YOGYAKARTA
Oleh
Fakultas : Pertanian
Tanggal Persetujuan :
Menyetujui
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Umum (PU)
praktik langsung, wawancara, dan studi literatur yang dilakukan mulai tanggal 1
bantuan, dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis ingin
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si selaku Sekan Fakultas Pertanian,
2. Ibu Ir. Susilawati, M.Si. selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,
3. Ibu Novita Herdiana, S.Pi., M.Si. selaku koordinator mata kuliah Praktik
4. Ibu Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P. selaku Pembimbing Akademik, atas segala
6. Bapak Maryoto Tri S, Amd selaku Pembimbing Lapang atas bimbingan dan
7. Seluruh karyawan PT. Gula Madu Baru yang telah bersedia membimbing dan
umum;
8. Orang tua Tercinta yang telah memberikan dukungan, motivasi serta selalu
umum;
Nurdhi Hafsyah Fisika Murni UNY dan Anju Xaferius Saing Keperawatan
UNJANI atas kebersamaan, kerja sama , saran , serta bantuan selama praktik
umum;
10. Dewi Susilawati, Melly Rahmawati, Nurbaiti, Septiani, Lola Anindya Inke,
Sonia Dwi Noviany, Novi Ayu Lestari , Rizka Ayu Kencana, atas bantuan dan
terima kasih atas informasi, doa, dan bantuan serta kebersamaanya selama proses
praktik umum.
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
SANWACANA.....................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................v
I. PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.4. Metodologi..............................................................................................4
2.7. Ketenagakerjaan......................................................................................16
III.1.................................................................................................................Pe
III.2.................................................................................................................Pr
1.Stasiun Persiapan...................................................................................26
2.Stasiun Penggilingan.............................................................................27
3.Stasiun Pemurnian.................................................................................35
4. Srtasiun Penguapan..............................................................................47
6. Stasiun Puteran.....................................................................................62
7. Stasiun Penyelesaian............................................................................66
Gula....................................... 71
1.Limbah Padat........................................................................................ 72
2. Limbah Cair..........................................................................................74
3. Limbah Gas...........................................................................................75
4. Polusi Suara..........................................................................................76
III.4.................................................................................................................
IV. PENUTUP.....................................................................................................81
4.2 Saran.........................................................................................................81
LAMPIRAN ....................................................................................................... 85
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
14.Blotong.............................................................................................................72
Tabel Halaman
Praktik Umum merupakan salah satu mata kuliah yang ada pada jurusan
Teknologi Hasil Pertanian yang merupakan suatu kegiatan akademik yang harus
diambil oleh mahasiswa. Kegiatan ini berupa terjun langsung ke lapangan disuatu
instansi atau perusahaan. Praktik Umum merupakan kegiatan wajib bagi setiap
kesatuan kurikulum pendidikan. Tujuan utama Praktik Umum ini adalah melatih
sebenarnya yang dijumpai dalam praktik. Dalam praktik ini mahasiswa dapat
persoalan yang dijumpai tersebut. Pada Praktik Umum ini dilakukan pada PT.
Madu Baru PG/PS Madukismo untuk mempelajari proses produksi gula pada
perusahaan tersebut.
Gula merupakan suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
kristal sukrosa padat. Kebutuhan gula di Indonesia juga sangan tinggi , maka dari
itu banyak perusahaan gula yang berdiri di Indonesia Selama ini gula merupakan
salah satu bahan makanan pokok penduduk Indonesia yaitu sebagai salah satu
Menurut Moerdokusumo (1993), secara umum dikenal tiga jenis gula , yaitu gula
mentah,gula merah ( tidak termasuk gula jawa, aren dan sebagainya ) dan gula
putih ( termasuk gula rafinade dan gula SHS ). Gula pasir adalah sumber utama
rumah tangga secara langsung, gula pasir umumnya juga digunakan sebagai bahan
baku pada industri makanan dan minuman , disamping itu juga digunakan pada
industri farmasi.
seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi
dalam menghasilkan gula melalui beberapa tahapan . Tahapan- tahapan yang ada
produk dengan kualitas baik yang dilakukan pada setiap proses mulai dari
pada PT Madu Baru berkaitan dengan mahasiswa THP sebagai salah satu bentuk
pengendalian mutu produk sehingga diperoleh produk dengan kualitas yang baik.
yang telah diperoleh saat perkuliahan dengan praktik yang ada dilapangan secara
langsung.
industri.
4. Melaksanakan salah satu mata kuliah wajib sebagai syarat untuk menjadi
Praktik Umum ini akan dilaksanakan pada bulan Juli -Agustus2017 selama 30
1. Wawancara
2. Pengamatan Langsung
Mengetahui dan mempelajari proses produksi pada Industri Gula Madubaru.
Soekarno
Lokomotif Tua
Pada jaman pemerintahan hindia belanda, di sekitar DIY terdapat kurang lebih 17
Belanda . Pada saat itu kekusaan pemerintah Hindia Belanda sangat dominan baik
Pengelolaan ini tidak berlangsung lama karena tentara Jepang menduduki wilayah
RI pada tahun 1942 dan pabrik-pabrik tersebut diambil alih oleh Jepang.
menanam palawija dan padi demi keperluan tentara Jepang. Keadaan ini
pemerintah RI mengambil alih semua pabrik gula tersebut dari tangan Jepang dan
dibumihanguskan . Sampai tahun 1950 seluruh pabrik gula hanya tingga sisa dan
yang kemudian lebih dikenal dengan nama PG/PS Madukismo. Selain itu
perusahaanya.
2. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Pada tahun 1945 PG/PS Madukismo mulai dibangun dengan Machine Fabrick
Madu Baru PG/PS Madukismo dilaksanakan pada 28 Mei 1958 oleh presiden RI
pada waktu itu adalah Ir. Soekarno. Pada awal berdirinya, status perusahaan
berbentuk Perseroam Terbatas ( PT) yang berdiri tanggal 14 Juni 1955 dengan
diberi nama “ PT. Madu Baru PG/PS Madukismo’. PT. Madu Baru Pg/PS
yang ada di Indonesia , baik milik asing, swasta maupun semi swasta. Sejak saat
itu status PT. Madubaru PG/PS Madukismo berubah menjadi Perusahaan Negara
Presiden Direktur PT. Madu Baru PG/PS Madukismo pada waktu itu. Tahun 1996
kebebasan untuk memilih tetap sebagai Perusahaan Negara atau ingin menjadi
Madubaru PG/PS Madukismo dengan susunan direktur yang dipilih Sri Sultan
( RNI). RNI merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) dibawah
Departemen Keuangan RI. Kontrak pengelolaan manajemen antar PT. Madu Baru
PG/PS Madukismo dengan PT. Rajawali Indonesia ( RNI) ini berlaku dalam
jangka waktu 10 tahun dan kemudian pada tanggal 1 April diperbaharui kembali
PT. Madu Baru terdiri dari dua kepemilikan saham , yaitu 75% milik Sri Sultan
kepemilikan saham , yaitu 65% milik Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan 35%
Akhir-akhir ini perusahaan dapat berjalan lancar yang disertai perubahan beberapa
Vacum Filter, Unigerator dan lain sebagainya. Perubahan alat ini bertujuan untuk
pertahun meningkat.
Visi :
values
PT. Madu Baru PG/PS Madukismo dibangun diatas areal kurang lebih 3 hectare
dengan bangunan 51.000 m3 yang merupakan bekas pabrik gula padokam, letak
Ditinjau dari segi Geografis letak PT. Madu Baru PG/PS Madukismo dianggap
sisanya menggunakan lori yang keduanya tersedia di pabrik, serta lanar untuk
timur pabrik yang dipandang cukup untuk memenuhi kebutuhan air dan untuk
3. keadaan sekitar pabrik merupakan daerag persawahan yang sangat tepat dan
4. Tenaga kerja ahli dan buruh pabrik yang mudah diperoleh dari penduduk ata
musiman
Produk utama yang dihasilkan oleh PT. Madu Baru PG/PS Madukismo adalah
gula kristal. Gula pasir yang dihasilkan memiliki kualitas Super High Sugar ( SHS
IA) atau Gula Krista Putih ( GKP) . Selain itu dihasilkan produk samping berupa
ampas, tetes, dan blotong. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat, cair, dan
gas.
1. Produk Utama
pabrik, meliputi analisa polarisasi, kadar air, kadar abu kandungan SO2 , berat
jenis butir, dan sebagainya. Produk samping yang diperoleh berupa ampas tebu
, blotong, dan tetes. Ampas tebu yang dihasilkan digunakan sebagai bahan
bakar stasiun ketel, sebanyak 30% dari tebu yang digiling per hari. Sedangkan
blotong, dihasilkan sebanyak 40-45% dari tebu yang digiling setiap harinya,
dimanfaatkan sebagai pupuk untuk lahan tebu yang dikelola oleh para petani
PG Madukismo. Tetes yang dihasilkan dari stasiun Kristalisasi digunakan
(a) (b)
2. Produk Limbah
yaitu:
Blotong
Abu
injeksi)
Limbah polutan ( berasal dari stasiun gilingan, stasiun pemurnian dan air
Gas SO2
PT. Madu Baru PG/PS Madukismo dipimpin oleh seorang direktur yang dalam
menjalankan tugasnya dibantu oleh Satuan Pengawas Intern (SPI) dan delapan
kepala bagian yaitu : Kepala Bagian Tanaman, Kepala Bagian Instalasi, Kepala
Sumber Daya Manusia dan Umum , Kepala Bagian Pemasaran , dan Kepala
1. Direktur
anggaran tahunan
bidang berikut:
Memimpin seksi yang berada dalam bagiannya guna mencapai tujuan dan
PG/PS Madukismo
perusahaan
kesehatan karyawan
diinginkan pasar
2.7 Ketenagakerjaan
Dalam jangka waktu 1 tahun PT. Madu Baru PG/PS Madukismo mempunyai
aktivitas giling (produksi) rata-rata selama 5 bulan. Hal ini menyebabkan para
karyawan harus dibagi menjadi 2 bagian, yaitu karyawan musim giling dan
karyawan luar musim giling. Menurut perjanjian kerja, buruh atau karyawan PT.
a. Karyawan musiman
karyawan musiman adalah karyawan yang hanya bekerja pada saat masa produksi
giling.
b. Karyawan Borongan
dalam hal ini di atur dengan perjanjian khusus dengan syarat-syarat tertentu dan
mereka, tetapi jika tidak diperlukan dapat diberhentikan sewaktu-waktu dan boleh
harian dan di gaji per hari. Karyawan borongan merupakan kelompok karyawan
PT. Madu Baru PG/PS Madukismo, karyawan pimpinan mulai dari komisaris
Pada proses pengolahan tebu semasa giling, pabrik terus melakukan produksi
secara terus-menerus. Untuk itu jam kerja karyawan siatur dan disesuaikan dengan
kondisi yang ada. Waktu kerja karyawan bagian produksi dan instalasi adalah 8
jam per hari. Waktu libur karyawan bagian produksi dan instalasi dilakukan
secara bergantian. Hal tersebut dilakukan karena produksi dilakukan secara terus-
menerus sehingga terdapat 2 macam jam kerja yang diterapkan oleh PT. Madu
Bahan baku yang digunakan di PG. Madukismo adalah yang berasal dari petani
sesuai dengan INPRES No. 9 Tahun 1975 tentang Penanaman Tebu Rakyat
Intensifikasi (TRI). Adapun tanaman tebu ini ditanam pada lahan di beberapa
Purworejo, dan Kebumen. Jenis varietas tebu yang memiliki sifat sebagai berikut :
a. Pertumbuhan cepat
d. Rendemen tinggi
Jenis tanaman tebu yang ingin didapatkan berdasarkan pesyaratan tersebut sedikit
sulit karena jenis tanaman tebu tertentu memiliki kelebihan dan kekurangan.
Namun, demikian PG. Madukismo berkerja sama dengan P3GI ( Pusat Penelitian
unggul yang ditanaman di areal TRI yang bergabung dengan PG. Madukismo
antara lain jenis : PS-30, PS-56 ( PS= Pasuruan Station ) , BZ-132, Bz-149 ( BZ=
Briterlandse Zaadreits carten ) dan POJ-3016 ( POJ = Proef Station Oest Java)
( Natalia, 2002).
Bahan tambahan pada proses yang sangat penting dalam proses pembuatan gula
adalah batu kapur, belerang, asam fosfat, flokulan, air imbibisi, mikrobiosida, dan
NaOH. Hal ini berkaitan dengan cara mendapatkan gula SHS secara sulfitasi
alkalis.
1. Batu Kapur
Batu kapur berfungsi untuk menjernihkan nira. Penambahan kapur dalam nira
Rata-rata batu kapur yang dibutuhkan 250-300 Kg untuk setiap 1000 Kwu tebu
yang digiling . Susu kapur yang diperoleh adalah hasil dari pembakaran batu
kapur yang didinginkan dengan penambahan air dalam alat linesliker berbentuk
horizontal yang berputar untuk memperoleh campuran yang homogen. Reaksi
Air yang ditambahkan berasal dari air kondensat. Pemisahan kotoran CaO yang
setelah itu didiamkan pada bak pengendap dengan sekat-sekat, sehingga dapat
diendapkan berkali-kali. Hasil susu kapur ditampung dalam tangki susu kapur
80Be. Setiap 12 liter susu kapur 80Be ini digunakan untuk 1000 liter nira.
Asam Kiesel 2%
Oksida Mg 2%
2. Belerang
Belerang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gas SO2 yang digunakan
untuk proses sulfitasi. Belerang ini berfungsi untuk menetralkan kelebihan kapur
dalam nira. Belerang ditambahkan dalam bentuk gas SO2 yang diperoleh melalui
pembakaran belerang padat dengan udara kering sebagai sumber oksigen dalam
furnace. Kegunaan gas SO2 adalah sebagai pemucat warna karena mereduksi
Pembuatan gas SO2 ini dilakukan di stasiun belerang dengan jalan mereaksikan
belerang padat pada tangki bermantel uap dengan udara kering. Mula-mula oleh
pengaruh udara panas, belerang akan mencair pada suhu 160oC , kemudian
belerang cair ini dibakar hingga suhu 200oC. Belerang cair akan masuk ke ruang
reaksi dan akan bereaksi dengan udara kering menghasilkan gas SO2 . Reaksi yang
S(I) S(g)
tinggi. Gas SO2 ini kemudian didinginkan dengan menggunakan air pendingin
agar tetap berada pada suhu 200oC . Hal ini dilakukan untuk mencegah supaya
tidak berbentuk gas SO3 yang tidak diinginkan. Selanjutnya dari bak pendingin ,
gas SO2 dialirkan ke sublimator yang berisi susunan batu tahan api dan ijuk untuk
menyerap sisa-sisa air sekaligus sebagai pendingin. Dari sublimator, gas SO2
sehingga pemisahan kotoran dari nira jernih akan lebih mudah. Reaksinya sebagai
berikut :
Asam fosfat berfungsi apabila bereaksi dengan susu kapur, membentuk trikalsium
fosfat. Endapan inilah yang bekerja sebagai agen penggumpal kotoran dalam nira.
Penambahan asam fosfat dilakukan pada nira mentah tertimbang dengan dosis 75
Kg/8 jam sekali, sehingga diharapkan diperoleh kandungan P2O5 dalam nira
sekumpulan partikel dalam ukuran yang lebih besar sehingga kotoran yang
clarifier. Tujuan ditambahkan flokulan yaitu untuk mengikat endapan agar ukuran
Jenis flokulan yang digunakan oleh PG. Madukismo adalah Super Floc A.110
dengan dosis penggunaan 3Kg/8 jam sekali atau sekitar 3 ppm (Perwitasari,
5. Air Imbibisi
Air ini digunakan untuk mengekstraksi nira yang masih terkanding dalam tebu
saat proses penggilingan. Air imbibisi yang digunakan sebanyak 20-30% dari
berat tebu yang digiling dengan suhu 40-60oC. Air ini digunakan untuk
melarutkan nira yang terkandung di dalam ampas tebu sehingga nira dalam ampas
dapat terperah semaksimal mungkin . Air imbibisi ini dialirkan dari ketel uap. Air
pada ketel ini berasal dari kondensasi pada stasiun penguapan, apabila terjadi
kekurangan pasokan air dari stasiun penguapan maka kebutuhan air untuk ketel
diambil dari sungai winngo yang telah diberikan perlakuan terlebih dahulu
( Soejardi, 2003).
6. Mikrobiosida
Soda caustic digunakan pada saat pembersihan evaporator. Soda caustic ini dapat
Kg pada luas penampang 1200-1500 ft2 , namun jumlah tersebut dapat berubah
Proses produksi PG. Madukismo dalam mengolah bahan baku tebu menjadi gula
digiling menggunakan sisten FIFO ( First in First Out). Tebu yang terlebih dahulu
masuk harus langsung digiling. Proses pembuatan gula harus melalui beberapa
Tebu yang akan diproses menjadi gula diangkut menginakan truk menuju tempat
tanggal pengiriman tebu, nomor folio ( nomor daftar kebun ), premi-premi ( bung,
SPA terdiri dari dua macam yaitu lokal dan luar daerah. SPA lokal adalah surat
perintah angkut yang diberikan kepada truk pengangkut tebu dari kebun daerah
sekitar DIY. SPA lokal yang diberikan kepada truk pengangkut tebu berwarna
hiaju, sedangkan SPA luar daerah adalah surat perintah angkut yang diberikan
kepada truk pengangkut tebu dari kebun diluar daerah DIY. SPA luar daerah yang
SPA, di stasiun persiapan juga dilakukan analisa awal (% Brix) sampel tebu yang
masuk dari tiap truk dengan menggunakan alat pengukur tingkat kemanisan/
Truk yang sudah mendaptkan SPA kemudian masuk ke bagian timbangan bruto.
Timbangan bruto berfungsi untuk mengetahui berat truk yang berisi tebu. Untuk
mengetahui berat bruto digunakan alat pendeteksi berat yang telah dihubungkan
dengan komputer. Truk yang sudah melewati timbangan bruto kemudian masuk
ke bagian pengangkatan tebu. Pengangkatan tebu dari truk dilakukan dengan alat
derek tebu yang diangkut kemudian dipindahkan ke dalam lori. Truk yang sudah
kosong masuk ke bagian penimbangan tarra untuk mengetahui berat bersih tebu
yang masuk . Berat bersih atau netto tebu diperoleh dengan cara menghitung
Tahap penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui berat total tebu yang masuk
per harinya sehingga dapat diketahui kapasitas gilingan. Rata-rata jumlah tebu
yang masuk per hari yaitu 3000-4000 ton, sedangkan rata-rata jumlah tebu yang
kandungan nira dalam ampas sangat kecil. Peralatan kerja pendahuluan adalah
pengangkut tebu ( Cane Unloading Crane ), Cane Table, Cane Carrier, dan
Unigrator. Pada penggilingan terdapat alat untuk memisahkan nira dari ampas
tebu yang masih terkandung yaitu DSM Screen dan Door Clane. DSM Screen
( Dutch State Mines) merupakan alat yang berasal dari Belanda yaitu Dutch
Company maka dinamakan DSM. Dutch State Mines sendiri ini artinya adalah
Pada stasiun gilingan ini terdapat lima unit gilingan yang dipasang seri dan
masing-masing gilingan terdiri dari tiga buah roll , yaitu roll atas, roll depan dan
tiap gilingan berbeda-beda ( tergantung kapasitas tebu yang masuk ) pada gilingan
- Derajat kompresi
menarik sabut harus besar. Agar daya cekam ini besar , permukaan roll
dibuat kasar serta diberi lekukan ( grave) yang akan mencekam sabut yang
Nira yang keluar hasil pemerahan perlu dialirkan supaya tidak terserap
kembali oleh sabut yang keluar dari bukaan roll. Karena sabut mempunyai
sifat dapat menyerap 5-10 kali berat keringnya. Agar nira dapat mengalir
diameter, kecepata roll dan sudut apit ( angel of rip) merupakan faktor
bukaan roll.
Proses awal stasiun giling ini adalah tebu yang telah ditimbang dan diangkat
atas meja tebu (cane table) untuk diarahkan ke proses. PG. Madukismo memiliki
4 unit unloading crane tetapi, digunakan untuk proses hanya 2 unit yaitu yang
memiliki kapasitas 10 ton dan 15 ton. Sedangkan 2 unit yang berkapasitas 5 ton
2 unit cane table , dimana pada unit tersebut terdapat pisau tebu (cane cutter )
prosesnya secara umum, yaitu tebu yang sudah ditimbang di potong menggunakan
1. Peningkatan kapasitas karena bulk densit mungkin besar , berat tebu yang
serabut untuk melebarkan serat dan memperlebar luas permukaan cacahan tebu
mungkin. Serabut – serabut tebu yang keluar diumpankan oleh cane carrier
memasuki Gilingan I.
Pemerahan pertama terjadi antara roll depan dengan roll atas yang menghasilkan
nira yang keluar melalui trash plate dan ampas. Ampas ini selanjutnya mengalami
pemerahan kedua yang terjadi antara roll belakang dengan roll atas yang
menghasilkan nira I dan ampas I. Ampas I akan dibawa oleh carrier menuju ke
gilingan II. Agar proses pemerahan pada gilingan II berhasil dengan baik, maka
ampas gilingan I ( umpan gilingan II) disemprotkan dengan imbibisi nira yang
dihasilkan dari gilingan III ( nira III ) dengan menggunakan pompa. Penambahan
nira imbibisi ini terletak melintang dengan jalannya carrier I . Nira hasil gilingan I
dan II dialirkan ke bak penampung nira mentah kemudian dipompa menuju DSM
screen untuk disaring dari kotoran yang masih terbawa oleh nira. Selanjutnya, nira
dilewatkan menuju door clone dengan tujuan untuk memisahkan nira bersih dari
Pemerahan pada gilingan II sama dengan proses pemerahan pada gilingan I, tetapi
pada pemerahan III, IV, dan V terdapat perbedaan pada proses penambahan
imbibisi dan pengolahan nira yang dihasilkan . Air imbibisi yang ditambahkan
bertujuan untuk menyempurnakan proses pemerahan nira dan cacahan tebu juga
menekan kehilangan gula dalam ampas tebu. Air imbibisi ini berasal dari air
kondesat yang masih mengandung sukrosa. Suhu air imbibisi sekitar 70-80oC, bila
suhunya terlalu tinggi dapat menyebabkan lilin pada kulit tebu ikut larut, begitu
pula sebaliknya apabila suhunya terlalu rendah maka pemerahan tidak berjalan
secara maksimal.
Penambahan air imbibisi berkisar 20-25% dari berat tebu yang digiling.
Penambahan air imbibisi ini harus benar-benar diperhatikan apabila kurang dari
20% pemerahan nira dan ampas kurang efektif sehingga masih banyak gula yang
yang terikut pada sabut dan apabila lebih dari 25% maka beban pada stasiun
semakin banyak. Umpan gilingan III ( ampas II) dibawa oleh carrier II menuju
gilingan III dengan disempot imbibisi nira, dimana imbibisi nira untuk umpan
gilingan III berasal dari nira V. Umpan gilingan IV ( ampas III) dibawa oleh
carrier III menuju gilingan IV dengan disemprotkan nira imbibisi yang diperoleh
dari hasil gilingan ke V, kemudian umpan gilingan V ( ampas IV) dibawa oleh
Kemudian nira I dan nira II bergerak menuju screen untuk memisahkan ampas
yang masih tertinggal. Nira hasil saringan screen, ditambahkan larutan asam fosfat
timbangan boulogne. Sedangkan ampas tebu halus yang tertahan , diangkat oleh
gilingan II . Nira III, IV dan nira V dialirkan kembali sebagai imbibisi nira untuk
memisahkan ampas halus dan ampas kasar . Ampas kasar dibawa menuju ketel
bertekanan rendah yang digunakan sebagai bahan bakar ketel. Didalam ampas ini
masih mengandung sukrosa antara 0,70-0,85% tebu yang tidak terekstrak selama
rotary vacuum filter, sehingga dapat dipisahkan antara nira tipis dan blotong.
Nira hasil gilingan I dan II yang berada pada bak penampung yang merupakan
hasil dari semua gilingan kemudian dipompa ke bagasilo untuk dipisahkan antara
ampas dan nira mentah. Bagasilo mempunyai kecepatan putaran sebesar 20,0 rpm.
Nira mentah kemudian dipompa ke DSM screen yang terletak dekat dengan
gilingan III bagian atas, untuk dipisahkan antara ampas halus dengan nira bersih.
Nira bersih tersebut selanjutnya ditampung pada peto rawsap I. Pada rawsap I
juga ditambahkan Ca(OH)2 dan nira tersebut siap dialirkan ke stasiun pemurnian.
Nira mentah dari hasil penggilingan mudah tercemar oleh mikroorganisme yaitu
bakteri Leuconostoc yang dapat memeca sukrosa dalam nira, maka untuk
tinggal pada unit gilingan. Kemudian alat-alat yang digunakan terbuat dari
tembaga karena mikroorganisme tidak dapat hidup pada alat tersebut. Setiap saat
alat disemprot dengan uap panas yang bertujuan untuk mencegah adanya
Cane Crane
Cane Table
Cane Carrier
Unigrator
Gilingan I
Door Clone
Gilingan III
Nira imbibisi Boulogne
Gilingan IV
Nira imbibisi Peti Nira Mentah
Air imbibisi Tertimbang
Gilingan V
Stasiun Pemurnian
Stasiun Ketel
yang ikut terlarut dalam nira agar diperoleh gula yang relatif lebih murni,
b. Zat-zat yang mengendap baik berupa emulsi maupun suspensi dalam nira
tanin.
Proses yang berlangsung dalam stasiun pemurnian pertama kali adalah nira
dalam door clone akan terjadi pusaran ganda yaitu pusaran yang mengarah
kebawah disekitar dinding dan pusaran yang mengarah ke atas dipusat door
clone. Nira berat akan turun dan nira yang ringan akan naik. Nira berat yaitu
nira yang terikut pasir dan tanah akan turun menuju bak tampungan dari bak
tampungan ini nira akan disaring dan dipisahkan secara manual. Nira hasil
penyaringan dipompa kembali ke bak nira mentah. Nira ringan dalam proses
di door clone yaitu nira yang terpisah dari pasir dan tanah akan tetap
hasil penyaringan ditampung pada bak nira mentah (bak RWS I), kemudian
kapasitas 5 ton. Karena klep pemasukan nira otomatis akan tertutup setelah
mencapai 5 ton penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah nira
mentah yang didapat dari hasil tebu yang digiling setiap jam dan untuk
Nira selanjutnya dialirkan ke bak nira mentah tertimbang (bak RWS II)
untuk ditambahkan asam fosfat H3PO4 85% yang dialirkan secara kontinyu.
Yang bertujuan untuk menyerap koloid dan zat warna, menurunkan kadar
Setelah ditambahkan asam fosfat, nira dari bak RWS II kemudian dipompa
menuju Voor warmer I (VW I). Voor warmer merupakan nama alat yang
berasal dari bahasa Belanda Voor artinya untuk dan Warmer artinya lebih
hingga suhu berkisar 75oC. Selain itu, juga untuk, menyempurnakan reaksi
VW I menggunakan dua macam uap, yaitu uap bekas dari turbin uap dan
uap dari stasiun gilingan. Mekanisme kerja dalam pemanasan ini adalah nira
dipompa mengalir melalui pipa-pipa yang terdapat uap panas. Dalam VW I
ini nira bersirkulasi naik turun melalui pipa-pipa beberapa kali sebelum
panas dari pipa uap ke nira sehingga terjadi kenaikan suhu nira.
4. Proses defekasi
tangki ini terjadi perncampuran awal nira dengan susu kapur hingga pH
menjadi 6-6,5. Kemudian nira yang bercampur dengan susu kapur masuk ke
a. Kapur dapat bereaksi dengan kompnen bukan gula dalam nira mentah
fosfat. Endapan kalsium fosfat yang terbentuk dapat menyerap dan ngikat
kerusakan.
Proses defekasi adalah adanya proses reaksi antara susu kapur yang
tersekat menjadi 2 bagian, yang mana bagian yang berukuran lebih besar
kecil merupakan tempat susu kapur (Ca(OH)2). Alat ini berfungsi untuk
mengatur aliran susu kapur secara otomatis sesuai dengan aliran nira mentah
yang masuk. Kalkdoozer apprat mensuplai kebutuhan susu kapur 7oBe pada
Tujuan utama dari pemberian susu kapur untuk menetralkan nira agar tidak
sisqoioksida lain dan asam silikat. Inti endapan tersebut akan mengadsorpsi
ini dilengkapi dengan pengaduk sehingga campuran antara nira mentah dan
susu kapur menjadi lebih homogen. Pada tangki defekator II nira kembali
kotoran dapat lebih efektif, karena terjadi reaksi antara susu kapur dengan
Adapun tujuan lain dari penambahan susu kapur dalam defekatir II adalah :
besar
5. Proses sulfitasi
penambahan gas SO2 atau disebut dengan proses sulfitasi. Menurut Fitri
kekentalan nira)
Nira dari defekator masuk ke dalam tangki sulfitir I yaitu sulfitasi nira
mentah dengan suhu 40°C. Dalam tangki ini ditambahkan gas SO2 dari hasil
Pencmpuran gas SO2 sebanyak 10-12% pada nira encer selama 15 kali
penurunan. Karena garam CaSO3 yang ada dalam tekanan 2,5-3 Kg/cm2
pada sampel nira apabila ditetesi dengan indikator PAN (Phenol Alpha
Naphtol) atau ditetesi dengan indikator BTB (Brom Thymol Blue). Selain
untuk mencegah inverse gula reduksi, gas SO2 ini juga berfungsi sebagai
yaitu:
gas-gas dalam nira encer sehingga CaSO3 bisa mengendap agar tidak
atau udara yang terkandung dalam nira, supaya gas-gas tersebut tidak
dari nira.
selama proses sulfitasi. Proses ini dilakukan dalam peti pengendap (door
ppm.
Nira yang tercampur dengan flokulan dialirkan menuju snow balling. Yang
bertujuan untuk membuat campuran nira dan flokulan lebih homogen dan
mengubah jenis aliran nira mentah yang sebelumnya aliran turbulen menjadi
aliran luminar, karena di door clarifier diperlukan aliran yang lebih lambat
dari 4 tray. Nira akan masuk mengisi tray yang paling atas terlebih dahulu
nira.
Nira jernih yang berada di bagian atas masing-masing tray akan dipompa
masuk ke suatu pipa pengeluaran nira yang berhubungan dengan luapan bak
nira jernih. Setelah berada dalam door clarifier selama 2,5 – 2,75 jam. Nira
kotoran yang maih tersisa. Nira jernih ini dipompa masuk ke peti dunsap.
Nira jernih hasil pemurnian ini memiliki pH 6,8-7,0 dan bersuhu 95-98°C,
yang ditandai dengan perubahan warna sampel dunsap menjadi hijau tua
menuju VW III, yang mana di dalam VW III ini nira dipanaskan pada suhu
(evaporator).
Nira kotor hasil pengendapan masing-masing tray pada door clarifier juga
ampas halus dari gilingan akan tercampur dan dipompa menuju rotary
vaccum filter. Di rotary vaccum filter ini nira kotor dipisahkan antara
padatan dan cairannya sehingga didapatkan nira tapis dan blotong. Proses
yang tejadi didalam alat ini dapat dibagi berdasarkan tekanan dalam
silindernya, yaitu:
Merupakan daerah yang mana bagian silinder rotary filter kontak dengan
nira kotor pada bak penampung nira di RVF. Hal ini menyebabkan
terikutnya nira kotor dalam silinder dari RVF sehingga nira kotor mulai
saringan di RVF ini, yang berfungsi sebagai penyaring nira kotor. Pada
daerah ini juga disemprotkan air panas bertekanan atau afzoet (70°C, 2,5
Pada daerah ini nira tapis akan semakin terhisap sehingga nira yang akan
memadat. Proses penyaringan dan penyerapan nira tapis ini juga akan
menjadi lebih baik dengan penambahan afzoat dengan suhu 70°C dan
tekanan 2,5 Kg/Cm2. Nira tapis yang telah masuk ke dalam silinder RVF
Blotong yang telah terbentuk setebal kurang lebih 0,5-1 cm didaerah high
vaccum, didaerah ini akan tergaruk oleh skraper dan jatuh pada
tanaman tebu.
Gambar 7 . Diagram alir proses stasiun pemurnian
3. Stasiun Penguapan
Stasiun penguapan bertujuan untuk menguapkan sebagian air yang ada dalam
nira, sehingga diperoleh nira yang lebih pekat yaitu dengan menghilangkan
sebagian besar air yang ada dalam nira dengan kehilangan gula sekecil-
kecilnya dan waktu yang singkat. Serta pemakaian biaya yang relatif murah.
Pada stasiun penguapan terdapat lima unit evaporator, namun yang digunakan
hanya empat unit evaporator, unit lainnya merupakan cadangan apabila salah
evaporator yang bekerja secara seri dari evaporator I sampai ke evaporator IV.
Selain itu, terdapat voor Warmer (VW) III yang berfungsi memanaskan nira
Sistem kerja dari VW III ini adalah sirkulasi, yaitu nira masuk melalui bawah
dan dipompa ke atas dan bertemu dengan uap bekas dan melewati lempengan
32°Be. Apabila kurang dari 30°Be, dapat menambah beban pada stasiun
VW III, nira encer ditampung dalam clear juice tank dengan suhu 105°C,
kemudian dipompa dan dialirkan ke VW III. Uap panas yang digunakan pada
VW III berasal dari uap bekas untuk menggerakkan turbin pada gilingan
dengan tekanan kurang lebih 1,2 Kg/Cm2. Tekanan ruang pada VW IIII adalah
1,2 Kg/Cm2, temperatur ruang adalah 104°C dan kapasitas 3000m3. Uap bekas
dari proses penguapan di VW III ini digunakan untuk stasiun kristalisasi untuk
kondensat terbanyak untuk disuplai ke dalam boiler. Ruangan nira dan steam
mendekati netral (antara 7-7,2), karena jika nira dalam keadaan basa, maka
terbentuk karamel, sedangkan jika berada dalam suasana asam maka sukrosa
akan rusak.
1. Evaporator I
evaporator I, umpan ditampung dalam buffer tank nira encer dan dipanaskan
yang digunakan pada evaporator I berasal dari uap bekas dari stasiun
110°C.
2. Evaporator II
adalah 90°C.
3. Evaporator III
Umpan pada evaporator III berasal dari evaporator II, dialirkan dengan
hasil pemanasan dari evaporator II. Temperatur evaporator 85°C dan tekanan
80 cmHg.
4. Evaporator IV
tekanan 60 cmHg.
pada badan akhir tetap diuapkan dengan tekanan besar, maka dapat terjadi
inverse dan karamelisasi gula pada nira. Untuk menghemat terjadinya hal
tersebut maka pada dua badan terakhir digunakan tekanan vacuum sehingga
setelah digunakan evaporator IV akan menarik uap nira dari evaporator III
dengan tekanan sebesar 25 cmHg. Perubahan fase pada kondensor dari uap
- Pompa amoniak
Pipa ini digunakan untuk mengeluarkan gas amoniak hasil penguapan nira
- Pompa kondesat
Alat ini digunakan untuk menarik kondesat hasil kondensasi uap panas di
- Sight glass
Sight glass merupakan kaca yang berfungsi untuk melihat tinggi nira dalam
bejana sulfir diksap. Didalam bejana ini, diksap I ditabahkan SO2 yang
dihasilkan oleh bejana sublimator diksap. Penambahan gas SO2 ini akan
warna sampel diksap menjadi cokelat tua bila ditetesi indial ini selanjutnya
cator CPR (Chlore Phenol Red). Gas SO2 berfungsi sebagai bleaching pada
nira kental. Nira kental ini selanjutnya disaring dan ditampung dalam diksap
yang dihasilkan setelah proses sulfitasi II ini akan memiliki brix 60-65%,
Proses kristalisasi ini memiliki tujuan yaitu untuk mengubah sukrosa dari nira
meminimalisir waktu proses dan kehilangan gula. Inti dari operasi yang terjadi
Sebelum nira diproses untuk dikristalisasi, nira kental yang keluar dari
evaporator bagian akhir yang berwarna gelap akan direaksikan dengan gas SO2
pada peti sulfitasi nira kental hingga pH 5,5-5,6. Proses sulfitasi nira kental
untuk menurunkan intensitas warna (bleaching) hingga nira kental lebih terang
Nira hasil proses sulfitasi kemudian dikristalkan di dalam pan kristalisasi yang
Kristalisasi diusahakan terjadi pada suhu serendah mungkin, karena suhu tinggi
Tahap pembibitan, yaitu penambahan bibit kristal gula (dari fondant) yang
Tahap pembesaran kristal, yaitu pembesaran inti kristal yang telah terbentuk
Dengan penguapan hingga titik jenuhnya akan tercapai suatu kondisi ketika
larutan. Pada larutan yang tidak jenuh, jumlah molekul yang besar memiliki
Dengan jarak molekul yang rapat dan karena daya tarik-menarik antara
kecepatan kristalisasi:
1.) Suhu
3.) Kemurnian
gula.
Bahan dasar pembuatan kristal gula ini adalah nira kental tersulfitasi. Nira ini
air 35-40%, dan kotoran 10-15%. Makin tinggi konsentrasi sukrosa dalam nira,
Sedangkan kristal gula yang dihasilkan dan siap masuk stasiun putaran adalah
yang memenuhi syarat HK 99,8%, kadar air 0,05%, dan ukuran 0,8-1,1 mm.
sebagai bahan baku. Bila HK nira tersebut melebihi 85%, maka proses cukup
dilakukan dengan 3 tingkatan. PG Madukismo menggunakan sistem ACD,
vakum 62-65 cmHg dan suhu 65-70ºC. Panas yang digunakan merupakan uap
bekas bertekanan 0,5 Kg/cm2 dan uap nira dari evaporator I yang bertekanan
0,2-0,3 Kg/cm2.
Untuk mendapatkan hasil kristal yang bak dan maksimum, maka pembuatan
gula produk, gula C dan D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi
Bahan yang digunakan berasal dari leburan gula dan klare SHS yang
dipekatkan hingga batas kejenuhan tertentu. Kemudian inti kristal yang berasal
kristal terbentuk rapat dan larutan induk disekeliling kristal sudah tipis.
2. Massecuite A
Pada vacuum pan yang lain, bibis masscuite A diperbesar dengan menambah
dari larutan (stroop) dari kristal gula (solid). Kristal gula yang terbentuk pada
dimasak lagi pada pan lain yang disebut pan kristalisasi A. Setelah kristal gula
untuk kristalisasi A ada 3 buah yakni dilakukan pada pan nomor 3,4, dan 5. HK
untuk kristalisasi A adalah 80-85% dengan brix 93%. Lama masak untuk
kristalisasi A adalah 2,5-3 jam dengan BJB (Berat Jenis Butir) 0,9-1,1 mm.
Kondisi akhir dicapai bila diameter kristal sudah rata dengan ukuran 0,9-1 mm
dan larutan induk di sekeliling kristal sudah tipis dan bening (bebas dari inti
Massecuite C dibuat dari stroop A dengan menggunakan gula D2. Kristal gula
100 HI, kemudian ditambahkan stroop A sampai 50-100 HI. Bila kristal telah
sesuai dengan massecuite yang diinginkan maka kristalisasi dapat di akhiri dan
yakni dilakukan pada pan nomor 10, 11, dan 12. HK untuk kristalisai C adalah
71-72% dengan %brix 96%. Lama masak untuk kristalisasi C adalah 3-4 jam
dengan BJB (Berat Jenis Butir) adalah 0,6 mm. Kemudian, massecuite C
Bahan yang digunakan untuk massecuite D adalah fondan (tepung gula dengan
ukuran o,oo5 mikron) sebanyak 300 cc dan ditambah dengan diksap. Bibit ini
pada pan nomor 9. Pembuatan bibit D selesai jika diameter kristal sudar rata,
rapat dan larutan induk disekeliling kristal sudah tipis dan bening.
5. Massecuite D
Jumlah pan yang digunakan untuk kristalisasi D ada 2 buah yakni dilakukan
brix 99%. Lama masak untuk kristalisasi D adalah 6-8 jam. Berat jenis butir
didinginkan dengan cepat selama 12-16 jam sampai mencapai suhu 40-45°C.
Tujuan pada stasiun puteran adalah memisahkan kristal gula dengan stroop
kristal dan stroop. Dengan menggunakan gaya sentrifugal, maka bahan padatan
akan terlempar keluar menjauhi titik pusat putaran dan tertahan ke saringan,
pada ketebalan tertentu ke dalam alat tersebut dan diputar pada kecepatan
maksimal di high grade fugal (1000 rpm untuk Broadbent dan 870 rpm
masukkan, diputar sampai kecepatan 370 rpm, low speed, medium speed
dan akhirnya high speed. Saat kecepatan inilah dilakukan pencucian dengan
Hasil putaran A ini adalah gula A dan stroop A. Stroop A dipompa menuju
bak tampung stroop A untuk kemudian dipompa lagi menuju peti tunggu di
dengan gula A dari putaran. Batch pada mixer A. Didalam mixer A, gula A
SHS.
2. Proses pemisahan kristal Gula A
pada kristal gula sehingga kristal gula yang dihasilkan memiliki kemurnian
yang lebih tinggi dan berwarna lebih putih dari sebelumnya. Untuk
1000 rpm ini akan menghasilkan gula SHS dan Klare SHS. Klare SHS akan
mulai dilakukan, bahan yang masuk ditambahkan air cucian yang bersuhu
60-70°C. Kemudian diputar dengan kecepatan 1600 rpm. Hasil puteran ini
Kecepatan puteran yang lebih tinggi daripada puteran yang lain berkaitan
yang memadai sehingga kristal gula dapat terpisah dari larutannya. Hasil
Tetes merupakan hasil dari pemisahan kristal yang masih mengandung gula.
Gula tersebut sudah tidak dapat dipungut karena bercampur dengan kotoran
dalam jumlah yang sangat tinggi. Diusahakan kadar gula yang terkandung
kristalisasi.
7. Stasiun Penyelesaian
Gula SHS keluar dari stasiun puteran masih dalam kondisi lembab. Masih
tinggi kadar airnya. Gula yang mengandung air akan mudah rusak bila
Kristal gula yang keluar dari puteran SHS turun ke talang goyang. Pada
talang goyang, kristal gula yang masih lembab ini kontak dengan udara luar
semua bagian kristal gula kontak dengan udara sehingga proses pengeringan
Dari talang goyang I ini gula akan masuk ke elevator dan dihembuskan
udara panas (80°C) yang berasal dari uap panas bertekanan 2,5-3 Kg/cm2.
Dari elevator I gula dibawa naik ke talang getar II. Pada talang ini terjadi
lubang/inch. Gula yang sesuai standar akan lolos dari saringan, sedangkan
Dari talang getar II gula dibawa lagi ke elevator II untuk dikeringkan dan
melalui transport ban dibawa ke talang getar III. Pada talang getar III
bak leburan. Sedangkan ditalang berikutnya, gula yang lolos akan disaring
lolos dari saringan. Kristal halus ini akan dibawa maju teru ke elevator III
untuk dikeringkan dan melalui transport ban dibawa ke talang getar IV.
Pada talang getar ini terdapat saringan 22 x 23 lubang/inch yang mana
kristal gula yang terlalu besar akan tertahan dan ditampung untuk dibawa ke
cillo. Gula inilah yang akan dikemas dan dipanaskan. Kristal-kristal yang
dipompa le bak diksap I (nira kental sebelum sulfitasi). Talang getar IV ini
juga dilengkapi dengan penyedot debu gula. Pada saat memasuki talang
getar IV gula ternyata dalam kondisi agak basah, gula ini kemudian
dipisahkan dan dibawa ke talang getar I. Namun apabila gula masih basah
sekali maka gula ini dimasukkan ke talang getar yang menuju mixer A.
penyaringan. Untuk saringan gula kasar dengan ukuran 64 mesh dan untuk
saringan gula produk dengan ukuran 180 mesh. Dimana 1 mesh merupakan
2. Proses Pengemasan
(berat netto) dan juga ada yang dikemas dalam ukuran 1 Kg dengan mesin
pengemas Filvo Vertical Fill and Seal Machine with Double Head Weighing
gula yang telah dikemas ini ditimbang kembali untuk pengecekan berat,
baru kemudian ujung karung dijahit dan gula ini siap untuk disimpan.
misalnya gula tersebut berwarna kekuningan dan agak basah maka gula ini
Gula di dalam gudang harus dijaga dengan baik. Kondisi gudang gula yang
kelembapan dalam ruang tersebut melebihi batas standar. Oleh karena itu,
gula harus disimpan dalam kondisi kering. Hal tersebut diupayakan dengan
memberi alas pada lantai gudang. Lapisan yang terdapat pada gudang gula
dari bawah ke atas adalah pasir, cor semen, gedek (anyaman bambu tebal),
dan kepang (anyaman bambu tipis). Gula dalam gudang yang tidak
memenuhi standar (rusak) disebut gula hablur yang akan dilebur kembali
Untuk pemeliharaan gudang gula, setiap hari lantai dibersihkan oleh para
dengan sistem borong. Semua hal tersebut diupayakan agar gudang dalam
Kelancaran jalannya proses perlu ditunjang adanya keterpaduan antara satu pihak
dan pihak lain, karena kesemuanya itu merupakan salah satu sub sistem. Suatu
sistem yang dapat berjalan lancar jika seluruh sub sistem saling menunjang.
Dengan demikian segala kesulitan dapat diatasi dengan cepat, sehingga tujuan
Limbah adalah hasil samping dari suatu proses produksi yang selanjutnya dapat
Madukismo merupakan salah satu perusahaan perkebunan yang tidak lepas dari
permasalahan limbah. Limbah pabrik yang berasal dari pengolahan industri gula
ini berupa limbah padat, cair dan gas. Dalam pembuangan limbah sebelum
perlu mendapat perhatian yang lebih untuk dapat meminimalkan dampak yang
yang timbul dari suatu kegiatan tersebut. Adapun cara penanganan limbah ini
yaitu ada yang direcycle untuk dapat dimanfaatkan lagi karena memiliki nilai
ekonomis dan ada yang dibuang keluat pabrik untuk dapat dimanfaatkan oleh
1. Limbah padat
Blotong
Blotong adalah endapan dari hasil proses pemurnian nira dipisahkan dari
alat rotary vacuum filter. Blotong dihasilkan dari proses penyaringan dan
N= 2,9%
Humus= 64,45%
P2O = 1,87%
K2O= 1,68%
CaO= 7,78%
MgO= 0,64%
C/N = 21,39%
Blotong dihasilkan tiap hari ±4% dari berat tebu (±120 ton). Blotong masih
dengan PT. Kreasi Alam Lestari dan produknya dinamakan pupuk MADROS.
PG Madukismo:
a. Blotong yang keluar dari vacuum filter ditampung dalam silo blotong untuk
b. Distribusi blotong: 60% ke kebun wilayah PG. Madukismo dan 40% diolah
Ampas
Ampas tebu merupakan hasil dari proses unit pemerahan nira setelah
dipisahkan dari serat tebu. Ampas tebu hasil dari penggulingan V dibawa oleh
conveyer menuju ketel dan digunakan sebagai bahan bakar masuk kedalam
ketel. Jumlah ampas tergantung dari batang tebu yang digiling, biasanya
Abu ketel
Limbah padat lainnya adalah abu ketel yang banyaknya sekitar 0,3% dari berat
tebu. Abu ketel merupakan sisa pembakaran gorek dapur ketel. Abu ketel
memiliki kadar kalium fosfat dan silika yang cukup tinggi sehingga salah satu
penggunaan dari abu ketel ialah sebagai campuran bahan baku pembuatan
gelas. Namun sampai saat ini limbah abu ketel dimanfaatkan sebagai bahan
pembuatan pupuk kompos dicampur dengan belerang. Dari boiler itu sendiri,
2. Limbah Cair
Soda
yang terbawa pada air cucian kendaraan di garasi pabrik. Bocoran minyak
menggunakan sistem lumpur aktif aerasi dengan bantuan bakteri Inola sp.
bak equalizer. Tahap berikutnya yaitu penguraian oleh bakteri dengan bantuan
disaring. Nilai COD dan BOD air yang dihasilkan sudah mengalami penurunan
sehingga air dapat langsing dibuang. Lumpur aktif yang dihasilkan umumnya
mengandung bahan organik dan anorganik sehingga dapat digunakan sebagai
3. Limbah Gas
oleh asap cerobong ketel uap terutama abu sisa pembakaran. Untuk mengatasi
pencemaran udara, maka pada tahun 1994 dipasang dust collector pada
cerobong ketel dan pada pesawat peredam kebisingan (silencer) dari bahan
glass wol pada ke lima ketel uap. Sementara limbah gas lain dalam bentuk gas
CO2, SO2, NO2, H2S dan NH3 masih dibawah ambang batas, sehinga tidak
4. Polusi Suara
Gangguan lingkungan ini berupa suara bising yang juga disebut sebagai polusi
suara. Suara bising ini berasal dari bocoran uap yang berlebihan di staisun ketel
uap. Untuk meredam suara tersebut, saat ini sudah dilengkapi dengan
Neraca massa yang diperoleh dari PT. Madu Baru PG Madukismo adalah sebagai
berikut:
Tebu Persiapan
Kehilangan
Gula (3%) gula (0,1%)
Gula SHS
(6%)
Gambar 15. Neraca massa pada proses produksi gula di PT. Madu Baru
3.5. Neraca Energi Proses Produksi Gula
Menurut Novitasari (2015), kebutuhan steam pada suatu pabrik gula kristal putih
dengan kapasitas 3000 Kg tebu/hari dan ketersediaan ampas per hari 1.042.978,72
dibutuhkan sebesar 60.000 kWh/hari. Jadi, jika kebutuhan steam PT. Madu Baru
mengacu pada data tersebut maka, kebutuhan steam dan energi listrik berturut-
turut sebesar 780.120 Kg/steam dan 65.010 kWh/hari. Oleh karena itu, steam
yang tersisa untuk energi listrik sebesar 1.936.999,699 Kg steam/hari dan energi
listrik yang dihasilkan sebesar 96.849,985 kWh/ hari. Maka, dari hasil tersebut
kelebihan energi listrik yang diperoleh PT. Madu Baru sebesar 31.839,985
kWh/hari.
3.6. Pembagian Hasil
Pada PT. Madu Baru terdapat perjanjian antara perusahaan dan petani yang saling
Kebun/Kelompok Tani
Pendapatan Petani
Rp 2.798.682
Hutang Petani
Rp. 31.048
Dari data tersebut pembagian hasil pada petani yaitu sekitar 66% dari gula yang
dihasilkan yang selanjutnya 90 % akan dilelang kembali dan 10% akan dibawa
pulang. Pendapatan petani dari 65 kwintal tebu yang digiling adalah sebesar Rp
Indonesia saat ini sekitar 70-75 ton/ha. Jika diakumulasikan pendapatan petani
Kg gula SHS.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil praktik umum di PT. Madu Baru adalah
1. Bahan baku yang digunakan pada PT. Madu Baru sebagian besar berasal dari
2. Produk utama yang dihasilkan dari PT. Madu Baru adalah Gula SHS-1 dengan
4. Limbah yang dihasilkan dari PG Madukismo berupa limbah padat, cair, dan
gas.
4.2 Saran
1.PG. Madukismo dapat memilih tebu dari petani – petani dengan lebih teliti dan
juga selektif lagi agar gula yang dihasilkan kualitasnya menjadi lebih baik lagi.
2. Dapat digunakan alat – alat dalam laboratorium dengan ketelitian yang lebih
lagi, sehingga proses penghitungan kadar gula dan mutu gula lebih spesifik lagi.
4. Penerapan peraturan dan keselamatan kerja harus lebih dipertegas agar dapat
Yogyakarta.
Chen, J.C.P. dan C.C.Chou. 1993 . Cane Sugar Handbook. John Wiley dan Sons,
Inc. USA.
Effendi, A. 1994 .Diktat Mata Kuliah Teknologi Gula. Jurusan Teknik Kimia ITS.
Surabaya.
Kholifah, N. 2015. Proses Produksi Gula SHS-1 ( Super High Sugar -1).
Meiditha, N. 2003 . Analisis Efisiensi Produksi Gula Pasir di Pabrik Gula Kebon
Perwitasari, D.S. 2010. Phospat Acid and Flocculan Added in Juice Sugar Crystal
Perkebunan. Yogyakarta.