sehingga keberadaan
cahaya tersebut tentu saja akan meningkatkan jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh ayam. Pengaruh cahaya terhadap proses produksi telur
adalah merangsang hormon reproduksi gonadotropin, dan proses
ovulasi atau peneluran. Hal ini terjadi karena cahaya yang masuk
kedalam ruangan diterima saraf pada mata ayam, yang kemudian
menimbulkan rangsangan dalam menghasilkan hormon yang sangat
potensial dalam proses pembentukan telur.
33
dengan panjang kurang lebih 64 meter, tempat pakan yang diletakkan
di depan memudahkan ayam dalam mengambil pakan dengan dan
memiliki tinggi 10 cm dan lebar 14 cm yang berfungsi untuk
meletakkan pakan sehingga pakan yang diberikan tidak banyak
tercecer, sedangkan untuk tempat air minum yang digunakan pada
kandang ayam petelur di PT. Moeladi adalah nipple. Keuntungan dari
penggunaan nipple yaitu mencegah banyaknya air yang tertumpah ke
lantai kandang serta mengurangi kontaminasi air dari kotoran ayam dan
pakan yang tercecer. Kekurangan nipple yaitu biaya yang dikeluarkan
besar, sering terjadi penyumbatan seperti vaksin minum, ketika ayam
sakit sulit untuk berdiri. PT. Moeladi melakukan pembersiham tempat
pakan dan minum setiap sore dengan cara tempat air minum dilap
terlebih dahulu dengan menggunakan kain lap yang telah dibasahi
untuk membersihkan pipa paralon nipple, sedangkan tempat pakan
dibersihkan pada pagi hari sebelum pemberian pakan biasanya terdapat
sisa pakan yang kemudian didorong sampai ujung dan sisa pakan
tersebut dibuang, namun jika sisa pakan kemarin masih banyak tidak
dilakukan pembersihan melainkan pakan tersebut diratakan saja. Hal
tersebut untuk menghindari tercemarnya pakan dan air minum oleh
hewan seperti tikus dan lalat serta mencegah pertumbuhan kuman
penyakit. Kebersihan tempat air pakan dan air minum dapat
mempengaruhi produksi telur, karena jika tempat pakan dan air minum
kotor konsumsi pakan akan menurun serta dapat menimbulkan bibit-
bibit penyakit yang mengakibatkan gangguan kesehatan pada ayam,
yang akhirnya menyebabkan produksi telur menurun.
34
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa manajemen perkandangan di PT. Moeladi
sudah cukup baik dari segi arah kandang, pemilihan model atap,
penggunaan bahan bangunan, sistem pencahayaan, penggunaan tempat
pakan dan minum serta kepadatan kandang. Namun, ada beberapa hal yang
masih dapat dimaksimalkan dan jika dibandingkan dengan kandang close
house akan jauh berbeda dari segi pengontrolan suhu dan kebersihan.
Produksi yang maksimal tidak hanya disebabkan oleh manajemen
perkandangan saja. Hal tersebut juga didukung oleh manajemen produksi
yang baik, manajemen pakan, pengendalian penyakit, serta pengolahan
limbah yang baik.
6.2. Saran
1. Lebih diperhatikan lagi kebersihan kandang, terutama pada kandang
baterai yang masih terdapat kotoran sehingga dapat mengotori telur dan
membuat ayam menjadi tidak nyaman.
2. Dapat mengatur bagaimana cara untuk membersihkan manure pada
kandang bagian atas, sehingga tidak menimbulkan cemaran dan
penyakit yang dapat mengakibatkan produktivitas pada ayam dalam
menghasilkan telur menurun.
35
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2020. Produksi Telur Ayam petelur menurut Provinsi, 2018-
2020. https://www.bps.go.id/indicator/24/491/1/produksi-telur-ayam-
petelur-menurut- provinsi.html. 30 November 2022 (Jam 20.00 WIB).
Engineering 2(4).
Esther., S., M. Najoan, L. Tangkau dan W. Utiah. 2015. Pengaruh tiga macam
ransum komersial dan sistem alas kandang yang berbeda terhadap
performans ayam pedaging. Jurnal Zootek, Vol. 35 (1) : 10-20.
Fadilah, R., A. Iswandari, Polana, S., Alam, dan E. Purwanto 2007. Beternak
Unggas Bebas Flu Burung. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Jahja. 2004. Ayam Sehat Ayam Produktif 1. Bandung. Medion Poultry Printing.
Kasiyati. 2018. Regulasi Fotodeteksi Peran Cahaya Pada Perfoma Produksi Telur
Unggas. Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. 3 No. 2. ISSN : 2541-
0083.
Kustiawan, E., Rukmi, D.L., Imam, S., Permadi, S.O. 2019. Studi intensitas
pencahayaan terhadap puncak produksi ayam petelur fase layer di UD.
Maha karya Farm Banyuwangi. Jurnal Ilmu Peternakan Terapan. Vol. 3
No. 1 hal 14-18.
36
https://www.medion.co.id/id/pencahayaan-harus-di-program-dengan-baik/. 2
Februari 2023 ( Jam 21.45 WIB).
Olivia, M., M. Hartono, dan V. Wanniatie. 2015. Pengaruh jenis bahan litter
terhadap gambaran darah broiler yang dipelihara di closed house. Jurnal
Ilmiah Peternakan Terpadu 3(1): 23-28.
Pangaribuan, Mekar Ria. 2014. “Baja Ringan Sebagai Pengganti Kayu Dalam
Pembuatan Rangka Atap Bangunan Rumah Masyarakat.” Journal of Civil
and Environmental
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. 2004. Pedoman Budi Daya Ayam
Pedaging Dan Ayam Petelur Yang Baik. NOMOR
31/Permentan/OT.140/2/2014
Prihandanu, R., A. Trisanto dan Y. Yuniati. 2015. Model sistem kandang ayam
close hpuse otomatis menggunakan omron sysmac CPM1A 20-CDR-A-V1.
J. Rekayasa dan Teknologi Elektro. 9(1): 54-62.
Purba, M., L. H. Prasetyo dan B. Brahmantyo. 2001. Produktivitas dua bangsa itik
lokal alabio dan mojosari pada sistem kandang battery dan litter. Lokakarya
Nasional Unggas Air.
Roberts, J.R dan W. Ball. 2003. Egg and egg shell quality guidelines for the
Australian egg industry. Proceeding Australian Poultry Science Symposium
2003: 91 – 94.
Sangi, J., Saerang, J.L.P., Nangoy, F., Laihad, J. 2017. Pengaruh warna cahaya
lampu terhadap produksi telur burung puyuh. Jurnal Zootek. Vol. 37 No. 2
hal 224-231.
37
Setiawati, T., R. Afnan dan N. Ulupi. 2016. Performa produksi dan kualitas telur
ayam petelur pada sistim litter dan cage dengan suhu kandang berbeda.
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan 4(1): 197-203
Suprijatna, E., E. Umiyati, dan K. Ruhayat. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Cet.2. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yunike, T., S. Suharyati, dan K. Nova. 2011. Respon fisiologis ayam jantan tipe
medium di kandang panggung dengan kepadatan berbeda. Jurnal Fakultas
Pertanian Lampung. Halaman 56-60.
38
LAMPIRAN
39
Gambar 10. Vaksin Minum
40
Gambar 11. Vaksin Injek Intramuskular
41
Gambar 13. Mesin Penggiling Jagung
42
Gambar 13. Sanitasi Kandang dan Lingkungan
43
Lampiran 2. Logbook Kegiatan PKL
44
45